Memahami Diri Sendiri

August 27, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Memahami Diri Sendiri...

Description

 

PSIKOLOGI SOSIAL PERSEPSI DIRI: MEMAHAMI DIRI SENDIRI

DOSEN PENGAMPU :

Lita Ariani, M.Psi, Psikolog

Kelompok 3:

Aulia Rahmita

(1773201110002)

Muhamad Thaha

(17732011 (1773201110018) 10018)  

 Naufal Nur’imani R  

(1773201110008)   (1773201110008)

Via Yulandari

(1773201110021)

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2018

 

DAFTAR ISI 

Halaman Sampul Depan ............................................ .................................................................. ............................................ ............................. .......

1

Daftar Isi .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................ ................................ ..........

2

Bab I

Pendahuluan ............................................ ................................................................... ............................................. ................................ ..........

3

1.1  Latar Belakang ............................................ .................................................................. ............................................ ............................. .......

3

1.2

Rumusan Masalah ........................................... ................................................................. ............................................ ......................... ...

3

1.3

Tujuan Penulisan ......................................... ............................................................... ............................................ ............................. .......

3

1.4

Manfaat ............................................. ................................................................... ............................................ ........................................ ..................

4

Bab II

Pembahasan .......................................... ................................................................ ............................................ .................................... ..............

5

2.1

Kesalahan-Kesalahan dalam Persepsi Diri ........................................... ..................................................... ..........

5

2.2

Konsep Diri .......................................... ................................................................ ............................................ .................................... ..............

5

2.3

Harga Diri ............................................. ................................................................... ............................................ .................................... ..............

8

2.4

Regulasi Diri................................................ Diri...................................................................... ............................................ ............................. ....... 10

Bab III Penutup ............................................. ................................................................... ............................................ ........................................ .................. 17 3.1

Kesimpulan........................................... ................................................................. ............................................ .................................... .............. 17

3.2

Saran ............................................. .................................................................... ............................................. ........................................... ..................... 17

Daftar Pustaka Pustaka ............................. .................................................... ............................................. ............................................. .................................... ............. 18

2

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sepintas sepertinya memahami diri sendiri itu tentu lebih muda dibandingkan memahami orang lain. Namun nyatanya, tidak semudah yang dibayangkan, akan banyak kesulitan-kesulitan yang muncul dalam memahami memaha mi diri. Sangat banyak hal yang akan menimbulkan kekeliruan dalam diri kita, seperti  bagaimana kita mempersepsikan diri sendiri sendiri dan juga aspek-aspek dasar dalam diri lain. Untuk itu seseorang harus bisa mengenali dirinya sendiri. Pengetahuan tentang diri ini akan mengarah pada bagaimana cara orang tersebut mempersepsikan dirinya (Handayani dkk, 1998).

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan penulisa n rumusan masalah ini yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah: 1)  Apa saja kesalahan-kesalahan dalam persepsi diri? 2)  Apa yang dimaksud dengan konsep diri ( self concept ))?? 3)  Apa yang dimaksud dengan harga diri ( self esteem)? esteem )? 4)  Apa yang dimaksud dengan regulasi diri?

1.3

Tujuan Penulisan Setiap sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitupun dengan makalah ini, kelompok ini menuliskan dengan tujuan: 1)  Untuk mengetahui dan memahami apa saja kesalahan-kesalahan dalam  persepsi diri. 2)  Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan konsep diri ( self  self concept ))..

3

 

3)  Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan harga diri ( self  self esteem). esteem ). 4)  Untuk mengetahui dan memahami mengenai regulasi diri. 1.4

Manfaat Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan penulisan di atas, manfaat kelompok kami menuliskan makalah ini adalah dengan harapan agar  penulis serta pembaca bisa lebih mengetahui dan memahami mengenai kesalahankesalahan dalam persepsi diri, konsep diri, harga diri ( self ( self esteem), esteem ), serta mengenai regulasi diri.

4

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Kesalahan-Kesalahan dalam Persepsi Diri Memahami diri tidaklah semudah yang dibayangkan. Kesulitan muncul bias  bersumber dari subjek, objek atau dari hubungan antara keduanya. Sebagai subjek, kita tidak selalu bias mengambil jarak dan mengambil penilaian apa adanya terhadap diri kita sendiri tanpa ada kepentingan tertentu. Suasana hati, harga diri, keinginan, atau emosi ikut memengaruhi objektivitas dalam menilai menil ai diri sendiri. Sebagai objek, diri manusia bukanlah sebuah buku yang mudah dibaca dan di analisis. Catatan  perilaku manusia bukanlah sesuatu yang selalu konsisten konsisten dan mudah disimpulkan. Bias-Bias Dalam Persepsi Diri

  Cognitive conservatism: conservatism: Kecenderungan untuk tidak mau mengubah



 pengetahuan dan keyakinan tentang tentang diri sendiri.

   Barnum effect : Kecenderungan untuk mengklaim bahwa gambaran umum



tentang kepribadian tertentu, sesuai dengan karakteristik kepribadian dirinya sendiri.

   Favorability bias: bias: Kecenderungan untuk menilai informasi positif tentang diri



sendiri itu lebih tetap disbanding infromasi negative.

  Self fulfillinf prophecy: prophecy: Kecenderungan untuk berperilaku yang dapat



meyakinkan harapan-harapannya.

   Efeknegativitas  Efeknegativitas:: Kecenderungan untuk memberikan bobot yang lebih besar



terhadap karakteristik negative daripada terhadap karakteristik positif (Rahman, 2017). 2.2

Konsep Diri Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan (determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain. Konsep diri juga bisa

5

 

dipahami sebagai pandangan dan perasaan tentang diri kita, baik bersifat psikologi, sosial, dan fisis (Widiarti, 2017). Brigham mendefinisikan bahwa konsep diri sebagai our assumption about our personal qualities definisi qualities definisi tersebut menunjukan bahwa konsep diri merupakan asumsi tentang kualitas personal seseorang yang di organisasikan oleh sekma diri. Asumsi dalam definisi diatas merujuk pada pernyataan atau pengetahuan seseorang yang bersifat hipotetik, mengingat pernyataan dan pengertahuan itu merupakan sebagai interpretasi terhadap kualitas personal yang selalu berbubah dari waktu kewaktu. Kualitas personal dalam definisi diatas dapat dimakanai bahwa seseorang itu memiliki sifat atau karakter atau sesuatu yang melekat pada dirinya sehingga atribut itu menunjukan kualitas diri. Brehm dan Kassin mendefinisikan bahwa  self concept is the total sum of individual belifs about his or her own personal attribute  attribute   berdasarkan definisi tersebut dapatlah dimakanai bahwa konsep diri merupakan keseluruhan keyakinan seseorang berkenaan dengan atribut personal dirinya, keyakinan seseorang ini muncul sebagai hasil dari sejumlah pengalaman diri maupun dirasakan dan dipahami pihak lain terhadap dirinya. Pengetahuan tentang teori tentang diri ( self ) dapat dilakukan melalui proses  persepsi diri, refleksi, ataupun perbandingan sosial. Kenrick menyatakan men yatakan ada tiga macam sumber pengetahuan diri ( self-knowledge  self-knowledge), ), cara pertama adalah dengan konsep yang pernah ditulis tentang teori persepsi diri. Pada proses ini seseorang mempersepsi dirinya melalui perilaku-perilaku yang ditunjukan dalam kehidupan kesehariannya. Misalanya orang yang mengetakan dirinya termasuk yang baik hati apabila dalam kesehariannya ia suka memberikan pertolongan pada orang lain, rendah hati, tidak pemarah, lemah lembut dalam bertutur kata, dan sebagainya. Cara kedua dikenal sebagai (a ( a reflected appraisal process) process ). Dalam proses ini individu melakukan refleksi diri (berkaca) dengan mengobservasi atau berimajinasi apa yang dikatakan orang lain tentang diri sendiri dengan cara ini seorang anak

6

 

yang dikatakan oleh orang tuanya bahwa dia berbakat, menyenangkan, dan gemuk akan berpikir tentang dirinya seperti apa yang dikatakan orang tuannya tersebut. Baik cara pertama ataupun cara kedua, keduannya akan mempengaruhi seseorang dalam memandang dirinya sendiri. Colley menggambarkan proses ini dengan istilah the looking glass self . Dalam proses ini seseorang diibaratkan sedang memandang dirinya dalam cermin. Orang yang bercermin tentunyaakan melihat semua tampak tentang dirinya. Afrika, dan Amerika Latin memiliki interdependent view tentang selfnya. Pada persoektif kedua ini self dipandang sebagai bagian jaring jarin g sosial yang meliputi keluarga, rekan kerja, maupun pihak lain yang berhubungan, oleh karena itu, pada  perspeltif ini tidak ada orang yang menyatakan bahwa keberhasilanya karena usaha sendiri. Oleh karena itu, konsep diri merupakan unsur kognitif mengenai diri seseorang, dengan konsep diri, seseorang menyadari adanya perbedaan satu s atu dengan lainnya. Perlu diketahui bahwa konsep diri ini juga dikenal sebagai citra diri  self image, dalam citra diir ini terdapat sifat-sifat diri yang di persepsinya berdasarkan  pengalaman dan informasi dari lingkungannya, orang yang menjaga citra diri cendrung melakukan apa yang dikenal sebagai penjagaan diri. Brehm dan Kassin, yang mengutip

karya Hazel Markus dan Shinobu Shinobu

Kitayama menyatakan perbedaan antara budaya kolektivisme dan individualisme memengaruhi cara pandang seseorang terhadap dirinya  self . Cara pandang ini disebut sebagai multicultural perpectives. perpectives. Menurut perspektif ini sebagaian besar  bangsa Amerika Utara dan Eropa memiliki independent view tentang self nya sehingga self dipandang sebagai entitas yang cendurng berbeda dan otonom dari lingkungannya. Misalnya orang yang berhasil dalam budaya ini cendrung menyatakan bahwa keberhasilannya karena usaha sendiri, dan sebalikanya bila gagal disebebakan karena juga usaha sendiri, karena hidup adalah pilihannya sendiri, pendapat ahli

7

 

menyatakan bahwa ada dua alasan mengapa seseorang melakukan tindakan ini. Pertama, dengan penjagaan citra diri sendiri semakin positif dan hal ini menjadi energi yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan kita berdasarkan persepktif ini,  penjagaan citra diri mendorong kita untuk menuju kesuskessan, dengan menemukan cara-cara yang diguanakan untuk menjaga citra diri ini seseorang dapat meningkatkan kemampuan yang mengerjakan tugas tertentu, keduan penjagaan diri  juga menunjukan bagaimana kita mengerjakan sesuatu dikehidupan sosial kita, ketika penjagaan diri melemah, ia akan memberitahukan bahwa kita memerlukan  pengukuran terhadap hubungan antarpersonal kita dan meningkatnya, dengan menemukan cara ini seseorang akan meningkatkan penjagaan diri untuk menurunkan kecemasaan tentang hubungan sosial yang dilakukannya (Alwisol, 2014). 2.3

Harga Diri Penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap diri ini disebut harga diri. Harga diri menunjukkan menunjukkan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif. Setiap orang menginginkan harga diri yang  positif, mengapa demikian? Menurut Vaughan dan Hogg 2002 alasannya adalah sebagai berikut. 1)  Harga diri yang positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya ditengah kepastian akan kematian yang suatu waktu akan dihadapinya. 2)  Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasaan, kesepian kesepia n dan penolakan sosial. Sebagai alat ukur sosial, harga diri seseorang juga dapat diukur. Harga diri dapat diukur secara ekplisit maupun implisit. Pengukuran secara eksplisit dilakukan dengan meminta orang untuk memberikan rating terhadap sejumlah pernyataan tentang diri, diri, misalnya “saya merasa berguna bagi orang lain”. Pengukuran secara implist dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri. Stimulus diberikan secara subliminal

8

 

dengan harapan mengurangi kemungkinan orang memberikan respons tidak apa adanya untuk menampilkan kesan tertentu tentang dirinya. Salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur harga diri secara eksplisit adalah Skala Rosenberg. Skala ini terdiri atas 10 pernytaan tentang diri. Berikut adalah kesepuluhan pernyataan skala Rosenberg yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia : 1)  Saya merasa sebagai orang yang berguna, paling tidak sama seperti orang lain. 2)  Saya merasa memiliki sejumlah kualitas baik. 3)  Secara umum, saya cenderung merasa sebagai orang yang gagal. 4)  Saya merasa tidak memiliki banyak hal untuk dibanggakan. 5)  Saya mampu melakukan hal-hal sebaik uang u ang kebanyakan orang lakukan. Dulu, harga diri yang rendah dianggap sebagai akar dari berbagai penyakit sosial. Orang-orang yang melakukan penyalahgunaan obat-obatan, memiliki  prestasi sekolah yang buruk, mengalami depresi, dan melakukan tindak kekerasaan adalah orang-orang yang memiliki harga diri yang rendah. Namun, dari serangkaian  penelitian ditemukan bahwa harga diri yang tinggi tidak selalu berpengaruh berpengaruh positif terhadap tingkah lak. Bullying, narsisme, dan eksibisionisme adalah contih tingkah laku negative yang dilakukan oleh orang dengan harga diri tinggi. Mengapa orang yang memilik harga diri tinggi melakukan itu? Harga diri tinggi mencerminkan superioritas

terhadap

orang

lain

dan

orang

termotivasi

untuk

terus

mempertahankanya. Ketika ada situasi yang dipersepsikan mengancam superioritas tersebut,

maka

muncul

tingkah

laku

agresif

yang

bertujuan

untuk

mempertahankannya (Meinarno dan Sarwono, 2009). Harga diri ( self-esteem)  self-esteem ) dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam  pembentukan kepribadian seseorang. Manakala seseorang tidak dapat menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian harga-diri ( self-esteem  self-esteem)) merupakan salah satu elemen

9

 

 penting bagi pembentukan konsep diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya (Srisayekti dan Setiady, 2015). 2.4

Regulasi Diri Regulasi diri ( self regulation) regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial. Winne (dalam Santrock, dalam Kusumawati dan Cahyani, 2013) menjelaskan bahwa regulasi yaitu proses aktif dan konstruktif seseorang dalam menetapkan tujuan dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Salah satu proses kepribadian utama dalam teori kognitif social adalah  penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang biasanya dilaksanakan melalui  pembelajaran

observasional. Proses

kedua

berkaitan

dengan

meletakkan

 pengetahuan tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup  pertanyaan akan motivasi manusia. Teori social-kognitif pada dasarnya menyasar motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir. Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum proses kepribadian yang mencakup motivasi motiva si selfdirected dari perilaku adalah regulasi diri. Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi diri mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan  personal, untuk merencanakan strategi; untuk mengevaluasi dan memodifikasi  perilaku yang sedang s edang berlangsung. Regulasi diri tidak hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga mengindari gangguan dan impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan seseorang.

10

 

Proses Regulasi diri secara inheren mengandung semua struktur kepribadian social kognitif yang telah kita bahas sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi  perilaku mereka dengan menetapkan tujuan personal dan dengan mengevaluasi  perilaku mereka sekarang menurut standar evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting; ekspektansi tinggi terhadap kecakapan diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin memperjuangkan tujuannya ketimbang mundur. Dalam studi regulasi dirinya, teori social kognitif Bandura menekankan kemampuan manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk mengantisipasi hasil dan membuat rencana berkaitan dengan hal tersebut . Dengan demikian, merujuk Bandura, sebagian besar motivasi manusia dihasilkan secara kognitif. Orang-orang  berbeda dengan standar yang mereka tetapkan kepada diri diri mereka sendiri. Sebagian Sebagian individu menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang mudah; sebagian orang lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang lain samar; sebagian orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal, sedangkan yang lain menekankan tujuan jangka panjang, distal. Walaupun demikian dalam semua kasus, antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang diharapkan dan ketidakpuasan dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan dorongan kepada upaya kita. Dalam analisis ini, orang dipandang secara proaktif proaktif ketimbang reaktif. Orang yang menentukan standard standard dan tujuan mereka sendiri, bu bukan kan hanya merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui perkembangan mekanisme kognitif seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi diri, kita dapat menetapkan tujuan bagi masa depan dan mendapatkan control terhadap nasib kita sendiri. Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses regulasi diri : 1)  Pengamatan diri, kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya. 2)  Penilaian, membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart ukuran.

11

 

3)  Respons diri, terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri. Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut  pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih terkenal dengan konsep harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita telah sesuai ses uai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri. Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah. Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam  belajar bisa bertindak ber tindak sebagai alat belajar untuk mengurangi me ngurangi efek yang merugikan  bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik. Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu: 1)  Menentukan sendiri tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri sendiri, kita juga menentukan tujuan yang  berharga yang menjadi tujuan utama perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.

 

2) Instruksi diri Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang suatu hal dalam situasi s ituasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat member instruksi diri: a.  Kognitif modeling Guru memberi instruksi sambil mempraktekkannya  b.  Eksternal guidance Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan c.  Overt self guidance Murid mengulang instruksi dan melakukannya d.  Faded overt self guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya

12

 

e.  Covert self instruction Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara melaksanakan aktifitas. 3)  Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi diri sendiri dalam bertindak. 4)  Self Evaluation Menilai perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka panjang. 5)  Self Imposed Contingencies Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri dengan perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan. Faktor-Faktor Faktor-F aktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri ( self ( self regulation) regulation ) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Bandura (dalam Alwisol, 2014) mengatakan  bahwa, tingkah laku manusia dalam self regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut. 1)  Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara: a.  Standar Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang  berinteraksi dengan factor pribadi juga turut membentuk standar  pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai prestasi diri.  b.  Penguatan (reinforcement  (reinforcement )

13

 

Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk  penguatan (reinforcement ). ). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi. 2)  Faktor Internal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal: a. 

Observasi diri ( self  self observation): observation): Dilakukan

berdasarkan

faktor

kualitas

penampilan,

kuantitas

 penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor  penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.  b. 

Proses penilaian ( judgmental  judgmental process): process): Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-

 performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar  pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial,  perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Dari

14

 

kebanyakkan

aktivitas,

kita

mengevaluasi

performa

dengan

membandingkannya kepada standar acuan. Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga  bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab penyebab tingkah laku demi demi menyempurnakan performa. c. 

Reaksi diri ( self  self response): response): Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung

kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan disi mpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan penguatan ( reinforcement ), ), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri ( self observation), observation), proses  penilaian ( judgmental  judgmental process), process), dan reaksi diri ( self  self response) response) (Feist, 2012). Menurut Zimmerman dan Pons (dalam Fitriya dan Lukmawati, 2016) ada tiga faktor yang memengaruhi pengelolaan diri, yaitu: 1)  Individu; meliputi hal-hal ini. Pengetahuan individu, Tingkat kemampuan metakognisi, Tujuan yang ingin dicapai. 2)  Perilaku; upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki. Semakin  besar dan optimal upaya yang dikerahkan individu dalam mengatur dan mengorganisasi suatu aktivitas akan meningkatkan regulasi pada diri individu. Dalam perilaku ini terdapat tiga tahapan yang berkaitan dengan regulasi diri

15

 

atau self regulation, di antaranya: Self abservation, Self judgment, Self reaction. 3)  Lingkungan; Hal ini bergantung pada bagaimana lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung.

16

 

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Sebagai objek, diri manusia bukanlah sebuah buku yang mudah dibaca dan di analisis. Catatan perilaku manusia bukanlah sesuatu yang selalu konsisten dan mudah disimpulkan. Ada banyak aspek yang harus dipahami untuk mengerti mengenai individu. Diantaranya seperti persepsi, konsep diri, harga diri, dan regulasi diri. Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat interaksi dengan orang lain. Harga diri menunjukkan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif.   Sedangkan regulasi diri ( self regulation)) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, regulation mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial.

3.2

Saran Dengan

selesainya

penulisan

makalah

ini,

maka

kelompok

kami

mengharapkan kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Kelompok kami bukanlah seseorang yang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan maupun kesalahan dan jika ada sesuatu yang biasa dijadikan bahan kajian oleh pembaca makalah ini maka kelompok kami akan merasa termotivasi. Saran dan kritik dari pembaca makalah ini yang sifatnya membangun semangat kelompok kami akan selalu ditunggu oleh para pembaca.

17

 

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2014. 2014. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. Kepribadian. Malang: UMM PRESS. Fitriya, dan Lukmawati. 2016.  Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan Perilaku  Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) (Stikes )  Mitra Adiguna Palembang  Palembang . Palembang: Jurnal Psikologi Islam. (2)(1) 67 Handayani, Muryantih Mulyo, Sofia Ratnawati, Avin Fadilla Helmi. 1998.  Efektifitas  Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga  Diri. Jurnal Psikologi. (2) 47 Kusumawati, Paramitha, dan Berliana Henu Cahyani. 2013. Peran 2013. Peran Efikasi Diri Terhadap  Regulasi Diri Pada Pelajaran Matematika Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Kelamin. Yogyakarta: Jurnal Spirits. (4)(1) 56 Jess, Feist, Gregory J. Feist. 2012.Teori 2012. Teori Kepribadian. Kepribadian. Jakarta Selatan: Salemba Humanika Meinarno, Eko A, dan Sarlito W. Sarwono. 2009. Psikologi 2009. Psikologi Sosial  –  Edisi  Edisi 2. 2. Jakarta Selatan: Salemba Humanika Rahman, Agus Abdul. 2017. Psikologi 2017. Psikologi Sosial . Depok: Raja Grafindo Sriyekti, Wilis, dan Setiady, David A. 2015.  Harga-Diri (Self-Esteem) (Self-Esteem) Terancam dan  Perilaku Menghindar . Bandung: Jurnal Psikologi. (42)(2) 143 Widiarti, Pratiwi Wahyu. 2017.  Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi  Interpersonal dalam Pendampingan Pada Siswa SMA Se Kota Yogyakarta. Yogyakarta. Yogyakarta: Informasi Kajian Ilmu Komunikasi. (47)(1) 137

18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF