Menurut Psikolog Jean Piaget
October 18, 2017 | Author: Rina Safitri | Category: N/A
Short Description
psikolog...
Description
Menurut psikolog Jean Piaget, anak-anak melalui 4 tahap perkembangan kognitif yang ditandai dengan pergeseran dalam cara mereka memahami dunia. Piaget percaya bahwa anak-anak seperti "ilmuwan kecil" dan mereka secara aktif mencoba untuk mengeksplorasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Melalui pengamatannya terhadap anak-anaknya sendiri, Piaget mengembangkan teori perkembangan intelektual yang mencakup 4 tahap yang berbeda: tahap sensorimotor, dari lahir sampai usia 2 tahun; tahap praoperasional, dari usia 2 tahun sampai sekitar usia 7 tahun; tahap operasional konkrit, usia 7 sampai 11 tahun; dan tahap operasional formal, yang dimulai pada masa remaja sampai menjadi dewasa. Tahapan teori Piaget menjelaskan perkembangan kognitif anak yang melibatkan perubahan dalam proses dan kemampuan kognitif. Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif awal melibatkan proses yang berdasarkan tindakan dan kemudian berkembang menjadi perubahan dalam operasi mental. Tahapan Teori Perkembangan Kognitif Piaget Tahap Senorimotor: Selama tahap ini, bayi dan balita memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sensorik terhadap benda-benda. Tahap Praoperasional: Pada tahap ini, anak-anak belajar melalui bermain. Tahap Operasional Konkrit: Anak pada tahap ini mulai berpikir lebih logis, namun pemikiran mereka maih sangat kaku. Mereka cenderung berjuang dengan konsep-konsep abstrak dan hipotetis. Tahap Operasional Formal: Tahap akhir dari teori Piaget ini melibatkan peningkatan logika, kemampuan untuk menggunakan penalaran deduktif dan pemahaman tentang ide-ide abstrak. Penting untuk dicatat bahwa Piaget tidak melihat perkembangan intelektual
anak-anak pada sebuah proses kuantitatif, yaitu anak-anak tidak hanya menambahkan informasi lebih lanjut untuk pengetahuan yang ada saat mereka bertambah dewasa. Sebaliknya, Piaget menyarankan bahwa ada perubahan kualitatif pada bagaimana anak-anak berpikir karena mereka secara bertahap melalui proses 4 tahap. Seorang anak pada usia 7 tahun tidak hanya memiliki informasi lebih banyak tentang dunia dibanding ketika masih berusia 2 tahun, tetapi ada perubahan mendasar pada bagaimana anak-anak berpikir tentang dunia.
eori Perkembangan pada Masa Pra-Sekolah dan Fase Sekolah Dipublikasi pada 24 Desember 2011 oleh bangkaganteng Penulis: Erwin Editor: Indra Trisnajaya PENDAHULUAN
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakikat manusia yang bermartabat dan berkualitas. Perkembangan memiliki sifat yang kompleks yakni terdiri dari berbagai aspek baik fisik (jasmani) maupun psikis (psikologis), yang terjadi dalam beberapa tahap (berkesinambungan). Perkembangan individu memiliki beberapa prinsip yang diantaranya yaitu
never ending process ( perkembangan yang berkelanjutan), semua aspek perkembangan saling bersinergi baik pada aspek emosional, aspek agama, aspek sosial, dan aspek-aspek lainnya. Perkembangan juga mengikuti pola atau arah tertentu kerena dalam perkembangan individu dapat terjadi perubahan prilaku. Perkembangan adalah proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan umum seperti tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap bayi, tahap anak-anak, tahap remaja, tahap dewasa, serta tahap lansia. Sesuai dengan prinsipnya, Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian, tetapi ia terjadi dalam berbagai kecepatan, terkadang cepat dan kadang-kadang secara perlahan. Piechowski telah menekankan bahwa,” perkembangan tidak terjadi dengan kecepatan yang sama”[1] Dalam pembahasan psikologi perkembangan ini, penulis menyodorkan bahasan yang dikhususkan pada fokus pembahasan perkembangan masa bayi dan masa anak-anak (pra-sekolah dan fase sekolah) . Dengan bahasan yang sangat sederhana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita serta dapat mengenal pembelajaran psikologi perkembangan lebih mendalam.
PEMBAHASAN
1. FASE BAYI DAN ASPEK PERKEMBANGANYA Masa orok merupakan masa parkembangan terpendek dalam kehidupan manusia. Dimulai sejak lahir sampai usia dua minggu. Masa orok umumnya dibagi dalam dua masa, yakni masa pertunate yang berlangsung selama 15-20 menit pertama sejak lahir sampai tali pusatnya digunting, dan masa neonate, yaitu sejak pengguntingan sampai watu dua minggu. Masa bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua dari kehidupannya (usia 2 minggu-2 tahun). Periode bayi telah dikenal semua orang sebagai suatu masa yang khusus dan diberi nama khusus pula untuk membedakannya dari tahap kehidupan selanjutnya. Prilaku dan kemampuan bayi sangat berbeda dari prilaku anak yang lebih besar. Masa bayi ini sudah memiliki beberapa aspek perkembangan umum yang diantaranya adalah; 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik bayi mempunyai karakteristik seperti berikut; 1. Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan pada tahun kedua sudah mulai mengendur. 2. Pola perkembangan bayi laki-laki dan bayi perempuan sama. 3. Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan pada tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
4. Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala. 5. Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan. Alat indra lainnya yang juga berkembang adalah pendengaran dan penciuman. 6. Fungsi-fungsi fisiologis. Masa bayi merupakan masa dasar pembinaan pola-pola seperti makan, tidur, dan buang air harus terbentuk. 7. Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan penguasaan otototot mengikti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala munuju kaki.[2]
2. Perkembangan Intelegensi Sejak tahun pertama dari usia bayi, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam bertingkah lakunya, umpamanya dalam bertingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukan gerakan-gerakan lancar, serasi, dan berkoordinasi dan cepat dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi. Dilihat dari perkembangan kognitifnya, menurut Piaget, usia bayi (tahun pertama) ini berada pada periode sensorimotor. Bayi mengenal objek-objek yang berada disekelilingnya melalui system pengindraan (penglihatan dan pendengaran dan indra lainnya) serta gerakan motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah rangsangan). Meskipun ketika baru dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat indranya sudah langsung bisa berfungsi seperti mengenyot dan menghisap susu ibu. 3. Perkembangan Emosi
Pada usia 0-8 minggu kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif) dan emosinya sangat bertalian dengan indrawinya (fisik) dengan kualitas perasaan; senang dan tidak senang. Misalnya bayi senyum atar tidur pulas kalau merasa kenyang, hangat, dan nyaman. Dan dia menangis kalau lapar, haus, dingin atau sakit. Pada usia 8 minggu hingga 1 tahun, perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak tersenyum (senang) jika melihat mainan yang didapatinya, atau melihat orang yang telah dikenalnya. Dan sebaliknya ia akan tidak senang jika melihat orang yang tidak dikenalnya atau menangis. Pada fase ini terjadi penguraian yaitu dari perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi perasaanperasaan marah, jengkel, terkejut, dan takut. Pada usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi bayi adalah sebagai berikut; 1. Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda, dan lainnya), 2. sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka ia sudah dapat menyatakan perasaannya dengan bahasa. 3. sifat-sifat perasaan anak pada masa ini adalah labil (mudah berubah) terkadang menangis tetepi segera tertawa dan mudah terpengaruhi. [3] 4. Perkembangan Bahasa Ada tiga bentuk pra-bahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa pada bayi. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa sedangkan pada orang dewasa isyarat sebagai pelengkap bahasa. Oleh karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperolah model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik. Bahasa bayi mengalami perkembangan dalam beberapa tahap seiring dengan berkembangnya intelegensinya, secara umum tahap-tahap bahasa itu antara lain; tahap permulaan, Stadium Purwoko (6-12 bulan) atau masa meraban yakni tahap mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti, misalnya ba-
ba, ma-ma.dsb. selanjutnya adalah tahap pertama Stadium Kalimat Satu Kata (12-16 bulan), pada masa ini anak sudah dapat mengucapkan mama, papa, mamam, dsb yang merupakan sebuah kalimat tetapi tidak lengkap atau single
word sentence. Selanjutnya adalah tahap Kedua Stadium Nama (16-24 bulan), yang mana anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama sehingga disebut Stadium Nama. 5. Perkembangan Bermain Bermain atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih bersifat sendiri daripada dengan orang lain. Piaget menjelaskan bahwa,” bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”.[4] Pada masa bayi mencapai usia tiga bulan, umumnya penguasaan tangan telah sedemikian berkembang dan telah memungkinkan si bayi untuk bermain dengan boneka atau mainan lainnya. Pada usia dua tahun selanjutnya permainan sudah mulai teratur dan boneka atau mobil-mobilan dipakai untuk berbagai macam permainan. Cirri khas nya pada masa ini adalah permainannya banyak melibatkan berjalan, melempar mainan dan memungutnya kembali. 6. Perkembangan Kepribadian Pada masa ini masih berkembang sikap egosentris (keAkuan). Ini berarti bahwa anak memandang segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan di tujukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Ia adalah raja (ratu) yang kebutuhannya harus terpenuhi. Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti, orang sekitarnya harus melayaninya, permintaannya harus dipenuhi.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan pilaku wajar atau normal bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangat rentan dikuasai oleh nalurinya (bersifat inpulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang. Tugas perkembangan pokok bagi bayi adalah memperoleh atau mengembangkan sikap percaya dan mengatasi atau menghindari diri dari sikat tidak percaya tersebut. Ketercapaian sikap tersebut amat dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Lingkungan pertama bagi anak adalah orang tuanya, terutama ibunya. Jika seorang bayi diberi perhatian, pemeliharaan, pemberian kasih sayang yang cukup seperti senyuman, belaian, maka cenderung anak akan mengembangkan sikap positif terhadap ibunya dan lingkungannya. Sikap ini menjadi dasar perkembangan kepribadian anak secara normal. 7. Perkembangan Moral Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini tingkah laku anak (bayi) hampir semuanya didominasi oleh dorongan naluriah belaka (impulsive). Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak bermoral. Pada masa ini anak cenderung mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang tidak menyenangkan. Dengan melihat kecenderungan prilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak, ada baiknya dilakukan beberapa hal seperti memberi pujian, ganjaran, atau dicim, dipeluk, dan diberi katakata pujian apabila ia melakukan sesuatu yang baik. Sehingga menjadi faktor penguat agar tindakan baiknya dapat dilakukan kembali. Dan sebaliknya, memberi ia hukuman atau memberikan sesuatu yang mendatangkan perasaan yang tidak senang agar ia tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Jika perlakuan pada anak dilakukan secara teratur maka akan tertanam pada diri anak tentang pengertian atau konsep moral. Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang mendapat pujian adalah baik dan perbuatan yang mendapat hukuman adalah dilarang.
8. Perkembangan Kesadaran Beragama Menurut Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan.[5] Perasaan ini sangat memegang peranan penting dalam diri pribadi anak. Perasaan ketuhanan pada masa ini adalah fundamen bagi perkembangan perasaan ketuhanan pada periode selanjutnya. Seiring dengan perkembangan kognisi, emosi, dan bahasa anak maka untuk membantu perkembangan kesadaran beragamanya, orang tua sebagai lingkungan pertama seyogyanya melakukan hal-hal seperti, mengenalkan konsep-konsep atau nilainilai agama kepada anak melalui bahasa seperti membacakan
bismillaahirrahmaanirrahim pada saat memulai memberi makan atau mandi dan membacakan alhamdulillahirabbil’alamin sesudahnya. Dan pada saat tidurnya hendaknya membiasakan mengucapkan kalimah-kalimah toyyibah (zikir). Memperlakukan anak dengan kasih sayang karena pada usia ini belum berkembang pemahaman kasih sayang Tuhan. Melalui kasih sayang orang tua nya ia akan percaya pada apa yang disampaikan kepadanya dan ia akan yakin bahwa agama itu sesuatu yang menyenangkan. Kemudian memberikan contoh dalam mengerjakan ajaran agama secara baik dan kontinuitas seperti mengajak sholat berjama’ah berdo’a dan sebagainya.
2. FASE ANAK-ANAK DAN ASPEK PERKEMBANGANNYA Periode anak-anak dimulai pada usia 2 tahun sampai usia remaja. Pada umumnya periode ini terdiri atas dua bagian; masa kanak-kanak
dini (2-6 tahun) yang dikenal sebagai usia pra-sekolah, dan masa akhir kanak-kanak (6-13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki).[6] 1. Masa Kanak-Kanak Dini (usia pra-sekolah) Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut; 1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap. Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, ratarata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dsb. 2. Perkembangan Intelektual Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan
berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa. 3. Perkembangan Emosional Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal). 4. Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan; a)
anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b)
anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c)
Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
d)
Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.[7]
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan; a)
Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b)
Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c)
Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan
kapan, mengapa, bagaimana, dsb. 5. Perkembangan Sosial Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah; a)
Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan
bermain). b)
Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c)
Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
d)
Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain
(peer group) Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
6. Perkembangan Bermain Usia anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti; a)
Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian dsb.
b)
Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c)
Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d)
Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat rumah-
rumahan dsb e)
Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.
Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, diantaranya; a)
Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b)
Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c)
Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d)
Anak dapat mengenal aturan bermain
e)
Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama
mempunyai kelebihan dan kekurangan. f)
Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau
toleransi. 7. Perkembangan Kepribadian
Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya. Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent (bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih sayang. 8. Perkembangan Moral Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik. Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati atau sikap kepedulian terhadap sesama.
9. Perkembangan Kesadaran Beragama Secara umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut ; a)
Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak
bertanya.
b)
Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan).
c)
Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meski
telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d)
Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya.
Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya. B. Masa Anak Sekolah ( usia sekolah dasar) 1. Perkembangan Intelektual Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imajinatif (khayalan), sedangkan pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk kepada halhal yang bersifat kongkrit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi kongkrit, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir nyata.
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yakni; mengklasifikasikan, menghubungkan angka-angka. Kemampuan menghitung, menambah, mengurangi. Kemampuan selanjutnya anak sudah bisa memecahkan masalah yang sederhana. Kemampuan intelektual anak pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan berhitung seta diberi pengetahuan tentang manusia, hewan, alam serta lingkungan. 2. Perkembangan Bahasa Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai
vocabulary atau perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa yaitu;
a)
Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang (organ
suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b)
Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik. 3. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi sosial. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok, tradisi dan moral. Perkembangan sosial anak sekolah dasar ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan sekolah. Pada fase ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak merasa senang jika ia diterima dalam suatu kelompok dan merasa tidak senang jika ia ditolak dalam kelompoknya. Berkat perkembangan sosialnya ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun lingkungan sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan sosialnya ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tigas kelompok baik secara fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. 4. Perkembangan Emosi Menginjak usia anak sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dimasyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan control ini diperoleh melalui peniruan dan latihan-latihan (pembiasaan). Apa bila anak dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil dan sebaliknya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senang, nikmat, bahagia). Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku, dalam hal ini tingkah laku belajar. Emosi yang positif, akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca, berdiskusi dsb. Dan sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu
emosi yang negatif, maka proses belajar akan terganggu dalam arti individu tidak bisa memustkan perhatiannya untuk belajar.[8]
5. Perkembangan Moral Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah keharusan karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia sekolah dasar ini anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntunan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Dismping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar salah. Misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedagkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar. 6. Perkembangan Motorik Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang dsb. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik di bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar pserta didik. Pada usia sekolah dasar kematangan perkembangan
motorik ini pada umumnya dicapai, karena mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan. 7. Perkembangan Keagamaan Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut; 1. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian 2. Pandangan keagamaannya diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika pada indikator alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. 3. Penghayatan secara rohaniah mulai mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan penting. Oleh karena itu pendidikan agama di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak. Senada dengan paparan tersebut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan membentuk pribadi dan akhlak anak.
KESIMPULAN Ada berbagai kebutuhan anak yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua. Masing-masing kebutuhan tersebut berbeda sejalan dengan pertumbuhan anak sejak bayi sampai dewasa. Dengan demikian, orang tua harus memahami ciri-ciri dari setiap fase pertumbuhan anak agar dapat memperlakukannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Secara ringkas akan disimpulkan ciri-ciri dari masing-masing usia pertumbuhan anak; 1. Masa Bayi Sikap orang tua pada saat anak dalam kandungan ikut mempengaruhi jiwa anak. Demikian pula kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi sikapnya terhadap bayi yang akan lahir itu. Andaikata ibu memiliki sifat yang buruk maka ia tidak akan memberikan perhatian yang baik pada anaknya. Sikap tersebut menyebabkan si bayi tidak mendapat kasih sayang. Sehingga bibit kepribadiannya kekurangan satu unsur penting dalam pertumbuhannya. 2. Masa Kanak- Kanak Masa ini berkisar antara 2-6 tahun. Pada masa ini anak sangat sensitif, ia dapat merasakan apa yang terkandung dalam hati bapak ibunya. Ia sangat membutuhkan kasih sayang ibunya yang sungguh-sungguh. Ia suka meniru dan melakukan apa yang terlihat. Ia ingin meniru ibunya menyapu, menggendong atau yang lainnya. Jika ia laki-laki ia suka meniru apa yang dilakukan oleh ayahnya. Lingkungan anak pada usia ini lebih meluas meski masih terpusat pada orang tuanya. Andaikan adiknya lahir maka ia merasa terabaikan sehingga ia akan melakukan hal-hal yang dapat merebut perhatian orang tuanya baik dengan menggangu adiknya jika ibu tidak menjaga perasaannya. Anak akan rewel atau
menangis, dan sering melakukan tindakan negatif. Penderitaan batin si anak akan membawa pengaruh dalam hidupnya. 3. Anak-Anak Masa Sekolah Pengalaman pertama yang sangat berat bagi si anak adalah mulai belajar berdisiplin di sekolah dan harus patuh peraturan. Bagi anak yang senantiasa mendapat perhatian lebih dirumah maka pengalaman sekolah bukan hal yang menyenangkan. Apalagi guru yang tidak memberikan perhatian peralihan maka akan mempengaruhi sikap si anak seterusnya terhadap sekolah. Orang tua juga hendaknya memberikan dorongan moril kepada anak untuk bersekolah dan belajar. Hal itu akan menambahkan sesuatu dalam pertumbuhannya.[9]
DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin, Yussak. Kesehatan Mental. Bandung: CV Pustaka Setia. 1999.
Hurlock, Elizabet. Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga. 1978
Mussen, Paul Henry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1984.
Setiadi Arif Iman. Dinamika Kepribadian; Gangguan Dan Terapinya. Bandung : PT Refika Aditama. 2006
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
TEORI PERKEMBANGAN 1. PENDEKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya. Ada tiga model perkembangan kognitif ini, yakni: a.Model dari Piaget Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat di gambarkan dalam konsep fungsi dan struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang atau kecendrungan-kecendrungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan kedalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai tantangan lingkungan. Tujuan dari fugsi-fungsi itu adalah menyusun struktur kognitif internal. Sementara struktur merupakan intereasi (saling berkaitan) system pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku inteligen. Struktur kognitif diistilahkan dengan konsep skema, yakitu seperangkat keterampilan, pola-pola
kegiatan yang fleksibel yang denganya anak memahami lingkungan. Skema memiliki dua elemen, yaitu: (a) objek yang ada dilingkugan dan (b) reaksi anak sebagai objek. Menurut Wasty Soemanto (1984), skema ini berhubunga n dengan (a) refleks: bernapas, makan, dan minum; dan (b) skema mental: skema klasifikasi (pola tingkah aku yang masih sulit diamati). Dalam membahas fungsi-fugsi, Piaget mengelompokkann ya sebagai berikut: 1. Organisasi, yang merujuk pada fakta bahwa semua str uktur kognitif berinterelasi, dan berbegai pengetahuan baru harus diselaraskan ke dal am system yang ada. 2. Adaptasi, yang merujukkan pada kecendrungan organis me untuk menyelaraskan dengan lingkungan. Adaptasi ini terdiri atas dua subproses : (1) Asimilasi, yaitu kecendrungan untuk memehami pengalaman baru berdasarkan pengetah uan yang telah ada; (2) Akomodasi, yaitu perubahan struktur kognitif krena pengalaman baru. Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan ak omodasi melahirkan konsep konstruktifisme, yaitu bahwa anak secara aktif menc iptakan pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya menerima pengetahuan secarapasif dari l ingkungan. TABEL 1.1 Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
PERIODE USIA DESKRIPSI PERKEMBANGAN 1.Sensorimotor 0-2 tahun Pemgetahuan anak diperoeh me lalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek. Skemaskema baru berbentuk reflek-reflek sederhana, seperti: menggenggam atau menghisap. 2.Praoperasional 2-6 tahun Anak mulai menggunakan sym bol-simbol untuk merepresentasdunia (lingkungan) secara kognitif. Symbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak). 3. Operasi konkret 6-11 tahun Anak sudah dapat membent uk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis. 4. Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Disini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, todak hanya dengan objekobjek konkrit. Remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan maslaah melaui pengujian semua alternative yang ada.
dunia anak
Selasa, 25 Desember 2012 Teori perkembangan anak menurut para ahli
Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget dan Vigotsky The National for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat
perkembangan
dan
keunikan
individu.Pembagian
rentang
usia
berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2) Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia 4-5/6 tahun Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem
biologi
membangun
struktur
untuk
berfungsi,
pertumbuhan
kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan
untuk
beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi. Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang
diterima dengan pengalaman masa lalu kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama sekali. Aspek yang baru
inilah
yang
menyebabkan
terjadinya
dalam
struktur
kognitif
(akomodasi).Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya guru memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak,
untuk
kemudian
dikembangkan
dengan
stimulasi
lebih
luas
misalnyadalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks. Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri seseorang ia juga dikenal dengan konsep bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena tahap sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat mencolok. Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk
belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif. Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.
Riwayat Maria Montessori Maria Montessori lahir tahun 1870 di kota Chiara Valle, Italia dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Maria Montessori pindah ke Roma pada usia 3
tahun dan tumbuh di lingkungan yang di dominasiprestasi akademis. Maria Montessori belajar matematika dan teknik dijurusan teknik, kemudian melanjutkan kuliah di universitas Roma. Iamenjadi wanita pertama yang memperoleh gelar dokter. Selanjutnyamenekuni karier dokter di State Orthophenis School di Roma, danbekerja menangani anak-anak cacat. Keberhasilan Maria Montessori menangani anak cacat, meyakinkan dirinya untuk meninggalkan profesi dokter dan memfokuskan diri pada pendidikan. Untuk mempelajarifungsi pikiran manusia, ia kembali ke kampus untuk mempelajaripsikologi dan antropologi. Bahkan akhirnya Maria Montessori menjadidekan jurusan antropologi pendidikan.Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dariberbagai budaya dan latar belakang, tidak hanya anak cacat, tetapi jugaanak normal dari keluarga kaya dan miskin. Ia menyimpulkan bahwaanak perlu lebih dari sekedar perawatan fisik dan medis gunamenunjang
pertumbuhan
dan
perkembangan
jiwa
dan
raganya,
anakmemerlukan lebih dari sekedar pelajaran yang diajarkan di sekolahumum. Ia memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatihpanca indera dan ketrampilan motorik anak. Dengan alat peraga khususdan di lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa mengerjakanaktivitas secara spontan, dan , lewat aktivitas anak mendapatkanpengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sekuat keinginanpribadi dan mengatasi ketidakmampuannya tanpa bantuan dan campurtangan orang tua.Pengalaman kerja pertama Maria Montessori adalah mendidikanak cacat. Selanjutnya hasil observasi Maria Montessori juga berlaku untuk anak normal. Eksperimen awal Maria Montessori mengajarkanbahwa guru perlu mengajarkan dasar-dasar hidup. Misalnya melatihpanca indera dan sistem urat saraf. Setelah berhasil mengajar anak cacat. Kesempatan menguji metode Maria Montessori untuk anaknormal datang ketika diminta menguji 60 anak di kawasan kumuh SanLorenzo, Roma. Anak-anak ini berusia 3-7 tahun. Berasal dari keluargamiskin. Sebagian orang tua mereka bahkan buta huruf. Karena danakurangia membuat sendiri furnitur dan perlengkapan mengajar.Usaha untuk
menumbuh-kembangkan
anak
dilakukan
MariaMontessori
dengan
mendirikan Casa Dei Bambini atau rumah anak. Disini, Maria Montessori menelaah respon terhadap metode mengajaranak prasekolah. Metode
mengajar Maria Montessori mulai terkenaldan membuka jalan untuk membuat proyek serupa bagi MariaMontessori dan pengikutnya. Maria Montessori mendirikan sekolahuntuk anak normal dan anak orang kaya. Maria Montessori mengatakananak melakukanaktifitas metodemengajar
normal anak yang
mempunyai cacat. tepat
kemampuan
Maria
dan
yang
Montessori
menyadari
perlu
telah
sama
untuk
menemukan
adanya
revolusi
pendidikan.Untuk menyebarluaskan penemuannya, ia berkenan mengajar hingga keAmerika, Inggris, Australia, dan Asia. Tidak mengherankan jika MariaMontessori didominasikan 3 kali untuk menerima hadiah nobel dibidang perdamaian.Maria Montessori meninggal di Belanda tahun 1952, sebelumulang tahunnya yang ke-82. dia bekerja setiap hari untuk mengajarkansistem pendidikan ke seluruh dunia. Selain buku dan program pelatihan guru, banyak asosiasi dan sekolah di Eropa, Amerika, dan Asia yangmengabdikan nama Maria Montessori a.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya.
b.
Metode Maria Montessori terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik Setiap manusia terdiri atas 3 kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria Montessori dari 3 segi.
1. Kognitif
2. Afektif (emosi) - Tidak boleh dipaksa - Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri - Anak harus merasa senang dalam belajar SKEMA dan CERITA Melalui alat yang digunakan tanpa dipaksa Membuat anak melakukan sesuatu 2. Anak menjadi senang cerita : Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak diberi pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka pada ibu, sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa. 3. Psikomotor Cerita: Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama temantemannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan, gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari permainan tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan sederhana tersebut c.
Tujuan Metode Maria Montessori Tujuan penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode belajar yang baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan intelektual, kepribadian, dan dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini dikarenakan umur lima tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal. Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada anak mereka. Sebelum membina perlu menentukan seperangkat nilai yang mau ditanamkan.
1. Watak
kepribadian
macam
apa
yang
ingin
dilatihkan
dan
dikembangkan? 2. Sikap sosial macam apa yang hendak kita bangun? 3. Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak kita berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan usia? Namun yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang tuanya sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari "potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa yang hendak kita gunakan secara positif.adapun tujuan dari metode Maria Montessori adalah: 1.
Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif
bagi anak mereka 2. Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor, dan afektif yang ada pada diri mereka. 3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya. 4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan. 5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas. 6. Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi. 7. Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan keinginan sendiri. d.
Alat Permainan Edukatif ciptaan Montessori Montessori menciptakan alat permainan yang memudahkan anak untuk mengingat dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan sedemikian rupa agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan tersebut antara lain: a. b. c.
Alat timbangan Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran Tongkat-tongkat desimeter, meter
d.
Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik
halus e.
Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-
pecah f. g. e.
Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola Bujur telur, limas, dan sebagainya
Landasan Teori Maria Montessori merupakan seorang pendidik yang menggunakan metode pendidikan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas. Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada zaman dahulu. Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based Learning (pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based Education (belajar berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction (berakar pada kehidupan nyata). Maria Montessori ini merupakan gabungan dari berbagai macam pembelajaran yang disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R, SQ3R. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugastugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning. Pada metode ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator saja selebihnya menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih menekankan pada pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah, menganalisa dan mencari solusi masalah yang dikaji. Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi dengan disiplin ilmu lain. Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang potensial. Belajar dengan kasus-
kasus dapat mempengaruhi kognitif dan metakognitif peserta didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu, Faktor sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode ini mengajarkan agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaanpertanyaan. Cara pembelajaran lainnya adalah Teori Scaffolding, dimana guru memberikan materi, lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta didik sudah mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah diberikan oleh guru. Kita seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi sebagai suatu hal yang nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui cara mengembangkan imajinasi tersebut. Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif Tahapan dalam perkembangan intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga masa dewasa awal. Menurut Piaget, intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organism beradaptasi dengan lingkungan. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu. Piaget meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk
berpikir anak
dan
kejadian
dalam
lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif. Piaget mendeskripsikan anak sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget Piaget mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan menunjukkan tingkat kualitas yang berbeda dari fungsi dan bentuk kognitif yang disebut tahap perkembangan Invarian, yaitu semua anak mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang persis sama tanpa melewati suatu tahap. Menurut Piaget, urutan tahap-tahap intelektual adalah tetap, namun dia menemukan bahwa ada perbedaan individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap tertentu. Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh factor budaya dan pengaruh lingkungan. Tahap perkembangan anak usia dini menurut Piaget hanya berada pada tahap Sensorimotor dan Praoperasional. 1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun) Tahap sensorimotor yaitu tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua tahun. Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya. Pada dua tahun pertama, bayi berkembang dari makhluk yang berkembang dengan reflek dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Piaget
membagi
periode
sensorimotor
menjadi
6
sub
tahap
yang
menggambarkan transisi bertahap dari organism yang menggunakan reflek menjadi organism yang bercermin pada diri sendiri. 2) Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah Piaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu suatu periode dimana perilaku bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan obyek baru ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata. Pada tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan kognitif.
3) Perkembangan Imitasi (Peniruan) Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak mampu meniru respon asli yang ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12 bulan. Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan kembali perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental simbolis, atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu. Tetapi, menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa kapasitas untuk penundaan peniruan yang memungkinkan bayi untuk menyusun, menyimpan, dan kemudian memunculkan kembali mental simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari yang telah dikemukakan Piaget. 4) Perkembangan Ketetapan Benda Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak lagi dapat terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk memahami suatu benda, maka ia akan berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat diinderai. Pada bayi usia 12-18 bulan, konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum lengkap, karena anak tidak dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan untuk memahami pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat. Selanjutnya pada usia ini bayi mampu secara mental menggambarkan pemindahan benda secara tak terlihat dan menggunakan kesimpulan mental untuk memandu pencariannya terhadap benda yang telah lama menghilang. 5) Tahap praoperasional (2-7 tahun) Pada saat anak memasuki tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian. Symbol merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Piaget mendeskripsikan bahwa intelejensi praoperasional berfokus pada keterbatasan anak dalam berpikir. Anak usia dini masih belum menguasai operasi kognitif yang memungkinkan mereka untuk berpikir logis. Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis, yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili
sesuatu yang lain. Pada periode ini terjadi pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada perenungan. Teori perkembangan anak menurut Lavengeveld Lavengeveld
menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak
meliputi: 1. 3½ -5 tahun Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua). 2. 3 - 6 tahun Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah a. Berbahasa lisan (berbicara, bercerita) b. Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan sekolah) c. Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dll). d. Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya. e. Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan). 3. Kelas I dan II SD Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan bendabenda
kecil, dan bermain dengan teman sebaya
Diposkan oleh nurzubaini di 03.31 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 1 komentar: 1.
Rendy Vixio30 Mei 2013 17.03 nilai anak menurut DAVID B ada ngak?? Balas
Muat yang lain... Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
► 2013 (4)
▼ 2012 (2) o
▼ Desember (2)
Teori perkembangan anak menurut para ahli
Teori Erik Erikson
Mengenai Saya
nurzubaini Lihat profil lengkapku Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Citra Persona Psikologi Untuk Kita...
Home
About
Thursday, October 3, 2013 Tahap Perkembangan Psikomotor, Kognitif dan Emosi Pada Masa Lahir Sampai Remaja Perkembangan individu terdiri dari tiga aspek yang penting, yaitu perkembangan psikomotor yang berkaitan dengan kondisi fisik, kognitif yang berhubungan dengan perkembangan otak dan perkembangan emosi secara psikologis. Ketiga hal tersebut menjadi landasan utama dalam melihat apakah seorang individu terutama dalam rentang usia sejak lahir hingga masa remaja termasuk normal ataukah abnormal (tidak normal). Berikut ini akan penulis uraikan ketiga aspek perkembangan tersebut.
TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA Perkembangan motorik anak berkembang sejak dalam kandungan ibu. Kemudian
semakin
Perkembangan (2008;60)
pesat
motor
berkembang
(motor
merupakan
setelah
janin
dilahirkan.
development) menurut Muhibin Syah
proses
perkembangan
yang
progresif
dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills). Tahap perkembangan psikomotor menurut pandangan hotistik dalam tabel perkembangan yang terdapat pada buku Human Development (Papalia, Old dan Feldman, 2009) sejak masa lahir hingga dewasa adalah : § Usia lahir sampai 1 bulan (Neonatal) Bayi pada usia ini tidur sepanjang hari; membangun siklus tidur-bangun. Seluruh indra berkembang secara sangat cepat. § Usia 1-6 bulan Pada usia tersebut bayi mulai meraih dan menggenggam berbagai objek, mengangkat dan menolehkan kepalanya, bisa berguling-guling serta merangkak atau merayap. § Usia 6-12 bulan Bayi mulai duduk tanpa adanya penopang, berdiri sambil dipegangi, kemudian bisa berdiri sendiri. Kemudian selanjutnya bisa melangkah untuk pertama kalinya. § Usia 12-18 bulan Anak sudah bisa berjalan dengan baik. Selain itu pada usia ini anak mampu mendirikan menara dari balok. § Usia 18-30 bulan Saat usia 18-30 bulan anak dapat berjalan tegak dan mulai mencorat-coret tanpa arti. § Usia 30-36 bulan Biasanya pada usia ini anak dapat melompat. § Usia 3-4 tahun Anak dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain. Selain itu anak dapat menuangkan cairan, makan dengan perangkat makan dan menggunakan toilet sendiri. Meskipun belum mandiri anak biasanya dapat menggunakan baju dengan bantuan.
§ Usia 5-6 tahun Pada usia tersebut anak dapat turun tangga,melompat, berjingkrak dan mengubah arah. Selain itu anak dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu. § Usia 7-8 tahun Keseimbangan dan control tubuh pada usia ini meningkat. Selain itu kecepatan dan kemampuan melempar meningkat. § Usia 9-11 tahun Ketika
anak
mencapai
usia
ini,
rata-rata
anak
perempuan
mulai
menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat. § Usia 12-15 tahun Rata-rata anak laki-laki pada usia ini mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat. § Usia 16-20 tahun Pada usia ini mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis beralih, mempengaruhi siklus tidur-bangun. Tahap perkembangan psikomotor dari lahir hingga 16 bulan menurut Santrock (2007:128) dalam “Life Span Development” dapat dilihat dari diagram berikut ini :
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA Pada saat seorang bayi terlahir di dunia, ia sudah diciptakan dengan milliaran jaringan sel otak yang sangat luar biasa. Hal ini menjadi pondasi penting bagi perkembangan kognitifnya kelak. Perkembangan kognitif (cognitive development) dalam buku Human Development (Papalia, Old dan Feldman, 2009;12) didefinisikan sebagai suatu pola perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental, seperti; belajar, perhatian, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran dan kreativitas. Sedangkan menurut Muhibin Syah (2008;60) dalam bukunya
“Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru” perkembangan Konitif (cognitive development) adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak. Selain itu menurut Desmita (2009), perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehingga kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Menurut Piaget berbagai perubahan kualitatif pada pikiran muncul antara masa bayi dan masa remaja (dalam Papalia, Old dan Feldman, 2009;42). Berikut ini beberapa teori tahap-tahap perkembangan kognitif sejak lahir hingga remaja menurut tokoh-tokoh, yaitu antara lain ; I. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
1. Masa Sensori Motor (0-2 tahun) Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24) Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode, yaitu :
a.
Refleks (umur 0-1 bulan)
Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan. Contoh: refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.
b.
Kebiasaan (umur 1-4 bulan)
Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan. Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.
c.
Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya. Misalnya seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.
d.
Koordinasi skemata (8-12 bulan)
Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut.
e.
Eksperimen (12-18 bulan)
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen. Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
f.
Representasi (18-24 bulan)
Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila
penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak melihat. Berikut ini table sub tahapan sensorimotor menurut Piaget dalam buku
Life Span Development (Santrock, 2007 ; 149 ) :
2. Masa Pra-Operasional (2-7 tahun) Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Misal, seseorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan dapat bermain “dokter-dokteran” (Sunarto, 2008:24). Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasional dalam dua bagian: 1. Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran logis Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak bermain pasar pasaran dengan uang dari daun.”daun”di sini sebagai tanda ,sedangkan “uang”adalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan uang tidak sama.dalam pengertian”indeks” dan “sinyal” tidak di bedakan antara tanda dan objek yang di tandakan. Piaget juga membedakan antara “simbol” dan “tanda”. Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di simbolkan seperti gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda yang di guna kan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan. 2. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif Menurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur 4 -7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional . tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang tidak lengkap
dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap sensorimotor Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu. kelemahan pemikiran ini adalah bahwa pemikiran nya searah (centred) dimana anak hanya dapat melihat dari satu segi saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas gagasan tetapi hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di gabungkan pemikiran anak menjadi kacau. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir decentred yaitu melihat berbagai segi dalam satu kesatuan. 3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) Tahap
ini
dicirikan
dengan
perkembangan
sistem
pemikiran
yang
didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. 4. Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa) Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif. Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2008;554). Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu. II. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky Vygotsky memberikan pandangan berbeda dengan Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak. Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anakanak.
Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of
Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap, yaitu : 1.
More dependence to others stage, yaitu tahapan kinerja anak
mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. 2.
Less dependence external assistence stage, pada tahapan ini
kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri. 3.
Internalization and automatization stage , tahap ini menunjukkan
kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang. 4. De-automatization stage, ketika anak memasuki tahap ini maka mereka akan mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya. Berikut
alur
tahap
perkembangan
menurut
Vygotsky
untuk
mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya mulai berfungsi hingga masa perkembangan lanjutan :
III. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Holistik Beberapa tahap perkembangan kognitif sejak lahir sampai remaja dari pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia, Old, Feldman, 2009) adalah : * Neonatal (lahir sampai 1 bulan) Tahapan sensorimotorik dimulai. Bayi dapat belajar sesuai pengkodisian atau pembiasaan. lebih banyak memperhatikan rangsangan baru daripada yang sudah dikenal. * Usia 1-6 bulan Bayi
mengulang
berbagai
perilaku
yang
menghasilkan
kesenangan,
mengoordinasikan informasi sensoris dan dapat mengulag sebuah tindakan yang telah dipelajari jika diingatkan konteks yang asli. * Usia 6-12 bulan Mulai melibatkan dirinya pada perilaku-perilaku yang bertujuan, dapat membedakan seperangkat objek kecil dan memperlihatkan penundaan untuk meniru dan mencoba perilaku yang telah dipelajari. * Usia 12-18 bulan Bayi mulai memahami hubungan sebab akibat, melibatkan diri dalam permainan yang bersifat membangun serta mecari objek-objek yang terakhir dilihat pada tempat yang tersembunyi. * Usia 18-30 bulan Batita menggunakan representasi mental dan symbol-simbol, dapat mencapai
kepermanenan
pengelompokan, praoperasional.
ingatan
objek, episodic
dapat muncul
membentuk serta
konsep
dimulainya
dan tahap
* Usia 30-36 bulan Pada usia ini anak dapat menghitung, mengetahui kata-kata warna dasar, memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal serta dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali. * Usia 3-4 tahun Anak memahami simbol, dimulainya ingatan otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang), melibatkan diri dalam permainan pura-pura, dapat menghitung menggunakan seluruh angka dan memahami kualitas yang terpecah-pecah. * Usia 5-6 tahun Teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, serta mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasi dan membangun strategi. * Usia 7-8 tahun Pada usia ini tahap operasi konkret dimulai, anak memahami sebab akibat, seriasi, penyimpulan transitif, inklusi kelas, penalaran induktif dan konservasi. Selain itu pemrosesan lebih dari satu tugas pada saat yang sama jadi lebih mudah. * Usia 9-11 tahun Kemampuan untuk mempertimbangkan banyak sudut pandang meningkat dan berbagai strategi ingatan meningkat. * Usia 12-15 tahun Remaja bisa mencapai tahap operasi formal; penggunaan abstraksi dan penalaran deduktif-hipotetis, rintangan ingatan meluas menjadi enam digit. * Usia 16-20 tahun Kemampuan menggunakan penalaran deduktif-hipotetis meningkat dan basis pengetahuan terus tumbuh.
TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA Bagaimana kondisi ibu saat hamil sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak yang akan dilahirkan. Kemudian ketika lahir hal itu berkembang dan dipengaruhi oleh bagaimana kondisi lingkungannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh John Locke, seorang filsuf Inggris bahwa anak kecil seperti sebuah tabula rasa, seperti sebuah “batu tulis yang kosong” dimana masyarakat “menulisnya” (dalam Human Development, Papalia, Old dan Feldman, 2009;41). Setiap individu memang memiliki sifat bawaan serta kontrol pribadi yang menjadi kekuatan untuk mengendalikan emosi, namun dalam perkembangannya emosi cukup signifikan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan teori Albert Bandura yang mengedepankan terbentuknya perilaku berdasarkan proses modeling. Definisi perkembangan emosi dalam buku Life Span Development (Santrock, 2007 ; 179) dikatakan sebagai berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi didiskripsikan sebagai suatu perasaan atau suasana hati yang terjadi ketika seseorang berada di suatu tempat atau sebuah interaksi yang penting, terutama yang mempengaruhi kebahagiaannya. Dalam berbagai bentuk emosi sangat mempengaruhi
bagaimana
individu
berkomunikasi
dengan
dunianya.
Meskipun emosi tidak hanya termasuk dalam suatu komunikasi, di masa anak-anak komunikasi merupakan hal penting yang mendahului munculnya emosi (Campos, 2009). Ahli psikologi mengklasifikasikan emosi dalam beberapa cara, namun hampir semua klasifikasinya dikategorikan dalam emosi positif dan negative (Izard, 2009). Emosi positif termasuk semangat/antusiasme, kebahagiaan dan cinta. Sedangkan emosi negative mencakup kecemasan, kemarahan, rasa bersalah dan kesedihan. Beberapa pendapat tahap perkembangan emosi antara lain adalah :
Ø Tahap Perkembangan Emosi Menurut Erick Erikson Menurut
Erikson
tahap
perkembangan
emosi
lebih
bersifat
psikososial. Erikson membagi tahap perkembangannya dalam delapan tahap sepanjang rentang kehidupan. Adapun tahap-tahap perkembangan sejak lahir sampai remaja hanya terdiri atas lima tahap (dalam Human
Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46) yaitu :
§ Basic trust versus Mistrust (dari lahir sampai 12-18 bulan)
Bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Kekuatan : harapan.
§ Autonomy versus shame and doubt (12-18 bulan sampai 3 tahun)
Anak mengembangkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan mencukupi kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatannya adalah kehendak.
§ Initiative versus guilt (3 sampai 6 tahun)
Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak diliputi rasa bersalah. Kekuatan : tujuan.
§ Industry versus inferiority (6 tahun sampai pubertas)
Anak harus belajar berbagai keterampilan budaya atau menghadapi berbagai perasaan tidak mampu. Kekuatan: keterampilan.
§ Identity versus identity confusion (pubertas sampai dewasa muda)
Remaja harus menentukan kediriannya sendiri (“Siapakah saya?”) atau mengalami kebingungan mengenai beberapa peran. Kebajikan : kekuatan. Ø
Tahap Perkembangan Emosi Menurut Pandangan Holistik Psikologi Perkembangan Sebuah pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia, Old dan Feldman, 2009) mendiskripsikan tahap-tahap perkembangan emosi sejak lahir hingga remaja sebagai berikut :
·
Neonatal (lahir sampai 1 bulan)
Ketika baru lahir, menangis menjadi tanda emosi-emosi negative, sedangkan emosi-emosi positif lebih sulit untuk diketahui.
·
Usia 1-6 bulan
Bayi mulai tersenyum dan tertawa ketika berespon terhadap orang dan penglihatan atau suara yang tidak terduga. Kepuasan, minat dan kesedihan adalah pertanda dari emosi-emosi yang lebh terdiferensiasi.
·
Usia 6-12 bulan
Pada saat usia ini, emosi-emosi dasar mulai muncul seperti; gembira, terkejut, sedih, jijik dan marah.
·
Usia 12-18 bulan
Saat usia ini, emosi berdiferensiasi dan referensi sosial muncul. Selain itu mulai adanya tahapan dini untuk berempati.
·
Usia 18-30 bulan
Emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri (malu, iri, empati) serta tanda-tanda rasa dan bersalah muncul. Selain itu pada usia tersebut juga mulai muncul negativism dan emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri.
·
Usia 30-36 bulan
Anak menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam ‘membaca’ emosi, keadaan mental dan maksud orang lain.
·
Usia 3-4 tahun
Pada usia tersebut, negativism mencapai puncaknya, temper tantrum biasanya mulai muncul. Selain itu anak sedikit terlihat adanya kesadaran akan kebanggaan dan rasa malu.
·
Usia 5-6 tahun
Negativisme mulai menurun dan anak mengenali rasa bangga dan malu kepada orang lain, tetapi tidak pada diri sendiri.
·
Usia 7-8 tahun
Ketika usia 7-8 tahun ini, anak mulai menyadari rasa bangga dan malu mereka.
·
Usia 9-11 tahun
Pada usia ini pemahaman dan pengaturan emosi meningkat. Anak memahami perbedaan rasa bersalah dan malu dengan baik.
·
Usia 12-15 tahun
Mood menjadi semakin sering berubah; bisa meliputi perasaan malu, kesadaran diri, kesepian dan depresi.
·
Usia 16-20 tahun
Perubahan mood semakin berkurang dan intens. Selain itu individu makin mampu mengungkapkan emosinya sendiri dan memahami perasaan orang lain.
Jika Anda menemukan hal yang tidak normal atau mendapatkan kesulitan / hambatan pada tumbuh kembang seseorang...sebaiknya konsultasikan pada dokter tumbuh kembang anak atau psikolog supaya mendapatkan bantuan sejak dini. Deteksi sejak awal dan pertolongan yang tepat akan dapat membantu tumbuh kembang yang lebih baik. "Setiap individu adalah makhluk spesial yang berhak mendapatkan perlakuan istimewa...dan sudah seharusnya kita semua peduli..." *Semoga Bermanfaat....* REFERENSI Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika. Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human
Development (Psikologi Perkembangan). Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Santrock, John W. Life Span Development. 2007. 13th edition. New York. Publised by Mc.Graw Hill Companies. Inc. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget . Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan Keempatbelas. Bandung. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Alamat sumber dari blogger : http://teoribelajar.blogspot.com/2008/10/vygotsky-pandangan-dankontribusinya.html Posted by Citra Persona at 11:44 AM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest Labels: Kamus Psikologi, Psikologi Perkembangan
No comments: Post a Comment
Links to this post Create a Link Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)
Pencarian
Selamat Datang Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat datang di blog "Citra persona". Blog ini sebagai dedikasi penulis terhadap Ilmu Psikologi yang selama ini telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman, baik dalam bidang keilmuan, pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Semoga blog ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi semua pembaca yang telah berkenan berkunjung.
"Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik....karena hidup itu anugerah... dan...menggapai kebahagiaan adalah sebuah pilihan yang harus diperjuangkan dengan jalan kebaikan....". Terima kasih atas kunjungan Anda. Wassalam.
Kategori Cerita Kamus Psikologi kecemasan kepercayaan diri Kesehatan Materi Homeschooling Psikologi Psikologi Islam Psikologi Klinis Anak Psikologi Klinis Dewasa Psikologi Pendidikan Psikologi Perkembangan Psikotes Renungan
Popular Posts
Tahap Perkembangan Psikomotor, Kognitif dan Emosi Pada Masa Lahir Sampai Remaja Perkembangan individu terdiri dari tiga aspek yang penting, yaitu perkembangan psikomotor yang berkaitan dengan kondisi fisik, kognitif yan...
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sekarang ini kita mulai sering mendengar istilah "Anak Berkebutuhan Khusus". Sebenarnya apakah yang disebut dengan Anak Berkeb...
Berbagi Materi Homeschooling Sangat menyenangkan ketika melihat anak saya berbinar belajar dengan materi yang kami siapkan. Rasa lelah seolah sirna seketika ketika meli...
Subhanallah...Perkembangan Janin dalam Rahim Sungguh Menakjubkan
Janin usia Delapan Minggu Seluruh organ tubuh utama bayi telah terbentuk meskipun belum berkembang sempurna. Mata dan telinga mulai terb...
Bullying di Sekolah Bullying akhir-akhir ini mulai banyak terjadi di sekolah, banyak berita di media cetak maupun elektronik yang menceritakannya, seperti kasu...
Artikel Berbagai Link Bermanfaat
Ayah Bunda
Informasi Psikologi Online
News
Parents Guide
Searching
Storyteller - Kak Awam
Wikipedia Indonesia
Total Pageviews 11,679
Daftar Untuk Mengikuti Artikel Terbaru
Wikipedia
MyCitraPersona. Awesome Inc. template. Template images by -ASI-. Powered by Blogger.
View more...
Comments