Menyikapi Utang Luar Negeri

September 11, 2017 | Author: Dedi Mukhlas | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

www.kotepoke.blogspot.com...

Description

Menyikapi Utang Luar Negeri

“Jakarta,

Syahrial

Loetan

Sekretaris

Menteri

Negara

Perencanaan

Pembangunan/ Sekretaris Utama Badan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa Pemerintah Korea Selatan menawarkan utang US$ 100 juta per tahun dengan bunga di bawah tiga persen untuk jangka waktu pengembalian lebih dari 20 tahun” Salah satu masalah strategis yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah utang luar negeri. Indonesia adalah negara pengutang terbesar Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan nilai pinjaman selama 1999-2005 mencapai US$ 20,7 miliar atau sekitar Rp 186,3 triliun. Dari jumlah itu, utang yang belum dibayar sebesar US$ 11 miliar atau sekitar Rp 99 triliun. Selain utang kepada ADB Indonesia juga memiliki utang yang tidak kalah besarnya kepada JBIC, yang saat ini mencapai US$ 700 juta atau sekitar Rp 6,37 triliun. Jika kita perhatikan lebih seksama dan mendalam, adanya utang yang sangat besar tersebut merupakan suatu ancaman terhadap stabilitas ekonomi bangsa Indonesia jika tidak dikelola dengan baik. Dengan adanya utang tersebut bangsa Indonesia memiliki ketergantungan ekonomi terhadap bangsa lain, belum lagi penambahan bunga yang harus disertai pada saat pelunasan utang akan semakin mencekik perekonomian bangsa Indonesia. Lalu bagaimana kita sebaiknya menyikapi kasus diatas? Ada beberapa implikasi yang harus di pertimbangkan pemerintah dalam menyikapi tawaran utang dari pemerintah Korea Selatan Tersebut, yaitu: 1. Aspek Ekonomi Akan menimbulkan suatu ketergantungan ekonomi terhadap negara lain, sehingga secara tidak langsung akan menurunkan produktivitas ekonomi dalam negeri. 1. Aspek Politik

www.kotepoke.co.cc

Adanya ketergantungan ekonomi terhadap negara lain akan membuka celah bagi subversi asing, dalam hal ini adalah pengaruh negara pemberi utang terhadap kebijakan ekonomi nasional 1. Aspek SosBud Kecenderungan untuk bergantung pada utang luar negeri akan menciptakan iklim yang tidak kondusif bagi sosial budaya bangsa Indonesia yaitu akan terciptanya karakter masyarakat Indonesia yang tidak mandiri dan sangat tergantung pada bangsa lain

1. Aspek Hankam Kemungkinan adanya kepentingan Asing dibalik tawaran pinjaman utang tersebut perlu diwaspadai, seperti usaha untuk menciptakan ketergantungan pada bangsa Indonesia terhadap negara pemberi pinjaman sehingga negara pemberi pinjaman akan lebih

mudah

mengendalikan

bangsa

Indonesia

agar

tidak

menyimpang

dari

kepentingannya. Dalam hal ini adanya keterlibatan pemerintah dalam negeri sangatlah penting. Pengelolaan yang tidak terawasi dan tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan membuat pinjaman utang tersebut tidak akan memberikan pembangunan ekonomi yang berarti. Dengan kata lain pinjaman utang tersebut tidak akan menghasilkan uang yang lebih besar untuk melunasinya. Saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami kondisi perekonomian yang cukup kondusif terbukti dengan adanya cadangan devisa Indonesia yang cukup kuat, yaitu mencapai US$ 42,2 miliar dan diprediksi akan mencapai US$ 43 miliar pada akhir tahun. Dengan demikian salah satu utang Indonesai, yaitu kepada IMF akan dapat dilunasi pada akhir 2006 ini. Juni lalu, BI telah membayar setengah utang kepada IMF sebesar US$ 3,7 miliar, dan sisa utang US$ 3,74 miliar atau sekitar Rp 33,66 triliun diperkirakan akan dibayarkan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir 2006 ini. Percepatan

www.kotepoke.co.cc

pembayaran utang ini berdampak positif bagi Indonesia dengan mengurangi beban pembayaran bunga di masa mendatang sebesar US$ 0,6 Miliar atau sekitar Rp 5,4 triliun. Selain itu, citra Indonesia juga semakin baik. Apakah pemerintah harus menerima pinjaman dari pemerintah Korea Selatan tersebut, yang tentu saja akan menambah ”daftar utang” yang harus dilunasi bangsa Indonesia di masa mendatang. Menyikapi hal tersebut pemerintah tidak boleh gegabah, memang secara umum bantuan luar negeri memberikan tambahan daya beli dan secara otomatis akan memungkinkan adanya kenaikan investasi, impor kapital dan konsumsi, namun demikian bantuan tersebut belum tentu meningkatkan kemampuan ekonomi bangsa untuk dapat mandiri pada standar hidup yang lebih tinggi. Banyak negara yang menerima

bantuan

justru

mengalami

penurunan

produktivitas

karena

terlalu

mengandalkan bantuan tersebut. Hal itu bahkan sudah pernah dialami oleh bangsa Indonesia. Indonesia yang pada waktu lalu mampu mengekspor beras justru mengalami penurunan produktivitas setelah mengandalkan pembangunan ekonomi pada pinjaman luar negeri. Saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami kondisi perekonomian yang cukup kondusif terbukti dengan adanya cadangan devisa Indonesia yang cukup kuat, yaitu mencapai US$ 42,2 miliar dan diprediksi akan mencapai US$ 43 miliar pada akhir tahun. Dengan demikian salah satu utang Indonesai, yaitu kepada IMF akan dapat dilunasi pada akhir 2006 ini. Juni lalu, BI telah membayar setengah utang kepada IMF sebesar US$ 3,7 miliar, dan sisa utang US$ 3,74 miliar atau sekitar Rp 33,66 triliun diperkirakan akan dibayarkan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir 2006 ini. Percepatan pembayaran utang ini berdampak positif bagi Indonesia dengan mengurangi beban pembayaran bunga di masa mendatang sebesar US$ 0,6 Miliar atau sekitar Rp 5,4 triliun. Selain itu, citra Indonesia juga semakin baik. Apakah pemerintah harus menerima pinjaman dari pemerintah Korea Selatan tersebut, yang tentu saja akan menambah ”daftar utang” yang harus dilunasi bangsa Indonesia di masa mendatang. Menyikapi hal tersebut pemerintah tidak boleh gegabah, memang secara umum bantuan luar negeri memberikan tambahan daya beli dan secara

www.kotepoke.co.cc

otomatis akan memungkinkan adanya kenaikan investasi, impor kapital dan konsumsi, namun demikian bantuan tersebut belum tentu meningkatkan kemampuan ekonomi bangsa untuk dapat mandiri pada standar hidup yang lebih tinggi. Banyak negara yang menerima

bantuan

justru

mengalami

penurunan

produktivitas

karena

terlalu

mengandalkan bantuan tersebut. Hal itu bahkan sudah pernah dialami oleh bangsa Indonesia. Indonesia yang pada waktu lalu mampu mengekspor beras justru mengalami penurunan produktivitas setelah mengandalkan pembangunan ekonomi pada pinjaman luar negeri. Solusinya jika pemerintah akan menerima tawaran utang tersebut maka harus mempertimbangkan suku bunga, periode pembayaran, dan kesiapan pembiayaan proyek secara teknis dengan matang dan menindaklanjuti tawaran utang itu dalam term condition yang menarik dan menguntungkan Indonesia. Namun jika pemerintah tidak dapat melakukan hal tersebut maka sebaiknya utang tersebut di tolak karena hanya akan menambah krisis ekonomi di dalam tubuh bangsa Indonesia.

www.kotepoke.co.cc

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF