Memahami Dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid
May 3, 2018 | Author: Kharisma Alifah | Category: N/A
Short Description
Download Memahami Dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid...
Description
1. Memahami dan Menjelaskan ANATOMI ORGAN LIMFOID 1.1 Makroskopik Sistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi
mengalirkan cairan limfa atau disebut juga sebagai getah bening yang ada di dalam tubuh. Cairan limfe berasal dari plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan limfoid terdiri dari 4 buah, yaitu :
Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)
Ukuran :
Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.
Daerah tubuh yang terdapat limfonodus : 1. Dilihat dari letaknya pada tubuh
a. Limfonodus superfisial i.
Limfonodus servikal
ii.
Limfonodus axilla
iii.
Limfonodus inguinal
b. Limfonodus profundus i.
Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)
ii.
Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)
iii.
Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)
iv.
Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus halus)
v.
Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)
2. Menurut Snell’s letak limfonodus terbagi atas :
a. Kepala dan leher i. ii.
Kepala dan leher belakang Sekitar musculo sternocleidomastoideus Pada belakang lidah, faring, cavum nasi, langit-langit mulut, dan wajah
iii.
Ramus mandibula Dasar mulut
b. Extremitas superior Aliran limfe masuk ke limfonodus axilla i. ii.
Regio cubiti Regio axillaris
c. Kelenjar mammae (dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot) Aliran limfe masuk ke limfonodus axilla
d. Thorax Aliran limfe thorax dan kelenjar mammae masuk kedalam nodus limfatikus anterior dan posterior. i. ii.
Parietal (dinding thorax) Viscera (jantung, perikardium, pulmo, pleura, thymus, dan esophagus)
e. Abdomen dan pelvis Meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. i.
Parietal (dibawah peritoneum, dekat pembuluh darah besar)
ii.
Viscera (dekat pembuluh darah viscera/organ-organ dalam)
f. Extremitas inferior Aliran limfe masuk ke limfonodus inguinal i.
Disepanjang arteri dan vena tibialis
ii.
Regio poplitea
iii.
Regio inguinale
Lien
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat. Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Fiksasi :
Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis.
Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.
Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.
Thymus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :
Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV
Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)
Letak : Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.
Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “ Ring of Waldeyer”hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra. Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
Tonsila lingualis
Tonsila pharyngealis
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
1.2 Mikroskopik
Umumnya terdiri atas jaringan penyambung, jala-jala sel dan serabut retikulin yang didalamnya terdapat limfosit, sel plasma, dan makrofag.
Limfonodus
Limfonodus berfungsi menyaring aliran limfe sebelum dicurahkan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus. Limfonodus dibagi atas daerah korteks dan sinusoid. Daerah korteks dapat dibagi atas 2 bagian. Pada nodulus limfatikus terdapat germinal centers. Limfonodus dibungkus oleh kapsula fibrosa yang terdiri dari serat kolagen, yang menjulur kedalam disebut trabeculae. Dibawah kapsula fibrosa terdapat sinus sub kapsularis atau sinus marginalis dimana cairan limfe ditapis dan kemudian mengalir melalui sinus kortikalis atau sinus trabekularis mengikuti trabekula. Stroma limfonodus dibentuk oleh cabang-cabang trabekula dan jaringan
retikular (sel retikular merupakan sel fagosit) yang juga membentuk dinding dari sinusoid. Limfonodus dibagi menjadi dua daerah yaitu :
Korteks
Dibagi menjadi dua bagian yaitu : o
Korteks luar Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B. Terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona (dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum germinativum (dibentuk dari susunan sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B menjadi sel plasma) . Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular.
o
Korteks dalam Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan mengandung limfosit T.
Medula
Terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang merupakan perluasan korteks dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatasi yang disebut sebagai sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe.
Lien
Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula, keduanya merupakan jaringan ikat padat. Suplai darah kedalam parenkim melalui arteri trabekularis yang masuk bersama trabekula. Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan Antigen Presenting cell . Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis. Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Pulpa alba/putih Terdapat
nodulus
limfatikus
(terdapat
banyak
limfosit
B)
dan
arteri
sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh zona marginalis o
Zona marginalis Terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah yang banyak. Sel limfosit (jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa.
Pulpa rubra/merah Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri dari sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan granulaosit)
Fungsi limpa : 1. Pembentukan limfosit Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke pulpa rubra dan masuk dalam aliran darah
2. Destruksi eritrosit Oleh makrofag dalam korda pula merah
3. Pertahanan organisme Oleh karena kandungan limfost T, limfosit B, dan Antigen Presenting cell
Thymus
Timus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri dari serat kolagen dan elastin. Memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Thymus terdiri dari 2 lobulus, tiap lobulus terdiri dari korteks dan medula, tidak terdapat nodulus limfatikus. Korteks merupakan bagian perifir lobulus, dipenuhi oleh limfosit timus. Medula sendiri terisi oleh limfosit. Di daerah medula terdapat badan hassal, suatu bangunan dengan bagian tengahnya berupa daerah hialinisasi berwarna merah muda, dikelilingi oleh sel sel epitoloid. Thymus tidak memliki sinusoid ataupun pembuluh limfe afferen.
Korteks
Banyak terdapat limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan sel retikular yang tersebar.
Medula
Mengandung sel retikular dan limfosit (jumlah sedikit), terdapat badan hasal tersusun dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang mengalami degenerasi hialin dan mengandung granula keratohialin dengn fungsi yang belum diketahui.
Tonsil
Tonsil lingualis Terdapat pada 1/3 bagian posterior lidah, tepat dibelakang papila sirkumvalata, bercampur dengan muskular skelet. Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya terisi limfosit dan sel plasma.
Tonsil palatina Tonsila palatina tidak terdapat muskular dan pada kriptus banyak terdapat debris yang disebut benda liur.
Tonsila faringea atau adenoid Terdapat pada permukaan medial dari dinding dorsal nasofaring. Epitel yang meliputi jaringan limfoid ini adalah epitel bertingkat torak bersilia.
2. Mengetahui dan Memahami IMUNITAS TUBUH 2.1 Definisi
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. 2.2 Klasifikasi
Dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem non spesifik ( natural / innate ) dan sistem spesifik (adaptive/acquired ).
Sistem imun non spesifik
Merupakan pertahanan tubuh utama dalam menghadapi serangan benda asing, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu untuk memberikan respon, sistem imun non spesifik tidak mempunyai memori terhadap antigen. Disebut non spesifik dikarenakan tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah tersedia dan berfungsi langsung dan terdapat sejak lahir.
o
Pertahanan fisik/mekanik
Melalui kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, dan bersin. Luka bakar pada kulit dan selaput lendir yang rusak karena asap rokok dapat meningkatkan resiko infeksi dan infeksi oportunistik.
o
Pertahanan larut
Biokimia
Mikroba dapat masuk melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Bahan-bahan yang disekresi mukosa saluran napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Bahan-bahan yang dapat melindungi tubuh dari kuman Gram-positif dengan cara : Menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding kuman : 1.
Asam hidroklorik (lambung)
2.
Lisosim (keringat)
3.
Ludah
4.
Air mata
5.
Air susu ibu (antibakterial pada E.colli dan Staphylococcus)
Mencegah timbulnya bakteri karena pH yang rendah : 1.
Vagina
2.
Spermin dalam semen
3.
Jaringan-jaringan lain
Saliva juga mengandung antibodi dan komplemen yang berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba. Lisozim yang dilepas oleh makrofag bersama dengan komplemen dapat
menghancurkan kuman Gram-negatif. Enzim lisosim baik dalam darah maupun dalam sekresi tubuh membunuh kuman dengan mengubah dinding selnya (denaturasi protein membran sel). IgA juga merupakan antibodi lokal untuk pertahanan permukaan mukosa dengan merusak dinding sel bakterinya. Pembiasan saluran kemih oleh urin dapat menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman pseudomonas. Contoh kerja sama antara pertahanan fisik dengan biokimia ialah mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa dan menangkap bakteri dan bahan asing lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia.
Humoral
Molekul larut tertentu yang diproduksi di tempat infeksi/cedera dan berfungsi lokal, contohnya peptida antimikroba (defensin, katelisidin, IFN dengan efek antiviral). Pertahanan humoral ini juga dapat dikerahkan ke jaringan sasaran yang berbeda tempat melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (protein fase akut)/APP (acute phase protein )
Komplemen
Bersama dengan antibodi untuk menghancurkan membran lapisan LPS dinding sel beberapa bakteri Gram negatif yang ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada suhu o
56 C selama 30 menit. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen spektrum aktivitas luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta dapat diaktifkan langsung oleh mikroba atau produknya. Komplemen berfungsi sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, faktor kemotaktik, dan menimbulkan destruksi bakteri dan parasit.
Protein fase akut
Selama fase ini, terjadi perubahan kadar protein serum yang disebut APP ( acute phase protein). Meningkat atau menurunnya kada protein selama fase akut disebut sebagai APRP
(acute phase response protein ) yang berperan dalam pertahanan dini.
Interferon
Suatu glikoprotein yang dihasilkan sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus/sifat antivirus dengan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus. Interferon juga dapat mengaktifkan natural killer cell (sel NK) untuk membunuh virus dan sel neoplasma, sehingga dapat menyingkirkan reservoir infeksi. Sel NK memberikan respon terhadap IL-12 yang diproduksi makrofag dan melepas IFN- γ yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba yang sudah dimakannya.
CRP (C-reactive protein)
Dibentuk pada infeksi, yang berperan sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
o
Pertahanan selular
Fagosit
Berbagai sel dapat melakukan fagositosis, sel utama yang berperan dalam hal tersebut adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimononuklear (neutrofil) yang keduanya berasal dari sel hemopoietik yang sama. Fagositosis dini efektif pada invasi kuman, dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat : kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna.
Sel NK
Merupakan sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi. Disebut juga sel non B non T atau sel populasi ketiga atau null cell . Sel NK mempunyai granula yang besar ( large granular lymphocyte/ LGL). Sel NK menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik sel NK.
Sel mast
Berperan dalam reaksi alergi dan pertahanan pada pejamu imunokompromais, sebagai imunitas terhadap parasit usus dan invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas, dan dingin dapat mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mast.
Sistem imun spesifik
Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing bagi dirinya. Bila sel sistem terpajan ulang dengan benda asing yang sama, sel akan mengenal lebih cepat dan akan merespon dengan baik, oleh karena itu sistem tersebut disebut spesifik. Sistem ini dapat bekerja sendiri tetapi umunya terjalin kerja sama baik dengan sistem imun non spesifik. o
Humoral
Yang berperan dalam sistem ini adalah sel B yang berasal dari sel multipoten dalam sumsum tulang. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antobodi ialah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan menetralisasi toksin. o
Selular
Yang berperan dalam sistem ini adalah limfosit T atau sel T. Fungsi sel T umumnya ialah :
Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
Mengaktifkan makrofag untuk fagositosis
Mengontrol ambang dan kualitas imun.
Sel T dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi diferensiasi dan proliferasinya terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh faktor asal timus. Hanya sekitar 5-10% sel timus yang matang dan masuk kedalam sirkulasi dan KGB. Sel T terdiri dari :
Sel T naif
Sel limfosit yang meninggalkan timus namun belum berdiferensiasi, belum terpajan dengan antigen dan menunjukkan molekul permukaan CD 45RA. Sel ini ditemukan dalam organ limfoid perifer. Sel T naif yang terpajan antigen akan berkembang menjadi sel Th0 dan dapat berkembang menjadi Th1 dan Th2, sel Th0 memproduksi sitokin dari ke 2 jenis sel tersebut seperti IL-2, IFN, dan IL-4.
+
Sel T CD4 (Th1 dan Th2) +
Sel T naif CD4
memasuki sirkulasi dan menetap dalam organ limfoid bertahun-tahun
sebelum terpajan antigen atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-II oleh APC dan berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (delayed type Hypersensitivity ) atau Th2 yang tergantung sitokin lingkungan. IFN- γ dan IL12 yang diproduksi APC seperti makrofag dan sel dendritik diaktifkan mikroba merangsang +
diferensiasi sel CD4 menjadi Th1/Tdth yang berperan dalam reaksi hipersensitivitas lambat (tipe IV). Sel Tdth berperan mengarahkan makrofag san sel inflamasi ke tempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Atas pengaruh IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast yang terpajan antigen atau cacing, Th0 berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B untuk memproduksi antibodi.
+
Sel T CD8 (Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/Tcytotoxic/Tcytolytic/Tc)
Fungsi utama sel ini ialah
menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan menghancurkan sel tersebut.
Sel CTL juga menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang
menimbulkan penolakan pada transplantasi.
Dalam keadaan tertentu, sel CTL dapat menghancurkan sel terinfeksi bakteri intrasel.
Sebagai T inducer karena dapat menginduksi sel subset T lainnya.
Sel Ts (T supresor) atau sel Tr (T regulator) atau Th3
Berperan menekan aktivitas sel efektor T yang lain dan sel B. Kerja sel Tr dengan mencegah respon sel Th1. APC mempresentasikan antigen ke sel T naif yang akan melepaskan sitokin IL-12 yang merangsang diferensiasi sel T naif menjadi sel efektor Th1. Sel Th1 menghasilkan IFN-γ yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor. Sel Tr mencegah aktivasi sel T melalui mekanisme yang belum jelas. Beberapa sel Tr melepas sitokin imunosupresif seperti IL-10 yang mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF- β yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.
2.3 Mekanisme
3. Mengetahui dan Memahami ANTIGEN 3.1 Definisi 3.2 Klasifikasi 3.3 Ciri
4. Mengetahui dan Memahami ANTIBODI 4.1 Definisi 4.2 Klasifikasi 4.3 Mekanisme pembentukan 4.4 Struktur
5. Mengetahui dan Memahami VAKSINASI 5.1 Definisi 5.2 Memahami dan Menjelaskan KLASIFIKASI + CONTOH (KANDUNGAN) 5.3 Mekanisme 5.4 Tujuan
6. Mengetahui dan Memahami HUKUM VAKSINASI MENGGUNAKAN BAHAN HARAM DARI TINJAUAN HUKUM ISLAM
View more...
Comments