Measurement - Godfrey

October 2, 2017 | Author: Ishaq Ibn Ismail | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

teori akun...

Description

1

Apa itu pengukuran?

Dalam buku Godfrey, 2010 dinyatakan beberapa definisi pengukuran. Campbel, orang yang pertama kali berkutat dengan isu-isu pengukuran, mendefinisikan pengukuran adalah “the assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these properties”. Stevens, pakar teori dalam bidang pengukuran social sciences, mendefinisikan pengukuran sebagai “assignment of numerals to objects or events according to the rules”. Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa Campbell memisahkan pengertian antara systems dan properties. System dalam pengertian Campbell merupakan objects or events dalam pengertian menurut Stevens, seperti meja, perumahan, orang, aset, atau jarak tempuh. Properties adalah aspek spesifik atau karakteristik dari system, seperti berat, panjang, lebar, atau warna. Jadi menurut Campbell yang diukur adalah properties bukan system. Atas dasar pengertian di atas, maka pengertian pengukuran menurut Campbell adalah yang lebih tepat. Selain itu, definisi Campbell memerlukan numerals yang ditentukan ke dalam properties berdasarkan the laws yang mengatur properties tersebut, sementara menurut Stevens hanya memerlukan the rules. Pendapat Steven ini menuai argumentasi karena pengertiannya yang terlalu luas karena sebenarnya dibutuhkan batasan-batasan atas rules yang digunakan. Tapi, bagaimanapun juga, apapun yang berkaitan dengan penentuan suatu angka disebut pengukuran. Menurut Steven, When this correspendence between the formal model and its empirical counterpart is close and tight, we find ourselves able to discover truths about matters of fact by examining the model itself. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, diperoleh pandangan bahwa ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi. Dalam akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung/menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep. Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010). Dalam buku Ahmed Riahi – Belkaoui, 2004, bertolak dari pengertian pengukuran menurut Stevens, menyatakan bahwa langkah pertama dalam akuntansi adalah untuk mengidentifikasi dan memilik objek, aktivitas atau peristiwa dan atribusinya yang dianggap relevan bagi users sebelum pengukuran aktual dilakukan. Secara alami, batasan-batasan dari ketersediaan data sebagaimana karakteristik spesifik dari lingkungan, seperti ketidakpastian,

kurangnya objektifitas dan kemampuan pengujian, dapat menciptakan hambatan-hambatan pengukuran. Meskipun demikian, pengukuran dalam akuntansi tradisional tetap melibatkan penentuan nilai angka objek, peristiwa atau atribusinya sebagai cara mudah memastikan pengumpulan atau pemisahan data.

2 Skala Pengukuran Setiap pengukuran dibuat berdasarkan skala. Secara umum, skala dapat dikelompokkan menjadi nominal, ordinal, interval atau rasio. Skala nominal Skala nominal membantu penentuan persamaan, seperti penomoran pemain sepak bola. Dalam skala nominal, nomor hanya digunakan sebagai sebuah label. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Togerson menyatakan bahwa “ Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikian dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek”. Skala ordinal Skala ordinal membantu penentuan tingkat mana yang lebih baik atau lebih kurang atau sistem preferensi. Kelemahan skala ordinal adalah perbedaan atau interval antar nomor tidak perlu sama. Contoh peringkat pemilihan investasi dibedakan menjadi peringkat 1, 2, dan 3. Urutan angka menunjukkan urutan profitabilitas, semakin besar angka semakin kecil profitabilitasnya. Dengan kata lain, investasi 1 merupakan investasi yang profitabilitasnya paling tinggi. Skala interval Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala ordinal. Tidak hanya memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara intervalnya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, di mana suhu ruangan A adalah 22 derajat celcius dan ruangan B adalah 30 derajat celcius. Maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat celcius daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas. Skala rasio Skala rasio adalah skala yang: -

Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian

-

Interval antar objek diketahui dan sama Asal yang unik, titik nol yang alami, di mana jaraknya dengan objek terakhir diketahui.

Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 meter, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B adalah 10 meter lebih panjang daripada A, tetapi B juga dua kali lebih panjang daripada A.

3 Penggunaan Skala yang diperbolehkan (permissible operations of scales) Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

4 Jenis-jenis Pengukuran Seperti dijelaskan di muka, proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah dalam konstruksi dan pengujian teori. Pembahasan kita dengan skalaskala erat kaitanya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang konstruksi dan implementasi teori. Meski demikian harus ada ketentuan yang mengatur penentuan bilangan-bilangan sebelum ada pengukurannya. Ketentuan tersebut biasanya merupakan bagian dari rangkaian operasi meski masih harus dijabarkan penggunaannya, misalnya untuk tugas-tugas tertentu. Dengan adanya formulasi peraturan atau ketentuan diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat skala. Perlu diketahui pengukuran hanya dapat dibuat pada skala. Pertanyaan yang muncul dalam pengujian teori erat kaitannya dengan pertanyaan- pertanyaan tentang berbagai jenis pengukuran. Campbell menyatakan ada dua jenis pengukuran: pengukuran fundamental dan pengukuran turunan. Dapat disimpulkan bahwa definisi pengukuran Campbell dinyatakan dalam bilangan–bilangan yang ditetapkan sesuai dengan “hukum” yang mengatur tentang sifat-sifat. Bagi Campbell, pengukuran hanya dapat dilakukan apabila ada penegakan tentang teori-teori emperis (hukum) yang mendukung pengukuran tersebut. Jenis pengukuran sebagaimana yang dimaksudkan oleh Torgerson yaitu sebagai tambahan atau pelengkap pada pengukuran dasar dan pengukuran turunan seperti dijelaskan oleh Campbell. Untuk lebih jelasnya, ketiga pengukuran tersebut akan dijelaskan secara tuntas pada bagian lain dalam pembahasan ini.  Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Pengukuran fundamental berdasarkan besaran-besaran dasar (panjang, massa, waktu dll.) yang dipakai untuk mendifinisikan besaran yang diukur. Seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikanpada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada. Seperti dijelaskan di muka, sifat yang mendasar dalam pengukuran adalah yang berkaitan dengan penjumlahan karena dapat dengan mudah diketahui halhal yang secara fisik dengan operasi aritmatik atau ilmu hitung. Sebagai contoh, penjumlahan panjang objek X pada panjang objek Y dapat disamakan dengan operasi penempatan dua balok pada kedua ujungnya, meski hanya satu balok yang sama panjang seperti halnya dengah X dan yang lainnya juga sama panjang seperti Y. Secara fisik kita dapat menentukan berapa total panjang X dan Y.  Pengukuran Turunan Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran yang dilakukan bergantung pada hubungan yang sudah diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya. Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori emperis yang disepakati dikaitkan dengan sifat-sifat tertentu dengan sifat-sifat lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada bilangan-bilangan yang berasal dari pengukuran. Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat beberapa jenis pengukuran, seperti pengukuran pada temperature yang hanya bergantung pada satu dan bukan dua atau lebih pengukuran. Untuk mengukur temperature kita hanya perlu mengukuran tekanan, volume atau resistansi elektrik. Meski demikian, walaupun dalam kasus-kasus pengukuran selalu didasarkan pada hukum alam. Kini karena ilmuan alam sangat banyak menaruh perhatian terhadap banyaknya hubungan yang sudah diketahui adanya di antara sifat-sifat yang berbentuk fisik. Namun cara berpikir seperti ini tidak dapat dikatakan sebagai cara berpikir ilmuwan sosial, sebab tidak ada kesepakatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan apa yang disebut sifat-sifat yang mendasar seperti yang banyak terdapat dalam ilmu-ilmu sosial. Dalam akuntansi misalnya, contoh pengukuran turunan adalah pendapatan, pendapatan diturunkan dari penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan pengeluaran.  Pengukuran Formal Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang dapat diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan tersebut. Pengukuran formal

digunakan dalam teori sosial yang belum terbukti secara empiris, berdasarkan asumsi-asumsi yang diperoleh secara bebas dari hasil pengamatan tentang sifat dari suatu konsep. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan bagaimana pun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung. Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimana pun, tidak ada teori empiris untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran. Kita dapat memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah matematika. Berdasarkan klasifikasi Campbell, pengukuran dapat dilakukan apabila hanya disyaratkan oleh teori-teori emperis yang mendukung perlunya dilakukan pengukuran. Apabila isyarat tersebut terbukti kebenarannya, maka akan semakin banyak pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial yang dapat dilakukan dengan cara seperti ini. Padahal sesuatu yang diangap khas dalam ilmu-ilmu sosial dan dalam akuntansi dimana untuk sifat-sifat tertentu yang dapat diobservasi (variabel-variabel) dianggap masih dapat dipertimbangkan apabila dikaitkan dengan konsep tertentu tanpa adanya teori yang pas mendukung hubungan ini. Sedangkan variabel-variabel yang saling berkaitan dengan lainnya biasanya dapat dikaitkan dengan definisi lain yang berubah-ubah. Seperti dijelaskan di muka, kita tidak dapat mengetahui bagaiana cara mengukur konsep secara langsung, oleh karena itu dapat dibuat permisalan yang menyatakan variabel-variabel tertentu erat kaitannya dengan konsep sehingga dapat memudahkan pengukuran secara tidak langsung pada konsep tersebut. Dalam akuntansi, dengan adanya definisi yang berubah-ubah, maka kita dapat mengaitkannya dengan pendapatan, pengeluaran dan kerugian-kerugian dalam konsep pendapatan. Karena itu, kita dapat menggunakan perhitungan pengukuran secara aritmatik seperti dijelaskan di muka yang menjelaskan variabel-variabel yang dapat diukur sebagai ukuran pendapatan. Agar dapat menetapkan banyak pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial, maka Torgerson mengomentari pada salah satu kategori pengukuran lainnya harus ditambahkan pada daftar Campbell, dan pengukuran yang dilakukan dengan formal. Pengukuran seperti ini harus didasarkan pada definisi yang berubahubah. Sedangkan Torgerson menyatakan bahwa yang menjadi permasalahan utamanya adalah yang berkaitan dengan pengukuran yang dilakukan dengan formal, sebab tidak didasarkan pada teori yang telah ada (kuat) yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan berbagai cara dimana skala-skala dapat dibuat atau dikonstruksi. Sebagi contoh, apabila kita mengukur kemampuan aritmatika (berhitung) orang maka kombinasi jumlah jenis-jenis aritmatika dapat menjadi dasar pembuatan skala. Timbul pertanyaan, berapa banyak jenis lainnya yang dapat dimasukkan ke dalamnya, apakah satu atau seribu jenis. Jenis aritmatika apa yang harus digunakan? Perlukah jenis perhitungan dijelaskan secara lisan,

secara tertulis atau gabungan dari lisan dan tertulis? Apa yang dapat membatasi waktu? Dan karena terdapat banyak alternatif, maka keyakinan pada setiap skala tertentu menjadi turun atau rendah sebab standar akuntansi telah menentukan skala akuntansi berdasarkan fiat dan bukan mengaitkannya dengan teori-teori pengukuran yang ada. Sekali lagi, dari contoh akuntansi kita dapat mengetahui, misalnya dengan melakukan cara-cara khusus sehingga kita dapat mengukur atau mengetahui apabila pendapat yang diperoleh dapat dibenarkan atau tidak? Karena itu, cara seperti ini merupakan salah satu dari sekian banyak cara mengukur pendapatan. Selama cara-cara khusus yang digunakan untuk mengukur pendapatan namun tidak didasarkan pada teori yang kuat maka tidak ada alasan untuk meyakini akan hasil-hasilnya. Untuk dapat menguji keabsahan pengukuran, maka para ilmuwan sosial telah berupaya mengaitkan sifat-sifat berdasarkan hasil studi dengan variabel-variabel lain hingga akhirnya dapat diketahui apakah keabsahan pengukuran tersebut bermanka atau tidak. Sebagai contoh, dalam serangkaian operasi tertentu terdiri dari pengujian tertulis dalam aritmatika yang masih digunakan untuk mengukur kemampuan aritmatiknya. Karenanya kita juga dapat memprediksi bahwa dari sejumlah orang tertentu hanya mereka-mereka yang mempunyai skor tinggi pada test tertulis yang juga akan memberikan kursus matemaika di universitas tertentu. Korelasi antara skor pada test dan tingkatan yang diterma dalam kursus dapat menjadi salah satu cara untuk memvalidasi operasi pengukuran tertentu. Dengan cara seperti ini, kita dapat mengetahui adanya korelasi positif yang sangat tinggi, sehingga mampu memberikan keyakinan dalam operasi pengukuran tertentu. Salah satu alasan perlunya melakukan pengukuran pada pendekatan formulasi teori akuntansi adalah dengan harapan apabila teori akuntansi dapat secara emperis diuji, kemudian melakukan pengukuran fiat agar dapat melakukan pengukuran yang mendasar. Selain itu, setiap orang dapat lebih merasa yakin terhadap pengukuran.

5 Keandalan dan Keakuratan Kapan dan bagaimana sebuah pengukuran dapat dikatakan memiliki tingkat keandalan dan keakuratan yang baik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang secara mutlak bebas dari kesalahan, kecuali untuk perhitungan (seperti persamaan atau rumus yang secara konsensus telah disepakati) semua jenis pengukuran dapat mengandung kesalahan atau error. Kita mungkin bisa mengukur jumlah mahasiswa yang hadir di ruang kelas tertentu dan dengan benar. Akan tetapi akan menjadi lebih sulit jika kita menghitung dan mengukur jumlah mahasiswa dalam satu gedung penuh dengan jumlah yang lebih banyak. Atau kita diminta untuk menentukan jumlah mahasiswa, tetapi dengan catatan bahwa yang dihitung adalah mahasiswa yang sedang berada dalam kondisi sedih atau bahagia di sebuah kelas. Menurut Suwardjono, keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Beliau juga menambahkan bahwa keterandalan sangat erat kaitannya dengan sumber

informasi dan cara merepresentasi, mendeskripsi atau menyimbolkannya. Godfrey (2006) berpendapat terkait dengan apa yang dimaksud keandalan dalam pengukuran atau keakuratan pengukuran. Di dalam bukunya mengenai pengukuran juga dijelaskan bahwa semua pengukuran tidak bebas dari error, kecuali dalah hal menghitung (counting) semua pengukuran mengandung kesalahan. Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran menurut Godfrey adalah sebagai berikut.  Operasi pengukuran dinyatakan secara tidak tepat. Aturan untuk menetapkan angka atas atribut yang diberikan biasanya terdiri dari serangkaian operasi. Sebuah operasi perhitungan bisa saja dinyatakan secara tidak tepat sehingga bisa diinterpretasikan dengan salah oleh pihak yang mengukur. Sebagai contoh perhitungan keuntungan melibatkan beberapa operasi, seperti klasifikasi biaya dan alokasi antara aset-aset dan biaya–biaya yang sering diinterpretasikan secara berbeda oleh akuntan yang berbeda.  Pengukur. Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau menerapkan atau membaca instrumen secara tidak benar. Satu perhatian dalam akuntansi adalah bahwa manajer memiliki bias tertentu untuk meningkatkan laba tercatat atau aset dan kemudian manajer ini melakukan tekanan pada akuntan untuk membiaskan akun-akun terkait.  Instrumen Beberapa operasi pengukuran membutuhkan penggunaan instrumen fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. Ada potensi untuk kesalahan bahkan ketika instrumen tersebut bukan alat fisik tetapi, misalnya, grafik, tabel, tabel angka atau indeks harga.misalnya.  Lingkungan. Keadaan/lingkungan ketika suatu pengukuran dilakukan juga dapat mempengaruhi hasil. Sebagai contoh kondisi cuaca dapat mempengaruhi instrumen pengukuran, kebisingan dapat mengalihkan perhatian pengukuran atau, dalam akuntansi, tekanan dari manajemen dapat mempengaruhi keputusan akuntan, tekanan (misalnya dari beban kerja yang berat) menyebabkan penyimpangan konsentrasi dan gangguan. Sumber kesalahan yang demikian dapat diberi label ’lingkungan’. Kesalahan acak biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lain adalah lingkungan dimana manajemen perusahaan beroperasi.  Atribut tidak jelas. Apa yang diukur mungkin tidak jelas khususnya jika pengukuran melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung..Masalah ketidakjelasan atribut tidak jarang di akuntansi. Berapa

nilai dari aktiva tidak lancar? Apakah menggunakan nilai sekarang, biaya akuisisi, biaya saat ini atau harga jual? mengingat bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan nilai, penting untuk secara jelas mendefinisikan nilai. Apakah nilai pakai, nilai tukar, atau beberapa atribut lain yang akuntan harus mengukur? Masalahnya terletak dalam menetukan atribut yang akan diukur. Pengukuran yang dapat diandalkan Sebelum unsur-unsur seperti aktiva/aset, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus melewati pengukuran yang dapat diandalkan. Lalu, apa yang dimaksud dengan ukuran yang andal? Keandalan dalam pengukuran dapat diartikan sebagai pembuktian akan konsistennya: sebuah sebuah operasi perhitungan (formula) untuk dapat menghasilkan hasil yang memuaskan atau hasil itu sendiri dalam hal dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Konsep keandalan ini menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara wajar sehubungan dengan transaksi ekonomi dan peristiwa yang melatarbelakangi atau mendasarinya (underlying). Aspek dari keandalan pengukuran ini menekankan pada ketepatan atau presisi dari pengukuran tersebut. Istilah ‘presisi’ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, merujuk kepada jumlah atau angka tertentu, yang merupakan lawan dari istilah perkiraan, kisaran, atau estimasi. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya dalam mengenerate sebuah hasil perhitungan, serta kesesuaian hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang diterapkan pada sebuah benda tertentu. Pengukuran yang akurat Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun mungkin saja tidak menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran tersebut kepada ‘nilai sejati' dari atribut pengukuran. Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya. Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran, nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu, akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF