Melampaui Tenaga Dalam Untuk Hidup Berkesadaran

April 26, 2018 | Author: Didik Setiyana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

spiritual...

Description

MELAMPAUI TENAGA DALAM UNTUK HIDUP BERKESADARAN Sumber: Free Ebook from Agung Webe, “Melampaui tenaga dalam”, http://sakraindonesia.com Karena sudah 5 tahun buku ini terbit dalam bentuk cetak, maka saya berkeinginan untuk ‘sharing’ kepada lebih banyak orang lagi yang belum bisa menikmati buku tersebut ( karena sudah tidak dicetak lagi ), untuk itu saya terbitkan dalam bentuk elektronik yaitu Ebook. Edisi Ebook ini adalah versi pertama dari tulisan saya yang belum di revisi di penerbit. Buku ini saya tulis bukan bertujuan untuk PROFIT, seperti tujuan penulisan awal buku tersebut dalam bentuk cetak yang juga tidak bertujuan untuk PROFIT. Tujuan saya adalah sharing kepada lebih banyak orang dan berusaha memberikanmanfaat yang cerdas dan memberdayakan. Salam cerdas Indonesia! DAFTAR 1. Ah! Tenaga 2. Yogya, 3. 4. Pecahnya 5. Jakarta, 6. Jenuh, Rileks, 7. Rahasia 8. Tidak 9. Dengan teori 10.Jurus dan gerakan 11.Apa 12.Konsentrasi, proyeksi pikiran 13.Kesehatan 14.Tubuh

ISI Dalam 1986 Pendekar perguruan 1993 Pasrah Demo puas fisika Yoga lagi? dan ego

15.Cakra dan jurus tenaga dalam 16.Kundalini dan bangkitnya tenaga dalam 17.Melampaui konsentrasi 18.Katarsis 19.Pendekar sejati 20.Hidup sadar dengan melampaui tenaga dalam 21.Biografi 1. AH

!

TENAGA

DALAM

!

Saya akan mulai dengan kata " tenaga dalam". Ah! Terus terang tenaga dalam merupakan kata yang menarik bagi warga Nusantara ini. Tidak asing lagi, bahkan sebagian orang pernah merasakan, menurut mereka, apa dan bagaimana tenaga dalam itu. Juga kalau kita melihat hal-hal yang sedikit fantastis dan di luar nalar, mudah distempel sebagai tenaga dalam. Membingungkan. Namun demikian adanya, tenaga dalam bagi masyarakat kita mungkin sudah menjadi bagian dari tradisi budaya Nusantara. Ya, tradisi budaya yang dipunyai Nusantara. Tidak jelas betul kapan tenaga dalam mulai ada di negeri ini, namun saya yakin, tenaga dalam merupakan warisan yang telah lama mengakar dalam budaya Nusantara. Walaupun ya, gerakan yang ada dan pola pernafasannya mirip dengan Yoga. Namun, tenaga dalam adalah asli berciri Nusantara. Kalau yoga yang di temukan oleh para Yogi di India mempunyai berbagai gerakan pembersihan melalui nafas yang terkenal dengan istilah Kriya, maka budaya Nusantara mempunyai gerakan pembersihan melalui gerakan dan nafas yang kita kenal dengan nama tenaga dalam. Saat ini kita tidak akan membicarakan tenaga dalam

yang umum dikenal, yaitu konsentrasi dan pemunculan kekuatan super, yang berasal dari energi pikiran kita. Kita akan melihat tenaga dalam dari sisi yang lain. Sisi yang menyejukkan, yang melembutkan, yang dapat membuat jiwa kita berevolusi, yang dapat mengantarkan kita kepada "rasa sejati" diri kita. Yang dapat membuat kita mendengarkan suara nurani yang berbisik sangat lembut itu, dan menjadikan kita manusia penuh cinta. Melihat tenaga dalam dari sisi yang lain, sebenarnya bukan juga. Inilah tujuan utama dari latihan tenaga dalam di Nusantara pada awalnya. Yaitu untuk "pembersihan". Pembersihan dari sampahsampah pikiran bawah sadar manusia. Sampah pikiran itu merupakan debu penghalang dari cermin hati, sehingga kita tidak dapat berkaca darinya.. Dan latihan Tenaga Dalam yang dimaknai untuk pembersihan atau katarsis dapat mengembangkan rasa dalam diri, dapat menumbuhkan Kasih. Hanya saja, sekarang tenaga dalam sudah mengalami distorsi makna yang jauh sekali. Latihan konsentrasi dan penguatan kekuatan pikiran justru akan menebalkan debu dan sampah dari cermin hati tersebut. Jarang ada yang memahami makna awal ini, malah banyak yang menyimpangkan dari makna pembersihan ini. Hasilnya? Bisa kita lihat. Membanggakan kekuatan yang dimiliki. Mengembangkan konsentrasi sehingga merasa bisa melihat ke depan, mendengar jauh, ataupun melempar orang dari jauh. Semua itu akan membawa ego kita semakin besar. Dan akan membuat jiwa kita semakin keras. Jiwa yang keras, tidak akan menerima kelembutan, tidak akan memancarkan Kasih. Dan pertarungan serta perkelahian tidak terhindarkan. Apalagi kalau kita melihat demo tenaga dalam yang

ada, seperti mementalkan orang, membuat bola lampu pijar yang dijatuhkan tidak pecah, mengangkat orang dengan jari, mematahkan pompa air dari besi, dan lainnya. Hal yang pada mulanya hanya digunakan sebagai pertunjukan atau hiburan, atau bisa juga dikatakan sebagai gula-gula, pemanis. Sekarang hal tersebut dijadikan tujuan seseorang untuk mempelajari tenaga dalam. Bahkan kesehatan juga ditawarkan dalam tenaga dalam, yang mana kesehatanpun sebenarnya adalah efek samping dari tenaga dalam, bukan hasilnya. Hal-hal seperti demo yang seakan-akan menggunakan kekuatan adikodrati, kelihatan fantastis dan tidak masuk akal, sebenarnya sangat masuk akal sekali. Sangat rasional dan mudah sekali dilakukan. Hanya saja hal itu dibungkus sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seolah-olah dilakukan dengan kekuatan yang tak tampak. Dan ironisnya, orang akan lebih tertarik dengan demo-demo tersebut, dengan efek kesehatan yang muncul dari latihannya, bukan dengan apa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan dengan apa yang dinamakan "bangkitnya" tenaga dalam. Lebih celakanya lagi, sekarang ada yang ikutikutan menggunakan istilah Cakra dan Kundalini (terutama karena semakin populernya penggunaan istilahistilah ini di tanah air). Bukan karena mereka benar-benar paham dengan apa yang dinamakan Kundalini dan Cakra, namun karena istilah tersebut dapat mendongkrak popularitas suatu perguruan. Mencampur-adukkan istilah Kundalini dan Cakra dalam tenaga dalam sungguh sangat membingungkan. Mungkin ada orang yang masih bingung, sehingga mereka mencari teman untuk bingung! Tenaga dalam

sebenarnya sudah didesain, sudah dirancang untuk komunitas Nusantara, sesuai dengan adat budaya dan kebutuhan pada jaman atau waktu itu. Tidak dapat dipungkiri atau disangkal kalau gerakan-gerakan dan pola pernafasannya yang ada berasal dari Yoga. Hanya saja, oleh seorang yang ahli Yoga, (saya yakin bahwasannya pencetus latihan tenaga dalam dengan jurus ini mengenal Yoga secara dalam) kemudian menyesuaikan menurut kebutuhan setempat. Lalu terjadilah asimilasi, dan kemudian terkenal dengan nama tenaga dalam. Asimilasi itu sangat dibutuhkan. Di mana suatu ajaran yang diperlukan di suatu tempat akan disesuaikan dengan budaya yang ada. Seperti Islam di tanah Jawa yang kemudian diasimilasikan dengan wayang oleh Sunan Kali Jaga. Lalu meditasi setelah bersinggungan dengan Jepang muncullah Zen, kalau bersinggungan dengan Cina muncullah Tao. Kemudian oleh seorang Guru Spiritual, Osho, meditasi yang diusung ke Amerika untuk konsumsi barat disesuaikan dengan kebutuhan barat dan muncullah Active Meditation. Juga seorang Yogi yang pada jamannya mengajarkan meditasi di Barat, Maharisi Mahesh Yogi, kemudian memunculkan Transcendental Meditation. Marilah kita coba memaknai kembali tenaga dalam dan membuka sudutsudut kelembutan tenaga dalam. Sedikit demi sedikit melampaui anak tangga konsentrasi dalam tenaga dalam sehingga dapat mencapai jurus tertinggi yang terkenal dengan Jurus Diam, ketika Konsentrasi dan gerakan terlampaui. Pelampauan tenaga dalam, saat sampah-sampah bawah sadar terbuang, akan membuat tubuh kita nyaman, pikiran tenang. Otomatis kesehatan akan kita dapatkan dengan lancarnya peredaran darah kita.

Kalau pikiran tenang, rasa kita berkembang dan tubuh akan semakin peka terhadap alam, sehingga akan merasakan sensasi-sensasi alam yang sangat alami. Getaran listrik tubuh akan terasa kalau kita peka. Saya mengajak untuk menjadi "Pendekar" di atas Pendekar. Menjadi Pendekar sejati. Kalau latihan-latihan tenaga dalam dijadikan sebagai wahana katarsis atau pembersihan, kemudian kita mendapatkan Jurus Diam, saat itu dapat dikatakan kalau "tenaga dalam" kita sudah 'bangkit'. Dan 'jalur' tenaga dalam kita sudah 'terbuka' Pendekar di atas Pendekar, seorang Pendekar sejati, bukan yang bisa makan beling, bukan bisa mematahkan besi, bukan bisa mementalkan orang atau mematahkan dragon. Seorang Pendekar sejati adalah seorang manusia yang lembut, penuh kasih dan memancarkan kenyamanan bagi sekitarnya. Bukan seorang yang bisa meramal atau mencari barang hilang, atau tahu sebelum terjadinya suatu peristiwa. Walaupun dia tahu itu semua, dia memilih untuk diam dari pada membicarakannya kepada orang lain. Karena dia sudah menjadi seorang Pendekar sejati. Pendekar sejati yang menguasai jurus tertinggi, jurus diam, akan sangat manusiawi, akan selaras dengan alam. Akan minum di saat haus, dan akan makan di saat lapar. Kita akan mulai masuk tenaga dalam sebagai pemahaman TRANSCENDENTAL, pemahaman yang mengantar untuk melampaui latihan tenaga dalam. Sebelumnya, saya akan kembali ditahun 1986, saat pertama saya mengenal tenaga dalam, tenaga dalam yang sudah terdistorsi sebagai latihan-latihan kekuatan pikiran. Dari sana, semoga kita bisa melihat tenaga dalam dengan prespektif yang lain. Untuk perjalanan

spiritual kita, untuk melaju menuju stasiun jiwa atau maqam kita yang lebih tinggi. Menuju kepada penyatuan, menuju kepada diam. Dan menjadi pendekar di atas pendekar. Setelah itu memang tidak ada yang harus kita lakukan, karena kita mencapai dalam kepasrahan atas kehendak Yang Maha Tunggal, yang berbisik lewat hati dengan suara yang sangat lembut. YOGYA,

1

9

8

6

Saya baru duduk di bangku SMP waktu itu. Gejolak ingin tahu semakin besar terhadap apa yang selama ini menjadi teka-teki buat saya. Kakek saya, sekarang Almarhum, waktu saya masih SD sering bercerita tentang apa yang dinamakannya kekuatan pikiran, magnetisme katanya. Beliau katakan bahwa konsentrasi dapat membuat pikiran semakin kuat. Tenaga yang dihasilkan bisa dahsyat. Konon, kata tetangga-tetangga saya, kakek termasuk salah satu orang yang disegani, karena dianggap mempunyai kekuatan lebih. Namun kalau kami sedang berbincang, (waktu itu selalu dilakukan pada waktu sore hari, di warung klontong milik kakek), saya selalu minta kepada kakek untuk menunjukkan kekuatan itu seperti apa. Kakek hanya selalu bilang, kalau itu semua tidak ada gunanya. Yang penting katanya, sopo gawe nganggo, sopo nandur ngunduh, "siapa berbuat bakal menuai akibatnya". Saya selalu tidak puas dengan jawaban semacam itu.

Sekali waktu, kakek memberikan suatu pola nafas yang katanya bisa menguatkan energi pikiran kita. Namun kakek tidak memberikan bagaimana menggunakannya. Karena saya penasaran, ya saya melakukan juga. Pola itu adalah waktu menarik nafas pelan sambil mengatakan dalam hati, aku menghirup kekuatan alam. Lalu tahan nafas sebentar sambil mengatakan kekuatan alam sudah ada dalam diriku. Kemudian buang nafas pelan sambil bilang kekuatan alam bisa saya gunakan semauku. Hal itu saya lakukan sejak kelas 4 SD, tanpa tahu untuk apa. Sekali waktu, saat menutup mata dan melakukan pola nafas itu, saya melihat cahaya warna-warni menyilaukan yang saya tidak tahu. Kakek hanya bilang, tidak apa-apa, lanjutkan. Kembali saya tidak puas dengan jawaban semacam itu. Atau paling tidak saya belum memahami maksud kakek waktu itu.

Masuk SMP, ayah saya sudah memberikan kebebasan untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah yang saya senangi. Saya langsung bilang kalau ingin masuk di salah satu perguruan tenaga dalam. Ayah sempat tidak setuju karena menganggap umur saya masih belum cukup untuk mempelajari Tenaga Dalam. Tetapi kakek meyakinkan ayah kalau saya tidak apa-apa bila mengikuti kegiatan seperti itu. Akhirnya bersama teman-teman, masuklah saya di satu perguruan Tenaga Dalam di Yogyakarta. Hari pertama latihan, deg-degan juga, apa yang akan saya pelajari nanti. Apakah akan sama seperti apa yang saya bayangkan? Hari pertama itu, sebelumnya saya dan teman-teman

diberikan demo dari para senior yang bisa mementalkan orang. Wah, langsung terbayang di benak saya bahwa nanti saya juga pasti bisa melakukan hal semacam itu. Kemudian saya disuruh untuk melakukan gerakan putaran yang berputar melawan jarum jam. Disuruh berputar sebanyakbanyaknya. Tidak diberikan penjelasan untuk apa manfaatnya, saya langsung melakukannya, walupun hasilnya pusing dan muntah-muntah. Latihan kedua masih disuruh memutar. Katanya untuk melatih keseimbangan. Kali ini sudah tidak pusing dan muntah. Malah ada rasa yang enak waktu melakukannya. Sulit diungkapkan. Saat itu saya tidak tahu. Dan anehnya, saya malah kangen untuk melakukan jurus berputar itu.

Semenjak latihan, saya jadi jarang ngobrol dengan kakek. Kakek juga kelihatannya tidak menunjukkan untuk mengajak ngobrol seperti dulu. Dulu kakek bisa cerita panjang lebar tentang magnetisme. Setelah saya latihan, beliau hanya selalu mengulang-ulang kalimat, kalau pikiran anteng, kita akan menjadi orang sakti. Anteng itu sama dengan tenang, diam. Waktu itu saya mengacuhkan kata kakek. Karena saya anggap hanya sebagai pepatah biasa. Saya juga ingat kalau setelah itu kakek selalu bercerita tentang Krishnamurti, seorang tokoh spiritual yang kakek kagumi. Karena waktu itu saya tidak tertarik, maka saya banyak tidak menanggapi kakek kalau lagi cerita tentang Krishnamurti. Sebenarnya banyak yang kakek ceritakan tentang Krishnamurti dan ajarannya. Menyesal juga sekarang, mengapa dulu tidak belajar

banyak tentang yang satu ini. Kakek sekarang sudah almarhum, dan sekarang tentunya sudah tidak bisa mendengarkan beliau bercerita tentang Krishnamurti lagi.

Selama saya latihan tenaga dalam, beberapa kata kakek selalu terpatri di hati saya, yaitu mengenai Karma. Siapa berbuat pasti menuai akibatnya. Juga kakek pernah mengatakan tentang ilmu "kasunyatan". Tadinya saya menganggap ilmu ini adalah ilmu adikodrati, tidak tahunya hanya pemahaman tentang hidup. Jadi waktu itu saya anggap hanya sebagai angin lalu saja. Namun yang selalu saya ingat adalah pemahaman bahwa hari ini yang penting. Kakek mengatakan bahwa masa depan ada pada hari ini. Dan masa lalu sudah lewat. Kita sedang menikmati buah masa lalu pada hari ini. Saya tidak paham waktu itu. Yang menarik bagi saya saat itu adalah mementalkan orang. Saya nantinya baru paham tentang kasunyatan ini setelah saya bertemu dengan seorang Guru, seorang Mursyid di kemudian tahun, yang membuka wawasan dan cara pandang saya tentang kehidupan, yang membimbing untuk berjalan ke dalam diri, juga melihat sisi lain tentang tenaga dalam ini. Kembali kepada latihan tenaga dalam, Jurus dasar yang saya dapatkan adalah sepuluh gerakan. Dengan pola nafas dasar ditahan di perut. Nanti akan kita selami distorsi yang terjadi dalam pola pernafasannya, sekarang kita selami sesuai dengan kejadian yang ada.

Tahun itu istilah Cakra dan Kundalini belum populer walaupun sudah ada yang menggunakannya. Istilah itu baru populer setelah dekade 90-an. Tahun itu, istilahnya adalah 'pembukaan jalur tenaga dalam'. Setelah hapal melakukan gerakan sepuluh jurus dengan pola nafasnya, barulah seseorang 'dibuka' jalur tenaga dalamnya. Kalau sekarang, yang lagi populer adalah Attunement Reiki. Attunenment dan 'buka jalur tenaga dalam', sebenarnya fenomena yang sama. Hanya saja karena istilahnya berbeda, maka orang akan penasaran dengan istilah asing tersebut. Bahkan pembukaan 'jalur Cakra' - pun mempunyai makna yang kurang lebih sama dengan itu. Setelah 'pembukaan jalur' itu, barulah bisa menggunakan apa yang dinamakan tenaga dalam . Saat itu juga, saya bisa mementalkan orang. Dikeroyok rame-rame terpental semua. Saya bangga. Saya merasa hebat. Percaya diri saya bertambah. Juga semakin merasakan sensasi dalam badan ini. Ada getaran, ada rasa panas, ada rasa kesemutan. Semuanya membuat saya exited. Ada satu pengalaman yang aneh dan tak terlupakan. Saya naik sepeda berangkat ke sekolah, pagi hari. Waktu di perempatan jalan, saya berhenti agak maju dari garis polisi. Tiba-tiba pengendara motor yang melaju dari kanan menabrak saya. Sepeda saya oleng tapi tidak sempat jatuh, sementara motor itu jatuh. Pengendara motor rupanya tidak mau selesai sampai di situ saja. Kelihatannya dia marah. Orangnya lebih besar dari saya. Pakai seragam SMA, sementara saya SMP. Dia mendatangi saya dan memegang krah baju saya. Genggaman tangannya mulai diluncurkan untuk meninju kepala saya. Dan, kejadian yang tidak pernah saya duga terjadi. Sebelum tangan itu menyentuh saya, orang itu sudah terpental terkapar di aspal jalan. Saya bingung. Apa yang terjadi? Inikah tenaga dalam?

Saya tidak yakin dengan ini semua. Mungkinkah latihan saya yang singkat bisa menghasilkan hal seperti ini? Kemudian banyak orang-orang mengerubungi saya, saya dikira cidera. Salah satunya kemudian membetulkan sepeda saya dan menyuruh saya cepatcepat pergi dari tempat itu. Dengan cepat saya melaju ke sekolahan. Di sekolahan saya cerita sama temanteman. Akhirnya banyak yang tertarik untuk ikut latihan tenaga dalam. Di perguruan, hal itu juga menjadi bahasan yang menarik. Seorang senior saya di perguruan mengatakan mustahil kalau hanya latihan yang relatif sebentar ini bisa menimbulkan tenaga yang besar pada peristiwa tersebut. Dia mengatakan pasti saya pernah latihan sesuatu sebelumnya. Saya tidak tahu. Dan saya juga tidak yakin, apakah ini karena pola nafas yang pernah saya latih yang diberikan oleh Kakek? Beberapa bulan kemudian, latihan pola nafasnya sudah berubah, yaitu dikeluarkan lewat hidung dengan hentakan keras. Seperti orang membuang ingus. Itu dikenal dengan nama jurus Kasaran. Di sana kemudian dilatih untuk mematahkan besi pompa dragon dan memecahkan ujung minuman botol. Asyik juga. Saya menikmatinya waktu itu. Namun yang saya rasakan, rasa ingin mencoba apa yang dinamakan ilmu itu semakin terasa. Setiap ada konflik dengan seseorang yang maju adalah rasa ingin menantang. Saat itu saya sempat membuat tidur seorang guru sekolah yang kami benci. Dia bisa tidur ngorok di dalam kelas. Geli juga waktu itu. Kemudian meningkat lagi dengan halusan, yaitu pola nafas yang dihirup halus pelan dan dikeluarkan halus pelan. Kadang kami sampai terengah-engah melakukannya. Keringat mengucur

deras dan badan menjadi panas. Kemudian ada gerakan gabungan atau kawinan, yaitu gabungan pola nafas keras dan halus. Juga ada gabungan gerak atau jurus yang digabungkan menjadi beberapa gerakan. Jadi satu rangkaian gerak. Kalau dilihat sangat indah. Itulah seninya. Maka ada yang menamakannya juga Seni Tenaga Dalam. Pada waktu nama tenaga dalam mulai tercemar jelek, yaitu dekade 90-an, kemudian banyak perguruan yang mengganti namanya menjadi Seni Pernafasan, Seni Nafas, dan sebagainya. Hal itu sebenarnya tidak perlu dilakukan. Yang perlu adalah membenahi makna tenaga dalam sehingga tidak disalah-tafsirkan dan dipersepsikan buruk oleh masyarakat. Mengembalikan makna tenaga dalam pada awalnya. Kalau-pun diganti dengan nama seni pernafasan, namun makna yang diajarkan masih tetap untuk konsentrasi menguatkan kekuatan pikiran, hasilnya sama saja. Memperbesar ego manusia. Setelah hampir satu setengah tahun latihan, mulailah ujian untuk gerakan khusus yang latihannya beralih malam hari. Tadinya sore hari jam 16.oo. Saya mengikutinya, dan lulus. Boleh mengikuti latihan malam hari. Latihannya sekarang jam 19.00 Latihan malam hari pada awalnnya hanya memandang lilin selama 30 menit, tidak boleh berkedip. Mata perih dan mengeluarkan air mata. Pola nafasnya menghirup pelan sekali dan mengeluarkan pelan sekali. Perintahnya hanya konsentrasi pada lilin. Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Mungkin para pelatih waktu itu juga tidak tahu makna dari memandang lilin sehingga tidak bisa menjelaskannya. Bahkan mungkin guru utamanya juga tidak tahu? Kemudian kami mulai

belajar berbagai macam demo-demo tenaga dalam yang biasa dilakukan untuk pertunjukan. Seperti berjalan di atas api, mengangkat orang dengan koran, tarik tambang dengan benang jahit, dan lain-lain. Sampai saya lulus SMP dan masuk SMA, berbagai demo telah saya kuasai. Gerak dan gabungan jurus serta gabungan beberapa pola pernafasan terus dilatih. Rasa tidak puas terhadap apa yang saya dapatkan semakin lebih. Ada yang kurang. Tapi saya tidak tahu apa. Saya kemudian mencari teman dari lain perguruan untuk mencoba seberapa besar tenaga saya. Kadang saya menang dan bangga. Kadang saya kalah dan lebih giat lagi untuk latihan. Suatu kejar-mengejar yang tidak putus-putus. Saya tak sadar bahwa sudah masuk dalam mata rantai pemuasan ego. Tahun kelima saya latihan, kemudian ada ujian untuk "kependekaran". Yaitu akan memperoleh jurus-jurus khusus dan pamungkas, serta berhak untuk mengajar. Saya mengikutinya dan lulus. Latihan kependekaran sebenarnya banyak diamnya, semacam meditasi pada waktu itu. Namun masih berkonsentrasi. Walaupun duduk diam, memejamkan mata, konsentrasi pada satu titik tetap dijalankan. Visualisasi terhadap cahaya yang masuk lewat ubun-ubun kemudian masuk melewati dada dan seluruh tubuh. Ada satu jurus yang dinamakan "gerak naluri" waktu itu. Yaitu saya disuruh untuk bergerak mengikuti kata hati. Apapun gerakan yang muncul ya diikuti. Ada yang bergerak tidak karuan. Ada yang menari lembut. Ada yang tertawa, menangis, pokoknya macam-macam. Waktu itu, hal itu dinamakan gerak naluri karena dengan gerakan itu kita bisa melakukan gerakan jurus orang lain yang tidak kita kenal, atau gerakan yang

kita anggap waktu itu dapat dari alam lain. Setelah melakukan latihan itu, rasanya plong sekali. Bisa teriak, bisa jungkir balik, bisa loncat-loncat, bisa nendang sesuka hati. Kita bisa bergerak sesuka kita. Tetapi yang menjadi titik inti latihan itu adalah bagaimana kita mengambil gerakan yang belum kita ketahui, dan kita bisa bergerak walaupun kita belum pernah belajar gerakan tersebut. Lalu acara inti dalam jenjang itu adalah 'pembangkitan inti' tenaga dalam. Kami semua duduk melingkar, tengah malam. Lalu dibalut kain putih melingkar. Si Guru besar kemudian memegang kepala masing-masing. Setelah itu, diajarkannyalah jurus diam. Yaitu berdiri diam dengan tangan menyilang di dada. Badan benar-benar diam, namun pikiran tetap memvisualisasikan tentang adanya cahaya putih yang menyelimuti kita. Kami semua dikatakan 'telah bangkit' inti tenaga dalamnya. Dan berhak untuk memberikan latihan tenaga dalam bagi yang mau mempelajari. Saya sendiri sebenarnya tidak tahu, mungkin juga teman-teman saya waktu itu. Yang dikatakan bangkit intinya itu seperti apa. Yang kami rasakan saat itu memang suatu sensasi getaran yang merambat sepanjang tulang punggung. Namun kok tidak ada sesuatu kejadian yang lebih dalam tubuh ini. Saya kira kalau kemudian bisa mengeluarkan asap atau terbang paling tidak. PENDEKAR Setelah menjadi Pendekar, apa hebatnya? Toh, tetap juga butuh tidur dan makan nasi. Tetap juga naik sepeda kalau mau ke sekolah. Tetap juga harus ujian untuk lulus. Pendekar hanyalah suatu jenjang. Jenjang yang dalam perguruan tenaga dalam seseorang berhak

belajar untuk mendalaminya lebih dalam lagi. Tentunya sesuai kapasitas gurunya. Celakanya kalau gurunya hanya tahu dari sisi jurus dan gerak, tanpa tahu makna dan simbolnya, filosofinya, dan apa tujuannya, sudah barang tentu muridnya juga hanya jadi burung Beo. Murid hanya akan dipuaskan oleh sensasi yang dirasakan di tubuhnya, oleh pengalaman-pengalaman pikirannya, oleh demo-demo yang bisa dilakukannya. Menyedihkan. Jenjang pendekar dari satu perguruan dengan lain perguruan berbeda. Kalau seorang guru memang mempersiapkan seorang murid yang diharapkan siap untuk menerima inti ajarannya, sudah barang tentu latihan-latihan sebelumnya adalah latihan persiapan untuk jenjang yang berikutnya. Bukan sekedar latihan jurus saja. Menurut asal katanya, pendekar terdiri dari dua asal kata. Pende atau pandai, dan Kar dari karya atau berkarya. Jadi Pendekar adalah seorang yang pandai berkarya. Berkarya untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Namun, dalam jenjang tenaga dalam, pendekar adalah identik dengan kesaktian dan kelebihan yang tidak dipunyai oleh yuniornya. Saya juga demikian. Menjadi pendekar adalah idola para yunior waktu itu. Bayangan saya adalah mereka yang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Pokoknya, pendekar adalah sakti mandraguna, ora tedas tapak paluning pande sisaning gurindo, tidak mempan senjata tajam dan senapan. Walaupun sebenarnya, sebelum menjadi pendekar sudah menyatakan di bawah sumpah: 1. Takwa kepada Tuhan YME 2. Berbakti kepada masyarakat 3. Tidak mencari permusuhan, tapi mencari kawan 4. Mengembangkan sikap cinta kasih.

Sumpah yang indah, sumpah yang bisa menggalang persatuan dan kesatuan. Namun kelihatannya sumpah itu hanya menjadi sekedar slogan saja. Seperti para wakil rakyat yang bersumpah sebelum menduduki jabatannya. Sumpah hanya menjadi service bibir saja. Setelah itu tetap saja korupsi, tetap saja menipu dan mengelabui rakyat. Apa yang salah? Bayangkan saja. Sampai saat ini, yang terdaftar di Ikatan Pencak Silat Indonesia sudah lebih dari seratus perguruan. Belum lagi yang tidak terdaftar, yang hanya berupa yayasan. Kalau saja, mereka sudah menelorkan lebih dari seribu pendekar. Dan pendekar-pendekar itu benar-benar menghayati sumpahnya, kemudian menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari lewat lapangan kerjanya, betapa nyamannya lingkungan kita ini. Namun apa yang terjadi. Tidak kita pungkiri, banyak para pendekar yang menjadi satuan pengaman, menggunakan kependekarannya untuk menekan orang lain, demi uang. Saya punya seorang teman yang masih berlatih tenaga dalam. Dia selalu bilang kepada saya, kalau dia berlatih dari dulu, mungkin sekarang sudah jadi pendekar, dan dia sudah bisa menguasai berbagai ilmu yang dalam benaknya amat sakti. Saya sedih dengan pandangan seperti itu. Masih banyak orang yang beranggapan demikian. Menjadi pendekar adalah sakti. Apalagi didukung oleh beberapa sinetron kita yang memvisualisasikan kesaktian dan kanuragan. Komplit sudah angan-angan dari masyarakat kita. Juga ada seorang teman, yang berambisi sekali belajar tenaga dalam. Katanya, karena lingkungannya banyak preman jadi dia harus bisa mengimbangi orang -orang sekitarnya dengan belajar kanuragan. Teman saya tidak sadar dengan hal itu. Dia melakukan suatu kejar-kejaran yang tidak putus-putus.

Yang satu kuat, yang lain kalah. Yang kalah akan belajar lagi, kemudian bisa mengalahkan yang tadinya kuat. Lalu yang kalah akan belajar lagi. Begitu seterusnya yang akan menjadi lingkaran yang tidak akan pernah putus. Mengapa hal itu harus terjadi. Di mana sumpah untuk mengembangkan cinta kasih? Namun demikianlah anggapan kebanyakan orang. Tenaga Dalam adalah olah kanuragan untuk memperoleh kesaktian. Untuk membuat mempunyai kekuatan lebih. Apa benar demikian? Saya yakin, seseorang yang sudah mencapai kependekaran, tentunya dengan asumsi pendekar yang benar-benar menghayatinya, tahu akan arti tenaga dalam. Sayangnya, beberapa orang akan membungkus arti itu untuk mencari anggota. Lalu tenaga dalam memang dimunculkan sebagai olah kesaktian semata-mata untuk profit, untuk uang. Untuk mengembangkan jaringan yayasannya yang tentunya membawa keuntungan bagi beberapa orang tersebut. Dalam latihan kependekaran, sebenarnya banyak yang harus dijabarkan untuk pengertian pemula, supaya mereka juga tahu arti sesungguhnya dari predikat pendekar. Kita tahu bahwa tenaga dalam bisa mementalkan orang yang menyerang dirinya. Dengan syarat bahwa si penyerang terpancing emosinya. Dalam keadaan seperti itu, orang yang menyerang tidak akan bisa menyentuh bahkan terpental beberapa meter. Dalam tataran Pendekar, kalau seorang pendekar diserang dan si penyerang terpental, atau diserang dengan senjata tajam dan tidak luka, semua hal itu akan dikatakan bahwa dia gagal melakoni ilmunya. Lho anehkan? Diserang mental, di bacok tidak apa-apa, kok malah di katagorikan gagal. Ya, hal itu termasuk bahwa seorang pendekar belum bisa

melakukan ilmu secara benar. Ada suatu pengertian yang kelihatannya bertolak belakang dengan seseorang yang baru belajar tenaga dalam. Apabila masuk pertama kali, ia akan menilai bahwa dirinya berhasil apabila sudah bisa mementalkan orang. Seorang pendekar harusnya tidak akan mementalkan orang. Yang harus dihayati oleh seorang pendekar adalah, ilmu dia harusnya sudah bisa mengubah niat seseorang. Apabila orang akan menyerang, belum sampai menyerang orang akan mengurungkan niatnya, lebih bagus lagi kalau kemudian menjadi kawan. Apabila ada permusuhan, kemudian dia datang, permusuhan itu akan menjadi silaturrahmi yang menyenangkan. Indah bukan? seharusnya hal inipun sudah dimasyarakatkan sejak di tingkat dasar. Tapi kenyataannya tidak. Masalahnya kembali kepada uang dan besarnya perguruan. Kalau dari awal tidak ada mementalkan orang, tidak ada adu tenaga, ya tidak ada muridnya, tidak berkembang perguruannya, tidak profit. Namun kalau latihan mementalkan orang selalu dijadikan maskot penarik, kita bisa lihat hasilnya. Orang akan mengklaim dirinya serba bisa, bisa menyembuhkan, bisa ini bisa itu. Walaupun kadang dia bersembunyi di balik nama Tuhan, mengatas namakan Tuhan, tapi ego itu tetap tidak bisa disembunyikan. Kenyataannya ya masih cari uang juga. Walaupun kata bayar diganti dengan Mahar! Untuk menghayati ilmu pendekar yang tepat tidaklah mudah. Ya, tentunya hal itu tercipta kalau seseorang mempunyai rasa Kasih yang besar. Bukan ego yang besar. Dan para pendekar kita masih memupuk ego ini dalam setiap latihannya. Memupuk ego dalam setiap latihan dan tidak disadari oleh mereka. Dalam latihan,

selalu ada yang namanya adu tenaga. Lalu ada yang kalah dan ada yang menang. Yang menang akan bangga, dan cenderung akan mencoba ilmunya kepada orang lain. Yang kalah akan meningkatkan latihan lagi dan di kemudian hari akan mencoba menantang lagi. Dalam suatu latihan, kami sedang mempraktekkan ilmu yang namanya Pantek. Kalau ilmu ini dilakukan, orang akan bertingkah seperti apa yang diharapkan. Teman saya mencobanya. Tiba-tiba dia mengeram seperti harimau. Teman saya berubah tingkahnya seperti harimau. Dia mencakar, meloncat dan menyerang. Tenaganya menjadi kuat. Empat orang tidak bisa memeganginya. Lalu satu persatu kami menyerangnya secara gantian. Bangga sekali waktu itu. Dan sekarangpun masih ada beberapa perguruan yang masih menawarkan ilmu semacam itu. Kadang mereka membungkusnya dengan nama ilmu Khodam, ilmu Harimau Putih, dan sebagainya. Aneh. Sudah menjadi manusia, malah ingin menjadi binatang. Hal itu tidak disadari oleh para pendekarnya. Banyak yang kemudian bangga bisa menjadi harimau, monyet, ular. Mereka tidak sadar sudah menurunkan derajadnya sendiri. Sadar tidak sih kalau kita ini manusia yang punya potensi untuk berkembang dan berevolusi secara spiritual? Kok malah turun menjadi binatang. Seorang Pendekar tidak akan mengklaim dirinya pendekar, seperti iklan di majalah-majalah kita. Mengiklankan bisa ini dan bisa itu. Tidak! Pendekar adalah manusia sejati. Yang tadinya orang biasa sekarang menjadi manusia. Dia akan berkarya. Pandai berkarya. Berkarya tanpa pamrih. (Nanti kita bahas dalam Pendekar Sejati). Munculnya ego dalam diri pendekar, setidaknya mereka yang mengaku pendekar adalah karena latihan konsentrasi yang menguatkan pikiran

dia. Karena terlalu kuat energi pikirannya, dia akan mencari pembenaran dari setiap tindakan yang dia lakukan. Tidak akan terbuka terhadap orang lain yang memang lebih dari dia. Ada satu latihan yang sebenarnya kalau dimaknai secara tepat hasilnya sangat bagus sekali. Yaitu satu jurus yang bernama Mahdi. Dimana dalam setiap langkahnya, kita akan mengucapkan afirmasi TIDAK ADA DAYA UPAYA DAN KEKUATAN KECUALI DARI TUHAN. Indah sekali bukan? Namun kenyataannya afirmasi itu tidak terlalu dihayati sehingga yang tercipta adalah proyeksi dari jurus itu, yaitu dapat untuk berhubungan dengan apa yang dianggap roh-roh orang yang sudah meninggal. Sebenarnya banyak sekali distorsi yang terjadi dalam latihan-latihan ini, disaat hal pemanis dan gula-gula sudah jadi hidangan utama. Distorsi itu akan kita selami dalam bab berikutnya, dan kita berusaha mengembalikan kepada makna yang terkandung, makna awal dari latihan Tenaga Dalam. Waktu itu sedang terjadi perkelahian antar sekolah. Seorang teman yang sudah masuk dalam latihan kependekaran terlibat di dalamnya. Namun apa yang terjadi. Dia datang ke rumah saya dalam keadaan babak belur. Mukanya biru kena tonjok. Dia bingung, kok bisa ya kena serangan seperti ini? Sesungguhnya hal itu bukan sekali terjadi. Pernah juga seorang teman matanya biru kena tinju gara-gara salah paham. Banyak lagi yang lainnya. Tapi hal itu tidak pernah diekspose. Tidak pernah diceritakan keluar. Banyak sekali orang yang sudah latihan tenaga dalam dan masih kena pukul, ha ha ha... Hal itu terjadi karena pemaknaan yang kurang. tenaga dalam hanya dipahami sebagai latihan untuk mementalkan orang. Ada juga yang tiap hari selalu memberi energi di

sekeliling kandang ayamnya, supaya tidak dicuri. Atau kalau dicuri malingnya akan terpental. Hasilnya? Dia sendiri bingung, kok masih ada saja pencuri yang bisa mengambi ayamnya. Di mana salahnya, begitu pikirnya. Dan kejadian serupa begitu banyak yang dialami oleh teman yang lain. Sehingga tidak sedikit pula yang kecewa dengan latihan yang dia geluti selama ini. Kok tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya? Kalau hal-hal seperti ini sudah dijelaskan sebelumnya, tenaga dalam itu apa, maknanya apa, tujuannya apa, hasil yang akan dicapai apa, seseorang yang akan belajar tentunya akan tahu dengan tepat apa yang sedang dia pelajari. Tidak menjanjikan seseuatu yang hanya bisa dilakukan dalam demonstrasi saja. Ya, kebanyakan hal-hal seperti mementalkan orang, bikin energi dan sebagainya itu hanya berhasil dalam demonstrasi. Atau kalau sedang adu tenaga dengan sesama orang yang latihan. Bayangkan kalau tidak ada iming-iming semacam itu. Kalau kita berlatih dan kemudian diberitahu kalau tidak akan sakti, akan biasa-biasa saja. Kalau sakit ya ke dokter dulu. Tidak semua penyakit bisa diobati dengan tenaga dalam. Kalau sakitnya pegel linu, kurang semangat, dan sejenis darah tidak lancar, penyakit yang timbul karena stress, itu akan tertolong dengan tenaga dalam. Akan tertolong, bukan berarti selesai. Hanya menimbulkan interval sehat. Hal itu karena pemaknaan yang kurang. Apabila hal itu dilakukan suatu perguruan, mungkin hanya beberapa gelintir saja orang yang mau belajar. Bahkan mungkin tidak ada. Tapi, kalaupun ada pemanis, ada gula-gula, ya semestinya ditekankan kalau itu hanya pemanis. Kalau tidak, hal semacam itu akan sangat memerosotkan kesadaran seseorang. Sudah bukan saatnya lagi untuk

bermain dengan peman-ispemanis itu. Masyarakat kita sudah cukup belajar dari hal-hal semacam itu lama sekali. Sudah saatnya untuk meningkat. Untuk berjalan lebih jauh ke depan. Untuk melampaui tenaga dalam. Melampaui adalah memberikan makna lebih dalam. (Nanti akan kita selami dalam bab Melampaui Tenaga Dalam). Ada iklan di majalah yang menyatakan bahwa si A adalah pendekar dari daerah ini, ahli dalam hal pengobatan dan ilmu ini dan itu. Kalau memang pendekar, tidak perlu mencari pengakuan. Tidak usah iklan supaya dikenal. Tujuannya apa kalau bukan uang. Kalau mau cari uang kerja yang benar. Jangan membodohi masyarakat dengan tipuan santet, dengan penyembuhan segala macam penyakit, dengan bisa berhubungan dengan jin dan segala macam. Sadar tidak sadar, latihan-latihan yang memupuk ego ini akan semakin menciptakan generasi pendekar yang tidak sadar. Akhirnya banyak pendekar yang merasa bisa, bukan bisa merasa. Terlihat jelas beberapa perguruan, bahkan saya katakan semua perguruan mengalami perpecahan. Alasannya karena beda paham. Yah, keakuan yang besar menyebabkan dirinya merasa lebih mampu untuk mendirikan perguruan baru dengan segala kelebihannya. Sampah dalam diri mereka belum dikeluarkan, belum dihabiskan sehingga mereka melakukan tindakan Katarsis dengan mendirikan perguruan baru. Ya, bawah sadar atau mereka penuh sampah tak berguna yang berisi obsesi-obsesi terpendam. Perguruan baru itu sebenarnya lahan pembersihan bagi dia, namun orang yang belajar akhirnya menjadi kebagian sampah-sampah mereka.

Mereka secara tak sengaja menjadikan muridnya sebagai tong sampah dirinya. Begitu seterusnya hingga generasi yang terus memecahkan diri. Pendekar harusnya berkarya tanpa pamrih. Tanpa pamrih ketenaran, pamrih uang, pamrih besarnya suatu perguruan. Karyanya adalah kemakmuran. Bukan kebesaran perguruan yang menjadikannya imporium baru. Aneh, kalau banyak pendekar sakti di negeri ini, toh masih banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia terjadi tanpa ujung pangkal penyelesaian. Mengapa tidak saja disantet para wakil rakyat yang korup, mengapa tidak mengirim hujan teluh kepada para pejabat? Mengapa pembobol bank yang bersembunyi tidak ketemu-ketemu. Akhirnya banyak yang berdalih dengan alasan macam-macam. Bersembunyi di balik topeng kependekaran. Ego yang besar dengan pikiran yang sangat kuat menyebabkan perguruanperguruan menjadi pecah tanpa membawa makna awal yang sangat indah, makna yang menghaluskan hati, mengembangkan rasa. Yang ada adalah takar-menakar kekuatan dan iklan kesaktian serta tawaran kesehatan. PECAHNYA

PERGURUAN

Para murid tenaga dalam yang sudah mencapai kependekaran akhirnya banyak yang memisahkan diri dari induknya. Bukan karena ingin mengembangkan visi dari induknya, tetapi karena sudah merasa mampu dan merasa lebih dari yang lainnya. Terbukti akhirnya dengan munculnya berbagai nama perguruan dewasa ini. Sekali lagi, hal itu semata karena ego, keakuan yang merasa telah lebih. Kita akan mencermati

perkembangan sekian banyak nama perguruan tenaga dalam yang ada. Tetapi ada pula yang berdalih bahwa hal itu wajar saja terjadi karena telah mendapatkan ilmu baru yang memang harus dikembangkan. Bolehboleh saja, tolak ukurnya hanya satu. Apabila pendirian perguruan itu karena ingin mendapat nama, pengakuan, uang dan orientasi materi, bukan karena untuk berbagi rasa, untuk membuka suatu kesadaran baru, untuk meningkatkan kesadaran, jelas hal itu karena keakuan yang tinggi. Ada juga yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk menyehatkan masyarakat. Lihat saja, apabila dengan apa yang dikatakan sehat itu menambah kesadaran, tidak malah memerosotkannya dengan tambahan ilusi tentang 'sehat'. Ilusi tentang 'sehat', adalah apa yang dianggap bisa menyelesaikan segala macam penyakit. Bisa saja, seseorang melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dalam dirinya. Namun apabila dilihat dengan latihan konsentrasi semacam itu, tidak menyelesaikannya. Latihan-latihan konsentrasi yang dilakukan akan menguatkan lapisan energi dalam diri seseorang. Apabila penyakitnya berada dalam tubuh yang lebih dalam, yaitu lapisan mental ataupun spiritual, ia tidak akan muncul dalam tataran fisik karena terhalang oleh lapisan energi atau pikiran yang kuat. Dan hal itu bukan berarti selesai. Hal itu hanya memberi interval sehat, menunda saja. Kesehatan yang dihasilkan tidak bersifat holistik, menyeluruh. Padahal, makna tenaga dalam adalah memberikan kesehatan secara holistik, terpadu, meyeluruh, sebagai makna yang sebenarbenarnya. Tentang kesehatan akan kita selami dalam bab berikutnya.

Tahun 1990, saya bertemu dengan Eyang Atmo Wasi (Beliau kakek dari isteri saya. Tahun 1990 saya masih pacaran, jadi beliau kakek dari pacar saya), seorang kakek yang merupakan salah satu penasehat, yang dituakan dalam dunia tenaga dalam di Yogyakarta. Beliau termasuk di dalam orang pertama yang mengusung tenaga dalam di Yogya setelah pertama muncul dari daerah Jawa Barat. Setelah di Yogya ini, tenaga dalam berkembang pesat dan mengalami beberapa kali perpecahan sampai jumlahnya yang sangat banyak dewasa ini. Dengan berganti nama, mengganti beberapa jurus, ganti motto, ganti visi, dan merambah di kota-kota sekeliling Jawa, akhirnya sampai juga ke Ibu Kota, Jakarta. Beliau mengatakan, pada mulanya hanya ada satu nama, satu perguruan. Seorang yang dihormati karena telah mengembangkan tenaga dalam dengan cirinya yang mempunyai 10 gerak, (walaupun sekarang ada yang dipadatkan menjadi 4 atau 5). Beliau adalah Bapak Andadinata. Tahun 1930 beliau mulai mengembangkan tenaga dalam dari daerah Cicalengka yang kemudian jurus-jurusnya sampai sekarang mewarnai hampir seluruh perguruan tenaga dalam di Indonesia. Berarti sekali perjuangan beliau untuk mengembangkan tenaga dalam yang beliau olah untuk konsumsi masyarakat Nusantara. Beliau begitu memahami masalah masyarakat dan apa yang dibutuhkannya pada waktu itu. Pada waktu negara masih belum aman dari penjajahan, pada waktu masyarakat kita masih bergerilya melawan penjajah, kemudian terus pada masa pasca kemerdekaan. Kebutuhan dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat waktu itu beliau

salurkan melalui gerakan yang tertuang dalam 10 jurus tenaga dalam. Salam hormat kepada beliau, Bapak Andadinata. Seandainya beliau masih ada, pasti beliau akan berjuang lagi untuk mengembalikan tenaga dalam sesuai makna awalnya. Beliau pasti akan menyesuaikan sesuai jamannya, sesuai kebutuhannya. Namun tidak menghilangkan ciri Nusantaranya. Di Yogya, pada waktu itu ada satu nama, yang diusung langsung dari Cicalengka, ML. Berkembangnya ML lalu mencetak sekian banyak orang yang telah dipercayai untuk mengembangkannya. Lalu berkembang lagi menjadi PS. PS ini kemudian mencoba merambah keluar sampai Jakarta dan kota lainnya. Lalu PS berkembang lagi menjadi SP. Di SP sempat terjadi sedikit pengembangan paham yang akhirnya muncul MP. Pada masa sebelum 1986, tenaga dalam juga dimaksudkan untuk syiar Islam. Maka anggotanya dikhususkan yang beragama Islam. Karena setiap jurusnya akan disisipi dzikir. Kemudian ada yang bertanya, kalau orang non Islam belajar dan tanpa dzikirnya, hanya jurus atau gerak dan nafas, apa bisa berhasil? Kemudian ada yang bereksperimen untuk itu, dan berhasil. Muncullah nama SN. SN adalah tenaga dalam universal pertama yang berkembang pesat. Sejak itu, tenaga dalam sudah tidak berbau ekslusive Islam lagi. Dari PS tadi mucul lagi SLB. Kemudian SLB berkembang menjadi PD. Sejak berkembang di Ibu kota, SN menjadi beranak lagi dengan nama SNI. PS yang sejak semula masih untuk syiar islam, berkembang di Sulawesi dan Sumatera. Akhirnya muncul lagi dari SN berkembang menjadi SPK, lalu jadi KS. Sejak berbagai nama yang

pecah itu masing-masing telah menelorkan orangorang yang dipercaya untuk mendapatkan rahasianya. Namun terlihat bahwa orang-orang itu kemudian mendirikan nama-nama baru yang sekarang sudah tidak terhitung lagi. Ada yang hanya kecil, tidak terdaftar. Ada juga yang mengatakan bahwa ia mendirikan perguruan karena dapat bimbingan dari mimpi. Tapi kalau dilihat, gerakkannya ya itu-itu saja. Pola nafasnya ya itu juga. Ia hanya akan meyakinkan saja, membentuk opini baru tentang apa yang dikatakan ilmunya itu. Menginjak tahun 2000 banyak yang menggabungkan dengan sains modern, maka muncul juga istilah Metafisika, Cybernetic, atau Elektrophysic untuk perguruannya. Sekali lagi, kalau dicermati pola nafas dari semua itu masih bersumber dari tenaga dalam konvensional. Konsentrasinya masih dengan generator listrik tubuh yang berada di sekitar pusar. Sebelum tahun 1985, Tenaga Dalam dipopulerkan dengan adanya mementalkan orang, dibacok tidak apa-apa. Lalu setelah tahun 1986, terutama di atas tahun 1988, tenaga dalam berkembang dengan motto kesehatan. Perguruan yang ada sudah membicarakan tentang kesehatan yang didapat dengan latihan tenaga dalam. Nama perguruannya juga sudah banyak yang diganti. Dari Perguruan Tenaga Dalam (PTD) ada yang menjadi Perguruan Tenaga Inti, lalu menjadi Beladiri Tenaga Dalam (BTD). Kemudian dengan mengusung kesehatan itu lalu nama tenaga dalam berubah menjadi Seni Pernafasan. Begitu marak nama seni pernafasan ini. Ada yang bernama seni nafas, olah nafas. Perubahan nama itu untuk menjadikan beda dengan yang dulu. Hanya namanya yang beda, intinya sama, masih konsentrasi juga. Gerakkannya sama, pola nafasnya

sama. Kemudian sejak masuknya aliran Prana ke Indonesia, tenaga dalam banyak yang menghubungkan dan membicarakan Prana untuk latihannya. Lalu untuk lebih menarik lagi, ada yang menggantinya dengan istilah Bio Energi. Prana adalah Energi vital manusia, energi hidup. Lalu Bio adalah Hidup, maka Bio Energi adalah Energi Hidup. Sama saja, sami mawon. Namun seorang teman tetap ngotot bahwa Prana tidak sama dengan Bio Energi. Hanya beda bahasa mas, satu sanskerta dan satunya Inggris. Hanya untuk kelihatan beda maka mereka memberi nama beda. It's oke, beda tidak apaapa. Kesehatan masih menjadi penarik bagi latihan tenaga dalam. Walaupun sebenarnya tidak semua penyakit sembuh dengan latihan ini. Penyakit noninfeksi akan tertolong. Tetapi penyakit infeksi malah akan berbahaya bila latihan tenaga dalam. Penyakit infeksi seperti usus buntu, liver, perlu istirahat yang banyak (bed rest). Apabila latihan tenaga dalam yang banyak mengeluarkan energi maka infeksinya akan bertambah. Namun hal ini tidak pernah diungkap lebih dalam. Maraknya istilah Cakra, Kundalini dan Yoga di atas tahun 90, turut mempengaruhi dunia tenaga dalam. Banyak yang kemudian mencampur-adukkan antara Cakra dan tenaga dalam, sehingga ada yang mendirikan aliran Inti Cakra. Ada pula Tenaga Dalam Kundalini Indonesia. Entah bagaimana mereka sampai bisa mencampur itu semua. Pengertian Cakra dan Kundalini di kalangan praktisi tenaga dalam terus terang sungguh sangat kacau. Dengan mencampur istilah Cakra atau Kundalini dengan tenaga dalam itu sudah sangat merusak arti dari Cakra ataupun tenaga

dalam itu sendiri. Namun karena ada nilai profit dengan nama tersebut maka beberapa oknum memakainya dengan maksud agar dapat mendatangkan keuntungan dalam perguruannya. Kalau dilihat dari perpecahan yang terjadi, pergantian nama berujung pada pemaksaan untuk mencampur aliran yang sebenarnya sudah mempunyai kedudukannya masing-masing,- hal yang sebenarnya merupakan tindakan pemuasan ego. Kalau akan belajar titik-titik tubuh manusia, ya belajar ilmu akupunkur. Lalu akupunkur digabungkan dengan tenaga dalam. Titik akupunkur itu dianggap Cakra. Sensasi listrik tubuh di punggung dikatakan Kundalini. Kacau !. Berbagai pihak yang sebenarnya memegang kunci dalam pertumbuhan tenaga dalam, yaitu para guru besar, para pelatih inti, malah ikut untuk meramaikan kekacauan itu. Belum tahu Cakra dan Kundalini, atau hanya tahu sedikit, lalu ikut berbicara tentang hal itu dalam tenaga dalam. Teman saya, sekarang seorang guru salah satu perguruan pernafasan. Mengatakan kalau dalam latihannya, bisa memegang Kundalini, mengikatnya lalu menariknya supaya seseorang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Yang lebih hebat lagi, dia bisa membuka dan menutup Cakra seperti membuka dan menutup buku. Bahkan, Kundalini dalam diri seseorang bisa dia bangkitkan dengan ditandai adanya rasa panas di punggung. Bahkan, dalam perkembangan sekarang ini, karena istilah "meditasi" sedang digandrungi, maka dunia tenaga dalam juga menggunakannya. Berbagai perguruan Seni Pernafasan yang mempunyai dasar tenaga dalam mulai menawarkan meditasi sebagai salah satu pelajarannya. Meditasi yang menggunakan konsentrasi. Bingung juga. Meditasi adalah menyadari setiap tarikan nafas.

Sementara yang ada di tenaga dalam adalah konsentrasi terhadap nafas. Dari perjalanan perkembangan dunia tenaga dalam kita bisa melihat tentang pergantian nama, dari tenaga dalam ke seni pernafasan, juga pengembangan misi dari kanuragan ditambah kesehatan. Masuknya istilah-istilah cakra, kundalini dan meditasi yang dimaknai sangat kacau oleh beberapa praktisi tenaga dalam. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Latihan apapun sebenarnya tidak menjadi soal, jalan apapun tidak masalah. Toh semua jalan akan bermuara sama, menuju Tuhan. Hanya saja apakah latihan yang kita jalankan itu mengembangkan kasih atau tidak? Apakah bila latihan tenaga dalam dijalankan, seseorang akan mempunyai hati bersih dan saling menyayangi? Kalau ya, teruskan. Kalau tidak, hentikan! Hati bersih dan saling menyayangi dengan latihan pengembangan kekuatan seperti selama ini, bagaimana mungkin? Ya, maka dari itu, tidak perlu lagi adanya perpecahan perguruan. Tidak perlu lagi ada yang merasa lebih untuk mendirikan perguruan baru. Yang dibutuhkan adalah bagaimana menjadikan tenaga dalam sebagai wahana pembersihan sampah emosi dari seseorang. Silahkan dirikan nama baru. Silahkan dirikan perguruan baru. Tapi jangan lupa dengan sejarahmu, dengan gurumu. Hal sebenarnya yang penting dilakukan adalah membentuk manusia baru. Bukan namanya, bukan perguruannya, bukan yayasannya, namun benar-benar seorang manusia baru yang penuh cinta kasih. JAKARTA 1993

Saya mulai meninggalkan Yogya untuk bekerja di Jakarta pada tahun 1993. Saya jauh dari teman-teman yang hampir setiap malam berdiskusi dan berlatih tenaga dalam. Saya dan beberapa teman waktu itu juga sempat mendirikan tenaga dalam Rasa Sejati yang sekarang sudah bubar. Beberapa dari diskusi kami ada yang menghasilkan pemahaman baru, juga pertanyaan-pertanyaan baru seputar tenaga dalam. Yang jadi menggelitik kami waktu itu, karena kami belum bekerja, seorang teman bertanya, "kalau sudah bisa mementalkan orang dan matahin besi, bisa diterima kerja di bank tidak ya?" Kami semua tertawa dengan sindirannya itu. Tapi betul juga. Kami mulai berpikir. Apa yang kami lakukan ini sebenarnya bermanfaat bagi kehidupan kami atau tidak. Dengan kesibukan baru sebagai karyawan baru, tentunya banyak menyita waktu saya untuk lebih serius dengan pekerjaan baru ini. Beberapa bulan hampir tidak pernah untuk berpikir tentang tenaga dalam. Namun hal itu banyak memberikan waktu bagi saya untuk merenungi setiap langkah yang sebelumnya pernah saya lakukan. Benar juga apa yang dikatakan teman saya dulu, sekarang dalam pekerjaan saya, saya tidak perlu mementalkan orang, matahin besi. Lalu kalau demikian, untuk apa sebenarnya latihan tenaga dalam itu bagi orang kerja seperti ini? Kesehatan? Itulah yang ditawarkan latihanlatihan dewasa ini. Tapi bisakah kita sehat dengan latihan-latihan itu. Kalau olah nafasnya disertai gerakan yang mengeluarkan keringat, pagi harinya ya pasti badan akan segar. Tidak gampang loyo. Sebenarnya masalah kesehatan tidak selesai sampai di situ saja. Penyebab sakitnya belum ketemu. Kalau penyakit itu ditimbulkan oleh pikiran, dan latihan-

latihan itu hanya menjadi pelarian supaya ada kegiatan sehingga tidak memikirkan suatu masalah, masalah itu akan menumpuk dan menjadi sampah dalam diri. Lama kelamaan akan menjadi seperti timbunan yang siap meledak. Tinggal tunggu waktu. Kita hanya menunda masalah yang ada. Kita sedang menyulut bom waktu. Baru setahun saya kerja, pada suatu pagi badan saya rasanya tidak enak sekali. Seperti gejala masuk angin. Kadang muntah dan keluar keringat dingin. Saya pikir, karena kurang olah raga. Setahun ini memang saya jarang untuk menggerakkan badan. Kemudian timbul dalam benak saya untuk kembali melakukan gerakan jurus tenaga dalam. Siapa tahu badan akan kembali fit lagi. Benar juga, dalam empat hari badan saya mulai segar, dan bisa masuk kerja lagi. Seminggu kemudian, tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Saya kembali muntah-muntah dan sampai tidak bisa berdiri. Muka pucat sekali. Badan lemas tidak bisa apa-apa, tetapi belum pingsan. Langsung saya menuju klinik untuk diperiksa darah. Saat itu juga, dokter mengatakan bahwa saya harus dirawat inap! Fungsi hati saya tidak normal. Kata orang kena penyakit kuning, atau hepatitis A. Lalu menurut USG, hati saya mengalami pembengkakan. Saya harus istirahat total di tempat tidur di rumah sakit sampai sembuh total. Di RS ST. CAROLUS Jakarta, saya sempat dirawat seminggu lamanya. Karena tidak betah, saya minta untuk pulang ke Yogya dan dirawat di sana. Sebenarnya pihak rumah sakit tidak mengijinkan, tapi saya memaksanya. Alhasil saya bisa pindah ke Yogya meskipun harus naik kereta api, sendirian! Kata dokter di Yogya, ini terjadi karena kerja yang terlalu diforsir. Tubuh butuh istirahat yang cukup.

Benar juga, waktu pertama ada tanda-tanda itu, saya malah melakukan latihan yang memaksa untuk mengeluarkan keringat. Latihan berat sebetulnya. Dan itu ternyata malah memperburuk keadaan saya. Sudah hampir sebulan saya di rumah sakit. Orang tua juga mulai khawatir, mengingat sakit saya yang menurut dokter belum ada perbaikan. Lalu dengan tanpa sepengetahuan dokter, mulailah mencari penyembuhan alternatif. Dari mulai pijat syaraf, jamu, japa mantra, tenaga batin dan paranormal yang didatangi ibu saya di pegunungan Wonosari, semuanya tidak membantu sedikitpun. Teman-teman dari praktisi tenaga dalam juga mencobanya, tapi tidak berhasil. Saya kemudian mencoba melakukan sendiri untuk menyembuhkan penyakit saya. Hasilnya buruk sekali. Malam itu saya malah masuk dalam masa kritis. Suhu badan saya meningkat di atas 40 drajad. Saya mulai tidak sadarkan diri. Tidak bisa apa-apa. Sesaat yang bisa saya dengarkan hanya keluarga saya, Ibu saya, Bapak, tiga adik saya dan pacar saya (sekarang isteri saya), semuanya menangis. Saya mendengar itu. Tapi saya tidak tahu yang mereka tangisi itu apa. Entah sudah berapa lama saya tidak sadarkan diri. Menurut mereka saya pingsan karena suhu badan saya yang tinggi, yang sebelumnya saya juga sempat mengigau katanya. Kemudian saya mulai bisa membuka mata, dan mereka bilang Alhamdulillah. Saya masih lemas. Saya lihat kakek saya sudah duduk di samping saya, masih meletakkan kedua telapak tangannya di atas perut saya. Ya, sebelumnya kakek tidak melakukan itu pada waktu awal-awal saya masuk rumah sakit. Mengapa? Kenapa kakek tidak melakukan penyembuhan kepada cucunya ini. Saya kemudian bertanya padanya, "Kenapa tidak dari dulu saya

disembuhin kek?" "Kakek tidak menyembuhkan kamu, kakek hanya membantu kamu melewati masa kritis ini. Yang bisa menyembuhkan kamu hanya dirimu sendiri. Kamu belum sembuh. Tergantung kamu sekarang. Tidak ada yang bisa membantumu. Pasrahkan semua pada Yang di Atas." Saya diam. Mencoba mengerti apa yang diucapkannya. Setelah itu, yang sebelumnya saya sangat khawatir dengan hilangnya pekerjaan saya, saya mulai bisa rileks. Kalau dengan lamanya saya sakit ini saya kemudian dikeluarkan dari pekerjaan ya sudah. Status saya memang masih belum karyawan tetap, masih dalam masa ikatan dinas. Dan sekarang saya sakit selama hampir empat bulan. Saya kemudian bisa menikmati sakit saya. Benar-benar menikmatinya. Sering ketemu dengan dokter malah menambah pengetahuan saya tentang penyakit dan cara kerja tubuh ini. Dan semua itu semakin menambah rasa "nyaman" saya dalam menjalani sakit ini. Akhir bulan keempat, dokter menyatakan pembengkakan di liver saya sudah mulai menurun.. Belum sembuh total, saya masih harus banyak istirahat. (Sebagai catatan, saya dirawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogya selama satu bulan dan masa kritis saya terjadi setelah tiga hari pulang dari rumah sakit). Banyak waktu lagi di rumah menyebabkan saya kembali bisa ngobrol dengan kakek. Banyak yang beliau sampaikan. Tetapi yang selalu ditekankan adalah bahwa sesuatu yang menimpa kita adalah hasil perbuatan kita sendiri. Berarti penyakit saya juga hasil perbuatan saya? Saya belum mengerti dengan hal ini. Bagaimana hal itu bisa terjadi. Beliau mengatakan saya akan mengerti kalau saya diam. Tentu saja bukan diamnya fisik ini. Saat itu saya baru mengerti bahwa latihan tenaga dalam tidak bisa

menyembuhkan penyakit infeksi. Terbukti dengan diri saya. Infeksi hati yang saya derita menjadi semakin parah setelah saya melakukan latihan gerak beberapa hari, yang harusnya saya istirahat total. Mulai saat itu juga saya bertanya dalam diri saya, apa ada yang salah dalam latihan tenaga dalam. Yang salah yang mana, metode atau cara saya menghayatinya? Dalam satu obrolan dengan kakek, beliau mengatakan tidak ada yang salah. Semua latihan itu adalah proses yang tidak pernah berhenti. Hanya saja saya belum melebur di dalamnya. Belum mengerti makna yang harus saya pelajari dari setiap latihan itu. Kelak dalam beberapa tahun kemudian saya baru bertemu dengan seorang Guru. Beliau yang memberikan pemahaman dan cara pendang baru untuk kehidupan ini, sehingga saya bisa melampaui latihan tenaga dalam, memberi makna secara Transcendental. Lewat beliau juga akhirnya saya menemukan pemahaman antara tenaga dalam dan Yoga, latihan pola nafasnya yang merupakan pembersihan dan asimilasi dari Kriya. Kembali kepada keadaan saya di Yogya, Sudah genap enam bulan saya sakit. Lama memang. Dan keadaan saya sudah mulai membaik. Dokter mengatakan saya sudah diijinkan untuk kembali ke Jakarta. Namun jangan kerja terlalu berat dulu. Mungkin butuh dua bulan lagi katanya. Atas keputusan dokter itu kemudian saya kembali ke Jakarta. Di Jakarta, dokter perusahaan memberi saya waktu untuk istirahat dua bulan lagi. Tetapi saya disuruh untuk mencoba bekerja dengan tidak mengikat. Kalau letih ya istirahat atau pulang. Demikian saya mencoba untuk mengikuti kata dokter sampai dua bulan. Total saya sakit dan tidak masuk kerja adalah delapan bulan. Waktu yang lama untuk seorang pegawai yang baru dalam ikatan dinas.

Tetapi Puji Tuhan, saya kemudian tidak menghadapi persoalan dengan bagian personalia dalam meneruskan jenjang karier saya. Tubuh saya sakit. Demikan pikir saya setelah beberapa bulan berselang. Mengapa ini terjadi? Bukankah latihan tenaga dalam yang saya lakukan, ataupun kemampuan saya untuk menyembuhkan seharusnya bisa menanggulanginya? Apa yang salah? Kemudian teringat kata Kakek, ya mungkin semua ini ada hikmahnya. Tetapi apa? Banyak pertanyaan berkecamuk dalam diri yang tidak terjawab. Tidak mungkin latihan saya selama ini tidak berguna. Tetapi untuk kasus seperti ini mengapa tidak bisa? Kemudian perlahan-lahan saya merasa tidak butuh lagi latihan-latihan itu. Saya bingung juga, tidak butuh atau tidak ingin melakukan latihan. Yang jelas dengan pengalaman-pengalaman yang lalu, saya jenuh. Benar, saya jenuh. Saat itu saya mencapai titik jenuh. Akhirnya saya hidup apa adanya. Maksud saya, pandangan saya terhadap sesuatu tidak dilatarbelakangi pendangan tenaga dalam. Kalau dulu, setiap berada di suatu tempat saya pasti akan merasakan apakah tempat ini 'berenergi' baik atau jelek. Kemudian kalau ketemu orang akan mencoba merasakan tenaga orang tersebut. Lalu akan mencoba apakah suatu tempat ada makhluk halusnya apa tidak. Sekarang dengan kejenuhan saya, saya hidup apa adanya. Saya bena-rbenar melupakan hal-hal itu semua. Dan, saya ternyata merasakan rileks. Plong! Tidak ada yang mengejar terhadap pikiran-pikiran saya. Saya rileks dengan keadaan tanpa mengetahui ini....... JENUH, RILEKS, PASRAH Keadaan tanpa mengetahui. Ya, dulu saya tahu tentang tenaga dalam dalam perspektif saya waktu itu. Saya tahu apa yang

saya tahu. Kemudian kejenuhan menuntun saya untuk berada dalam keadaan tidak berbuat apa-apa. Tidak berbuat apa-apa karena saya bingung. Bingung untuk apa sebenarnya saya belajar ini semua. Dan sekarang, saya diam. Saya teringat juga kata Eyang Atmo Wasi bahwa sebenarnya jurus diam itu tidak bisa diajarkan. Ia akan datang sendiri. Jurus Diam bukan berbentuk jurus. Tetapi suatu keadaan. Latihan-latihan tenaga dalam sebelumnya hanya membantu proses terjadinya Diam ini. Sebenarnya banyak juga yang mengalami keadaan seperti saya. Latihan dengan giat, lalu bisa melakukan apa saja. Kemudian jenuh dengan latihanlatihan itu, akhirnya ya pasrah. Tidak menggunakan latihan lagi. Saya yakin banyak yang mengalaminya. Tetapi mereka memilih tidak bicara. Dan juga mungkin tidak ada kesempatan bicara, untuk sharing, berbagi rasa tentang pengalamannya. Saya, dengan segala keterbatasan saya, memulai untuk mengajak anda semua untuk jenuh, untuk bingung, untuk masuk dalam keadaan tanpa mengetahui, dalam kepasrahan. Keadaan waktu itu menyenangkan, dan sekarang juga menyenangkan. Tidak usah berpikir apakah tempat ini energinya baik atau buruk. Kalau ketemu orang tidak peduli apakah dia punya energi lebih atau tidak. Sangat rileks. Dan saat itulah saya mulai mengalir bersama alam. Kalau lapar ya makan, kalau haus ya minum. Suatu saat saya ketemu dengan orang yang mengaku belajar ilmu dari Jawa Barat. Dia bersikukuh, sangat yakin sekali kalau saya bisa tenaga dalam. Katanya, dia bisa merasakannya. Kemudian dia meminta saya untuk menyerangnya. Saya tidak mau, karena saya katakan padanya kalau saya tidak bisa apa-apa. Tetapi dia menganggap saya berbohong. Kemudian dia bilang,

kalau saya tidak mau mencobanya, dia yang akan mencoba saya. Saya bilang silakan. Saya benar-benar pasrah untuk tidak menggunakan apa yang pernah saya bisa. Ternyata, sebelum dia menyerang saya, dia menyalami saya. Dia berkata bahwa ilmu saya tidak bisa dia "tembus". Saya bingung, saya tidak melakukan apa-apa kok dibilang begitu. Saya katakan padanya bahwa saya benar-benar tidak punya apa-apa, saya tidak melakukan apa-apa. Saat itu dia berkata, justru dengan kepasrahan itu ilmu sejati muncul. Wah saya tambah bingung lagi saat itu. Masak kepasrahan bisa memunculkan ilmu. Kalau bisa ya ilmu pasrah itu tadi, ha ha ha.... Untuk teman saya, Yunus, salam hormat saya untukmu. Suatu sore, teman saya mengantar seorang bapak yang dalam keadaan lemas karena katanya sakit usus buntu. Saya bilang, mengapa tidak dioperasi. Bapak itu bilang takut operasi dan tidak ada biaya. Teman saya bilang supaya saya mau menolong bapak itu. Saya katakan bahwa saya tidak bisa apa-apa. Tetapi bapak itu juga bilang bahwa dia yakin saya bisa melakukannya. Apa yang harus saya lakukan? Saya bingung. Dulu waktu saya sakit liver saya tidak bisa berbuat apa-apa, sekarang malah ada orang yang datang ke rumah saya. Saya masuk ke kamar sebentar untuk berdoa, apa yang harus saya lakukan. Seperti mendapat insight, kemudian saya katakan pada bapak itu bahwa saya hanya mengajak kepada bapak untuk menuju dalam keadaan pasrah. Penyembuhan datangnya dari Tuhan. Bapak itu mengatakan,"saya pasrah apa yang akan Pak Agung lakukan". Sebenarnya tidak ada yang saya lakukan. Kami bertemu sebanyak 10 kali, tiap malam. Bapak itu saya ajak berdoa bersama, kemudian saya menempelkan

tangan pada perutnya. Tanpa konsentrasi untuk menyalurkan tenaga. Itu saja. Lambat laun, bapak itu kelihatan bergairah, tenaganya mulai pulih. Lalu dengan tiba-tiba setelah sepuluh hari itu, saya ketemu bapak itu sudah main bola. Katanya, puji Tuhan, dia sudah sembuh. Kata dokternya juga sudah tidak perlu operasi. Saya juga baru menyadari sebuah proses. Proses perjalanan. Memang perjalanan itu dimulai dari rasa jenuh. Benar-benar jenuh. Kemudian dengan tidak sadar, yang akhirnya saya menyadari bahwa saat itu saya tidak sadar melampaui rasa jenuh saya. Kejenuhan yang membawa saya dalam rasa rileks. Yang membawa saya dalam keadaan tanpa mengetahui. Yang ternyata, dengan keadaan itu, saya bisa berpikir jernih, menilai tanpa menghakimi, tanpa latar belakang pengetahuan tenaga dalam. Kepasrahan yang memang menjadi dasar bagi apa saja, yang membawa saya bisa menikmati rasa sehat. Dan, kejenuhan itupula yang membawa saya bertemu dengan guru saya. Walaupun banyak yang mengharap macam-macam dari beliau. Beliau hanya mengajak untuk sadar setiap waktu, pasrah setiap waktu. Karena dengan pasrah itu, kata beliau, kita terhubung dengan akal universal. Dengan energi alam. Dan sesuatu akan terjadi pada diri. Tentunya bukan kesaktian, tetapi peningkatan kesadaran. Perjalanan ke dalam diri! Saya juga baru mengerti, mengapa justru pada saat saya pasrah, teman saya Yunus mengatakan saya punya ilmu. Dan seorang Bapak sembuh pada saat saya juga pasrah tidak bisa menyembuhkan dia. Walaupun para praktisi tenaga dalam akan mengatakan kalau mereka juga

bisa melakukan penyembuhan dengan konsentrasi. Entah itu konsentrasi dengan warna, dengan titik-titik tubuh, dengan penyapuan energi pasien, dengan air garam. Ya, kekuatan pikiran bisa memperbaiki kerusakan fungsi tubuh. Ingat, kekuatan pikiran akan membantu itu semua. Kekuatan pikiran itu akan pindah kepada fungsi yang rusak. Kekuatan itu akan pindah di sana. Selama kekuatan pikiran itu di sana, fungsi akan membaik. Tetapi sampai kapan? Kekuatan pikiran ada batasnya. Penyembuhan yang permanen datang dari diri sendiri, bukan dari kekuatan pikiran orang lain. Tidak disadari, orang yang disembuhkan dengan konsentrasi, dengan pemindahan kekuatan pikiran seperti itu, akan sakit lagi dalam jangka waktu yang bermacammacam. Mungkin beberapa bulan, beberapa tahun. Tergantung kekuatan pikiran si penyembuh. Sekali lagi, itu bukan penyembuhan holistik, terpadu. Hanya memberi interval sehat. Lewat kepasrahan, kita diajak untuk menyayangi diri sendiri. Mengenal sinyal-sinyal badan, kebutuhannya. Kalau capek ya istirahat, kalau kurang air ya minum. Jurus Diam adalah kepasrahan. Pasrah bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Tetapi sadar dalam melakukan sesuatu dan hanya bersandar kepada Tuhan. Justru di sanalah kekuatan alam bekerja. Kekuatan alam yang gratis sebenarnya dapat kita akses dengan mudah. Tidak perlu beaya, tidak perlu ada pembukaan 'jalur' khusus tubuh. Tidak perlu membangkitkan sesuatu. Yang perlu dibangkitkan ya kesadaran kita untuk pasrah itu. Sebenarnya hanya dibutuhkan swicth on ke pasrah. Setelah itu kekuatan alam akan mengalir sendiri. Tentunya kalau ingin peredaran darah kita lancar ya kita tetap butuh gerak badan untuk melancarkannya. Makanya ada gerakan

Yoga, dan ada gerakan Tenaga Dalam ini. Ada metode penyembuhan Reiki yang dasarnya kepasrahan juga. Padahal itulah makna dari tenaga dalam secara transcendental. Di Indonesia, Reiki jadi macam-macam. Yang semula dengan dasar kepasrahan, jadi tercampur dengan konsentrasi. Ada yang berbaur dengan titik tubuh, dengan warna, bahkan konsentrasi dengan hawa panas atau dingin yang dihasilkan. Reiki yang tidak pasrah, sudah bukan Reiki lagi. Tenaga dalam yang tidak pasrah juga bukan tenaga dalam lagi. Jelas, kalau kita katakan tenaga dalam, bukan tenaga dalam seperti dewasa ini. Tenaga dalam berarti tenaga yang ada di dalam. Apa itu, ya batin kita. Bukan berarti batin akan mengeluarkan tenaga hebat dan sakti. Tetapi akan mengeluarkan suara yang sanggup kita dengar. Dan itu terjadi dalam kondisi pasrah, hening. Zen! Dengan semangat kepasrahan, akhirnya saya harus melampaui bentuk segala macam demo tenaga dalam yang kadang banyak mengelabui penonton. Saya harus jujur, saya tidak mau masyarakat tetap menjadi lahan penipuan oknum yang berdalih menunjukkan ilmunya, sekedar mencari untung pribadi. Nanti kita akan sedikit menguak tentang demo tenaga dalam. Bagaimana hal itu dilakukan dan atas dasar apa. Bukan untuk menelanjangi sesuatu, namun harapan saya semoga kita jadi semakin sadar dengan apa sebenarnya tenaga dalam itu. Kemudian kalau demo itu dilakukan ya atas dasar prinsip pertunjukan hiburan yang tanpa mengikut sertakan tenaga dalam. Memang hal itu terjadi karena rumus-rumus yang sederhana saja.

RAHASIA DEMO Demo tenaga dalam, seperti yang kita lihat, mempertontonkan hal-hal yang kelihatannya dilakukan di luar kekuatan fisik kita. Hal itu tentunya sangat menarik bagi kalangan masyarakat, dan mereka menganggap ada unsur adikodrati di sana. Tidak semua masyarakat menganggap seperti itu tentunya. Ada beberapa yang malah sinis, karena menganggap bid'ah, keluar dari jalur agama. Kalangan intelektual yang rasional juga tidak mempercayai hal itu karena bagi mereka hal tersebut tidak dapat dilogikakan, meskipun sesuatu yang rasional senantiasa berubah seiring dengan evolusi jiwa seseorang. Mereka yang menganggap ada kekuatan gaib sangat menyenanginya, bahkan sampai banyak yang tertipu dengan hal-hal semacam itu. Memang tidak semua kalangan yang melakukan demo menyalahgunakan kepercayaan ini. Ada yang benar-benar menggunakan kekuatan pikiran mereka. Namun, sekarang hal itu bisa dikatakan dapat dihitung dengan jari. Bahkan kalau saya katakan, mereka tidak mau muncul di permukaan umum. Alasannya karena hal itu memang tidak untuk dipertontonkan, hanya untuk keperluan yang memang mendesak untuk dilakukan. Ada beberapa rahasia demo yang akan kita selami. Bukan untuk membuka yang bertujuan untuk mempermalukan pelaku yang bersangkutan. Tetapi supaya kita semua dapat belajar dari fenomena yang ada, kemudian dapat menjadikan ini semua sebagai sebuah proses pembelajaran. Kita lihat, banyak masyarakat yang tertipu dengan apa yang

dikatakannya sebagai 'ilmu' yang bisa dibeli. Dengan penyembuhan yang melakukan beberapa trik yang merogoh kocek sangat banyak. Kapan kita maju? Sebagai bangsa yang tega menipu sesamanya untuk keuntungan dirinya sendiri. Kapan kita berpikir untuk kemajuan kita, kalau yang kita pikirkan hanyalah halhal yang memerosotkan kesadaran kita dan membuat kita kerdil dengan pola berpikir sempit seperti itu. Kapan kita bisa jujur dengan diri sendiri, dan berani mengatakan kalau demo yang dilakukan adalah hasil dari rumus fisika dasar, atau kebenaran logika yang dibungkus sehingga mata telanjang tidak bisa mengetahuinya. Beberapa pesulap kita juga melakukan hal semacam itu. Namun mereka mengatakan itu atas nama sulap. Bagus. Celakanya, karena masyarakat kita sudah terbiasa ditipu oleh oknum dukun, maka para pesulap itupun dikatakan memiliki kekuatan lain diluar dirinya. Mereka dikira bersekongkol dengan jin, menguasai ilmu hitam. Saya jamin 100% bahwa pesulap yang sering muncul di teve tidak punya ilmu adikodrati! Hal itu karena keterkondisian dari lingkungan masyarakat kita. Apabila hal semacam itu bisa dilihat dengan kacamata jernih, ditonton sebagai hiburan belaka, alangkah indahnya pertunjukan tersebut. Dan kita bisa menilainya atas dasar seni yang dilakukan. Marilah kita berpikiran terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Mungkin Anda akan terguncang setelah mengetahui beberapa rahasia demo ini, karena hal itu sangat sederhana sekali. Kalau Anda siap dengan pemikiran baru, silakan lanjutkan membaca buku ini. Tetapi bila Anda lebih senang dengan keadaan yang membelenggu lingkungan dengan isu-isu yang kadang banyak dipertanyakan, atau mungkin hal

ini tetap mendatangkan keuntungan pribadi anda, jangan lanjutkan membaca buku ini. Karena dari bab sekarang dan selanjutnya, hal-hal baru akan banyak ditemui. Sebenarnya bukan baru, tidak ada sesuatu yang baru. Namun karena selama ini belum dibuka, itu yang mengakibatkan seperti baru. Pikiran anda akan tertantang dengan cakrawala ini. Apabila Anda bermaksud terus berjalan untuk melampauinya satu persatu pengalaman yang ada, saya akan menemani Anda dengan pertanyaan-pertanyaan yang dari semula tabu untuk dipertanyakan kepada seorang guru tenaga dalam. Atau mungkin juga guru itu tidak menjawabnya karena dia sendiri tidak tahu. ILMU KEBAL Pada tahun 1989, saya dan beberapa teman pergi ke daerah Klaten Jawa Tengah. Disana terdengar seorang guru yang bisa mentransfer ilmu kebal. Kami pergi kesana. Sampai di sana disebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu mahar sebesar 50.000 rupiah perorang, minimal lima orang. Karena kami bertiga, tentunya kurang dua, dan saat itu uang kami juga kurang. Saat itu uang 50.000 rupiah bagi pelajar seperti saya termasuk banyak. Kami kembali lagi beberapa hari setelah itu. Lengkap dengan lima orang dan uang yang disepakati. Malam hari terjadilah prosesi itu. Kami hanya duduk berkeliling makan ayam utuh yang dia katakan sudah diberi kekuatan. Dan kekuatan itu akan masuk dalam tubuh nantinya. Setelah itu, guru itu mengambil silet. Kami disuruh mengambilnya satu persatu. Lalu secara bergantian, tubuh kami disilet, dari mulai muka sampai kaki. Aneh, tidak terjadi luka di tubuh ini. Kami senang dan percaya bahwa ilmu kebal sudah masuk di tubuh ini.

Kami pulang dengan penuh percaya diri. Beberapa hari kemudian salah seorang teman datang dengan luka di tangan. Dia bilang tangannya sobek ketika dia mencoba menyilet sendiri tangannya, untuk membuktikan kekebalannya. Saya juga penasaran. Saya coba sendiri, eh luka juga. Mengapa ini bisa terjadi. Mengapa di sana kami semua kebal? Saya jadi merenung. Sambil memandangi sebuah silet, saya bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa hari kemudian, saya pangil semua teman saya itu. Saya sudah sediakan beberapa silet. Lalu satu persatu, saya silet tubuh mereka. Mereka heran, mengapa tidak apa-apa? Dan mereka pikir, hanya saya yang bisa menghayati ilmu itu. Lalu mereka mencari pembenaran masing-masing. Ada yang bilang sudah melanggar pantangan lah, ini dan itu. Saya katakan tidak demikian. Kita semua telah ditipu oleh orang itu. Saya sebelumnya telah mempersiapkan silet ini. Satu sisinya saya biarkan tajam. Satu sisinya saya goreskan pada baja sehingga tumpul. Namun saya sudah tandai mana sisi yang tumpul. Sisi yang tajam berguna untuk meyakinkan bahwa silet ini tajam. Maka sebelumnya diperlihatkan ketajamannya dengan menggores buah, kertas dan papan. Sehingga semua menyaksikannya. Lalu setelah semua terkondisi oleh ketajaman silet itu, barulah menggores tubuh dengan sisi yang tumpul. Setelah itu, sempat juga melakukan penipuan ini kepada beberapa orang untuk meyakinkan mereka bahwa mereka sudah punya ilmu. Kepada beberapa orang tersebut, saya mohon maaf yang sebesarbesarnya. Semoga mereka membaca buku ini, dan tidak tertipu lagi. Sampai sekarang banyak yang melakukan hal tersebut. Bahkan bukan silet. Pedang

yang setengahnya dibuat tajam, dan setengah kebawah dibuat tumpul. Untuk membacok papan dipakailah bagian atas yang tajam. Untuk membacok badan, dipakailah bagian bawah yang tumpul. Demikian juga dengan pisau yang telah direkayasa sebelumnya. Setelah itu, mereka tentu akan meminta apa yang dikatakannya

TAHAN AIR KERAS Pertunjukan cuci tangan dengan air keras sangat sering dilakukan. Sangat kelihatan hebat karena begitu air keras kena pada lapisan seng dan aluminium akan mengeluarkan asap yang banyak, yang mengakibatkan kesan ngeri bila kena air itu. Benarkah butuh ilmu khusus untuk tahan cuci tangan dengan air keras? Saya pernah menelpon suatu yayasan yang mengiklankan diri pada sebuah majalah. Dia mengatakan menjual ilmu yang dia namakan "ilmu wali", harganya 150.000 rupiah. Saya tanya, setelah saya bayar dan mendapatkan doa tersebut, apa yang bisa saya lakukan. Dia mengatakan bahwa saya akan bisa cuci tangan dengan air keras. Kemudian saya tutup telpon tersebut, dan saya sedih dengan hal yang dilakukan semacam itu. Membayar uang 150 ribu rupiah dan bisa cuci tangan dengan air keras? Suatu saat, saya bertandang ke rumah seorang teman. Saya membawa botol yang bertuliskan air keras. Saya siramkan pada sebuah aluminium, dan berasap banyak, lama kelamaan aluminium itu bolong. Saya minta tangan teman saya.

Dia ketakukan. Dia bilang jangan macam-macam, dia tak punya ilmu apa-apa. Saya katakan saya jamin tidak apa-apa. Dengan agak takut, saya siram tangan teman saya itu. Dia heran, mengapa tidak apa-apa? Apakah saya memberi dia ilmu, kata dia. Tidak, saya tidak memberi ilmu apa-apa. Saya hanya ingin membuktikan bahwa hal ini bisa dilakukan semua orang, tanpa ilmu yang harus dia beli. Kesan ngeri memang ditimbulkan lebih dulu dengan menyiram lapisan aluminium atau seng dengan air keras itu. Sehingga anggapan orang kemudian sangat takut bila kena tangan. Kena aluminium saja bolong, bagaimana kalau kena tangan. Padahal secara awam saja air keras yang dibeli dari toko material itu tidak akan melukai tangan atau tubuh kita, walaupun kalau kena aluminium atau baju akan bereaksi yang mengakibatkan berlubang. Hal yang biasa, yang kemudian dibungkus dengan kesan ngeri sehingga bisa untuk mendapatkan uang dengan alasan Mahar.

MEMECAHKAN BOTOL Botol minuman yang dipukul dengan telapak tangan pada bagian lubangnya, sehingga pada bagian pantat botol akan pecah berlubang. Hal yang sangat mendasar pada rumus tekanan. Botol yang diisi air dengan tetap menyisakan ruang udara sedikit di dalamnya, akan menyebabkan tekanan dalam botol semakin besar bila diberi pukulan pada lubang ujungnya. Tekanan itu akan mendorong air yang menyebabkan pecahnya bagian pantat botol. Asal dengan teknik pemukulan yang tepat, tepat kena pada bagian telapak tangan yang

kemudian menyebabkan tekanan berpindah ke bawah, hal itu akan berhasil tanpa harus membangkitkan sesuatu dalam tubuh ini. Yang dibangkitkan tentu saja kepercayaannya untuk bisa melakukan itu.

MEMATAHKAN BESI DRAGON, KIKIR, PLAT Mematahkan besi pompa dragon yang biasa digunakan untuk pompa air, sungguh hebat. Sebetulnya besi itu besi khusus. Khusus di beli di pasar Jatinegara dengan ukuran ketebalan tertentu. Ada yang 1/2, 1/4, 1 atau 2 (ukuran besi tersebut). Sudah disediakan khusus dari besi pompa, kikir ataupun plat besi bahkan per mobil. Bahkan demo di luar negeri-pun oleh suatu perguruan, besinya khusus di datangkan dari Jakarta, yang dibeli di Jatinegara. Coba kalau besi dari sana, bisa-bisa tangannya yang memar. Teknik ayunan dan sasaran tepat pada tengah besi akan mengakibatkan keberhasilannya. Pernah suatu saat, saya mencoba mematahkan kikir punya kakek yang ternyata terbuat dari besi baja asli. Hasilnya tangan saya yang memar. Tetapi waktu saya mematahkan kikir di perguruan kok gampang saja, aneh. Ternyata kikir itu khusus di beli di pasar Jatinegara yang kandungan bajanya sedikit. Ha ha ha....... Pantas saja plat besi atau per mobil serta kikir bisa patah dalam demo Tenaga Dalam.

MENGANGKAT ORANG DENGAN KORAN Selembar koran digunakan mengangkat Menurut mereka, teorinya, koran diberi

orang. tenaga

sehingga sekeras papan, lalu orang diambil tenaganya sehingga seringan kapas. Wow, fantastis. Lalu saya pernah bertanya, kalau teori itu dipraktekkan pada media lain bagaimana? Media yang saya maksud adalah koran itu tidak dipegang oleh dua orang pada dua sisinya. Taruh saja koran itu di antara dua meja. Toh sudah sekeras papan. Mereka berkelit bahwa dua orang yang memegang dua sisinya itu yang menyalurkan tenaga. Oke, sekarang kalau perlu dua orang pada dua sisinya, koran itu kita ganti dengan seember air. Toh teorinya sama, tenaga disalurkan di air dan air akan sekeras papan. Lalu suruh orang berdiri diatasnya. Mereka bilang tidak bisa, harus koran. Mengapa harus koran? Mengapa harus ada dua orang yang memegangi pada dua sisinya? Bukankah ini sangat ganjil? Bukan ganjil sebenarnya, tetapi yang menemukan demo ini sangat bisa mengelabuhi pandangan sehingga orang tidak melihat tekniknya. Begini, orang yang berdiri di koran itu kedua tangannya akan memegangi kedua pundak orang yang memegangi koran, sehingga gaya beratnya jelas akan berkurang. Dan dia bisa terangkat sejalan dengan kedua orang yang memegangi koran berdiri. Apabila orang yang diangkat duduk besila, kedua orang yang memegangi koran itu akan menempelkan tangan mereka yang memegangi korang dengan paha orang yang diangkat supaya bisa jadi tumpuan. Tentunya karena ini terjadi di bawah koran, hal itu tidak terlihat. Ada juga yang melapisi korannya tidak selembar melainkan beberapa lapis. Ha ha ha, permainan yang bagus, sebenarnya hal ini adalah teknik sulap, bukan aplikasi ilmu Tenaga Dalam. --------------------------------- Sekian dulu dengan demo tenaga dalam.

Saya sengaja hanya menulis beberapa yang saya jadikan contoh di sini, supaya kita tidak terjebak untuk meniru melakukannya dan mengatakan bahwa inilah ilmu tenaga dalam. Dan tujuan saya sekali lagi, bukan untuk membuka rahasia suatu perguruan, bukan untuk mematikan suatu lahan mata pencaharian, sama sekali bukan. Saya ingin kita semua bisa belajar. Bisa menyadari proses pembelajaran yang diberikan oleh alam, oleh waktu. Bahwa sudah bukan saatnya lagi kita melakukan hal-hal yang sangat merugikan orang lain. Boleh-boleh saja demo semacam itu dilakukan. Namun dalam bingkai seni pertunjukan. Bukan dalam rangka menunjukkan ilmu.

TIDAK PUAS Kalau pernah ada paranormal yang bisa mematikan listrik seluruh gedung, hal itupun pernah saya lakukan. Suatu saat, saya iseng untuk mengisi suatu acara di kompleks perumahan. Dan acara itu adalah mematikan listrik di area acara itu. Acara berlangsung meriah, dan listrikpun padam begitu saya bilang padam. Seluruh warga gempar. Ada yang bilang saya pakai Jin, saya punya ilmu hitam. Saya hanya tersenyum mendengar tanggapan mereka, yang tentunya terkondisi oleh apa yang pernah mereka tahu. Sebelumnya saya tidak mengatakan kalau akan menunjukkan ilmu ini atau itu, saya bilang akan menampilkan ilusi sulap. Berbagai anggapan kemudian muncul tentang diri saya, ha ha ha.. Kepada seluruh warga kompleks saya, maaf kalau baru sekarang saya buka rahasianya. Sebenarnya hal tersebut adalah kerja tim. Saya memakai alat remote listrik. Kebetulan alat tersebut tidak saya temukan di

Indonesia, saya membelinya di Jerman. Remote kecil itu saya simpan di dalam baju sehingga tidak kelihatan saat saya tekan tombol mati atau hidup. Kemudian seorang rekan lagi telah memasang alat sensornya di pusat listrik komplek, sehingga kalau saya tekan tombol off-nya, otomatis seluruh listrik yang terhubung dari sana juga akan mati. Benar saya memakai Jin, yaitu jin yang membantu memasang alat remote itu. Ilmu saya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi Terakhir saya sempat mendirikan perguruan tenaga dalam di Bekasi, yang karena saat itu saya belum bisa memberi makna kepada tenaga dalam, saya kemudian memberinya nama Seni Pernafasan Inti. Saat itu kami sempat memberikan pelatihan di beberapa tempat di kawasan Sudirman. Saya takut dengan kesan jelek tenaga dalam. Namun sekarang, dengan segala kerelaan saya, saya merasa tidak bisa lagi untuk berkecimpung di dalamnya, dengan pola pengajaran dan metode seperti mengembangkan konsentrasi. Kemudian oleh teman saya, perguruan itu diteruskannya, yang kemudian sekarang saya dengar sudah menjadi sebuah Yayasan. Syukur, Puji Tuhan, mungkin hal tersebut merupakan proses juga bagi teman saya itu. Ada rasa tidak puas dalam perjalanan ini. Entah apa itu. Namun rasanya ada saja yang kurang. Sudah belajar tenaga dalam, ingin jadi pelatih. Sudah melatih, ingin mendirikan perguruan sendiri. Sekarang sudah mempunyai perguruan sendiri, entah kepengin apa lagi. Akhirnya pada awal pertemuan saya dengan seorang Mursyd, seorang guru, beliau melontarkan satu pertanyaan yang menggugah kesadaran saya. Beliau bertanya, apakah dengan tenaga dalam itu

dapat menghapuskan ego-mu? Selama ego itu belum pupus, kamu tidak akan pernah puas, karena kamu belum menyadari kehadiran Tuhan. Pertanyaan itu yang mencambuk saya untuk bangun dan berjalan. Ketidakpuasan saya telah mengantar saya kepada pelampauan. Kepada keadaan transcendental. Dan kemudian, saya menyadari bahwa latihan-latihan saya dulu adalah menguatkan pikiran saya yang mengakibatkan ego saya semakin tinggi. Terus terang, ego tidak bisa dihapus 100 persen. Dalam rangka menulis buku inipun saya memerlukan ego. Untuk berbicarapun kita memerlukan ego. Tidak puas dengan keadaan saya, adalah langkah awal dalam perjalanan saya. Hingga saya memahami bahwa untuk menguasai tenaga dalam adalah di saat kita melampaui tenaga dalam. Seperti saat makan, kita melampaui makan saat kita kenyang Bedanya, saat masih kecil kita belum tahu bahwa makan kebanyakan itu malah akan mengakibatkan perut sakit. Setelah dewasa, kita tahu bahwa makan itu secukupnya saja. Berhenti makan sebelum kenyang, dan makanlah di saat lapar. Mungkin juga rasa tidak puas itu merupakan sebuah proses. Proses yang bagi kita tidak bisa dipaksakan. Apabila kita belum pernah makan durian, kita tidak bisa di katakan puas atau tidak puas terhadap durian. Kita bisa mengatakan puas setelah kita makan durian. Dan apabila kita makan terus menerus tak henti-henti, itu juga akan membawa kepada proses jenuh. Setelah jenuh baru kita bisa melampaui rasa durian itu, tidak ter-obsesi terhadapnya. Saya juga banyak melihat, orang yang belajar meditasi dengan melampaui konsentrasi, dimana tidak dibicarakannya kekuatankekuatan hasil konsentrasi. Namun mereka belum pernah belajar konsentrasi dan mencicipi hasil

konsentrasi. Tentu mereka masih terobsesi dengan halhal semacam itu. Dalam beberapa obrolan dengan mereka, masih terlihat rasa penasaran mereka dengan apa yang dinamakan kekuatan pikiran. Dan hal tersebut yang kadang bisa menyeret mereka kembali kepada kesadaran yang lebih rendah. Tenaga dalam, terus terang tidak memuaskan saya. Malah dengan tenaga dalam kebanyakan orang bahkan para pelatihnya banyak yang menipu dengan kedoknya sebagai ilmu yang tidak bisa dibuktikan dengan logika. Ada yang kemudian ngawur ngomong tentang alam gaib, tentang jin, bahkan menganggapnya sebagai latihan spiritual. Ketidakpuasan saya adalah jembatan untuk memahami tenaga dalam itu sendiri. Rasa tidak puas itu kemudian mengantar saya kepada makna awal tenaga dalam sebagai latihan pembersihan. Latihan yang menghapuskan kerak-kerak emosi, mengikis ego, yang menjadikan kita penuh dengan cinta kasih. Makna transcendental inilah yang perlu disadari oleh para praktisi saat ini maupun oleh kita semua yang ingin mencicipi sesuatu yang lebih indah, lebih nyaman dan lebih damai. Mengapa kita terjebak dengan latihan konsentrasi yang membuat keterkondisian baru. Bahkan keterkondisian yang mengatakan bahwa makna transcendental ini adalah makna yang ekstrem. Sebenarnya tidak demikian. Bagi anda yang masih berlatih tenaga dalam dan masih "ingin" melanjutkan silahkan. Ini hanyalah sebuah pendapat, wacana yang mencoba menggali apa yang dibutuhkan "diri" ini. Kalau bermanfaat silahkan direnungkan kembali. Apabila tidak ya didiamkan saja. Yang jelas, latihan apapun atau metode apapun haruslah menuntun kita untuk perjalanan ke dalam

diri, yang juga merupakan pengikisan ego dalam mengantar kita kepada kepasrahan Illahi. Dengan rasa tidak puas ini, terus terang juga mengantar saya kepada pemahaman tenaga dalam dari beberapa sudut pandang. Dengan logika fisika, dengan latihan Yoga, dengan pemahaman Cakra dan Kundalini, juga dengan kesehatan terpadu. Melalui cara ini, buku ini, saya mengajak untuk tidak puas dengan tenaga dalam. Jangan puas dengan tenaga dalam, apalagi dengan pelatih dan guru yang baru lulus Taman kanak-kanak dan ingin mengajar Taman Kanakkanak. Padahal untuk mengajar taman Kanak-kanak juga perlu ijazah sekolah yang lebih lanjut. Tenaga dalam, sekali lagi adalah latihan yang tidak memuaskan. Anda puas? Berarti anda berhenti berjalan. Berhenti ber-evolusi. Tidak puas adalah perjalanan, awal perkembangan. Dan berkembang adalah perubahan yang terus menerus menuju peleburan. Jadi, jangan puas dengan tenaga dalam................

DENGAN TEORI FISIKA Ayah saya, adalah guru fisika saya. Beliau dari jurusan Mipa UGM yang membaktikan ilmunya sebagai pegawai sipil ABRI di AAU Yogyakarta, mengajar fisika para Taruna. Tokoh idolanya adalah Einstein. Dan beliau bercerita banyak tentang Einstein dan pemikirannya kepada saya waktu saya masih sekolah menengah. Pernah suatu malam ayah mengajak saya duduk di teras rumah dan memandangi bintang-bintang. Saya sempat bertanya, ada kehidupan lain tidak ya di atas sana? Ayah menjawab, mungkin ada. Bumi hanyalah

salah satu planet di Galaksi Bima Sakti. Dan alam ini mempunyai banyak Galaksi yang belum kita jamah. Mungkin di lain Galaksi ada kehidupan seperti ini. Ayah juga menjelaskan banyak tentang teori gelombang, tentang gaya-gaya magnet bumi, juga tentang listrik. Saya memang tertarik mendengar teori-teori itu, walaupun saya tidak berkeinginan untuk menjadi seorang ahli fisika, atau guru fisika. Ketertarikan saya, karena saya mulai melihat waktu itu, walaupun saya belum bisa meng-ungkapkannya, bahwa fenomena tenaga dalam erat kaitannya dengan teori gelombang dan listrik. Saya sebal apabila waktu saya bertanya pada seseorang pelatih tenaga dalam tentang mengapa kita bisa punya apa yang dipahami sebagai tenaga dalam, dan dijawab bahwa itu kekuasaan Allah. Benar, jawaban itu tidak salah. Namun sesuatu yang bisa dirasakan muncul dalam diri harusnyalah bisa diungkapkan. Bahkan para Yogi jaman dulu-pun sudah menemukan bahwa perubahan fisiologi tubuh mempengaruhi peningkatan kesadaran seseorang. Juga bahwa tingkatan kesadaran berkaitan dengan warna yang bisa mempengaruhinya. Itu teori gelombang. Tenaga dalam sebagaimana yang dipahami secara umum, sebenarnya adalah bagian dari gelombang elektromagnetik tubuh. Jadi hal itu bukan sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi sangat masuk akal sekali. Bukan bantuan Jin ataupun setan, tetapi hasil dari gelombang elektromagnetik tubuh. Kita akan sedikit memahami gelombang elektromagnetik ini.

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Menurut James Clark Maxwell,1864, perubahan besaran medan listrik yang berubah dengan waktu akan menimbulkan medan magnet yang berubah dengan waktu. Dengan perubahan medan magnet ini akan menimbulkan kembali medan listrik yang besarnya juga berubah. Demikian seterusnya hingga kita mendapatkan proses yang berantai. Proses itu yang kemudian akan menghasilkan gelombang yang dinamakan Gelombang Elektromagnetik. Gelombang ini merambat dengan kecepatan cahaya dan mempunyai sifat seperti cahaya. Hasil gelombang elektromagnetik yang bisa kita lihat dan dengar adalah gelombang radio dan televisi. Sebenarnya kita juga bisa memancarkannya dan sebagai alat penangkapnya adalah otak kita yang berfungsi sebagai pemancar dan penerimanya. Bagaimana gelombang itu bisa muncul dari tubuh kita? Sebelumnya kita lihat struktur pembentuk tubuh kita. Tubuh tersusun atas beberapa organ tubuh. Organ tubuh terdiri atas beberapa jaringan tubuh. Jaringan tersusun atas sel. Dan sel tersusun atas atom. Kalau dipecah lagi, atom terbagi atas Elektron, Proton dan Neutron. Sedangkan elektron mengelilingi proton secara sirkuler. Jadi, dalam tubuh ini terdapat elektron dalam tiap atom tubuh yang selalu bergerak secara sirkuler. Kecepatan elektron itu adalah 100.000km/detik. Karena elektron bermuatan listrik, maka selama bergerak akan menimbulkan arus listrik. (Arus listrik inilah yang kadang terasa sebagai sensasi getaran di tulang punggung atau tangan waktu latihanlatihan tenaga dalam). kemudian akan terjadi medan magnet yang berubah-ubah karena arus listrik itu.

Medan magnet ini akan dapat menimbulkan medan listrik yang berubah-ubah juga. Jadi Elektron yang bergerak mengelilingi inti itu akan menimbulkan gelombang Elektromagnetik, jadi elektron-elektron itu akan memancarkan energi. Lintasan elektron mengelilingi inti tersebut tersusun atas tujuh lapis lintasan! Dan apabila elektron berada di lapis luar melintas ke lapisan yang lebih dalam, elektron tersebut akan memancarkan energi, bernama foton (foton adalah bagian dari cahaya. Jadi dalam latihan-latihan Tenaga Dalam juga sering dijumpai melihat loncatanloncatan cahaya yang sering dianggap dari alam lain). Elektron yang berkeliling dalam lintasannya menentukan energi elektronnya. Saya juga tercengang dengan lintasan elektron yang berjumlah tujuh lapis ini. Dimana elektron yang melintas paling dekat dengan inti mempunyai keadaan paling stabil untuk atom yang bersangkutan, karena elektron mempunyai energi potensial yang paling rendah dalam keadaan ini. Itulah keadaan kepasrahan! Itulah keadaan jurus Diam! Tujuh lapis lintasan elektron ini berkait dengan tujuh Cakra, tujuh langit, dan bilangan tujuh lainnya dalam jenjang spiritual. Kenapa harus bilangan tujuh? Ada tawaf sebanyak 7 kali, sa'i juga 7 kali.

GERAKAN JURUS Kita akan melihat gerakan jurus dalam tenaga dalam dengan gerakan elektron yang keluar dari lintasannya yang memancarkan energi. Dalam setiap jurus tenaga dalam di manapun, ada dua prinsip dasar yang tidak

boleh ditinggalkan. Satu : gerakan jurus itu dalam setiap gerak harus menggesek tubuh. Dua : gerakan kakinya digeser menggesek tanah. Tidak diangkat. Dua prinsip ini yang menyebabkan terjadinya perubahan arus listrik dan medan magnet tubuh. Secara sederhana kita bisa melihat adanya penggaris plastik yang digesek di rambut. Kemudian dapat menyebabkan menarik rambut tersebut setelah diangkat. Hal itu menunjukkan dengan gesekan akan menimbulkan medan magnet. Gerakan jurus dengan menggesek tubuh, akan mengakibatkan perubahan lintasan elektron. Elektron akan memancarkan energi. Bagian gesekan itu akan terasa hangat. Arus listrik tubuh akan berubah. Hal itu dilakukan dalam periode tertentu yang mengakibatkan terjadinya perubahan medan magnet menurut waktu juga. Gerakan kaki yang menggesek tanah juga demikian. Gesekan kaki dengan bumi akan mempengaruhi medan magnet tubuh yang menyebabkan arus listrik berubah menurut waktu juga. Gerakan jurus itu dilakukan secara periodik yang menyebabkan semakin banyaknya elektron yang keluar dari lintasannya, berubah jadi foton, semakin besar medan elektromagnetik yang dimunculkan. Simple! Logis, dan tidak magis. Hanya kaidah fisika saja. Perubahan itu sebenarnya terjadi setiap waktu tanpa kita latihan jurus. Terjadi secara alami. Namun dengan latihan gerak seperti itu, kita mempercepat proses evolusi diri. Semisal elektron akan mencapai inti setelah waktu berjalan 500 tahun, namun dengan latihan-latihan tertentu kita dapat mencapainya dalam waktu satu-dua tahun, bahkan beberapa hari. Latihan seperti itu akan mengantar kepada kepasrahan diri, ketika energi potensial elektron berada dalam keadaan rendah dekat inti.

Dengan pemahaman seperti ini, diharapkan latihanlatihan tenaga dalam tidak terdistorsi dengan sensasi yang sebenarnya alami terjadi. Ada getaran di punggung, ya jelas saja. Sedang terjadi perubahan arus listrik yang secara otomatis terasa. Ada rasa hangat di tangan, jelas sedang ada perubahan suhu yang diakibatkan oleh arus listrik itu. Terlihat cahaya memancar atau menyilaukan, jelas juga karena elektron yang menjadi foton itu merupakan bagian dari cahaya. Makna awal jelas sekali, bahwa latihan-latihan tenaga dalam akan mengantarkan kita kepada keadaan di saat elektron dekat dengan inti, suatu keadaan kepasrahan, jurus diam, Zen Sederhana bukan? Dan siapa saja bisa melakukannya. Hanya saja memang harus hati-hati dalam latihan-latihan seperti itu, karena kita bermain dengan arus listrik tubuh. Harus dibutuhkan seorang guru yang benar-benar memahami hal tersebut. Bukan guru jadi-jadian, guru kodian, yang merasa bisa langsung mendirikan perguruan. Nantinya bukan menghasilkan manusia-manusia yang pasrah, melainkan malah manusia yang arus listrik tubuhnya korslet, terjadi kesalahan arus! Pola pikir yang salah, sempit wawasan, ego yang tinggi, terjebak oleh halusinasi, itu semua kesalahan yang didapatkan. Sayangnya, hal seperti ini tidak pernah dijelaskan pemahamannya kepada murid yang baru belajar. Padahal penting sekali untuk perjalanannya. Ia akan mengolah tubuhnya, maka setidaknya ia tahu apa yang akan terjadi terhadap tubuhnya, dan apa yang akan didapatkannya apabila ia menyalahi kaidah-kaidah yang ada. Salah satu sifat gelombang elektromagnetik adalah dapat mengalami pemantulan dan pembiasan. Apabila seseorang dengan kadar emosi tinggi, detak

jantung meningkat dan nafas sedikit cepat, maka denyut otak juga akan lebih cepat. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh orang tersebut akan mudah dipantulkan dan dibiaskan oleh orang yang dalam keadaan tenang, nafas sedikit pelan, detak jantung pelan dan denyut otak juga pelan. Pemantulan itu akan dibawa balik kepada orang yang kadar emosinya tinggi tadi. Sehingga apabila sebelumnya orang terkondisi pikirannya dengan terpental, maka pesan itu akan dibawa balik. Sehingga orang yang emosinya tidak stabil akan mengalami terpental apabila mengirim gelombang kepada orang yang emosinya lebih stabil. Jadi terpentalnya seseorang bukan karena dia dipentalkan, namun karena memang dia ingin terpental, sesuai dengan pesan keterkondisian dia sebelumnya. Memang segala sesuatunya terletak pada pikiran kita. Karena di sanalah pusat listrik tubuh diatur dan dijalankan. Orang yang terpental, bisa memutar sendiri, bisa terpaku diam tidak bisa bergerak, hal tersebut terjadi karena dia pernah melihat orang lain seperti itu sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya memori di pikirannya. Memori itu akan muncul ketika dirinya sendiri terlibat dalam permainan gelombang yang tidak stabil. Suatu ketika seorang teman saya bilang bahwa dia tidak pernah bisa terpental ketika latihan. Bahkan dia tidak merasakan apapun ketika diserang dengan tenaga dalam. Saya bertanya, niat kamu apa waktu latihan. Dia menjawab, bahwa dia tidak percaya dengan tenaga dalam dan dia tidak ingin terpental. Itulah kuncinya! Pikiran dia tidak mau dikondisikan dengan fenomena tenaga dalam. Lucu juga, sudah tidak percaya masih mau latihan juga, sebenarnya hal itu membuktikan bahwa dia masih percaya. Toh masih

mau latihan. Kalau hal itu diteruskan, lama kelamaan dia akan terkondisi juga, dan akan terpental juga. Sudah bagus tidak terpental, sudah bagus tidak merasakan sensasi apaun, kok malah mau terkondisi oleh hal yang tidak bermanfaat bagi tubuh seperti itu. Namun banyak yang seperti teman saya tersebut. Yang sebelumnya sudah stabil pikirannya, malah dibuat tidak stabil dengan latihan-latihan tenaga dalam yang hanya mencari untuk mementalkan orang. Akhirnya ya mudah dikondisikan dengan hal-hal yang malah memerosotkan kesadarannya. Kasihan!

JURUS DAN GERAKAN YOGA Pada mulanya, tenaga dalam mempunyai 10 jurus dasar. Yang di kemudian tahun ada yang di sederhanakan menjadi 4 atau 5 jurus saja. 10 jurus dasar tersebut haruslah memenuhi kriteria dasar yaitu gerakan menggesek tubuh dan kaki menggesek tanah. Pada tahun 2000 saya mendalami Yoga. Lewat bimbingan guru saya, saya dapat memahami bahwa gerakan tenaga dalam adalah gerakan yoga yang sudah di improvisasi. Dalam Yoga juga mempunyai beberapa disiplin ilmu, atau aliran. Saya mendalami Yoga lewat Kundalini Yoga, salah satu aliran Yoga. Yoga berarti jalan. Bisa juga penyatuan. Jadi Yoga adalah jalan menuju penyatuan. Gerakan Yoga adalah mengolah saraf tubuh, terutama tulang belakang. Agar lebih reseptif, cara pandang menjadi luas, dan kesadaran menjadi naik. Seorang teman saya bilang kalau belajar Yoga nantinya bisa terbang, bisa tidur dalam kondisi kepala di bawah kaki di atas. Saya mengatakan, dari tahun 1993 saya sudah bisa terbang.

Jakarta ke Frankfurt bisa saya tempuh dalam 12 jam. ( he he he, maklum kerja saya memang terbang.) Kalau bisa tidur dengan posisi terbalik seperti itu tidak usah orang yang belajar Yoga, seorang ahli akrobat juga bisa. Nasib kata Yoga di Indonesia hampir sama dengan tenaga dalam, masyarakat sudah menghubungkannya dengan kekuatan yang lebih dari orang biasa. Yoga dan tenaga dalam identik dengan kesaktian. Tragis! Jurus, adalah sesuatu yang dilakukan dengan gerak, pada posisi tertentu sehingga dapat mempengaruhi sarafsaraf tubuh. Seperti dalam Yoga, yang diutamakan adalah kenyamanan tubuh, sehingga setiap gerakan yoga selalu diberi jeda untuk rileks. Tenaga dalam sebenarnya juga seperti itu. Tidak ada yang harus dipaksakan. Antara jurus satu dengan yang lain ada jeda untuk mengambil nafas, sehingga setelah latihan akan dirasakan nyaman, bukan capek. Namun beberapa oknum sengaja untuk membuat latihan tenaga dalam menjadi dipadatkan. Hal sebenarnya yang ditempuh untuk menyelesaikan jurus adalah 10 minggu atau 3 bulan untuk 10 jurus, satu jurus satu minggu. Dibuat menjadi 10 jurus dapat diselesaikan dalam 10 hari. Satu hari satu jurus. Wow, sudah seperti mie instan. Hanya diberi air panas, 3 menit langsung dapat dimakan. 10 hari dalam hari pertama latihan tenaga dalam sebenarnya bukan untuk menyelesaikan jurus, namun lebih bermakna kepada cleansing, pembersihan, sebelum nanti masuk dalam latihan inti, yaitu pemahaman atau kalau dalam kancah tenaga dalam terkenal dengan istilah 'pengisian'. 10 hari pertama itu akan kita maknai lebih dalam di bab Katarsis.

Dalam jurus, antara gerakan dengan nafas haruslah sinkron. Gerakan dan pengambilan nafas harus bersama, begitu juga waktu gerakan dan pembuangan nafasnya. Agak lebih sedikit susah dalam melakukan jurus untuk pemula, karena gerakan tangan dan kaki juga harus sinkron, belum lagi ditambah dengan nafas. Inti dari gerakan itu adalah mengolah saraf tubuh, terutama saraf tulang belakang yang menjadi pusat dari bermacam-macam saraf. Juga dengan gerakan yang sinkron tersebut kita sebenarnya melatih otak kanan kita untuk aktif. Otak kanan yang berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut rasa. Jadi gerakan jurus itu membantu untuk mengembangkan rasa, bukan malah menenggelamkan rasa dan yang muncul adalah keakuan yang semakin tinggi. Teman saya yang menjadi seorang guru pernafasan, pernah mengatakan bahwa jurus-jurus perguruannya ada yang diganti. Saya tanya untuk apa? Dia jawab bahwa dengan jurus baru tersebut nantinya Kundalini akan cepat bangkit. Kundalini dalam pandangan dia adalah kekuatan lebih yang muncul dari dalam diri. Saya bingung, sebenarnya orang seperti teman saya ini paham tidak sih dengan jurus, bahwa gerakan jurus adalah mengolah beberapa saraf sehingga peredaran darah kita lancar. Dengan demikian kita sehat. Dengan kesehatan kita akan mampu berpikir secara jernih terhadap setiap masalah yang ada, dapat berpikiran terbuka terhadap perbedaan. Dengan lebih reseptif kita akan mampu melihat kekuasaan Tuhan ada di manamana sehingga tingkat kepasrahan semakin meningkat. Dan semakin paham tentang jurus seorang tidak akan menciptakan jurus baru, yang kemudian hanya akan menambah arogansi diri sendiri. Tetapi akan dapat lebih memaknai apa yang ada, dapat lebih

melihat kedalam tentang perbedaan yang terlihat. Perbedaan jurus yang ada, perbedaan aliran yang ada, perbedaan pola pernafasan yang ada, perbedaan nama yang ada, yang kesemua itu menuju kepada penghapusan ego, kepada kepasrahan. Kita bisa melihat adanya gerakan jurus yang bermacam-macam. Tolok ukurnya hanya satu, jurus yang dilakukan itu bermaksud untuk penghapusan ego atau tidak. Kalau bukan untuk penghapusan ego, berarti tidak mengantar kepada kepasrahan, tidak mengantar kepada Tuhan. Saya juga sempat mendengar seorang teman yang menciptakan jurus anti tua. Aneh! Katanya dengan jurus tersebut akan lebih awet muda. Gila! Ketuaan , menjadi tua adalah proses alami. Itu sudah hukum Tuhan bahwa setiap yang hidup akan menjadi tua. Hal seperti itu kok dilawan. Di mana kepasrahan kita? Jelas jurus seperti itu tidak membawa kepada kepasrahan. Sebenarnya dengan mamaknai jurus tenaga dalam yang tepat, kita bukan hanya anti tua, bukan hanya awet muda. Tetapi "kita" akan abadi! Akan kekal tidak tersentuh kematian! Tidak perlu menciptakan jurus baru, yang penting adalah pemaknaan secara tepat. Abadi? Ya, setiap jurus yang ada, dari jurus satu sampai sepuluh adalah mengantar "kita" satu persatu kepada tingkat kesadaran yang lebih tinggi (akan dimaknai lebih dalam di bab Jurus dan Cakra). Dengan memaknai satu persatu secara tepat, kita akan menyadari bahwa kita bukan tubuh ini. Tubuh ini akan mati, sesuai dengan asal tubuh ia akan menyatu dengan tanah, terurai menjadi zat, partikel dan atom. Lalu diri sejati kita, roh akan tetap abadi, kekal. Kematian bagi tubuh hanyalah masa transisi, masa perpindahan bagi diri sejati untuk melanjutkan

perjalanannya. Kalau Yoga berarti jalan, jalan menuju penyatuan. Jurus berasal dari kata jurusan. Jurusan adalah jalan menuju. Bus kota jurusan Jakarta ke Yogya, berarti bus itu dari Jakarta menuju Yogya. Jurus adalah jalan menuju. Jalan menuju mana? Jalan menuju penghapusan ego, menuju kepasrahan. Setiap jurus haruslah dapat menjadi jalan untuk meniti ke dalam diri. Karena sebenarnya jalan itu terbentang luas menuju ke dalam diri kita sendiri. Kalau Anda adalah para praktisi tenaga dalam, apakah jurus anda sudah mengantar anda kepada jalan ke dalam diri? Kalau belum, tinggalkanlah jurus tersebut! Untuk apa anda menghabiskan waktu yang tidak berguna dengan permainan semu semacam itu. Jangan gusar, dengan meninggalkan sesuatu anda tidak akan kehilangan sesuatu. Seperti kata pepatah kuno, di mana Anda mengawali di situ pula anda akan mengakhiri. Dengan jurus, kita mengawali suatu perjalanan ke dalam diri kita sendiri. Menuju Tuhan.

APA LAGI ? Kita sudah tahu bahwa tenaga dalam itu logis. Ada kaidah fisika-nya. Jadi tidak magis dan tidak menyalahi agama. Hanya proses alami biasa. Kita juga tahu bahwa sebagian besar demo tenaga dalam itu bersifat mengelabuhi penonton. Di mana hal yang bersifat umum dibuat seperti khusus. Bahkan banyak yang menipu dengan kedok Mahar dan kekuatan. Kita bahkan tahu bahwa pemaknaan jurus tenaga dalam itu sudah menyimpang dari makna awal yang sangat Agung, yang sangat indah. Jurus yang harusnya

menjadi jalan menuju kesempurnaan melalui perjalanan ke dalam diri sudah berubah menjadi pemunculan kekuatan. Pemunculan apa yang mereka anggap sebagai 'Kundalini'. Apa yang mereka anggap sebagai 'pembukaan Cakra'. Kalau sudah demikian, lalu apa lagi? Apa lagi? Saatnya kita melampaui semua pengalaman kita. Melampaui bukan meninggalkan. Tapi memaknai secara mendalam dari pengalaman kita. Marilah kita lampaui tenaga dalam, saatnya kita menuju ke dalam diri sendiri, Saatnya kita melakukan sesuatu yang bernilai..... Untuk menuju kepasrahan, Untuk menuju kepada Tuhan............... KONSENTRASI, PROYEKSI PIKIRAN DAN EGO Ciri yang ada dalam latihan tenaga dalam di Nusantara selama ini adalah konsentrasi. Konsentrasi yang dimaksudkan adalah pemusatan pikiran terhadap objek tertentu. Ada latihan yang mengkonsentrasikan pada satu titik di antara dua mata, ada yang konsentrasi kepada nafas, cahaya, bahkan ada yang konsentrasi kepada getaran-getaran yang dirasakan di tubuh. Sehingga konsentrasi, pemusatan pikiran menjadi sesuatu yang dicari-cari, dipaksakan untuk dirasakan. Konsentrasi, pemusatan pikiran, entah itu pada satu titik atau pada apapun, akan menjadikan pikiran kita makin kuat. Ironisnya, dengan pikiran yang kuat itu akan mengalahkan suara hati yang lebih lembut daripada suara pikiran. Yang terjadi? Tersenggol sedikit saja akan terjadi perkelahian, melihat orang lain bisa melakukan sesuatu yang lebih dari dirinya akan merasa tersaingi, tidak bisa melihat perbedaan, yang ada hanya kalahkan, kalahkan dan kalahkan!

Seorang teman saya, yang dalam setiap latihan sehariharinya selalu berkonsentrasi kepada lilin dan cahaya, membuat pikirannya menjadi kuat sekali. Sekali waktu saat kami sedang ngobrol tiba-tiba dia diam, terlihat sedang berkonsentrasi terhadap sesuatu. Saya tanya ada apa? Dia jawab bahwa sedang ada orang yang mencobanya. Dia cerita bahwa kemaren bertemu dengan seorang paranormal yang ketika bersalaman, teman saya merasakan badannya bergetar, dan itu dia anggap sebagai tantangan. Tragis! Teman saya terjebak dalam permainan pikirannya sendiri. Dia menciptakan suasana energi sendiri dan proyeksi sendiri terhadap apa yang dia anggap kekuatan. Dan itu membuat teman saya sangat tidak nyaman, yang dia sendiri tidak menyadari tentang ketidaknyamanan dia. Konsentrasi, ada yang melakukan pembenaran, bahwa kita butuh pikiran yang kuat, dengan pikiran yang kuat kita akan bisa berpikir secara tepat katanya. Benarkah demikian? Apa yang kita butuhkan, pikiran kuat atau suara hati yang kuat? Dengan melakukan latihan pemusatan pikiran, pikiran akan terlatih menjadi sebuah kekuatan. Tidak mustahil bahwa dengan hanya mengulangi sebuah kata, yang terkenal dengan mantra, kita akan bisa memunculkan suatu kekuatan dari daya cipta kita. Demikian juga dengan konsentrasi terhadap apapun, di sana pikiran dikondisikan untuk bisa memunculkan atau menciptakan sesuatu. Otak manusia adalah suatu alat dimana pikiran mengaktualisasikan dirinya. Karena pikiran adalah energi, sebenarnya dia bisa berada di mana saja, hanya saja dia perlu otak manusia untuk melampaui dirinya sendiri. Pikiran sebagai energi tentunya gampang sekali berproyeksi. Proyeksi dari pikiran ini yang seringkali kita tangkap melalui panca

indera sebagai sebuah realita. Latihan konsentrasi memberikan lahan bagi pikiran untuk berproyeksi, dan kita juga menyediakan alat penerjemah proyeksi itu yaitu panca indera kita. Dengan latihan menguatkan konsentrasi, kita berada pada titik rawan dalam menentukan pandangan, apakah itu realita ataukah halusinasi kita. Ironisnya, apabila yang kita alami adalah proyeksi pikiran yang kita terjemahkan melalui mata, dan itu sebenarnya sebagai halusinasi, namun sampai matipun orang itu akan bersikukuh bahwa yang dia alami adalah nyata. Opo tumon? Kebanyakan seperti itu. Ada latihan ingin melihat alam Jin, kemudian seseorang disuruh untuk berpuasa. Dalam berpuasa dia sudah memulai untuk memperkuat pikirannya bahwa akan melihat alam jin. Setidaknya sudah membayangkan dulu bagaimana alam jin itu. Kemudian dalam latihan inti dia harus berkonsentrasi untuk melihat alam jin tersebut. Di sana kerja proyeksi dimulai. Di saat kita menggambarkan sebuah alam lain, pikiran sudah menciptakannya. Alam itu sudah ada di pikiran. Kemudian dengan konsentrasi kita memunculkannya di permukaan panca indera. Demikian juga dengan fenomena Santet. Sebenarnya itu adalah pemanfaatan proyeksi pikiran untuk menghancurkan tubuh. Tidak ada benda yang dimasukkan ke dalam perut. Saya tekankan sekali lagi bahwa tidak ada benda yang dimasukkan ke dalam perut. Kalau ada paranormal yang mengeluarkan benda dari dalam perut itu hanya sulap dari paranormal itu. Tidak demikian. Teror awal dalam santet memegang peranan penting. Itu akan mengkondisikan pikiran korban sehingga cemas dengan serangan santet. Kecemasan itu yang menimbulkan proyeksi serangan terhadap dirinya

sendiri. Dengan demikian dia merusak fungsi tubuh sendiri melalui serangan yang dia ciptakan sendiri dalam pikirannya, yang kesemua itu diawali dari rasa cemas yang dikondisikan oleh penyantet. Seorang periang, yang sering tertawa, akan susah kena santet karena tidak mudah cemas dan tidak gampang dikondisikan oleh sesuatu. Penangkal santet tidak sulit. Tidak usah membayar mahal untuk Ruwatan, tidak usah mengeluarkan jutaan untuk Mahar! Tidak usah mendatangkan ahli tenaga dalam yang beraksi dengan tangannya yang berputar untuk menarik energi santet tersebut. Cukup dengan tertawa, buatlah hidup selalu ceria, isilah hati dengan cinta, sebarkanlah rasa kasih kepada sesama, simple...! Pikiran juga merupakan gudang memori. Sebenarnya apa yang kita lihat adalah pemunculan memori dalam pikiran, karena kita bisa mengidentifikasi sesuatu kalau kita pernah punya memori tentangnya. Kalau kita tidak punya memori tentang sesuatu, kita tidak bisa mengenali sesuatu itu. Pikiran yang kuat akan menjadikan sebuah benteng bagi nurani untuk membisikkan kebenaran. Kemudian yang terjadi adalah tindakan pembenaran. Ya, pembenaran, bukan kebenaran. Dan latihan konsentrasi semacam itu yang kemudian diklaim sebagai sebuah meditasi, sebagai sebuah latihan tenaga dalam. Konsentrasi dan tenaga dalam, sepertinya dua hal tersebut sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Kalau latihan tenaga dalam, pasti yang terbayang adalah konsentrasi. Lalu, bagaimana latihan tenaga dalam yang tidak berkonsentrasi? Untuk apa pula kalau latihan tenaga dalam tidak dengan konsentrasi.

Konsentrasi dalam latihan tenaga dalam, tentunya akan membuat energi pikiran menjadi kuat, karena pikiran diberi tambahan vitamin dengan latihan konsentrasi tersebut. Salahkah? Tidak ada salah dan benar dalam hal ini. Hanya masalah kesadaran dan kebutuhan dalam hidup. Kalau kita akan membetulkan genteng rumah, tentunya kita memerlukan tangga untuk mencapai atapnya. Persis seperti itu, konsentrasi adalah anak tangga untuk menuju diam, menuju terlepasnya konsentrasi tersebut. Apabila kita masih ingin latihan-latihan dengan konsentrasi, siapa yang akan melarang? Kita sendiri tentunya yang akan memberikan tolok ukur untuk diri kita sendiri. Apabila latihan-latihan konsentrasi tersebut membuat diri kita nyaman, teruskan. Apabila tidak, untuk apa diteruskan. Terus terang, latihan semacam itu akan membawa ego kita semakin kuat. Rasa keakuan semakin tinggi. Energi pikiran itu akan menjadi semacam lem perekat, antara rasa keakuan, rasa kepemilikan terhadap tubuh ini. Menjauhkan diri dari rasa kepasrahan. Akan merasa diri ini yang mempunyai kekuatan, yang memiliki segalanya. Untuk menjembatani diri menuju ke dalam diri sendiri, menuju jurusan kepasrahan, saya tidak yakin latihan tenaga dalam tidak memerlukan konsentrasi. Yang dibutuhkan sebenarnya bukan konsentrasi, hanya saja para pelatih salah mengartikan dan memahami konsentrasi tersebut. Dengan pemahaman konsentrasi yang selama ini dilakukan, jelas saja akan membawa ego semakin kuat. Latihan-latihan tenaga dalam sebenarnya cukup dengan menyadari terhadap sesuatu, memperhatikan sesuatu, mengamati sesuatu, bukan konsentrasi. Dalam awal latihan, sebetulnya bukan konsentrasi pada nafas, tetapi berusaha menyadari, merasakan nafas.

Hanya memperhatikan keluar masuknya nafas melalui hidung. Bukan konsentrasi, dan kita akan merasakan bedanya. Konsentrasi pada nafas dan memperhatikan keluar masuknya nafas, sangat beda. Namun para pelatih banyak yang mengarahkan untuk konsentrasi, sehingga pikiran dilatih untuk dipaksakan membentuk suatu kondisi. Hal ini sangat mendasar sekali, cobalah untuk merasakan sesuatu yang menyamankan diri, lepaskanlah konsentrasi. Melepaskan konsentrasi bukan mengosongkan pikiran. Jangan takut dengan rasa takut bahwa nanti akan dimasuki sesuatu kalau tidak konsentrasi, karena pikiran kosong. Tidak, pikiran tidak kosong. Omong kosong kalau ada yang mengatakan bahwa pikiran bisa kosong. Selama manusia masih bernafas, pikiran tidak bisa kosong. Melepaskan konsentrasi adalah melepaskan tindakan pemaksaan pikiran terhadap suatu situasi. Kemudian yang kita lakukan adalah menyadari, memperhatikan, ya hanya memperhatikan. Konsentrasi sebagai anak tangga menuju dekonsentrasi. Latihan tenaga dalam bukan sebuah latihan untuk memunculkan kekuatan seperti selama ini dipahami secara luas. Latihan tenaga dalam adalah latihan untuk melepaskan sampahsampah Jiwa dalam diri. Sehingga beban diri berkurang, jiwa menjadi tenang. Dengan konsentrasi, kita tidak akan bisa melepaskan beban-beban jiwa terebut. Yang diperlukan hanyalah menyadari setiap proses latihan. Mengamati setiap proses latihan. Jadi, apabila latihan-latihan yang penuh dengan konsentrasi tersebut masih membuat beban jiwa tidak berkurang, membuat pikiran terjebak dalam proyeksinya sendiri. Entah itu tentang dunia Jin, dunia gaib, ataupun tentang kekuatan, juga membuat diri masih belum nyaman, untuk apa lagi? Mungkin latihan yang penuh

konsentrasi tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi bagi anda. Sudah tidak cocok lagi dengan kondisi jiwa saat ini. Pilihan tetap ada pada kita, konsentrasi dan ego, atau melampaui latihan konsentrasi dan mendapatkan kenyamanan diri. Tentunya rasa nyaman tersebut didapat setelah beban jiwa berkurang. Bisa juga beban jiwa tidak berkurang karena kita melakukan latihan konsentrasi yang menjadikan kenyamanan semu hasil dari kondisi pikiran. Ya, tapi sampai kapan. Hal tersebut hanya menghidupkan bom waktu dalam diri. Seperti saat kita mengulang sebuah mantra. Akan ada rasa nyaman, bahkan rasa bahagia. Begitu juga konsentrasi pada nafas. Kita mengalihkan perhatian kepada hal lain. Ada rasa tidak nyaman dalam diri. Ada beban dalam jiwa. Namun beban tersebut tidak diselesaikan, tidak dikikis, dan kita hanya mengalihkan rasa tidak nyaman dan beban itu kepada hal lain, yaitu konsentrasi pada nafas. Melampaui konsentrasi, yaitu dengan memperhatikan proses latihan. Apabila latihan dengan nafas, hanya memperhatikan proses pernafasan. Apabila latihan dengan lilin, hanya memperhatikan lilin, apabila latihan dengan gerakan, hanya menyadari proses gerak tersebut. Menyadari segala sesuatunya sedang berlangsung, menjaga kenyamanan diri. Itulah tenaga dalam dalam pemaknaan yang transcendental. Kemudian ada yang bertanya, kalau dengan konsentrasi bisa memunculkan kekuatan, bagaimana dengan proses memperhatikan ini yang tidak konsentrasi? Kekuatan yang dihasilkan dari konsentrasi adalah kekuatan pikiran kita, dan hal itu sangat sulit dikontrol oleh nurani. Ego bermain untuk menunjukkan bahwa akulah yang paling kuat. Namun, apabila kita melampaui konsentrasi, kita masuk dalam keadaan

pasrah. Menuju Tuhan. Sebenarnya tidak perlu ada yang ditanyakan setelah sampai di sini. Kita terhubung dengan kekuatan Illahi. Dalam bahasa lain, kita diguyuri energi alam semesta, energi Illahi. Mana yang lebih menyamankan, energi pikiran hasil olahan kita, atau energi Illahi yang menuntun kita? Sebaiknya jangan terjebak juga dengan perbandingan energi apapun. Latihan pelampauan konsentrasi tidak untuk membuktikan apapun. Sekali lagi bukan juga yang terbaik atau benar. Yang terbaik bagi diri sendiri adalah segala sesuatu yang menyamankan, yang bisa membawa diri kepada rasa bahagia yang tidak semu. Melampaui tenaga dalam adalah pilihan bagi kondisi jiwa yang jenuh dengan latihan yang ada selama ini, yang memang dirasakan tidak membawa perubahan dalam evolusi jiwanya. Apabila demikian, lepaskanlah latihan konsentrasi! Saat ini kita harus mulai untuk menyadari sesuatu, bukan konsentrasi pada sesuatu. Saat awal latihan, cobalah hanya merasakan nafas. Hanya menyadari proses keluar masuknya nafas. Bagi para praktisi tenaga dalam, sebelum latihan jurus, sadarilah proses pernafasan ini, rasakanlah proses pernafasan ini. Memang betul apabila kita menarik nafas dan menahannya di perut, itu akan menyulut generator energi yang ada di sekitar perut. Efeknya yang terasa tubuh akan panas. Namun banyak yang tidak tahu kalau latihan itu sebenarnya bahaya bagi otak manusia. Dan juga kita sekarang hidup di daerah tropis, mengapa masih juga akan memanaskan tubuh ini? Belum capek berkeringat? Sadarilah, hanya memperhatikan nafas keluar dan masuk. Kemudian apabila sudah masuk latihan jurus, jangan konsentrasi terhadap apapun. Jurus yang anda lakukan sebenarnya mengolah saraf-saraf tulang belakang. Jadi, nikmati

setiap gerakan yang ada. Memperhatikan gerakan yang dilakukan. Lakukan dengan penuh kenyamanan. Beri jeda antara jurus satu dengan yang berikutnya. Tidak perlu mengejar untuk berkeringat. Sepuluh jurus dasar tenaga dalam kalau dilakukan dengan kenyamanan sudah memperbaiki saraf-saraf kita. Kalau kita latihan jurus dengan menahan nafas di perut, generator listrik tubuh di perut akan aktif, kemudian saraf tulang belakang akan merespon untuk mengangkatnya sampai di otak. Bayangkan! Tubuh kita sudah tersusun atas kerja listrik sendiri sesuai organnya. Setelah pusat listrik di perut yang dikenal oleh kalangan tenaga dalam sebagai pusat tenaga, ada yang menganggapnya sebagai energi murni, bahkan Kundalini, itu terangkat sampai di otak, memang kita akan merasakan sensasi yang indah. Kita merasa melihat cahaya, bunga api warnawarni, ada getaran di tulang punggung, tangan bisa bergetar sendiri. Mereka menganggapnya sangat indah. Dan ironisnya itu yang kebanyakan dicari orang. Kebanyakan tidak menyadari bahwa mereka menciptakan halusinasi bagi dirinya sendiri. Walaupun itu dianggap nyata. Padahal hanya sensasi listrik tubuh yang disalahjalankan. Rasakanlah perubahan yang ada apabila anda melampaui konsentrasi. Yang jelas, kenyamanan tubuh menjadi tolok ukurnya. Lakukan latihan sesuai porsi bagi diri sendiri. Kebanyakan di berbagai perguruan, latihan akan disamakan bagi semuanya. Apabila jurus dengan menahan nafas harus dilakukan sebanyak 20 langkah, semua harus melakukan demikian. Padahal masing-masing tubuh mempunyai porsi sendiri-sendiri. Lakukanlah sesuai porsi anda. Jaga kenyamanan diri.

Apabila capek berhenti sebentar. Kita tidak perlu menaikkan pusat listrik perut ke otak. Di perut memang diperlukan listrik yang agak banyak karena organ pencernaan bekerja mencerna makanan, maka dari itu Tuhan menempatkan pusat tenaga di sana. Dengan latihan melampaui keonsentrasi ini kita akan menaikkan Kundalini sampai ke atas. Namun pengertian Kundalini tidak seperti pengertian dalam kalangan tenaga dalam dewasa ini. Kita akan menyelaminya dalam bab berikutnya. Lampauilah konsentrasi, apabila menyamankan Anda, memberikan rasa yang tidak ingin menantang sana dan sini, membuat jiwa menjadi lembut dan menuju kepada kepasrahan, tingkatkan terus latihan tersebut, sampai nanti jurus-juruspun terlampaui. Namun apabila Anda masih ingin latihan dengan kekerasan dan konsentrasi, jangan buru-buru meninggalkannya, lakukanlah terus sampai jenuh. Apabila hari ini masih latihan 2 jam, besok tambah menjadi 4 jam, besoknya menjadi 8 jam, demikian sampai anda jenuh dan bertanya, setelah ini apa lagi? Setelah ini apa lagi? Pertanyaan itu nantinya yang akan membawa Anda merasakan sesesuatu yang lebih berharga, lebih berharga karena Anda bisa menghargai latihan-latihan yang menyejukkan, mendamaikan dan mengantar Anda kepada diri anda yang berada di dalam diri sendiri. Suatu perjalanan ke dalam diri sendiri yang selama ini terlupakan.

KESEHATAN

Latihan tenaga dalam untuk apa? Untuk sehat? Memang benar, sebagian orang tertarik latihan tenaga dalam karena iklannya yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Teman saya, yang beberapa waktu yang lalu saya temui dalam keadaan tidak seimbang jiwanya, mengatakan bahwa pada mulanya dia ingin latihan tenaga dalam karena iklannya bisa menyembuhkan penyakit maag seperti yang dia derita (padahal latihan dengan pola nafas keras seperti itu tidak cocok untuk penyakit infeksi, seperti saya saat sakit dulu). Lain halnya kalau tenaga dalam dimaknai sebagai pelampauan konsentrasi sehingga pola nafasnya akan lembut, di sana orang yang sakit kronispun bisa melakukannya. Kembali pada teman saya. Dia tidak menyadari kalau sebenarnya penyakit maag dia itu hasil akumulasi masalah yang ada di kehidupannya. Beban dia sebagai kepala rumah tangga dan tuntutan anak-anak menjadikan perut dia rentan terhadap stress. Lalu latihan yang dia jalani tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya ada di lapisan kesadaran emosinya. Hasilnya, alam bawah sadarnya diaduk-aduk dengan pola konsentrasi yang dijalani. Keseimbangan jiwanya tergannggu dan dia sekarang untuk sementara berada dalam rehabilitasi rumah sakit. Seandainya saat itu dia tahu bahwa penyakit maag itu karena ada masalah di keseimbangan emosinya, kemudian kalau dia latihan tenaga dalam dimaknai sebagai katarsis, sebagai pembersihan dari sampah-sampah emosinya, mungkin ceritanya akan lain. Kesehatan adalah awal, betul. Apabila masih punya masalah dengan kesehatan, tubuh merasa tidak enak atau sakit, selesaikanlah dulu. Tenaga dalam memang menawarkan kesehatan pada mulanya. Namun itu

bukan tujuan dari latihan tenaga dalam. Kita harus sehat dulu. Dengan kesehatan kita akan nyaman, setelah itu pendekatan kita kepada Tuhan akan semakin jernih dan semakin penuh dengan penghayatan. Kadang ada yang berlebihan juga, iklannya sangat heboh bahwa bisa menyembuhkan penyakit apa saja, yang kronis sekalipun. Kalau demikian, mengapa rumah sakit masih juga penuh pasien? Tidak, bukan demikian. Rumah sakit dengan para dokternya punya peran sendiri. Ada penyakit yang tidak bisa selesai dengan tenaga dalam, demikian juga para praktisi kesehatan di luar dokter yang dikenal melalui pengobatan alternatifnya, mereka punya peran sendiri karena ada penyakit yang tidak bisa selesai dengan penanganan medis. Masing-masing punya peran dan jalannya. Tidak ada klaim bahwa seseorang bisa menyembuhkan segalanya, kalau ada itu bohong. Melampaui tenaga dalam, sehingga menyadari latihan pembersihan melalui pola nafas sehingga sampah emosi bisa dibudayakan, sampah yang membebani jiwa bisa dikeluarkan, hal itu akan membawa dampak ketenangan pikiran. Pikiran yang tenang akan membawa akibat kerja organ tubuh tidak terganggu. Organ tubuh akan bekerja sesuai dengan perintahnya. Karena pikiran tidak ada beban sampah, maka perintah dari otak ke seluruh organ tidak terganggu. Kemudian ditambah dengan latihan jurus yang mengakibatkan lancarnya peredaran darah, kerja jantung normal. Sehingga tidak ada penumpukan lemak sepanjang arteri yang bisa menyebabkan gangguan ginjal, jantung dan darah tinggi bahkan stroke. Dengan demikian kesehatan tercapai. Simple, bukan magic! Seseorang yang terganggu kesehatannya-pun akan tertolong dengan latihan-latihan pembersihan seperti

itu. Sebenarnya pikiran kita.

kesehatan

kita

tergantung

pada

Pada waktu Louis Pasteur menemukan bakteri, dia mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh mikro organisme itu. Sahabatnya, Claude Bernard menyanggah bahwa kalau lahan tubuh kita, atau kondisi tubuh tidak menyediakan tanah subur bagi mikro organisme untuk berkembang, tidak akan terjadi penyakit. Pasteur menolak pendapat sahabatnya sepanjang hidupnya itu. Namun di saat terakhir menjelang kematiannya, Pasteur mengatakan kepada sahabatnya, "engkau benar sahabatku, sekarang tergantung lahan tubuh kita. Yang menyebabkan penyakit bukan mikro organisme itu, melainkan kondisi kita sendiri". Demikian, akhirnya Pasteur mengakui kalau sebab penyakit adalah tubuh sendiri. Para dokter sekarang juga menyimpulkan kalau penyakit disebabkan 90 persen pikiran. Guru saya bahkan mengatakan kalau penyakit disebabkan 100 persen pikiran. Saya sependapat dengan beliau. Demikianlah adanya. Segala sesuatunya bersumber dari pikiran manusia. Pikiran yang tenang (tenang dalam arti bukan ditenang-tenangkan), akan membawa kenyamanan tubuh. Ya, kita bisa menenang-nenangkan pikiran kita padahal sebenarnya sangat kacau. Usaha untuk membuat tenang pikiran belum bisa dikatakan pikiran telah tenang. Ketenangan pikiran akan tercipta dengan sendirinya, apabila beban pikiran sudah berkurang. Apabila sampah-sampah pikiran, sampah emosi sudah dibuang.

Latihan tenaga dalam tanpa konsentrasi, yang memaknai latihannya sebagai pembersihan sampah emosi, akan membawa kepada kesehatan secara terpadu, secara holistik, secara menyeluruh. Kesehatan terpadu inilah yang sebenarnya harus kita usahakan. Karena kita butuh keseimbangan antara lapisan-lapisan tubuh kita. Apabila kita melatih konsentrasi yang kita dapatkan adalah kuatnya lapisan pikiran kita. Dan penyakit yang bersumber dari lapisan yang lebih dalam yaitu lapisan mental tidak akan tembus keluar sampai fisik. Sementara waktu kita kelihatan sehat. Namun saat penyakit itu meledak menembus lapisan pikiran, hasilnya akan sangat merusak lapisan fisik. Ini adalah urutan dari lapisan kesadaran diri: 1. Lapisan fisik, yaitu yang kelihatan sebagai tubuh 2. Lapisan energi/pikiran, menyangkut masalah energi pikiran kita 3. Lapisan mental emosional, yang kita kenal sebagai rasa kita 4. Lapisan Intelejensia, yaitu rasa universal. 5. Lapisan Spiritual. Nah, latihan tenaga dalam dewasa ini mengolah lapisan pikiran atau energi tersebut. Konsentrasi yang digunakan akan menebalkan lapisan ini. Ada juga yang mengatakan bahwa "beberapa perguruan tenaga dalamkan juga mengajarkan meditasi, jadi sudah mencakup semua lapisan yang diolah". Tapi meditasi yang ada di tenaga dalam masih menggunakan konsentrasi juga, menguatkan pikiran juga, sama saja, sami mawon! Banyak yang tidak tahu kemudian terjebak dalam pengertian yang salah tentang meditasi ini. Ada juga yang meditasi dengan iming-iming bisa mengunjungi alam gaib, alam jin, bahkan ketemu dengan para wali. Sungguh lucu.

Saya pernah baca iklan di sebuah majalah tentang meditasi yang menawarkan kemampuan kesaktian. Bisa melihat jauh, melihat roh. Seorang teman saya ternyata tertarik dengan iklan itu. Dia segera mencari alamat si paranormal di iklan itu, dan ketemu. Lalu setelah negosiasi disepakati Maharnya ( dia tidak minta bayaran, hanya Mahar, mas kawin!) sebesar 500 ribu. Teman saya setuju karena katanya langsung bisa melihat jin. Masuklah teman saya di sebuah kamar dengan dituntun untuk membaca mantra. Kemudian setelah itu lampu kamar dihidupkan dan teman saya disuruh melihat kaca di depannya. Paranormal itu bilang pandangi terus karena nanti jinnya akan kelihatan dari situ. Merasa tidak berhasil dan capek, teman saya minta stop saja sampai di sini. Dan karena tidak berhasil uangnya diminta setengah saja. Namun Paranormal itu malah menakut-nakuti dengan ancaman kalau Mahar tersebut ditarik akan didatangi sekawanan jin di rumahnya. Dengan perasaan takut, pulanglah teman saya tersebut. Setelah cerita dan saya bilang bahwa kalau jin itu datang tanggung jawab saya, akan saya hadapi, barulah dia bisa tenang. Orang seperti teman saya itu banyak, mereka menjadi bahan bulanbulanan oknum yang tidak tanggung jawab. Selama latihan tenaga dalam tidak dimaknai kembali, ia tidak akan membawa kepada kesehatan terpadu. Seluruh lapisan kesadaran itu harus dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan dia saat ini. Tidak boleh ada yang lebih besar atau lebih kecil. Tidak boleh hanya satu saja yang diolah, yang lain didiamkan. Tidak. Semuanya penting, semuanya berguna sesuai dengan kebutuhannya. Semuanya mendukung dalam peningkatan Kundalini manusia. Maknailah latihan tenaga dalam sebagai pembersihan, sebagai

pembuangan sampah. Tentang bagaimananya akan kita selami dalam bab berikutnya. Yang jelas, kesehatan adalah bukan tidak pernah sakit sama sekali. Kita akan merasa sehat kalau pernah mengalami sakit. Kita juga tahu sakit setelah kita mengalami sehat. Nah, bagaimana menyikapi suatu penyakit itu yang penting. Dan latihan tenaga dalam dengan pelampauan konsentrasi mengajak kita untuk itu. Kita akan menjadi manusia yang normal. Yang kadang mengalami sakit, untuk mencambuk kita supaya lebih menyadari peran tubuh ini. Setelah latihan melampaui konsentrasi bukan berarti tidak sakit sama sekali. Kalau sudah umur lebih dari 40 tahun ya wajar kalau "mesinnya" perlu perawatan ekstra. Bagaimanapun juga, mesin lama tidak sama dengan mesin baru. Waktu saya latihan tenaga dalam, saat itu latihan di pantai selatan Yogyakarta. Latihan itu yang ditunggutunggu oleh kami. Hanya karena fenomena pantai selatan yang misterius. Namun ada yang menarik, yang sekarang baru saya pahami dalam latihan tersebut. Ada salah satu jurus, yang harus dilakukan dengan teriakkan. Sambil melakukan jurus dengan membuang nafas, sambil berteriak sekeras-kerasnya. Kami tidak tahu untuk apa saat itu. Ternyata latihan itu adalah salah satu teknik untuk membudayakan emosi, membuang beban sampah pikiran. Sayang, latihan seperti itu kabur maknanya. Karena yang kami tahu saat itu adalah dengan teriakkan, tenaga kita akan semakin besar. Sekali lagi sayang. Andai latihan seperti itu dimaknai secara benar, diberikan pemahaman yang tepat, akan membawa rasa kenyamanan, membawa kepada kesehatan dan ketenangan pikiran. Yang jadi masalah sebenarnya adalah cara pandang kita

terhadap penyakit. Anggapan kita terhadap istilah sehat itu sendiri. Mengembalikan makna tenaga dalam kepada makna yang bukan mencari kesaktian, bukan latihan konsentrasi menguatkan pikiran, bukan pula mencari kesehatan, namun sebagai latihan pembersihan akan membawa kita kepada pemahaman atau cara pandang baru terhadap penyakit. Kalau kita sakit, kita tidak akan bingung. Harus diapakan penyakit ini. Penyakit yang kita dapat adalah sinyal alam kepada tubuh bahwa ada sesuatu yang salah dan harus diperbaiki. Kita harus introspeksi diri terhadap pola hidup kita. Apakah kita kelebihan makan atau kebanyakan mengeluarkan energi untuk kerja, atau ada sesuatu yang lain. Hal-hal tersebut dapat dengan jernih kita lihat, kita pahami setelah pikiran kita tenang. Menenangkan pikiran dengan cara membuang sampah-sampah beban dari pikiran tersebut. Kesehatan adalah awal dari perjalanan kita menuju kepasrahan. Jadi, kesehatan bukan tujuan utama dari latihan tenaga dalam, hanya langkah pertama untuk menapak ke langkah-langkah berikutnya. Kalau kita nyaman, kita sehat, perjalanan ke dalam diri untuk menemukan 'Diri' tidak terganggu dengan keluhan fisik dan kesehatan. Kesehatan akan kita dapat dengan sendirinya dengan pemaknaan kembali tenaga dalam, tentunya kesehatan terpadu, menyeluruh. Bukan kesehatan temporer yang kita dapat karena kekuatan konsentrasi kita menghalangi penyakit yang lebih dalam untuk muncul. Pemaknaan tenaga dalam yang benar dan tepat akan mengolah seluruh lapisan kesadaran sesuai porsi dan kebutuhannya, tidak lebih dan tidak kurang.

TUBUH Seperti telah kita bicarakan sebelumnya bahwa tubuh kita tersusun atas beberapa rangka dan organ tubuh. Masing-masing organ bekerja sesuai dengan porsi dan fungsinya sendiri-sendiri. Yang menjadi pusat perintah dari organ tubuh adalah otak manusia. Dari sana seluruh memori dan cara kerja dilangsungkan. Tenaga dalam adalah latihan yang mengolah tubuh, disamping mengolah seluruh lapisan kesadaran, supaya tubuh fisik siap untuk menerima perubahan-perubahan atau peningkatan kesadaran, dalam bahasa Tenaga Dalam adalah fisik kita kuat kalau 'jalur tenaga dalam terbuka' dan 'tenaga dalam kita bangkit'. Ya, tubuh memang harus diperhatikan karena lewat tubuh ini Jiwa mengalami evolusi. Kalau fungsi tubuh terganggu, tentunya perjalanan kita juga terganggu, jiwa tertunda untuk mengalami evolusinya. Waktu saya latihan tenaga dalam, saat itu diberi tahu bahwa fisik harus kuat. Jadi latihan fisik dengan keras. Kadang kudakuda harus sangat pendek, kalau naik sedikit akan di pukul dengan gedebong pisang. Saat itu benar-benar keras. Karena nanti mempersiapkan kalau tenaga dalam bangkit, fisik sudah kuat. Kalau tidak kuat katanya akan sakit, bahkan bisa gila. Namun saat itu karena pemahaman yang diberikan hanya pas-pasan, latihan keras tersebut malah membawa dampak yang kurang baik. Kita jadi terdidik keras. Sudah biasa dipukul dengan gedebog pisang, sudah biasa latihan sampai lemas, akhirnya keakuan yang muncul. Mungkin tanpa kita sadari saat itu. Akhirnya kalau nantang orang ya biasa saja. Kalau dipukul orang ya biasa saja. Kalau ngotot sama orang

ya biasa saja. Sepertinya tidak ada yang kita takuti. Kalau bisa semua akan ditantang! Pemahaman latihan seperti itu harus dilihat kembali. Tubuh memang harus dipersiapkan. Tetapi tidak harus dipaksa seperti latihan yang sangat keras. Tubuh juga punya kapasitasnya dalam melakukan sesuatu. Kesalahan para pelatih dalam latihan seperti itu adalah menyamakan latihan bagi siapa saja. Padahal masingmasing individu punya kapasitasnya sendirisendiri. Seharusnya para pelatih melihat, latihan apa yang cocok bagi muridnya. Namun, karena banyak pelatih yang hanya memikirkan uang, kalau yang latihan semakin banyak tentunya uang yang masuk juga akan banyak. Hal-hal itu yang kemudian merusak dan mendistorsikan makna latihan tenaga dalam. Apalagi kalau perguruannya sudah menjadi yayasan yang memikirkan untung rugi, murid hanya akan menjadi objek pemasok uang. Kalau suatu perguruan yang latihan sangat banyak, tentunya pelatih tidak akan bisa memperhatikan satu-satu anak didiknya. Seharusnya suatu perguruan membatasi murid, supaya hubungan personal antara pelatih dan anak didik tercipta. Bukan malah mencari murid sebanyakbanyaknya. Saya pernah melihat suatu perguruan yang latihan di lapangan sepak bola. Yang mengikuti sangat banyak. Sehingga pelatihnya memberikan instruksi dari depan tanpa melihat yang paling belakang. Padahal, jurus yang dilakukan adalah mengolah saraf tubuh. Pernafasan yang dilakukan adalah pembersihan. Bagaimana pelatih tahu kalau ada yang salah melakukannya? Mereka hanya memikirkan kuantitas, bukan kualitas! Sungguh sangat sayang.

Dalam tradisi Yoga, para Yogi menemukan bahwa peningkatan kesadaran manusia membawa dampak perubahan fisiologi pada diri manusia. Lalu terciptalah latihan yoga. Dengan maksud, kalau perubahan kesadaran membawa perubahan fisiologi, maka dengan perubahan fisiologi dapat membawa perubahan kesadaran juga. Maka latihan yang ada adalah mengolah tubuh fisik sehingga dimaksudkan membawa peningkatan kesadaran. Demikian juga dengan tenaga dalam. Tenaga dalam bukan untuk memunculkan kesaktian. Latihan tenaga dalam seperti latihan Yoga. Hanya saja ada beberapa yang diubah, yang dicocokkan dengan kebutuhan manusia nusantara saat itu, pada jaman itu. Latihan jurus tenaga dalam mengolah tubuh fisik, membawa perubahan pada fisiologi tubuh sehingga dimaksudkan akan meningkatkan kesadaran yang berlatih. Hanya karena ada yang menyelewengkan maka makna itu sudah jauh bergeser. Latihan tenaga dalam terlihat seperti latihan Kanuragan, yaitu olah fisik untuk memunculkan kekuatan. Padahal Kanuragan bukan tenaga dalam. Sebagian orang sudah menganggapnya demikian, tenaga dalam ya Kanuragan, tenaga dalam ya kekuatan. Bukan, sama sekali bukan. tenaga dalam sebenarnya tidak ada urusan sama sekali dengan kekuatan. Pemahaman tersebut terbentuk setelah latihan tenaga dalam mengalami distorsi makna yang jauh sekali. Tenaga dalam adalah urusan pembersihan dan pembangkitan apa yang di namakan 'bangkitnya tenaga dalam'. Dan, fenomena 'bangkitnya' tenaga dalam bukan pemahaman seperti selama ini beredar di

kalangan umum, yaitu setelah tenaga dalamnya bangkit, kita punya kekuatan yang lebih dahsyat. Tubuh, mempunyai arti penting bagi latihan Tenaga Dalam karena memang dari olah tubuh diharapkan akan terbentuk susunan saraf yang responsif terhadap alam. Susunan saraf yang mendukung peningkatan kesadaran manusia. Susunan saraf yang membuat sudut pandang kita berubah menuju kemajuan evolusi spiritual, yang siap untuk menerima pelajaran spiritual. Dewasa ini banyak yang menghubungkan latihan tenaga dalam dengan latihan spiritual. Bahkan ada yang membumbui dengan meditasi ala tenaga dalam dan mengkaitkannya dengan spiritualitas. Juga beberapa perguruan berdiri dengan nama baru supaya kelihatan berciri spiritual. Maklum, masyarakat kita sedang gandrung dengan sesuatu yang berbau spiritual, sehingga segala hal yang berhubungan dengan itu atau sengaja dihubung-hubungkan akan laris sekali. Lalu beberapa oknum memanfaatkan situasi ini untuk mendatangkan keuntungan materi. Sekali lagi, latihan tenaga dalam bukan latihan spiritual. Apalagi kalau meditasi-nya menggunakan konsentrasi yang menguatkan pikiran. Beberapa oknum sengaja mencatut salah satu bahasa agama sehingga dengan doa dan amalan yang dilakukan dianggap sudah spiritual. Sayang, dan banyak masyarakat kita yang terjebak. Latihan tenaga dalam hanya mempersiapkan kondisi kita, baik fisik maupun kesadaran, sehingga nantinya siap untuk menerima pelajaranpelajaran spiritual. Maka dari itu, bisa dibilang bahwa seluruh latihan tenaga dalam adalah metode pembersihan jiwa.

Tubuh, dalam latihan tenaga dalam memperhatikan tiga sistem organ yang di harapkan bagi kenyamanan tubuh sendiri. Tiga sistem organ tersebut adalah jantung, otak dan ginjal. Jantung adalah organ pekerja. Apabila tekanan hidup mengkondisikan seseorang untuk stress, organ jantung dipaksa untuk mengingkatkan tekanan darah dengan memompa lebih keras. Saat jantung membesar untuk memompa darah, ia memerlukan lebih banyak aliran darah untuk mempertahankan kebutuhannya yang meningkat. Apabila kebutuhan nutrisi jantung tidak terpenuhi, banyak sel-sel otot jantung yang mati, juga penimbunan lemak dalam arteri jantung. Otak akan terpengaruhi melalui tekanan darah yang tinggi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah atau pendarahan otak. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan fungsi otak, yang di kenal sebagai stroke atau shock. Ginjal yang berfungsi sebagai sensor bagi tekanan darah normal, apabila terjadi penyumbatan pembuluh darah ginjal, ginjal akan bereaksi mengeluarkan hormon yang menaikkan tekanan darah ke seluruh tubuh. Demikian terjadi hubungan yang saling merusakkan. Latihan tenaga dalam memberikan kenyamanan bagi tubuh, sepanjang hal itu dilakukan dengan pemahaman yang tepat. Apabila tidak, kita memaksa tubuh untuk bekerja, latihan konsentrasi akan melelahkan otak, walaupun dikatakan menguatkan pikiran. Apabila kita melakukan rileksasi, ketika itu kita sedang merangsang kelenjar pineal untuk mengeluarkan hormon melatonin yang berfungsi untuk kenyamanan tubuh.

Dulu, waktu saya masih sering terbang ke Amerika Serikat, sampai di sana pasti merasakan jetlag, perubahan jam tidur dan metabolisme tubuh. Saya dan teman-teman merasa tersiksa dengan itu. Kemudian banyak teman yang membeli obat di sana, obat itu bernama Melatonin. Setelah obat melatonin di minum, tubuh akan segar kembali dan bisa menyesuaikan diri dengan waktu setempat. Sekarang saya baru sadar, bahwa melatonin itu ada dalam tubuh kita sendiri. Hanya karena tekanan-tekanan tertentu maka tubuh tidak memproduksinya untuk kesegaran tubuh. Maka, dengan latihan tertentu tubuh akan dirangsang untuk mengeluarkan melatonin sesuai dengan yang kita butuhkan. Bukan meminumnya dari luar seperti yang pernah saya dan teman-teman lakukan waktu itu. Sebenarnya, apabila saya waktu itu sudah mempraktekkan rileksasi, bukan konsentrasi, masalah seperti jetlag tersebut akan teratasi dengan sendirinya.

CAKRA DAN JURUS TENAGA DALAM Tenaga dalam, pada dasarnya mempunyai sepuluh jurus dasar, atau sepuluh gerak dasar. Ke sepuluh jurus tersebut sebenarnya berkaitan dengan lapisanlapisan kesadaran manusia, yang dikenal dengan istilah Cakra. Walaupun sekarang ada yang mengurangi jurusnya menjadi empat atau lima. Ke sepuluh jurus dengan pemahamannya yang berkaitan dengan lapisan kesadaran jarang yang mengetahuinya. Yang beredar umum, sekali lagi bahwa jurus tersebut akan menghasilkan kekuatan lebih. Sekarang, Anda beruntung dapat membaca buku ini. Paling tidak,

pemahaman anda tentang tenaga dalam akan semakin kaya, melihat tenaga dalam sebagai latihan untuk melampaui tenaga dalam itu sendiri. Melihat tenaga dalam dari sisi yang mungkin belum secara luas dibicarakan. Cakra, dalam dunia tenaga dalam adalah sesuatu yang berbentuk, bisa dilihat, juga dianggap bisa dibuka atau ditutup. Beberapa guru yang mengaku bisa membuka dan menutup cakra bahkan mengatakan bahwa dia melihat cakra dalam warnanya sendiri-sendiri. Teman saya, yang menjadi guru di salah satu perguruan, sampai sekarang masih mengadakan prosesi pembukaan cakra bagi anak didiknya. Katanya, setelah cakranya dibuka seseorang akan dapat memunculkan kekuatan tertentu tergantung dari manfaat cakra yang dibuka. Sayang, teman saya itu masih bingung. Dia sendiri belum tahu cakra, dia masih berhalusinasi dengan cakra. Kemudian karena kebingungannya tersebut maka dia mengajak orang lain untuk bingung. Nah, ternyata banyak yang mengikuti bingung. Kalau saya ketemu dengan anak didiknya, mereka akan menilai seseorang dari apakah cakra seseorang sudah terbuka atau belum. Kasihan sekali orang-orang seperti itu. Untuk mencapai tahapan evolusi jiwa yang lebih lanjut, maka para Yogi menciptakan tahapan-tahapan supaya seseorang lebih bisa mengamati perkembangan dirinya. Tahapan yang dibuat tersebut adalah tahapan cakra. Jadi, cakra adalah gambaran tahapan kesadaran seseorang, bukan bola imajiner yang biasa dilukiskan menyala dan berputar, bukan pula bagian dari tubuh yang bisa dilihat. Tahapan cakra dilukiskan berada pada tujuh titik di tubuh manusia, itu untuk

menggampangkan pemahaman saja. Coba kalau tidak ada gambaran imajiner seperti itu, betapa susahnya kita meniti kesadaran kita. Tahapan Cakra dibuat supaya memudahkan seseorang untuk menapak ke jenjang yang lebih lanjut dari kesadarannya (baca Kundalini Yoga untuk hidup seharihari, Anand Krishna). Sayangnya banyak guru yang mengaku bisa melihat cakra, membuka atau menutupnya. Ironisnya lagi, banyak dari masyarakat yang memang suka dengan cerita-cerita seperti itu. Jadinya, ada pembeli ya tentu ada penjual. Jurus tenaga dalam, sebenarnya adalah tahapan cakra manusia. Setiap gerak jurus adalah mengolah satu lapisan kesadaran. Apabila satu lapisan kesadaran diolah dengan jurus, maka cakra di tahap itu sedang diberdayakan. Pemberdayaan cakra itu yang dikenal dengan 'pembukaan cakra'. Sebenarnya tidak ada yang dibuka atau ditutup. Itu hanya istilah saja. Pembukaan cakra adalah pemberdayaan cakra. Bila cakra anda sedang dioptimalkan, berarti pula itulah pembukaan cakra, pengaktifan cakra, yang sebenarnya adalah melatih lapisan kesadaran kita untuk meningkat. Jadi, latihan dan pemahaman kita yang menyebabkan kesadaran kita meningkat, yang menyebabkan cakra kita terbuka. Bukan bantuan dari guru yang pura-pura memutar tangannya untuk membuka cakra anda. Marilah kita selami jurus dasar tenaga dalam untuk melampaui jurus itu sendiri, untuk memaknai kembali, untuk 'membuka Cakra' kita. Bagi yang sdang mengikuti latihan tenaga dalam, silahkan pahami lebih dalam makna dari masingmasing jurus ini, karena akan memberikan pandangan baru bagi anda, akan

menjembatani anda melampauinya. Membuat anda lebih reseptif terhadap energi Illahi, membuat ego anda terkikis, membuat Anda lebih merasakan kehadiranNya dalam hidup anda. Satu syarat, ini hanyalah merupakan pemahaman yang lebih dalam dari jurus tenaga dalam, bukan latihan yang dianjurkan. Latihan untuk mengembangkan rasa Kasih akan diberikan nanti. Latihan yang membuat saya merasakan damai dan nyaman. Tolok ukurnya hanya satu, apabila nanti mambuat hidup anda semakin nyaman, semakin pasrah, teruskan. Namun apabila latihan itu tidak memberikan manfaat bagi anda, tinggalkanlah, berarti latihan nanti bukan untuk anda.. Tolak ukurnya hanya satu, apabila latihan ini membuat hidup anda semakin nyaman, semakin pasrah, teruskan. Namun apabila latihan ini tidak memberikan manfaat bagi anda, tinggalkanlah, berarti latihan ini bukan untuk anda. Sekali lagi, ini hanyalah pemahaman saya tentang jurus tenaga dalam yang seharusnya. Dewasa ini arti jurus tenaga dalam tersebut sudah sangat kacau dan menyimpang, tidak membawa kepada pemahaman untuk menemukan diri sendiri. Ini bukan merupakan saran untuk latihan. Pemahaman ini adalah untuk membantu menciptakan keadaan melampaui tenaga dalam itu sendiri. Bagi para praktisi tenaga dalam, renungkanlah lagi latihan yang ada dewasa ini, kemudian pahamilah makna jurus-jurus tersebut. Setelah itu memang pilihan ada di tangan kita sendiri. Berjalan atau tidak sama sekali!

JURUS SATU.

Jurus satu atau pertama, adalah menarik tangan dengan cara menggesekkan dari bagian bawah anus (kalo dari depan berarti di bawah kelamin), menggesek selangkangan sampai di perut, kemudian tangan kembali lagi melewati selangkangan sampai di bawah anus atau kelamin kalo dari depan. Ini adalah metafor dari cakra pertama yang digambarkan di ujung tulang ekor manusia. Dengan jurus satu ini, seharusnya diberikan pemahaman tentang cakra dasar manusia yang sedang diolah, yang sedang kita buka. Pembukaan cakra dasar ini adalah mengoptimalkan fungsi kesadaran dasar, yaitu makan dan minum. Dengan maksud setelah latihan jurus dasar ini, saraf kita terbentuk untuk makan dan minum secukupnya. Makan di saat lapar, berhenti sebelum kenyang. Tidak hidup untuk makan. Bukan kerja lalu yang dipikirin hanya makan dan minum sepuasnya. Setelah cakra dasar ini terbuka, seseorang akan bisa mengontrol makan dan minumnya. Jurus satu ini terkenal dengan jurus kunci. Pemahaman kalangan tenaga dalam adalah bahwa apabila kita mengeluarkan energi untuk 'memagari' sesuatu atau 'mengisi' sesuatu haruslah dikunci dengan jurus satu supaya energi yang diberikan bisa awet. Kunci di sini sebenarnya adalah dasar. Bisa juga dipahami sebagai kunci segala aktivitas. Pemahaman bahwa jurus satu ini sebagai kunci harus diketahui dengan benar. Kuncinya adalah makan dan minum. Aktivitas kita dipengaruhi oleh makan dan minum kita. Apabila kita sudah mengolah lapisan kesadaran ini, maka kegiatan makan dan minum akan terkontrol dengan sendirinya. Apa yang kita makan akan mempengaruhi pola pikir kita. Makan banyak daging terutama daging merah bisa mengakibatkan temperamen kita tinggi. Banyak

makan sayuran segar membantu untuk kesegaran pikiran juga. Jadi pengertian bahwa jurus satu sebagai jurus kunci sangat benar sekali. Kuncinya adalah makan dan minum, kuncinya di perut kita. Kita mengawali sesuatu dari perut kita. Dan kita mengolah kesadaran makan dan minum supaya tidak berlebihan dalam mengkonsumsinya.

JURUS DUA Jurus dua dilakukan dengan memutar dan menggesek kedua telapak tangan berawal dari pinggang sebelah kanan. Tangan kanan ditusukkan ke depan, sementara tangan kiri digeser ke pinggang kiri menggesek daerah bawah pusar mendekati kelamin. Ini adalah metafor dari cakra ke dua yang di gambarkan berada di sekitar kelamin. Jurus dua terkenal dengan jurus berbahaya. Konon kalau energi yang dihasilkan dilontarkan kepada orang lain, orang yang kena akan merasa tertusuk dan susah bernafas. Ini hanya permainan energi pikiran saja. Kita akan memahami jurus dua sebagai jurus yang 'berbahaya' tadi. Apabila kita melakukan jurus dua, berarti pemberdayaan cakra ke dua kita. Kita sedang 'membuka' atau 'mengaktifkan' cakra ke dua. Mengoptimalkan kesadaran kreatif kita. Metafor cakra ke dua berada di sekitar kelamin, karena berkaitan dengan energi seks manusia. Energi seks sedang diberdayakan menjadi energi kreatif yang bermanfaat. Pembukaan cakra ke dua itu dikatakan berhasil apabila kita sudah bisa mengontrol energi seks kita. Tidak menuruti nafsu sembarangan. Apabila timbul nafsu seks tidak akan langsung tembak sana-

sini. Seperti ayam yang bisa melakukan dimana saja dan kapan saja serta dengan siapa saja. Maka jurus dua ini dikatakan sebagai jurus yang berbahaya. Berbahaya karena jatuhnya kesadaran manusia biasanya sangat berkaitan dengan seks ini. Bukan berarti jurus ini mengandung energi yang bisa mematikan orang lain. Bukan, pemahaman seperti itu harus kita tingkatkan. Berbahaya bagi kita sendiri. Seks ini berbahaya, karena kalau tidak kita selesaikan sebelumnya akan mengobsesi kita terus dalam perjalanan selanjutnya. Lihat saja, beberapa orang yang sudah menjadi panutan, yang tiap hari bicara masalah ketuhanan, bisa jatuh gara-gara seks ini. Hal itu disebabkan karena mereka tidak mengolah lapisan ini sebelumnya. Jurus dua akan memberdayakan energi seks sehingga menjadi energi kreatif yang bermanfaat bagi perjalanan kita.

JURUS TIGA Jurus tiga dilakukan dengan menggesek kedua tangan berawal dari pusar, kemudian masing-masing telapak tangan, yang kanan ke pinggang kanan dan yang kiri ke pinggang kiri. Lalu bersamaan keduanya dilempar ke depan seperti orang sedang mendorong sesuatu. Ini adalah metafor dari cakra ke tiga yang di gambarkan berada di sekitar pusar. Melakukan jurus tiga adalah sedang 'membuka' cakra ke tiga. Jurus tiga, dalam tenaga dalam apabila energi yang dihasilkan dilempar ke orang lain, maka yang terkena akan bertingkah seperti orang yang sedang fly, mabuk. Ia akan diam saja karena merasa sangat nyaman dan tenteram. Sekali lagi ini semua permainan energi pikiran. Semua

bisa terjadi karena orang yang merasa melempar energi dan yang terkena energi sudah terkondisi dengan hasil jurus yang dilakukan. Dan itu tidak terjadi apabila yang akan dikenai energi orang yang belum tahu atau orang yang tidak emosi.

Memberdayakan cakra ke tiga adalah mengolah lapisan kenyamanan manusia. Hasil dari pelemparan energi tadi sebenarnya juga metafor dari pengolahan cakra ke tiga. Cuma sayang, filosofi dari jurus-jurus tersebut tidak diketahui dengan tepat sehingga sasaran yang akan dicapai tidak pernah sampai. Apabila jurus tiga dilakukan, itulah pembukaan cakra ke tiga. Kita akan nyaman dalam hidup. Dan kenyamanan kita tidak akan kita peroleh dengan cara menghalalkan segala cara. Dengan kesadaran kita, kita sudah melampaui kesadaran makan, minum dan seks, sehingga segala sesuatunya kita lakukan sesuai porsi diri kita. Apabila hal itu terjadi, pembukaan cakra ke tiga kita alami, dan kenyamanan kita peroleh.

JURUS EMPAT Jurus empat dilakukan dengan menangkupkan kedua telapak tangan di tengah dada, lalu menggeseknya masing-masing tangan kanan ke ketiak kanan, tangan kiri ke ketiak kiri. Kemudian dari ketiak kedua tangan dilempar ke depan seperti mendorong sesuatu. Ini adalah pembukaan cakra ke empat, pemberdayaan cakra ke empat. Sekali lagi, pembukaan cakra adalah istilah yang perlu kita kaji lebih dalam, perlu kita pahami lebih dari sekedar membuka pintu. Dalam

keterkondisian jurus, apabila energi dari jurus empat dilempar ke orang, orang yang terkena akan terdorong ke belakang. Metafor ini indah sekali, dan sayang apabila kita tidak mengetahuinya. Jurus empat adalah pemberdayaan cakra ke empat, pembukaan cakra ke empat. Cakra ke empat dimetaforkan berada di tengah dada, dinamakan cakra jantung. Karena di sinilah sumber Kasih. Lapisan kesadaran ke empat ini adalah lapisan kesadaran kasih. Berada pada lapisan ini, kita hanya mengenal memberi, memberi dan memberi, tanpa pertanyaan untuk meminta. Semua tindakan kita landaskan pada kasih tanpa syarat. Kita melakukan tindakan memberi tanpa harapan akan imbalan. Metafor melempar dari jurus empat ini sangat tepat sekali. Ya, dari tengah dada, sumber kasih itu kita sebarkan ke depan, ke sekeliling kita, untuk semua orang tanpa memilih dan memilah. Indah sekali bukan? Jadi bukan melempar atau mendorong orang yang kita banggakan. Sudahkah kita melemparkan kasih yang kita punyai kepada semua orang? Sudahkan kita mendorong kasih itu untuk semua orang? Memberdayakan cakra ke empat melalui jurus empat adalah mengembangkan kasih tanpa syarat. Kasih yang diberikan tanpa mengharap akan imbalan. Pengembangan kasih ini akan diulang melalui dua jurus lagi, yaitu jurus lima dan enam. Di sini kita mengetahui bahwa jurus tenaga dalam sangat menekankan kepada pengembangan kasih yang bisa menyatukan, bukan malah arogansi yang ditimbulkan.

JURUS LIMA

Jurus lima dilakukan dengan mengangkat tangan kanan tinggi di sebelah kanan, seperti mau mengayunkan pedang. Sementara tangan kiri siap di tengah dada. Tangan kanan kemudian turun di tengah dada, bertemu dengan tangan kiri, kemudian bersamasama menggesek dada turun melingkar ke pinggang kiri. Jurus ini masih dalam pengembangan kasih. Dalam keterkondisian jurus, apabila energi ini dilempar, orang yang terkena akan berputar-putar. Metafor ini juga sangat indah. Sebenarnya yang ditekankan bukan untuk memutar orang. Tetapi bagaimana kita menyebarkan kasih itu melingkari tubuh kita. Menyelubungi tubuh kita. Dengan jurus lima, kita diharapkan bisa melingkari tubuh kita dengan kasih.

JURUS ENAM Jurus enam dilakukan sama seperti jurus lima, hanya saja setelah sampai ketiak, kedua tangan tidak didorong ke depan melainkan ke bawah seperti menekan sesuatu. Dalam keterkondisian jurus, apabila kita di serang dari belakang, orang yang menyerang akan terpental dari belakang. Sekali lagi, metafor yang sangat indah. Bukan hal itu yang diharapkan dari jurus enam ini. Dengan jurus enam ini, kita diharapkan bisa menyebarkan kasih ke belakang juga. Tanpa kita mengetahui yang kita tolong. Tanpa kita tahu siapa yang kita tolong. Kita melakukan sesuatu tanpa harapan akan dipuja, tanpa harapan akan disanjung. Lakukan sesuatu karena hal itu memang harus kita lakukan. Tanpa harapan apapun.

Pengembangan lapisan kesadaran ke empat ini, lapisan kesadaran kasih, cakra ke empat, menempati tiga jurus sekaligus. Mengapa? Karena harapan dari pembuat jurus ini supaya paling tidak kita sampai di lapisan cakra ke empat. Kita hidup dalam kesadaran ini. Dalam bahasa agama, kita diseru untuk hidup dalam kesadaran Muthmainah. Kesadaran Muthmainah ini adalah kesadaran kasih, kesadaran cakra ke empat. Kalau hanya lapisan pertama, ke dua dan tiga, hal itu juga dipunyai oleh binatang. Binatang juga butuh makan, tidur/kenyamanan dan seks. Binatang tidak mempunyai lapisan kasih. Apabila kita ingin meningkat dari binatang, kita harus mengembangkan lapisan kasih ini, dan kita baru menjadi seorang manusia. Sungguh indah metafor yang diberikan dari jurus-jurus tersebut. Kita jangan hanya melihat dari keterkondisian permainan energi pikiran yang selama ini dikenal di kalangan tenaga dalam. Marilah kita selami pemahaman dari jurus, yang akan membawa kita kepada evolusi jiwa, peningkatan spiritual.

JURUS TUJUH Jurus tujuh dilakukan dengan merenggangkan kedua tangan ke samping, kemudian memutar tubuh berlawanan arah jarum jam. Jurus ini sebenarnya adalah adopsi dari tarian sufi Rumi, yang terkenal dengan sebutan Whirling Darvish. Hanya saja, pemahaman yang salah menjadikan tujuan dari jurus ini juga menyimpang. Dalam tenaga dalam, apabila jurus putar ini dilakukan dengan niat untuk meningkatkan energi, hasilnya akan menguatkan energi pikiran yang menyebabkan ego meningkat.

Namun, apabila jurus ini dilakukan dengan penuh kepasrahan, menyerahkan semuanya kepada Tuhan, energi Illahi akan mengguyuri tubuh kita. Kemudian kita akan dituntun sesuai dengan rencanaNya. Kita akan menjadi alatNya di muka bumi ini. Dengan jurus ini, latihan penyerahan diri ditingkatkan. Sebelum memasuki jurus selanjutnya kita mengolah kepasrahan dulu, meningkatkan kepasrahan kita. Bukan asal berputar yang hanya akan menyebabkan mual dan pusing.

JURUS DELAPAN Jurus delapan dilakukan dengan mulai menangkupkan kedua telapak tangan di tengah dada, kemudian menusukkan keatas melalui tenggorokkan sampai ke atas kepala, lalu kembalikan tangan sampai di depan tenggorokan dan dikibaskan yang kanan ke kanan dan kiri ke kiri. Jurus delapan ini adalah pemberdayaan cakra ke lima, pembukaan cakra ke lima yang dimetaforkan berada di tenggorokkan. Dalam permainan energi pikiran, jurus ke delapan ini adalah untuk memisahkan orang yang berkelahi. Jurus ini dipakai untuk memisahkan segala sesuatu. Ya, memisahkan adalah kunci dari jurus ini. Lapisan cakra ke lima, kesadaran pembersihan. Setelah mengembangkan kasih, kita baru bisa memisahkan nafsu hewani dari diri kita, dan meningkatkan sifatsifat luhur yang dikenal dengan sifat Illahi, asma Tuhan. Metafor bahwa jurus ini bisa untuk memisahkan segala sesuatu sangat bagus. Bukan memisahkan orang berkelahi, bukan memisahkan pasangan yang saling menyayangi, namun memisahkan nafsu hewani

dari diri. Lewat pembersihan diri.

jurus ini kita mengalami proses

JURUS SEMBILAN Jurus sembilan dilakukan seperti jurus delapan, hanya saja setelah sampai di depan antara dua mata, kedua telapak tangan dikibaskan. Ini adalah pemberdayaan cakra ke enam, pembukaan cakra ke enam. Cakra ke enam dimetaforkan berada di antara dua mata. Ada yang menyebutnya sebagai mata ke tiga. Apabila melatih jurus sembilan ini, kalangan tenaga dalam akan meyakini bahwa mata ketiganya bisa terbuka, dan mereka akan bisa melihat apa yang mereka kenal sebagai alam gaib. Mereka menyebutnya sebagai indera ke enam. Lucu, indera yang jumlahnya lima saja sudah susah untuk di atur, malah ditambah satu lagi menjadi enam. Mereka sebenarnya menambah masalah dalam dirinya. Tidak sekedar alam gaib, metafor bisa melihat dua alam ini adalah gambaran keseimbangan. Cakra ke enam adalah lapisan kesadaran keseimbangan. Di mana dalam kesadaran ini kita diharapkan sudah bisa hidup seimbang dalam segala hal. Melakukan jurus sembilan adalah melatih keseimbangan diri.

JURUS SEPULUH Jurus sepuluh dilakukan dengan mulai gerakan seperti mengambil air dari bawah dengan kedua telapak tangan, seperti akan membasuh muka, kemudian

kedua telapak tangan yang sudah bertemu itu diangkat sampai di atas kepala, di ubun-ubun. Kemudian di atas ubun-ubun tersebut kedua telapak tangan dibuka dengan saling menggeseknya. Ini adalah metafor dari pembukaan cakra ke tujuh. Cakra ke tujuh dimetaforkan berada di atas kepala, karena ini adalah lapisan kesadaran spiritual. Namun, spiritual bukan bisa melihat Jin, bukan bisa menerawang jauh, bukan bisa meramal, bukan bisa menebak, bukan punya kesaktian. Namun, spiritualitas adalah dimana kita bisa merasa dekat dengan Tuhan, dengan Allah, dengan Penguasa Alam Semesta ini, dengan Illahi. Banyak kalangan yang membengkokkan arti spiritual ini. Dianggapnya apabila sudah bisa ini dan itu sudah spiritual. Latihan tenaga dalam sudah spiritual. Latihan mengembangkan kesaktian sudah spiritual. Spiritual macam apa itu? Apakah latihan-latihan itu akan mengantarkan kita kepada kedekatan kepada Tuhan? Kalau tidak, untuk apa diteruskan. Untuk apa kita melakukan sesuatu yang tidak menunjang perkembangan diri kita. Malah akan memerosotkan kita dengan kuatnya ego yang merasa diri ini yang paling kuat. Pembukaan cakra ke tujuh adalah pengalaman pribadi masing-masing. Cakra ke tujuh adalah lapisan kesadaran penyatuan. Apabila sudah menyatu, kita tentu bisa memunculkan sifat-sifatNya dalam keseharian kita. Dan itu tentu saja membawa perubahan total dalam kehidupan, dan itu yang dikenal dengan Pencerahan Spiritual. Pencerahan adalah proses yang panjang yang tidak berhenti. Yang terus bergulir sepanjang waktu. Jurus-jurus itu sangat indah setelah kita mengetahui maknanya. Kita tidak lagi menganggap jurus tenaga dalam hanya untuk

kesaktian. Bahkan jurus itu bisa mengantar kita kepada perjalanan peningkatan kesadaran manusia. Dan tentu saja, memang itulah yang diharapkan dari latihan jurus tersebut, bukan pengembangan kesaktian seperti selama ini yang dikenal masyarakat umum Bagi kalangan tenaga dalam, hayatilah masing-masing jurus tersebut. Lampauilah konsentrasi dalam berlatih. Penguatan energi pikiran akan menimbulkan hijab atau maya yang mungkin Anda anggap nyata. Makna jurus itu yang harus dilakukan dengan benar. Tentu saja kalau anda menginginkan perubahan dalam diri anda. Setelah itu tentu saja Anda akan mengalami Pencerahan. Pencerahan bukanlah akhir dari perjalanan, namun merupakan proses yang tak pernah kenal berhenti. Sudah saatnya Anda mengalaminya...

KUNDALINI DAN BANGKITNYA TENAGA DALAM Kundalini marak menjadi istilah dalam tenaga dalam setelah era tahun 90- an. Banyak para guru tenaga dalam yang menggunakan istilah ini untuk mendongkrak popularitasnya, walaupun pengertian Kundalini dalam tenaga dalam sangatlah kacau dan amburadul! Para guru itu mengaku bisa membangkitkan apa yang mereka namakan Kundalini, seperti pengakuan mereka bisa membuka Cakra. Dan sekarang, di tahun 2002-2003 ini, mereka banyak yang beralih profesi menjadi para Master Reiki yang menghubungkan attunement Reiki dengan pembangkitan Kundalini. Ironisnya, masih banyak saja yang rela membayar mahal untuk kebingungan itu. Suatu pemanfaatan situasi yang berhasil. Teganya, dari bangsa sendiri tidak berusaha untuk membangkitkan

kesadaran bangsanya, malah memerosotkan untuk keuntungan pribadi. Kalangan tenaga dalam memahami Kundalini sebagai kekuatan yang tersembunyi dalam tubuh, yang masih tidur dan harus dibangunkan. bangkit, hal itu akan membuat seseorang mempunyai kekuatan lebih dan waskita. Seseorang akan merasakan sensasi seperti getaran, rasa panas, melihat kilatan cahaya, bahkan ada yang mengkondisikan dengan istilah Kundalini Sindrome, dimana apabila seseorang tidak siap kundalininya bangkit dia akan mengalami sakit. Aneh... Aneh dan lucu. Ada istilah sansekerta dan bahasa dari Tibet yang perlu kita selami, dan istilah itu yang menjadikan Kundalini di salah pahami di Nusantara. Tibet adalah negara dingin karena terletak di ketinggian yang cukup tinggi. Para siswa yoga yang menjadi murid para pertapa Tibet harus mempertahankan hidupnya dari cuaca yang sangat dingin. Dengan alasan seperti itu, mereka mempelajari untuk mengeluarkan hawa panas tubuh. Sekedar untuk menyamankan tubuh dari cuaca dingin. Hawa panas tubuh itu dinamakan Tummo di Tibet, atau gTummo. Jadi Tummo berarti hawa panas, yang dalam bahasa Sanskerta dinamakan Chandali. Chandali dan Tummo itu sama, hanya beda bahasa. Nah, Chandali ini yang dianggap sebagai Kundalini di Nusantara. Tenaga dalam, dengan latihan konsentrasi dan penahanan nafas yang relatif lama di perut, tentu saja akan membangkitkan hawa panas tubuh. Terus terang dengan cara seperti itu tidak lama hawa panas tubuh akan timbul. Dulu waktu latihan tenaga dalam, kalau lagi musim hujan, malam hari, sangat indah. Betapa tidak, kita

bisa melihat bahwa tubuh ini mengeluarkan asap putih dari badan. Latihan waktu itu memang tidak memakai pakaian atas, hanya celana panjang hitam saja. Benarbenar terlihat bahwa tubuh kita mengeluarkan asap dari hawa panas tubuh. Dan kita senang dengan fenomena itu. Padahal kalau dipikir, kita ini hidup di iklim tropis, untuk apa membangkitkan hawa panas. Apa malah tidak tambah kepanasan? Ada-ada saja. Chandali sebagai hawa panas sudah terlanjur dipahami sebagai Kundalini dalam kancah tenaga dalam, bahkan sekarang juga diyakini oleh mereka yang belajar Reiki dari para Master yang tidak bertanggung jawab itu. Hawa panas bisa dibangkitkan, memang betul. Tetapi lihat kebutuhanya dong. Lagi pula latihan untuk memunculkannya tidak sulit, tidak usah melalui attunement yang mahal, tidak perlu ada yang dibuka. Anda hanya memerlukan waktu 21 hari, sehari 2,5 jam. Pembangkitan tenaga dalam yang sudah terdistorsi, yang sudah dimaksudkan untuk kekuatan dan kesaktian, adalah pembangkitan hawa panas tadi, itu Chandali, gTummo. Dan hawa panas yang memang tidak dibutuhkan tubuh malah akan merusak saraf, tidak menyamankan bagi tubuh. Para pelatih tenaga dalam ahkirnya menyukai sensasi yang dirasakan dari getaran listrik tubuh, hawa panas, kilatan cahaya, padahal hal itu hanyalah tanda bahwa kepekaan kita meningkat terhadap perubahan tubuh sendiri. Seperti dalam bab Dengan Teori Fisika, sebenarnya hal biasa yang dapat kita rasakan kalau kita diam beberapa saat. Kundalini bukan seperti itu. Kundalini adalah potensi manusia. Potensi ke- Illahian diri. Ia dalam posisi yang digambarkan tidur. Karena tanpa upaya kita, tanpa

usaha untuk melatih diri, membersihkan cermin hati, Ia tidak akan bangkit. Dan yang membangkitkan ya diri sendiri, tidak bisa diwakilkan orang lain. Apalagi lalu diminta bayaran untuk pembangkitan itu. Bangkitnya Kundalini adalah peningkatan kesadaran diri. Setelah potensi itu bangkit, setelah sifat ke-Illahian itu bangkit, orang akan mengalami perubahan menuju kesempurnaan dengan kearifan dan kebijaksanaannya. Dengan pengertian ini, apabila yang Anda pelajari adalah mencari sensasi tubuh, mencari getaran atau hawa panas, itu adalah Chandali, Tummo, dan permainan energi pikiran seperti itu malah akan menarik kita dalam munculnya ego yang merasa super. Latihan-latihan semacam itu belum menyentuh Kundalini, tidak membangkitkan Kundalini, walaupun para Master anda banyak menggunakan istilah sanskerta untuk meyakinkan Anda. Apalagi pembangkitan Kundalini tersebut harus dicek dengan dalih dilihat secara waskita, tindakan semacam itu hanya sekedar mencari konfirmasi saja. Bangkitnya Kundalini tidak butuh konfirmasi dari pihak ke tiga, tidak butuh pengakuan dari manapun. Sebenarnya, tenaga dalam tidak untuk membangkitkan hawa panas. Tidak ada hubungannya dengan itu. Ada dua kata, TENAGA dan DALAM. Tenaga adalah energi, dan Dalam adalah sesuatu yang berada di dalam. Tenaga dalam adalah energi tersembunyi yang berada di dalam tubuh. Energi tersembunyi itu adalah kekuatan batin kita. Kekuatan batin-pun tidak ada hubungannya dengan pengertian kesaktian dan kanuragan. Dikatakan kekuatan batin, dalam bahasa jawa, batin itu sama dengan nurani, hati yang terdalam. Jadi kekuatan itu tersembunyi di dalam hati yang terdalam. Kekuatan apa itu? Ya potensi ke-

Illahian diri. Sifat-sifat luhur kita yang tertutupi oleh ego, yang tertutupi oleh pikiran kita. Tenaga dalam pada awalnya adalah membangkitkan potensi itu sehingga manusia Nusantara diharapkan menjadi manusia luhur. Bukan manusia yang doyan menipu bangsanya sendiri dan cari untung sendiri-sendiri. Sayang, makna yang sangat mulia itu sekarang hampir tidak pernah dimunculkan lagi. Pembangkitan tenaga dalam, kalau kita lihat dari makna awal yang mulia tadi, adalah pembangkitan Kundalini. Peningkatan kesadaran manusia. Namun sayang, sekarang pembangkitan tenaga dalam menjadi memunculkan kekuatan super, menjadi latihan untuk memperoleh kelebihan. Sudah saatnya kini mengembalikan pengertian pembangkitan tenaga dalam sebagai pembangkitan potensi luhur manusia, sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran diri. Bukan seperti iklan di kebanyakan majalah yang menawarkan segala macam kesaktian dan kelebihan untuk menyembuhkan bahkan melihat alam jin segala macam. tenaga dalam bukan seperti itu. Ngerinya mendengar istilah tenaga dalam dan alerginya orang kalau mendengar nama tenaga dalam adalah sebab dari terdistorsinya makna tenaga dalam tersebut. Lalu banyak yang mengganti nama perguruannya menjadi Seni Pernafasan, olah Nafas, Pernafasan Inti, dan sebagainya. Pembangkitan tenaga dalam bukan membangkitkan kekuatan dan kekerasan. Kalau pembangkitan itu adalah membangkitkan hawa panas, Chandali, Tummo, ya bisa digunakan untuk menyerang, mementalkan orang, menyalahi orang, dan Chandali itu yang dimengerti sebagai Kundalini oleh kebanyakan praktisi tenaga dalam. Namun, pembangkitan tenaga dalam adalah kelembutan,

menyebarkan Kasih untuk kesatuan, membuat manusia berhati emas dan berpandangan luas, bisa mengapresiasi perbedaan yang ada. Apabila pembangkitan tenaga dalam benar-benar dipahami seperti itu, maka istilah Kundalini layak digunakan, tepat untuk dikalungkan pada badan para praktisi tenaga dalam. Peningkatan kesadaran adalah meningkatnya Tenaga Dalam, bangkitnya Tenaga Dalam adalah bangkitnya kesadaran, munculnya potensi luhur manusia. Dalam bahasa Jawa ada istilah Warongko manjing Curigo, yaitu apabila Jiwa sudah bisa mewujud dalam raga, bukan raga yang menguasai jiwa namun jiwa yang mengendalikan raga. Di sanalah terjadi Mukhsa, musnahnya alam raga karena yang mengendalikan adalah jiwa. Menyebarnya energi kasih dari batin para praktisi, untuk mencapai pencerahan spiritual. Dengan pemahaman ini, bangkitkanlah tenaga dalam, itu bahasa Nusantara. Bangkitkanlah Kundalini, itu bahasa Yoga. Jadilah Insan Kamil, itu bahasa Agama. Capailah pencerahan, itu bahasa Melayu. Tanpa pamrih untuk bisa ini dan itu, tanpa keinginan untuk menjadi digjaya dan sakti, latihlah tenaga dalam hingga pemahaman yang Transcendental. Latihan tenaga dalam untuk melampaui tenaga dalam itu sendiri. Latihan yang tidak membutuhkan konsentrasi untuk menguatkan pikiran. Tetapi menjadi sebuah latihan yang bisa mengembangkan rasa, bisa menyebarkan kasih tanpa syarat, kasih tanpa pamrih yang akhirnya bisa mengantarkan kita kepada kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

MELAMPAUI KONSENTRASI Pikiran gampang sekali untuk berproyeksi, dengan demikian sudah berapa banyak alam yang kita ciptakan dalam pikiran? Sudah berapa banyak guru gaib yang kita ciptakan dalam pikiran? Sudah berapa kali para guru atau master itu mengaku bertemu dengan para wali, Nabi, pertapa masa lalu, yang semua itu adalah ciptaan dari proyeksinya sendiri? Sadarkah kita dengan hal tersebut? Melampaui konsentrasi bukan tidak berkonsentrasi sama sekali. Apabila kerja yang membutuhkan konsentrasi, ya harus konsentrasi terhadap apa yang kita kerjakan tersebut. Melampauinya adalah tidak melatih menguatkan pikiran di mana kita memberi lahan pikiran untuk menciptakan gambaran-gambarannya. Melampaui konsentrasi bukan melepaskan konsentrasi, namun melewatinya. Setiap latihan tenaga dalam, apabila konsentrasi dilalui, kita tidak menciptakan gambaran baru tentang sesuatu. Pernah suatu ketika, ada tiga orang yang ingin punya ilmunya Sunan Kalijaga. Mereka menemui saya, dan saya mengaku punya amalannya serta mau untuk memberi kepada mereka. Syaratnya, mereka harus menemui saya satu persatu untuk menerima amalan tersebut. Orang pertama datang, saya memberi instruksi untuk puasa selama 7 hari dan setiap malam membaca sebuah mantra. Nanti di hari ke 7, pada malam hari Sunan Kalijaga yang memakai jubah serba hitam akan datang menemuimu. Orang ke dua datang, instruksinya sama, hanya saja saya bilang, nanti di hari ke 7, pada malam hari Sunan Kalijaga yang memakai

jubah dan surban putih akan datang menemuimu. Orang ke tiga datang, instruksinya sama, saya bilang, nanti di hari ke 7, pada malam hari engkau hanya akan mendengar bisikan dari Sunan Kalijaga. Benar, saya hanya iseng melakukannya. Saya hanya akan buktikan tentang proyeksi pikiran yang begitu kuat. Setelah hari ke 8, mereka datang menemui saya. Mereka bercerita tentang keberhasilan mereka. Teman yang pertama bilang Sunankalijaga terlihat memakai Jubah serba hitam, tapi tidak berkata apa-apa. Teman yang ke dua juga cerita kalau ditemui Sunankalijaga yang bersurban putih, tapi juga tidak berkata apa-apa. Teman yang ke tiga cerita kalau dia tidak melihat Sunankalijaga, hanya bisikannya saja yang menyuruh untuk rajin sembahyang. Setelah mereka bercerita, salah satu teman bertanya, mengapa pengalaman kami berbeda-beda? Itulah, semua itu hanya kerja dari pikiran yang bisa menciptakan gambaran apa saja menurut apa yang kita mau. Semenjak saya kondisikan tentang wujud Sunankalijaga, otomatis pikiran mereka akan berproyeksi di alam bawah sadarnya, dan proyeksi itu diperkuat selama puasa, karena jelas selama puasa dia terus mengharapkan dan menunggununggu hari ke 7. Setelah sampai di hari ke 7, proyeksi dia semakin kuat karena keinginan yang meluap. akhirnya pancaindera menangkap proyeksi itu yang mereka anggap sebagai kebenaran. Apabila setiap awal latihan kita berkonsentrasi untuk mengalami sesuatu, tidak heran dan jangan heran kalau pengalaman itu akan terjadi. Dan ini bukan pengalaman spiritual. Saya sangat menyayangkan bahwa ada seorang paranormal yang sering muncul dan bilang bahwa apa yang dia sebut penampakan

seperti itu adalah fenomena spiritual. Dia juga menyebut bahwa untuk melihat penampakan gaib harus dilihat dengan kacamata spiritual. Sayang, spiritual seperti apa kalau masih seperti itu. Tetapi ya, dia sangat untung dengan membanjirnya job tentang alam gaib itu. Lagi-lagi masalah duit. Satu lagi tentang konsentrasi dan proyeksi. Di kompleks saya, ada sebuah rumah yang kosong dan kebetulan berada di pojok yang sepi. Sebelumnya tidak ada cerita apa-apa di sana. Satu kali, saya bilang kepada beberapa orang, bahwa pernah ada suara tertawa perempuan dari rumah itu. Setelah saya cerita, saya yakin saat itu juga masing-masing sudah membayangkan, sudah berproyeksi tentang seorang perempuan yang berambut panjang dan pakaian putih seperti yang sering terlihat di layar-layar teve yang menyesatkan. Kemudian, masing-masing orang itu akan cerita lagi tentang cerita saya kepada teman-temannya. Teman-temannya-pun juga akan langsung membayangkan begitu mendengar cerita. Begitu berlangsung secara terus menerus. Sampai selang sekitar tiga bulan, akhirnya pada suatu malam, ada yang berlari ketakutan ketika melintas di depan rumah tersebut. Orang itu bilang bahwa dia mendengar suara tertawa dan bayangan seorang perempuan berambut panjang dengan pakaian putih. Begitu kuatnya energi pikiran ini. Sebelumnya memang tidak ada kejadian apa-apa di rumah itu. Tetapi setelah sekian puluh orang mempercayai dan membayangkan bahwa di rumah tersebut ada suara tertawa dan perempuan, sekian puluh orang telah menaruh energi pikiran, proyeksinya tentang seorang perempuan di rumah itu, kemudian ada seorang yang melintas dengan perasaan takut, maka pikiran orang yang takut itu membuka

alam bawah sadarnya untuk memunculkan memori tentang cerita tersebut. Akhirnya pancaindera menangkap proyeksi dari energi pikiran ini. Demikian juga dengan fenomena pantai selatan. Berapa puluh ribu orang yang memproyeksikan pikirannya dengan bentuk yang telah dikondisikan oleh cerita-cerita. Hasilnya, ya di pantai tersebut banyak terdapat energi hasil proyeksi dari pikiran sekian puluh ribu orang. Dahsyat! Dan sekali waktu tidak heran kalau ada orang yang mengaku telah melihat sesuatu di sana. Orang telah melihat apa yang di dunia fisika dikenal sebagai Hologram. Dengan melampaui konsentrasi, latihan yang kita lakukan akan mengembangkan rasa. Dalam bahasa jawa, ojo rumongso biso, namun biso rumongso, jangan merasa bisa, tapi bisalah untuk merasakan. Kita dilatih untuk bisa merasakan, bisa bertindak melibatkan rasa. Apabila kita mengembangkan kekuatan pikiran, tidak mustahil kita selalu merasa bisa. Ego tidak mau terkalahkan. Hijab terjadi dan pikiran selalu memberikan pertimbangan yang lebih kuat dari rasa. Rasa disini adalah nurani, hati yang terdalam, dalam istilah Jawa adalah rasa sejati, sejatining rasa. Lampauilah konsentrasi dan dapatkanlah kenyamanan diri. Diri yang nyaman, yang selalu selaras dengan alam. Tindakan yang terjadi tidak melawan dengan hukum-hukum alam. Mulailah sadari bahwa yang terjadi kebanyakan di negeri ini adalah eksploitasi mengenai kekuatan proyeksi pikiran. Siaran televisi yang marak dengan alam gaib-nya adalah pembentukan kondisi baru bagi anak-anak. Bagi anakanak, apa yang dia lihat gampang sekali tersimpan dalam alam bawah sadarnya, memorinya masih banyak tersedia untuk merekam sesuatu. Mengapa kita tega

untuk meracuni generasi kita sendiri. Kita kampanye untuk anti Narkoba, namun kita memberikan racun baru bagi pikiran. Sungguh perbuatan yang mengkerdilkan suatu pola pandang. Kita keluar dari kandang macan dan digiring masuk dalam kandang singa! Melampaui konsentrasi adalah cara untuk melepaskan diri dari keterkondisian pikiran dan menghabiskan sampah-sampah memori yang tidak berguna. Sampah memori yang menjadi beban dan bisa menjadikan penyakit bagi tubuh ini. Tentunya juga memori tentang kekuatan dan kesaktian yang banyak tertanam dalam pikiran seseorang, yang menjadikan dia terdorong untuk latihan tenaga dalam. Apabila tidak menemukan tempat yang tepat untuk memaknai tenaga dalam, akhirnya pikiran akan lebih dikondisikan dengan hal-hal yang mendukung keinginannya. Bahkan juga mungkin banyak memori baru yang akan direkam. Terjadilah satu mata rantai yang tidak putus-putus yang mengakibatkan kegelisahan dan kecemasan. Dengan tidak melatih untuk menguatkan pikiran, tidak menciptakan proyeksi-proyeksi baru dalam alam pikirannya, latihan yang dilakukan akan menjadi suatu katarsis, suatu pembersihan memori, suatu pembersihan dari beban yang disandang dalam jiwanya. Melampaui konsentrasi dan menjadikannya sebagai latihan katarsis, latihan pembersihan. KATARSIS

Katarsis adalah nama lain dari pembersihan, mengeluarkan sampah dari dalam pikiran, yang

menjadi beban dari jiwa. Latihan tenaga dalam adalah katarsis, apabila ia dimaknai dengan tepat. Demikian juga dengan meditasi. Latihan meditasi yang ada hendaknya menjadi latihan katarsis yang akan menghantarkan kepada terjadinya meditasi itu sendiri. Karena meditasi itu sendiri bukan suatu bentuk tapi suatu kejadian. Kenyamanan kita, ketenangan kita, kebahagiaan kita terjadi setelah sampah-sampah dalam diri terkikis habis. Apabila belum dan kita latihan yang menguatkan pikiran, yang terjadi adalah kenyamanan semu, kebahagiaan semu. Latihan meditasi dalam tenaga dalam kebanyakan malah menguatkan pikiran, konsentrasi, bukannya berusaha untuk melampauinya. Latihan pembersihan di tenaga dalam sebenarnya terasa kental sekali, bahkan seluruh latihannya bisa dikatakan suatu bentuk proses pembersihan. Sayang, pemaknaan ini tidak dimengerti sama sekali, kemudian yang terjadi latihan pembersihan itu menjadi latihan penguatan. Sangat bertolak belakang bukan? Namun inilah yang terjadi pada kenyataannya. Begitu juga dengan latihan-latihan Kriya atau cleansing yang merupakan bagian dari "Hatha Yoga" , apabila tidak hati-hati latihan-latihan tersebut malah akan menguatkan pikiran. Memang berbahaya. Karena yang seharusnya kita membersihkan sampah, malah menambah sampah. Yang semestinya kita bersih malah menambah kotoran dalam pikiran. Latihan tenaga dalam adalah membersihkan alam bawah sadar, subconscious manusia. Pembersihan ini apabila tidak dimengerti, tidak dilalui dengan proses yang benar, berbaya sekali. Alam bawah sadar yang sudah tersentuh, sudah dipancing untuk dikeluarkan dan tidak keluar juga, itu yang menjadikan emosi kita labil,

kecemasan dan ketakukan yang tidak beralasan, dan akhirnya mengganggu pikiran dalam keadaan sadar. Itulah yang sering kita dengar dengan istilah 'tidak kuat menerima ilmu'. Mereka akhirnya terganggu pikiran sadarnya dan dicap sebagai kurang waras. Latihan tenaga dalam, dalam salah satu pola nafasnya adalah menarik nafas pelan dan dikeluarkan keras lewat hidung. Sambil mengeluarkan nafas keras ini, kita disuruh membayangkan musuh yang akan diserang. Istilahnya ditembak. Itu dilakukan berkalikali. Sebenarnya ini katarsis! Alam bawah sadar yang menyimpan rasa marah dan benci kepada seseorang sedang dipancing untuk dikeluarkan. Pemancingan itu dilakukan dengan pola nafas yang dikeluarkan secara keras. Kemudian membayangkan musuh adalah untuk lebih menarik rasa marah itu keluar. Selanjutnya hal itu dilakukan berulang-ulang, tujuannya kita habiskan rasa marah dan benci kepada seseorang di arena latihan itu. Jangan rasa marah dan benci itu dibawa keluar dalam kehidupan. Habiskan amarah itu selama latihan. Setelah latihan diharapkan kita membawa ketenangan dan kedamaian. Namun distorsi itu terjadi, latihan semacam itu menjadi ajang untuk latihan melemparkan energi, menjadi latihan untuk menyerang orang lain. Hal semula yang dimaksudkan untuk menghabiskan rasa marah dan benci, malah menjadi latihan persiapan serang-menyerang. Ada juga latihan yang dinamakan gerak naluri. Ada yang menamakannya gerak batin, silat khodam atau pengambilan. Dalam latihan ini, seseorang memulai dengan berdiri diam. Kemudian dengan konsentrasi apa yang diinginkannya akan bisa dia gerakkan. Misal ia akan bertingkah seperti macan, monyet, bahkan

mengeluarkan gerakan jurus yang belum diketahuinya. Sebagian orang mempercayai bahwa yang menggerakkan adalah apa yang mereka namakan Khodam, semacam malaikat pelindung. Ini juga pembersihan! Latihan gerak naluri ini adalah pembersihan memori. Memori yang tesimpan dalam otak begitu banyaknya. Kadang kita tak tahu bahwa memori itu bisa tidak sengaja kita rekam dari yang tidak sengaja kita lihat atau kita dengar. Sebenarnya pembersihan memori ini secara alami sudah terjadi, yaitu lewat mimpi. Apabila kita tidak bermimpi, kemungkinan kita akan gila. Maka obsesi kita yang tependam yang belum terlaksana kadang terlaksana dalam mimpi. Dengan mimpi beban jiwa sedikit terkurangi. Gerak naluri adalah upaya kita secara sadar untuk menghabiskan obsesi terpendam atau memori yang tidak berguna. Dalam keadaaan mata tertutup, kita akan lebih bisa merasakan keinginan badan untuk bergerak. Sebenarnya tidak perlu konsentrasi, karena hanya mengikuti badan yang ingin bergerak, lama kelamaan badan akan bergerak sendiri. Bahkan kadang akan heran, bahwa gerakan yang dilakukan belum pernah dilakukan. Dan ini yang dipercayai bahwa gerakan itu datang dari dunia lain. Ya, dari dunia lain karena bukan dari dunia yang terlihat melalui mata, malainkan dari dunia pikiran kita yang tidak kelihatan. Dan tidak kelihatan dalam bahasa arab adalah Gaib. Jadi bisa dikatakan datang dari alam gaib. Ya, pemaknaan gerak naluri sebaiknya demikian. Bukan memunculkan apa yang dinamakan ilmu Khodam atau silat gaib. Sebenarnya kita sedang mengeluarkan obsesi terpendam melalui gerakan. Kita ekspresikan melalui gerakan. Bergerak apa saja. Apabila masih ada sifat kebinatangan yang lebih besar

dalam diri, kemungkinan kita akan bergerak seperti binatang. Apabila rasa marahnya yang dominan kemungkinan akan seperti macan, apabila masih banyak kegelisahan ya akan seperti monyet. Apabila sifat licik dan suka mencari menang sendiri, ya gerakan ular yang keluar. Sederhana! Sebenarnya kita sedang mengekspresikannya lewat gerak. Keluarkan semuanya lewat gerakan tersebut. Keluar jurus apapun tidak usah dipedulikan. Bisa bergerak seperti apapun bukan tujuan yang sebenarnya. Tujuannya adalah mengeluarkan obsesi terpendam. Lucu sekali, orang bergerak seperti macan, monyet atau ular kok bangga. Mereka menganggap sudah bisa menarik ilmu macan putih atau monyet putih atau naga emas, padahal mereka tidak menyadari bahwa ekspresi gerakan tersebut adalah dari sifat yang dominan dalam pikirannya. Kasihan! Setelah latihan tersebut dimaknai dengan tepat, hasilnya adalah rasa nyaman, plong. Bagaimana tidak? Setelah kita bergerak mengeluarkan obsesi dan bahkan rasa amarah, ya tentu akan nyaman, beban sudah berkurang. Belum tentu habis tapi berkurang. Bahkan mungkin tidak habis. Bagaimana bisa habis dengan kegiatan kita dan pekerjaan sehari-hari yang menimbulkan obsesi baru. Tentunya latihan katarsis tersebut harus dilakukan secara berkala supaya tidak ada penumpukan obsesi yang terlanjur menjadi kerak dalam pikiran. Latihan katarsis, pembuangan sampah jiwa, harusnya menjadi dasar setiap latihan tenaga dalam. Latihan yang ada dimaknai sebagai pembersihan sehingga bermanfaat bagi perkembangan jiwa dalam berevolusi menuju pencerahan. Namun apabila latihan yang ditemui dimaknai sebagai konsentrasi dan pemunculan kekuatan yang dipahami diambil dari alam lain, dari

Khodam, sudah saatnya kita memikirkan kembali, apakah latihan semacam itu akan membawa jiwa bebas merdeka atau menambah keterikatan dan keterkondisian baru. Apabila memang demikian, dengan tegas memang harus dikatakan kalau latihan semacam itu patut ditinggalkan! Tradisi tenaga dalam konvensional mengenal latihan 10 hari berturut-turut tanpa putus sebelum mereka nanti 'diisi' dengan energi. Ini yang harus kita luruskan! Dalam semua aspek pendidikan, apalagi pendidikan spiritual, dikenal tiga tahap perjalanan. Yaitu Pembersihan, Takhali. Pengisian, Tahali. Dan Perayaan, Tajjali. Nah, 10 hari pertama itu sebenarnya lebih bermakna kepada pembersihan, Takhali. Pembersihan dari memori masa lalu. Pengosongan dari pengetahuan yang dulu. Kalau sudah bersih, kosong, akan lebih mudah memasukkan pengetahuan baru, ilmu baru. Seperti gelas yang sudah penuh air, kalau akan ditambah air ya pasti tumpah. Gelas itu harus dikosongkan dulu sebelum ditambah air yang baru. Setelah pembersihan itu barulah masuk tahap pengisian. Namun yang diisi bukan energi seperti yang dipahami selama ini. Yang diisi adalah pemahaman baru, kesadaran baru. Harusnya demikian. Kalau ada istilah pembukaan atau pengisian, sebetulnya "yang dibuka" adalah pemahamannya, "yang diisi" adalah pengetahuannya. Kemudian perayaannya terjadi setelah mencapai Pendekar. Di sana barulah berkarya untuk kemakmuran dan kedamaian. Merayakan kesejahrteraan kepada semua orang. Membagikan keceriaan yang didapatkan, menyebarkan cinta kasih, "memberikan" salam kepada kepada siapa saja. Marilah kita memulai sesuatu yang baru, yang menyejukkan dan menyamankan. Yang akan

membawa jiwa pencerahan.

kita

bebas

merdeka

menuju

PENDEKAR SEJATI Pemahaman yang melampaui tenaga dalam, akan membawa menjadi pendekar sejati. Pendekar di atas pendekar. Pendekar sejati adalah orang yang pandai berkarya untuk kemakmuran sesamanya. Pendekar sebagai orang yang selalu menang dalam pertarungan adalah biasa. Pendekar sejati akan menang dalam pertarungan dengan ego dirinya. Pendekar sejati adalah orang yang telah menaklukkan egonya, menaruhnya rendah-rendah di bawah tanah. Pendekar bukan orang yang mengiklankan dirinya di majalah untuk menawarkan kesaktiannya. Pendekar sejati akan selalu bersikap bijaksana, tidak sok tahu, dan tidak selalu memberi tahu. Anda tidak akan bisa membeli gelar pendekar. Seperti Anda juga tidak akan bisa membeli gelar Master. Walaupun ada yang menyelenggarakan latihan dengan tarif sekian juta untuk mencetak Master. Namun kemasteran tidak bisa dibeli. Seorang Master adalah seorang yang telah berhasil mengatur dirinya sendiri. Bagaimana mungkin seorang yang belum berhasil mengatur dirinya sendiri akan mengatur orang lain? Walaupun ada yang mengeluarkan sertifikat dan mencantumkan nama anda sebagai pendekar, lulusan perguruan ini dan itu, hal tersebut tidak membuktikan apapun. Kependekaran tidak untuk dibuktikan. Kependekaran untuk diamalkan. Untuk dijabarkan dalam kehidupan. Untuk di-implementasikan. Pendekar yang

mengaplikasikan ilmunya bisa disebut Ulama, apapun kepercayaan anda. Sebutan Ulama bukan monopoli salah satu agama. Ulama terdiri dari dua suku kata, Ilmu dan Amal. Yaitu seorang yang mengamalkan ilmunya. Latihan mengembangkan kasih akan melembutkan jiwa anda. Melunturkan ego anda. Kemudian membuat Anda lebih reseptif terhadap ayatayat Illahi yang tersebar di seluruh alam, yang membentang di jagad raya ini. Setelah itu, Anda akan menjadi seorang Pendekar Sejati, yang selalu mengagungkan namaNya setiap saat, yang selalu melihatNya di semua sudut tempat, yang melampaui segala macam simbol yang ada, yang selalu mendengar suaraNya dalam semua bahasa, dan melihatNya dalam setiap wujud, juga menjumpaiNya dalam setiap peribadatan. Sekali lagi, setelah menjadi seorang pendekar sejati anda tidak akan sakti, tidak akan digjaya. Memang demikian adanya. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Kalau sakit akan berkonsultasi dengan dokter. Ia akan memahami betul apa arti penyakit bagi dirinya. Kalau masih ingin bisa melayang di udara dan mengeluarkan pukulan yang bersinar ya jadi artis sinetron laga saja, di sana semua bisa dilakukan di depan kamera. Pendekar sejati akan tunduk dan mengikuti semua hukum alam, hukum Tuhan. Memang selama ini kita belum cukup menjadi seorang manusia. Kita masih menjadi hewan, setidaknya nafsu hewani masih banyak di dalam jiwa kita. Dan itulah yang menjadikan kita bernafsu untuk menjadi yang terkuat dan terhebat. Ingin menguasai orang lain, menipu orang lain. Bahkan ingin menjadi paranormal, orang yang tidak normal. Lihat saja siaran teve yang marak dengan mistiknya. Orang yang menganggap dirinya paranormal asyik

memberikan kepada masyarakat hal-hal yang dia anggap Gaib. Bagaimana mungkin kalau dirinya saja masih melihatnya sebagai Gaib, yang tidak kelihatan, kok malah akan menjelaskannya kepada masyarakat. Bukankah itu seperti orang buta yang menjelaskan tentang matahari? Tidak, hal seperti itu cukup membuktikan bahwa kita belum menjadi manusia. Apalagi kalau sampai mengiklankan kekuatan, ingin mendapat konfirmasi dari pihak ketiga kalau diri kita memang sakti. Pendekar Sejati adalah seorang yang sudah menjadi manusia. Sudah mampu memisahkan nafsu hewani dalam dirinya sehingga yang tersisa hanyalah potensi manusia-Illahi yang mencintai dan mengasihi sesamanya, tanpa pamrih. “Pendekar sejati adalah orang biasa, orang biasa yang kelihatan luar biasa karena mempunyai karya nyata yang luar biasa!”

HIDUP SADAR DENGAN MELAMPAUI TENAGA DALAM Seorang tua sedang berjalan menuju sebuah pemukiman yang kebetulan berada di seberang sebuah sungai. Ia kemudian mendatangi tukang rakit yang biasanya menyeberangkan para pejalan kaki. Naiklah orang tua tersebut dalam rakit menuju pemukiman di seberang. Di tengah sungai, orang tua dalam rakit melihat seorang pemuda yang berjalan di atas air sedang menyeberangi sungai itu pula. Dengan angkuhnya seakan pemuda tersebut ingin menunjukkan bahwa ia bisa berjalan di atas air. Sesampai di seberang, orang tua itu bertanya kepada pemuda tersebut, "nak engkau kelihatan hebat. Ilmumu pasti tinggi. Berapa lama engkau belajar ilmu

berjalan di atas air?" "pak tua, aku menghabiskan sepuluh tahun untuk menguasai ilmu ini." "sayang nak, engkau menghabiskan sepuluh tahun hanya untuk menyeberangi sungai ini. Aku hanya mengeluarkan uang seratus perak untuk memberi makan tukang rakit, dan ia memberikan rakitnya padaku untuk menyeberangi sungai ini. Sepuluh tahunmu hanya seharga seratus perak. Sayang sekali anak muda. Apabila engkau gunakan sepuluh tahun untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, niscaya engkau telah memperoleh nikmatNYA." Pemuda tersebut tertegun dan menyadari kebodohannya selama ini. Seketika itu juga ia berlutut dan mencium kaki orang tua yang telah memberinya pencerahan pada hari itu. Namun ketika ia membuka mata, orang tua itu telah pergi. --------------------------------------------------------------------Seperti itu, kadang kita rela menghabiskan waktu hanya untuk memperlajari sebuah ilmu yang tidak mendorong kita menuju kepasrahan. Bahkan ilmu itu juga belum tentu tepat atau tidak. Apakah kalau kita bisa mematahkan besi pompa lantas bisa diterima kerja? Untuk apa, bukankah hanya untuk memuaskan ego kita sendiri. Setelah kita bisa mementalkan orang apakah lalu kita lulus sekolah? Tidak! Tidak ada energi yang lebih besar daripada energi kasih, karena Tuhan adalah Kasih dan sayang. Munculkanlah kasih dalam dirimu, sebarkanlah energi kasih yang kita punyai. Melampaui tenaga dalam dan mendapatkan energi Illahi mengalir dalam diri, sehingga kita selalu bisa memberikan kasih kepada siapa saja. Selama ini memang kita masih tidur. Kemudian kita bermimpi seolah kita bangun.

Hidup sadar dengan melampaui tenaga dalam adalah membangunkan diri kita dari tidur ini, dari ketidak sadaran kita, dari mimpi kita. Buanglah jauh-jauh tentang kesaktian, kadigjayaan, kanuragan, karena itu hanya bagi mereka yang masih ingin tidur, masih ingin berlama-lama dalam selimut mereka. Bangun! Sebentar lagi matahari telah tinggi. Mungkin hari ini kita akan kembali, atau besok atau lusa, siapa yang tahu. Bagaimana kalau dalam keadaan tidur kita, dalam ketidaksadaran ini kita dipanggil kembali. Apakah ilmu kesaktian kita dapat membantu? Apakah bekal bisa mematahkan besi pompa, bisa berjalan di atas api, tahan air keras, dapat menjadi jaminan untuk bertemu dengan Tuhan? Sadarlah temanku, Anda tidak akan jatuh miskin dengan meninggalkan profesi sebagai penipu. Jadilah orang yang sadar, sadar dengan apa yang sedang kita perbuat. Sadar bahwa nurani telah berbisik kepada kita. Memberitahukan langkah kita. Namun untuk hidup sadar juga bukan langkah yang mudah. Dengan melampaui tenaga dalam adalah langkah awal untuk menapak menyadari diri sendiri. Menyadari bahwa kekuatan-kekuatan hasil dari proyeksi pikiran itu semu. Hanya bayang-bayang yang kita anggap nyata, hanyalah akan menimbulkan hijab bagi nurani untuk berbisik. Suatu perjalanan telah kita mulai. Jangan berhenti. Sang Guru sejati yang menyerukan sesuatu lewat nurani tetap berteriak lantang. Perjalanan masih panjang, Ini adalah perjalanan menuju diri kita sendiri. Berjalan ke dalam diri.

Sekian

Biografi Agung Webe Lahir di Yogyakarta, pada tanggal 26 April. Menyelesaikan bangku pendidikan sampai sekolah Pariwisata tahun 1993 di Yogyakarta. Melalui beberapa guru yang ditemui baik itu di dalam negeri maupun luar negeri mengantarkan Agung Webe belajar banyak dari mereka dan menjadi praktisi di bidang psikologi terapan, metafisika, hypnosis, neurosains, brain power dan pemberdayaan sumber daya manusia. Agung Webe telah menulis 9 buku motivasi dan pengembangan dirim yaitu : 1. Melampaui tenaga dalam untuk hidup berkesadaran 2. Belajar Mandiri 3. Diary Pramugari (novel) 4. Kembang Malam (novel) 5. Javaness Wisdom - Berpikir dan berjiwa besar 6. Recollection-Menata kembali program pikiran

7. Tujuh langah sederhana mengubah hidup menjadi lebih bermakna 8. Smart Teaching - 5 Metode efektif lejitkan prestasi anak didik 9. GENIUS - Artikel inspirasi Bukunya Javaness Wisdom yang mengangkat kearifan leadership Jawa, telah menjadi kajian dan koleksi di National Library of Australia di Canberra.

Selain menulis, Agung Webe juga menemukan metode menata kembali program pikiran yang dinamakan RECOLLECTION. Lewat pelatihan dan seminar yang diselenggarakan, baik itu inhouse training bagi instansi dan perusahaan maupun Public training, Agung Webe telah menginspirasi banyak orang untuk menemukan potensi, mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan meraih apa yang dimpikannya. (http://www.sakraindonesia.com). Jaringan pelatihan dan seminar yang diselenggarakan meliputi: Jakarta, Yogya, Sulawesi dan Kalimantan. Melalui internet, Agung Webe membuka blog untuk menuliskan tips‐tips MOTIVASI lewat artikelnya secara berkala di http://www.inspirasiagungwebe.blogspot.com Selama lebih dari 15 tahun menggeluti dunia pemberdayaan sumber daya manusia, Agung Webe meluncurkan beberapa produk training untuk melahirkan pribadi yang percaya diri, tangguh, professional dan mandiri.

Foto‐foto training Agung Webe dilihat http://www.fotowebe.blogspot.com

dapat

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF