Mengelola Kacang Mete Untuk Ekspor

November 30, 2017 | Author: Angeline Jelita Lomi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

mengelola kacang mete untuk ekspor...

Description

yati ini penting dalam bidang medis dan ilmu pengetahuan, dan juga untuk berlangsungnya berbagai proses biokimia dan keseimbangan alami. Memelihara Nilai Sosial-Budaya dan Daya Tarik Pedesaan Nilai-nilai sosial-budaya dan tradisi masyarakat pedesaan melekat pada sistem pertanian dan pertanian memberikan daya tarik bagi daerah pedesaan. Nilai-nilai sosial-budaya ini, ditambah dengan panorama alam pertanian yang indah, menciptakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat perkotaan. Pengalaman kunjungan atau praktek kerja siswa di lingkungan pertanian dapat meningkatkan kepekaan, penghargaan, dan kepedulian untuk memelihara lingkungan. Menyediakan Lapangan Kerja Sektor pertanian mempekerjakan sekitar 46% angkatan kerja Indonesia atau lebih dari dua kali lipat penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan industri. Meskipun saat ini pekerjaan bertani kurang diminati generasi muda, pertanian berperan sebagai jaring pengaman bagi para pencari kerja. Tantangan ke depan adalah bagaimana membuat pertanian men-

jadi suatu usaha yang menarik bagi generasi muda. Pemberian imbalan/ penghargaan bagi petani yang telah menyediakan berbagai jasa (multifungsi) pertanian perlu dipikirkan atau ditingkatkan untuk memperkecil kendala yang banyak dijumpai dalam usaha tani. Multifungsi untuk Revitalisasi Pertanian Revitalisasi pertanian akan lebih efektif bila masyarakat dan para pemangku kebijakan memahami multifungsi pertanian sebagai alasan logis perlunya memelihara lahan pertanian dalam berbagai aspek pembangunan. Pengalaman membuktikan bahwa pendekatan yuridis yang bersifat larangan tidak efektif mengatasi konversi lahan. Sebagai contoh, larangan perubahan penggunaan tanah pertanian subur untuk pembangunan kawasan industri sudah diatur dalam Keputusan Presiden nomor 98 tahun 1998, namun konversi lahan pertanian terus terjadi dan bahkan mengalami percepatan dalam kurun waktu 19992002 (Agus dan Irawan 2006; makalah Seminar Internasional Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian, Juni 2006, Bogor). Peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang multifungsi pertanian dapat dilakukan dengan

Mengolah Kacang Mete untuk Ekspor Menghasilkan kacang mete yang memenuhi persyaratan ekspor ternyata cukup mudah. Bahkan kelompok tani pun bisa, seperti kelompok tani di Madura.

J

ambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan dan menjadi sumber pendapatan utama petani di kawasan timur Indonesia. Sentra pengembangan jambu mete adalah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,

4

Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur. Produk utama tanaman jambu mete adalah gelondong, yang selanjutnya dapat diolah menjadi kacang mete. Kacang mete memiliki cita rasa yang enak baik dalam ben-

diseminasi atau penyebarluasan informasi baik di pusat maupun di daerah. Diseminasi tersebut dapat berupa round table discussion dengan para pemangku kepentingan, publikasi pada berbagai media, internalisasi (memasukkan) konsep multifungsi pertanian dalam bukubuku pelajaran sekolah, pengembangan agrowisata, lokasi percontohan, dan laboratorium lapangan. Sebagai penutup, perlu dipahami bahwa multifungsi pertanian bersifat tak dapat balik dan tidak bisa dipindahkan. Berkurangnya produksi pangan di suatu daerah akibat menyusutnya luas lahan pertanian mungkin dapat diatasi dengan pencetakan sawah baru atau mendatangkannya dari daerah atau negara lain, namun hilangnya multifungsi pertanian di daerah itu (akibat hilangnya lahan pertanian) tidak pernah bisa digantikan (Edi Husen).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanah Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 Telepon : (0251) 336757 Faksimile : (0251) 321608 E-mail : [email protected]

tuk mentah maupun olahan, dan mengandung nutrisi dan energi yang tinggi. Kacang mete digunakan sebagai diet oleh masyarakat menengah ke atas karena dapat membantu mencegah penyakit gangguan ginjal maupun batu empedu. Menurut World's Healthiest Foods Rating, kandungan nutrisi kacang mete termasuk dalam kelompok baik. Peran dan posisi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil utama dan pengekspor mete akan semakin kuat mengingat luas areal dan produksi masih mungkin untuk ditingkatkan. Salah satu aspek penting dalam upaya mendorong usaha

Kacip model MM-99 (kiri) yang digunakan dalam kegiatan pengolahan kacang mete yang dianjurkan (tengah), dan kacang mete yang dihasilkan dan dikemas dalam plastik menggunakan vacuum sealer (kanan).

pengolahan jambu mete adalah dengan meningkatkan efisiensi proses dan mutu melalui penyempurnaan teknologi. Pengolahan gelondong menjadi kacang mete dimulai dengan pemilihan gelondong, penjemuran, pengupasan, penyangraian, pelepasan testa, sortasi, penjemuran/pengeringan, dan diakhiri dengan pengemasan. Perbedaan pengolahan terjadi pada tahap penanganan gelondong sebelum dikupas, yaitu dengan penjemuran (proses dingin), roasting dengan cashew nut shell liquid (CNSL) dan roasting dengan pengukusan (proses panas). CNSL adalah cairan yang dipres dari kulit gelondong mete. Perlakuan roasting dengan CNSL dapat menghasilkan kacang yang bermutu baik. Namun perlakuan ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan CNSL dalam jumlah banyak dan kontrol proses yang teliti, sehingga diperlukan peralatan dan biaya yang lebih mahal daripada roasting dengan cara dikukus. Cara roasting dengan CNSL biasanya diterapkan pada skala industri. Agar pengrajin rumah tangga mampu menghasilkan kacang mete bermutu baik, diperlukan teknologi

pengolahan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pengolahan kacang mete dengan cara pengukusan dan pengupasan gelondong menggunakan kacip model MM-99 dianjurkan untuk dikembangkan, karena mampu menghasilkan kacang utuh 85-90%, produk lebih higienis, dan lebih efisien daripada pengolahan secara tradisional. Alat Pengupas Kulit Gelondong Mete (Kacip) Masalah utama dalam pengolahan kacang mete adalah pengupasan kulit gelondong. Bentuk gelondong umumnya memiliki bentuk tidak teratur serta kulitnya liat. Selain itu, selama pengolahan kacang mete tidak boleh terkontaminasi CNSL. Selama ini pengupasan gelondong masih dilakukan secara manual dengan menggunakan kacip sederhana. Pengupasan menggunakan kacip sederhana belum dapat menghasilkan kacang yang bermutu baik. Persentase kacang yang pecah dan belah masih tinggi sehingga kacang yang utuh hanya sedikit. Kacip model MM-99 merupakan alat pengupas gelondong

mete yang dirancang untuk mengatasi berbagai masalah dalam pengupasan gelondong. Kacip MM-99 mudah dioperasikan. Alat dilengkapi dengan dua buah pisau berpasangan sehingga mampu mengatasi masalah keragaman bentuk dan ukuran gelondong. Kapasitas olah alat tersebut sekitar 32 kg gelondong/hari (8 jam kerja) dengan tingkat keutuhan kacang yang diperoleh 85-90%. Kapasitas olah masih dapat ditingkatkan seiring dengan meningkatnya keterampilan dalam mengoperasikan alat tersebut. Perlakuan terhadap Gelondong Sebelum Dikacip Perlakuan terhadap gelondong sebelum dikupas dapat memudahkan pengupasan. Cara yang cukup efektif dan mudah adalah dengan pengukusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukusan dan pengupasan dengan kacip model MM99 dapat meningkatkan persentase kacang utuh sampai lebih dari 90%. Pengukusan dapat dilakukan dengan menggunakan dandang

5

yang biasa digunakan untuk mengukus nasi/makanan atau dibuat khusus untuk keperluan tersebut. Sebagai sumber panas adalah kompor minyak tanah atau kayu bakar. Setelah dikupas, kacang mete disangrai atau dikeringkan menggunakan oven untuk memudahkan pelepasan testa. Selanjutnya kacang mete disortasi, dikeringkan/ dijemur, dan siap dikemas. Pengemasan sebaiknya menggunakan kantong plastik yang agak tebal

dan divakum agar tahan lama. Kacang yang utuh dan berkualitas tinggi dapat diekspor, sedangkan yang pecah atau patah dapat diolah untuk peyek mete, kacang mete kering pedas, atau bumbu pecel. Pengolahan mete mengikuti prosedur di atas dapat menghasilkan kacang dengan kualitas ekspor, seperti yang dilaksanakan oleh kelompok tani di Madura (Edy Mulyono).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16111 Telepon : (0251) 321762 Faksimile : (0251) 321762 E-mail : [email protected] [email protected]

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 5, 2006

Gangsing Sumber Protein Pakan Itik yang Menguntungkan Peternak di pantai selatan Yogyakarta biasa memberi pakan ternak itik mereka dengan gangsing sebagai pengganti konsentrat. Pemberian gangsing 25% dalam ransum dapat menghemat biaya pakan 8% dan meningkatkan keuntungan sampai 50%.

G

angsing merupakan biota laut dengan bentuk tubuh seperti kepiting. Warnanya keabuan, ukuran tubuhnya kecil, hanya 25-40 mg, dan memiliki empat pasang kaki dengan sepasang kaki di depan lebih kecil. Walaupun berasal dari laut, gangsing mampu bertahan hidup di darat selama 3-4 hari. Populasi gangsing sangat melimpah pada musim kemarau dan berkurang bahkan tidak ada sama sekali pada musim hujan. Pada musim hujan, gangsing diberikan sebagai pakan itik dalam bentuk segar dengan jumlah yang tidak terbatas. Cara Mendapatkan Gangsing Untuk memanen gangsing, peternak telah mempelajari tanda-tanda dan kebiasaan kemunculannya. Kemunculan gangsing di sekitar pantai dipengaruhi oleh musim dan bulan. Gangsing muncul pada musim kemarau sekitar April-September, sedangkan pada bulan Oktober-Maret gangsing sulit didapat.

6

Menurut para peternak, musim gangsing ditandai dengan adanya angin kencang yang berhembus dari arah tenggara, namun air sungai masih tampak keruh. Pada saat air laut surut, gangsing yang terbawa gelombang laut menuju pantai di sekitar muara sungai membentuk gundukan-gundukan di pasir. Pada saat itulah penduduk melakukan penangkapan dengan terjun ke muara sungai. Penangkapan dilakukan pada pagi hari pukul 05.00-08.00 dengan menggunakan jaring yang diberi kerangka bambu berbentuk segi tiga. Jumlah tangkapan dalam satu hari sekitar 25-200 kg/orang (kering matahari) atau 750-1.500 kg/bulan. Dari seluruh hasil tangkapan tersebut, hanya 6% yang dimanfaatkan untuk pakan itik; sisanya dikeringkan dengan cara dijemur. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, tingkat kekeringan gangsing terbaik adalah bila masih memiliki kadar air 12%. Gangsing kering dapat dijual dengan harga Rp1.250/kg atau disimpan untuk

sewaktu-waktu digunakan sebagai bahan ransum. Cara penyimpanan gangsing kering cukup sederhana, yaitu hanya dimasukkan dalam kantongkantong plastik besar dan ditutup rapat. Dapat pula gangsing kering tersebut dibuat tepung dengan cara digiling atau ditumbuk. Selanjutnya tepung gangsing dimasukkan dalam plastik dan disimpan pada tempat yang kering Menguntungkan sebagai Pakan Itik Berdasarkan hasil pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, setiap 40 ekor itik memerlukan ransum 8 kg/hari. Bila formula ransum menggunakan gangsing sebagai sumber protein, jumlah gangsing yang diperlukan sekitar 25% dari total ransum. Dengan demikian, dapat disusun ransum itik yang terdiri atas bekatul 6 kg, gangsing 0,5 kg, dan konsentrat 1,5 kg. Itik yang diberi pakan yang mengandung gangsing 25% sebagai pengganti konsentrat dapat memberikan produksi telur sampai 74%, lebih tinggi dibandingkan dengan produksi itik dengan ransum tanpa gangsing yang hanya 71%. Hasil analisis usaha pemeliharaan 40 ekor itik Turi dengan pakan gangsing menunjukkan peningkatan keuntungan sekitar 50%. Pada ransum tanpa gangsing, total biaya pakan sebesar Rp904.000 dengan keuntungan Rp576.000. Bila ke

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF