Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua proses metabolisme yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik. Metabolisme energi pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran oksigen (O2) yang akan diperoleh melalui proses pernafasan disebut dengan metabolisme aerobik. Sedangkan proses metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen (O2) disebut dengan metabolisme anaerobik (Wahyuni, 2012). Metabolisme Aerob
Metabolisme energi secara aerobik dapat menyediakan energi bagi tubuh untuk jangka waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi anerobik mampu untuk menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh namun hanya untuk waktu yang tebatas yaitu sekitar 5-10 detik. Pada olahraga dengan intensitas rendah tubuh secara dominan akan mengunakan metabolisme aerobic
untuk menghasilkan energi. Dan apabila terjadi peningkatan intensitas olahraga hingga mencapai titik dimana metabolisme energi aerobik tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan energi sesuai dengan laju yang dibutuhkan, maka energi secara anaerobik akan diperoleh dari simpanan creatine phosphate (PCr) dan juga karbohidrat yang tersimpan sebagai glikogen di dalam otot. Metabolisme energi secara aerobik disebutkan merupakan proses yang ‘bersih’ karena tidak menghasilkan produk samping ( Wahyuni, 2012).
Metabolisme Anaerob Pada sistem anaerobik akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang akumulasinya akan membatasi efektivitas kontraksi otot yang juga dapat menimbulkan rasa nyeri. Contoh metabolisme anaerob yaitu glikolisis (Wahyuni, 2012).
Glikolisis ( Sistem glikolitik) Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini menggunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga
akan
disertai
dengan
pembentukkan
ATP
(Irawan,
2007).
a. Glikolisis aerob. Reaksi keseluruhan gliolisis aerob adalah: Glukosa + 2 NAD+ + 2 Pi + 2 ADP 2 H2O
2 piruvat + 2 NADH + 4H+ + 2 ATP +
Bila sel mempunyai kapasitas oksidasi yang tinggi, dalam hal ini tersedia sejumlah mitokondria, enzim-enzim mitokondria dan oksigen. NADH akan ditransfer ke rantai transport electron mitokondria dan piruvat akan dioksidasi lengkap
menjadi
CO2
via
siklus
asam
trikarboksilat
(TCA).
Membran mitokondria impermiabel untuk NADH, karena itu transfer ekivalen tereduksi dari sitosol ke dalam mitokondria memerlukan mekanisme shuttle (ulang-alik), baik proses ulang-alik malat-aspartat maupun ulang-alik gliserol 3fosfat. Dalam oksidasi aerobic glukosa menjadi piruvat dan subsekuen oksidasi menjadi CO2, permolekul glukosa menghasilkan fosfat energi tinggi sebesar 38 ATP (Wahyuni, 2012). b. Glikolisis Anaerob Pada kondisi kapasitas oksidatif oleh sel mitokondria terbatas atau karena ketidakadaan oksigen, NADH yang dihasilkan glikolisis direoksidasi melalui perubahan piruvat menjadi laktat oleh laktat dehidrogenase. Perubahan glukosa menjadi laktat tersebut disebut glikolisis anaerob, yang maksudnya proses ini tidak memerlukan molekul oksigen. Reaksi keseluruhannya: Glukosa + 2 ADP + 2 Pi
2 laktat + 2 ATP + 4 H+ +2 H2O
Energi yang dihasilkan dari glikolisis anaerobic hanya 2 molekul ATP permolekul glukosa, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi aerobik (Wahyuni, 2012).
DAFTAR PUSTAKA Wahyuni, Iqra. 2012. Makalah metabolisme energi. Available online at:
http://iqra-wahyuni.blogspot.com/2012/11/makalahmetabolisme-energi.html [ Diakses tanggal 13 November 2013 ]
Irawan M. Anwari. 2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. Volume 01, No.07. Polton Sports Science and Perfomance Lab. Available online at: www.pssplab.com/journal/07.pdf
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.