METODE PELAKSANAAN LAHAN 2
May 28, 2018 | Author: Jasmani Fathir | Category: N/A
Short Description
Download METODE PELAKSANAAN LAHAN 2...
Description
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK SISTEM PASTURA UNGGUL DAN SISTEM POTONG PUSAT PEMBIBITAN ( BREDING CENTRE ) SAPI BALI LOKASI DESA LEBAHO ULAQ KECAMATAN MUARA KAMAN
I.
PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN A. Mobilisasi / demobili demobilisasi sasi Mobilisasi dilakukan setelah penandatangan kontrak, yang meliputi mobilisasi alat dan tenaga kerja. Sedangkan demobilisasi dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan selesai dan dinyatakan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh pihak User dan Konsultan Pengawas dan dinyatakan Telah Diterima sesuai dengan spesifikasi yang tercantum didalam dokumen kontrak. Pekerjaan penadahuluan / persiapan juga meliputi pembuatan barak kerja dan tempat penyimpanan cadangan BBM serta alat-alat lain yang mendukung pekerjaan.
B. Pengukuran dan Pematokan Pengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai untuk mengetahui batas areal lahan yang akan dibuka. Pengukuran diberi tanda berupa patok dengan ukuran 5/10 tinggi 1 meter serta diberi cat berwarna merah.
II.
PEKERJAAN PENYIAPAN / PENGOLAHAN LAHAN A. Land Clearing
Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 08%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)
Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk Ilalang). Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.
Larangan : Peraturan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan
Tahap Pekerjaan a. Membabat / Imas
Sebelum melaksanakan pekerjaan imas, maka pekerjaan babat pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan poho n kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA. Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar. Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm Menggunakan parang dan kampak Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis
b. Menumbang
Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya
Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah : Diameter
Ditebang dari permukaan tanah maks.
> 10 – 15 cm
15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 – 30 cm
25 cm
31 – 75 cm
50 cm
76 – 150 cm
100 cm
> 150 cm
Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :
Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air d an jalan Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
B. Pembajakan Tanah Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur :
Harus memotong teras/kontur
Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
Gradien
(kemiringan
sudut)
pada
umumnya
harus
1:30
walaupun
masih
dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
Berbagai kondisi urutan pengolahan tanah yang akan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan adalah :
Subsoiling → Bajak I → Garu → Kair Bajak I → Bajak II → Garu → Kair Bajak I → Bajak II → Kair Bajak I → Garu I → Kair Bajak I → Kair Bajak I → Garu → Kair + pupuk
Bajak I → Bajak II → Kair + pupuk
Perbedaan pola pengolahan tanah didasarkan pada kondisi lahan yang akan dikerjakan. Sebelum dilakukan kegiatan pengolahan tanah, lahan diperiksa terlebih dahulu kondisinya terutama pada aspek kegemburan tanah. Pemeriksaan konidsi tanah dilakukan secara visual oleh tenaga teknis. a. Pemecahan Tanah S u b s o i l (r i p p i n g ) Pemecahan tanah (ripping ) merupakan kegiatan pengolahan tanah awal sebelum pengolahan tanah berikutnya. kegiatan ini bertujuan untuk memecah bagian subsoil tanah dengan kedalaman 45-50 cm dan menghancurkan guludan. Pemecahan tanah dilakukan jika kondisi tanah mengalami pemadatan akibat lalu lintas traktor, truk, dan trailer yang masuk ke dalam lahan. Namun, jika tanah tidak mengalami pemadatan, kegiatan ini tidak dilakukan untuk menghemat biaya dan waktu. Keputusan untuk melakukan pekerjaan ripping berada pada tenaga teknis berdasarkan hasil laporan dari pelaksana lapangan. Pengujian kepadatan tanah dilakukan oleh tim laboratorium. Pemadatan tanah diukur dengan menggunakan penetrometer. Pengukuran pemadatan tanah juga bisa dilakukan secara indrawi oleh pelaksana yang hasilnya akan dilaporkan kepada Manager. Implement yang digunakan pada kegiatan pemecahan tanah adalah ripper . Impelent ini memiliki tiga buah mata dengan jarak antar mata adalah 125 cm. Sedangkan traktor yang digunakan adalah traktor John Deere 8200 yang memiliki tenaga 200 hp dan traktor john Deere 7710 yang memiliki tenaga 150 hp dengan sistem roda bergerak 4 WD. Untuk ripper dibutuhkan tenaga yang besar, minimal 150 hp, karena untuk memecah lapisan keras tanah pada subsoil merupakan kegiatan berat. Traktor berjalan lurus dengan alur tanam rumput dengan tujuan agar mata ripper menembus bagian guludan yang akan mengangkat bongkahan tanah pada juring. Jarak antar juring adalah 125 cm, sama dengan jarak antar mata ripper sehingga mata ripper diharapkan mampu memecah guludan pada juring. Pemecahan guludan pada saat ripping bertujuan untuk mengangkat akar-akar pohon sehingga meringankan proses pengolahan tanah berikutnya, yaitu pembajakan.
Gambar 1. Proses pemecahan tanah subsoil dan implement ripper
Gambar 2. Bagian yang dipecah oleh implement ripper Pola kerja yang digunakan pada saat ripping adalah pola headland patern from boundaries. Pola ini digunakan untuk mempersingkat waktu belok karena implement yang digunakan cukup lebar. Untuk mempermudah pekerjaan, satu petak lahan biasanya dibagi ke dalam 3 – 4 bagian petakan. Metode belok yang digunakan adalah U-Shape Turning yaitu traktor langsung belok dengan membentuk seperti huruf U ketika headland cukup lebar, tapi jika headland sempit traktor membelok dengan metode maju mundur.
Gambar 3. Pola kerja ripping Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kapasitas lapang pada pekerjaan ripping sebesar 0.69 ha/jam – 0.96 ha/jam dengan efisiensi berkisar antara 62.72 % – 87.2 %, data lengkap terdapat pada lampiran 6. Berdasarkan data dari bagian mekanisasi kapasitas lapang untuk ripping adalah 0.60 ha/jam – 0.65 ha/jam, tercantum pada lampiran 4. a. Pembajakan Pembajakan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecah dan membalikkan tanah serta mengangkat dan mengubur gulma. Dengan proses pembajakan kegemburan tanah akan meningkat. Pada kondisi tanah yang mengalami
pemadatan, sebelum di bajak tanah di-ripping terlebih dahulu. Namun, untuk tanah yang cukup gembur, langsung dibajak tanpa ripping (pemecahan). Jika kondisi tanah setelah dibajak belum cukup gembur, maka dilakukan dua kali pembajakan. Akan dilaksanakan Bajak I dan Bajak II. Sebaliknya, jika kondisi tanah sudah cukup gembur dan siap untuk pengolahan selanjutnya pembajakan cukup dilakukan satu kali. Bajak II juga dilakukan untuk lahan yang tidak akan digaru. Fungsi dari bajak II ini selain untuk meningkatkan kedalaman juga untuk mengahancurkan tanah sehingga tanah semakin gembur. Tenaga yang dibutuhkan pada bajak II umumnya lebih ringan dari bajak I karena kondisi tanah sebelumnya cukup gembur setelah dilakukan bajak I. Pembajakan merupakan kegiatan pengolahan tanah yang harus ada di setiap lahan yang akan ditanami dengan sistem plant cane atau dengan kata lain pembajakan bukanlah kegiatan pilihan seperti ripping , yang menjadi pilihan adalah bajak II. Oleh karena itu, pembajakan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan pada pembukaan lahan. Implement yang digunakan pada pembajakan adalah Disc Plow jenis circular yang memiliki 4 buah piringan. Tidak digunakan bajak singkal sebagai implement pembajakan yang umum digunakan karena kondisi tanah yang penuh dengan akar pohon. Pola pembajakan yang digunakan adalah headland pattern from back furrow dan metode belok adalah U-shape turning . Satu petak lahan umumnya dibagi tiga bagian untuk memudahkan pekerjaan dan meningkatkan efisiensi.
Gambar 4. Pola kerja pembajakan Traktor pada pembajakan berjalan tidak lurus mengikuti alur juring tapi membentuk 0 sudut sekitar 30 dari alur tanam atau alur ripping . Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil bajakan yang diharapkan. Untuk bajak II traktor berjalan tegak lurus dari alur bajakan pertama atau tegak lurus dari alur tanam. Pada bajak II biasanya traktor masuk tidak miring tapi lurus mengukuti bentuk lahan.
Gambar 5. Alur pembajakan melintasi alur tanam sekitar 30
0
Berdasarkan data hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 6, didapatkan kapasitas lapang untuk pembajakan sebesar 0.31 ha/jam dengan efisiensi 66.7 % serta kecepatan berjalan rata-rata adalah 0.75 m/s. Sedangkan berdasarkan data sekunder dari bagian mekanisasi PG. Subang kapasitas lapang untuk pembajakan adalah 0.30 ha/jam – 0.35 ha/jam. Data lengkap terdapat pada lampiran 4. Traktor yang digunakan adalah Massey Furgusson (MF) 3085 yang memiliki tenaga 110 hp, Massey Furgusson 399 bertenaga 110 hp, Ford 8730 bertenaga 150 hp dan Jhon Deere 4255 bertenaga 150 hp semuanya memiliki sistem roda gerak 4 WD.
C. PENYEBARAN KOHE / PUPUK KANDANG
Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.
Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk
Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.
Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 160 g/pohon.
D. PEMBERSIHAN KAYU / AKAR / BATANG KAYU 1. Merencek
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.
Memotong batang, cabang dan ranting Pedoman panjang potongan kayu : Diameter (cm)
Panjang Potongan (m)
10 - 30
1,5 – 3
30 - 75
2 – 4
> 75
4-5
2. Merumpuk
Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara – Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak anar rmpukan dibuat 50 – 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.
Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan yang teratur Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.
Mekanismenya o
Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
o
o
o
o
Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m. Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
3. Membersihkan areal
Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
4. Perun mekanis
Jenis Alat Buldozer
Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat Jenis alat berat untuk perun mekanis : Vegetasi
Topografi
Hutan sekunder, Gelombang, darat, datar semak belukar
Posisi Rumpuk Kerapatan kayu 4:1
Sedang – rendah
Buldozer
Hutan primer
Datar, gelombang
2:1
Tinggi – sedang
Buldozer & Excavator
Hutan primer, sekunder, semak belukar
Bukit, gelombang
Antar teras
Tinggi – rendah
Excavator
Hutan primer, sekunder, semak belukar
Rendahan, gambut
2:1
Tinggi - rendah
Pancang jalur rumpukan
Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
Pelaksanaan perun mekanis Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
5. Cincang Jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan : o o o
Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2 Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4 Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit
Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen
6. Perhitungan Waktu
Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :
Survey/mengukur areal Babat/imas Menumbang Merencek dan merumpuk Membersihkan areal Pemberantasan lalang Jalan + saluran air Penanaman kacangan Memancang Teras, benteng Melubang Menanam
: ± 1 bulan : 2 – 3 bulan : 2 – 3 bulan : 1 – 2 bulan : 2 – 3 bulan : 2 – 3 bulan : 2 – 3 bulan : 1 – 2 bulan : 2 bulan : 2 – 3 bulan : ± 2 bulan : ± 2 bulan
Perencanaan dibuat dalam suatu barchart . Pembukaan lahan dilakukan bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat saling tumpang tindih. 7. Perhitungan Kebutuhan Traktor
Kapasitas traktor dengan beberapa implement Jenis Pekerjaan Implement
Lebar Potongan Kecepatan Efisiensi Kapasitas (ha) JKT/ha (m) (km/jam) (%)
Membabat
JD 307
1,8
4,0
70
0,50
2,00
Membajak I
JD SA 234, 4 Plow 28 inch
1,0
5,0
70
0,35
2,86
Membajak II JD SA 234, 4
1,0
5,0
80
0,40
2,50
Plow 28 inch Menggaru I
JD Integral disc harrow 9,5 inch
2,8
5,0
80
1,12
2,89
Menggaru II
JD Integral disc harrow 9,5 inch
2,8
5,0
80
1,12
0,8
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004 Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia
8. Pedoman Pelaksanaan
Hutan Primer
Cara yang digunakan : Manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang panjang
20-25
Parang
20-25 HK
Menumbang
Gergaji rantai, kampak
30-60
Buldozer
10-14 JKT
Merencek
Parang + kampak, gergaji
40-50
Gergaji rantai
40-50
Merumpuk
-
10-15
Buldozer
7-9 JKT
Membersihkan jalur
Cangkul
20
Jumlah
120-160 HK
HK JKT
Buldozer
8 JKT
(60-75 HK) + (25-32 JKT)
: Hari Kerja : Jam Kerja Traktor
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004 Hutan Sekunder
Cara yang digunakan : manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang
15-20
Parang
15-20 HK
Menumbang
Gergaji rantai
25-35
Buldozer
8-12 JKT
Merencek
Parang + gergaji
20-30
Gergaji rantai
20-30
Merumpuk
-
10-12
Buldozer
4-6 JKT
Membersihkan areal
Cangkul
15-20
Buldozer
6 JKT
Jumlah
85 - 117 HK
(35-55 HK) + (18-24 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004 Semak Belukar
Cara yang digunakan : manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang
20-25
Parang
15-20 HK
Merencek
Parang + gergaji
15-20
Parang
15-20 HK
Merumpuk
-
10-15
Membersihkan jalur/areal
Cangkul
20
Buldozer
4-6 JKT
Jumlah
65-80 HK
(30-40 HK) + (4-6 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004
E. PENGGARUAN
Penyisiran (harrowing) - dimaksudkan untuk memecahkan kepingan tanah besar kepada partikel lebih kecil. Pemutaran (rotovating) dimaksudkan untuk memecahkan partikel tanah kepada saiz lebih kecil lagi dilakukan setelah penyisiran selesai kecuali tanah gembur.
F. PENGGALURAN 1. Teras Kontur
Pada umumnya areal lahan di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit. Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.
Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar pokok adalah :
Tabel Jarak Antar Teras dan Tanaman Jarak antar kontur (m ) Jarak antar pokok pada pokok/ha kepadatan 128
7,0 7,3 7,6 7,9 8,2 8,5 8,8
136
11,1 10,6 10,2 9,8 9,5 9,1 8,8
Tabel Bentuk Pengawaetan Tanah Kelas Kemiringan
10,3 9,9 9,5 9,2 8,8 8,5 8,2
Tindakan
lahan
Derajat (º)
(%)
Pengawetan
Rata
0º
< 1%
Tidak perlu
Agak miring
0º - 3º
1 – 6%
Benteng, rorak Teras individu, tapak
Miring
4º - 28º
7 – 54%
kuda dan teras kontur Teras bersambung/Kontur
Sangat miring
55% - 100% 29º - 45º
Tabel Jarak Teras dan Kemiingan Persyaratan Teras Kemiringan ( º ) Jarak Teras ( m ) Kemiringan ( º )
Jarak Teras ( m )
0
8,16
25
9,00
5
8,19
30
9,42
10
8,28
35
9,96
15
8,45
40
10,65
20
8,68
45
11,54
1. Tahap Pembuatan Kontur.
Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak tertentu dan tetap, tempat dimulainya pembuatan kontur. Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai). 2. Penempatan pancang induk
Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari. Jarak antar pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ), Pri nsip Kerja.
Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan.Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya :
Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1. Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat. Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II. Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi pancang tanam.
Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam baru.Untuk mendapatkan titik sikusiku pada titik siku pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar.
2. Benteng dan Rorak
Dibuat pada tanah agak miring : 10 – 15 m/HK Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng : Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/Rorak Kemiringan Jarak (m) 1%
(0º34´)
60
2%
(1º9´)
40
3%
(1º44´)
30
4%
(2º18´)
25
5%
(2º52´)
20
6%
(3º26´)
18
Cara pembuatan benteng
Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.
3. Teras Individu (Tapak Kuda)
Dibuat pada tanah agak miring Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2 – 3 st/HK
Cara pembuatan o o o o
Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam Tapak kuda tepat pada pancang tanaman Tanah bagian atas pancang digali Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit
Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan
G. HERBISIDA Klasifikasi herbisida berdasarkan pada waktu aplikasinya :
Ada dua tipe herbisida berdasarkan aplikasinya yaitu herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).
Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.
Waktu penyemburan
Ada tiga waktu penyemburan, yaitu: Pra -tugal, Pra-tumbuh, dan Pasca tumbuh. Pasca tumbuh dibagi lagi menjadi Pasca tumbuh awal, Pasca tumbuh tengah, dan pasca tumbuh akhir.
Penyemburan Pratugal, misalnya, trifluralin dan EPTC. Oleh karena keduanya mudah menguap dan terurai oleh sinar ultraviolet, sesudah semburan ditujukan ke tanah perlu penggaruan tanah untuk menutup keduanya. Paraquat dan glyphosate dapat pula dipakai secara pratugal. Sehari sesudah penyemburan, tanah diolah, disiapkan untuk ditanami.
Herbisida pra-tumbuh disemburkan setelah penungalan benih tetapi sebelum semai mencuat keluar. Pakailah herbisida yang tida mudah menguap dan mudah dilarutkan air hujan sehingga dapat masuk ke bawah permukaan tanah, tempat benih berkecambah. Contohnya : alachlor, benfluralin, chlorthal, dichlobenil dan linuran.
Paraquat dapat pula dipakai secara pra tumbuh. Dinas P.U. memakai diuron, atrazine, dan bromacil untuk mecengah gulma tumbuh.
Herbisida pasca tumbuh. Penyemburan dilakukan terhadap gulma yang telah tumbuh.
Herbisida selektif dipakai pada pertanaman dan perumputan. Herbisida nonselektif disemburkan pada pekarangan, antara gudang dan tangki minyak. Herbisida nonselektif dipakai untuk gulma yang tumbuh mendahului tanaman. Umumnya makin muda gulma makin mudah terbunuh gulma yang sedang tumbuh cepat. Umumny terdapat catatan berikt pada kemaan herbisida :
―Pakailah herbisida ini bila gulma sedang tumbuh cepat dan berdaun hanya 2-3 helai.” Bila daun gulma berjumlah 4 -5 helai maka naikkan dosis sebanyak 50%.
Tingkat Pra-Tugal, Pra-Tumbuh, dan Pasca-Tumbuhan Gulma tahunan (perennial) lebih tepat dikuasai dengan herbisida sistemik daripada dengan cara lain. Cyperus rotundus mempunyai rangkaian umbi. Imperata cylindrical mempunyai rimpang. Umbi dan rimpang tersembunyi di dalam tanah. Hanya herbisida sistemik yang dapat menjangkaunya. Bila diulang tiga kali teki dapat terbunuh oleh semburan 2,4-D. Lalang dapat terbunuh bila kena dalapon 2-3 kali. Yang terakhir dengan mengusap dengan “salam maut”. Glyposate dapat membunuh lalang sekali sembur.
Pada lahan yang baru diolah teki dan lalang yang baru berdaun lagi bukanlah sasaran yang tepat; biarkan tumbuh dulu selama tiga minggu.
Kalau daunnya sudah cukup banyak, semua rimpang telah berdaun lagi, herbisida dapat menyerang semua rimpang.
III.
PEKERJAAN PENGADAAN SAPRODI A. Pupuk Urea 150 Kg/Ha
Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.
Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk
Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.
Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 150 kg/Ha.
C. TSP 50 Kg/Ha 1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg. 2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang P upuk 3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan. 4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 50 kg/Ha.
D. KCL 50 Kg/Ha 1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg. 2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang P upuk 3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan. 4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.
E. KOMPOS 1000 Kg/Ha 1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg. 2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk 3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan. 4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.
F. STEK RUMPUT 15.000 Stek/Ha Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, tanaman sudah dalam dan cukup kuat. Penanaman dilakukan dengan cara yang sesuai dengan bibit yang digunakan yaitu : 1. Stek , penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari panjang stek dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan cara memasukkan stek kedalam tanah secara terlentang. 2. Sobekan akar (pols) , menanamnya seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang 2 stek. Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau pols yang mati. .Perawatan Rumput Raja Perawatan dilakukan dengan cara : Pendangiran/penyiangan,yaitu membersihkan tanamanan liar dan penggemburan tanah disekitarnya atau langsung dilaksanakan penggemburan tanah dengan cara pencangkulan disekitar rumpun rumput dengan membalikkan tanah tersebut.
Pemupukan Rumput Raja Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu menggunakan urea dengan dosis 50 kg/ha. Selanjutnya pemupukan dilakukan ± 3-4 kali per tahunnya, dan setelah tiga kali pemotongan dengan dosis yang sama.
Pemotongan (defoliasi) Rumput Raja Pemotongan pertama dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan sebagai potong paksa.
Hal
ini
bertujuan
untuk
menyamakan
pertumbuhan
dan
merangsang
pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarau waktu potong sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.
Peremajaan Rumput Raja Peremajaan rumput dilakukan setelah tanaman tersebut mencapai umur 3 – 4 tahun atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan konsidi daerahnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu diantara rumpun lama ditanam stek atau pols baru, setelah tanaman tresebut mulai tumbuh dengan baik, maka rumpun lama dibongkar. Begitu seterusnya sehingga kebutuhan rumput potongan tetap tersedia.
G. BIBIT PASTURA UNGGUL 4KG/HA 1. Pastura adalah rumput yang tumbuh atau ditanam dan boleh digunakan untuk hewan ternak. 2. Cara memberikan pakan dengan memanen dan diberikan pada hewan atau dapat dengan cara hewan digembalakan. 3. Cara penanaman adalah dengan biji pastura dengan keperluan 4 Kg / Ha menggunakan tenaga manusia.
H. POHON PELINDUNG SEPANJANG SUNGAI ( POHON BUAH ) Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt) maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.
Dalam hal ini penanaman pohon adalah pohon buah dan ditanam disepanjang alur sungai.
I. POHON PELINDUNG LEGUME ( LAMTORO, GAMAL ) Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt) maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.
IV.
PEKERJAAN BUDIDAYA A. PENANAMAN STEK Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, tanaman sudah dalam dan cukup kuat. Penanaman dilakukan dengan cara yang sesuai dengan bibit yang digunakan yaitu : 3. Stek , penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari panjang stek dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan cara memasukkan stek kedalam tanah secara terlentang. 4. Sobekan akar (pols) , menanamnya seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang 2 stek. Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau pols yang mati.
B. PEMUPUKAN
Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.
Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk
Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.
Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan.
C. PERAWATAN / PENYIRAMAN Penyiraman atau perawatan dilakukan pada saat tidak ada hujan dengan cara manual, yaitu menggunakan truck tanki dan disemprotkan pada tanaman secukupnya. Penyemprotan menggunakan mesin air dengan tenaga manusia.
Disusun Oleh Penawar Agustus 20013
View more...
Comments