Materi AST I
March 17, 2017 | Author: Hanter Jum | Category: N/A
Short Description
Download Materi AST I...
Description
Materi dan Evaluasi Materi:
Evaluasi
-Pendahuluan & Konsep Dasar
-Absensi
-Transformator
-Tugas
-Mesin Sinkron
-Quiz 1 & 2
-Saluran Transmisi
-UTS
-Penyelesaian Aliran Daya (Metode Gauss Seidel, Newton Raphson)
-UAS
Referensi -Analisa Sistem Tenaga, William D. Stevenson JR. -Power System Analysis, John J. Grainger -Electrical Power Systems, MEEL Hawary 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
1
BAB I - Konsep Dasar 1.1 Pendahuluan Sebuah arus dan tegangan yang diekspresikan sebagai fungsi waktu adalah: i = 7.07 cos ωt v = 141.4 cos(ωt + 30o ) Untuk menyatakan besaran2 ini sebagai sebagai phasor, kita gunakan identitas euler.
Jika arus adalah phasor referensi: o j 0 I = 5ε = 5∠0o = 5 + j 0 A
Maka tegangan mendahului phasor referensi dengan 30° : 6/21/2009
o V = 100ε j 30 = 100∠30o = 86.6 + j 50 A PS S1 Teknik Elektro
2
1.2 Notasi Subscript Tunggal V − VL IL = t ZA
Vt = E g − I L Z g
Sebuah rangkaian ac dengan emf Eg dan impedansi beban ZL.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
3
1.3 Notasi Subscript Ganda
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
4
1.4 Arah Aliran Daya Hubungan antara P, Q dan tegangan bus V, atau tegangan yang dibangkitkan terhadap tanda P dan Q adalah penting ketika aliran daya dalam sistem ditinjau. Pertanyaan yang ada adalah apakah daya dibangkitkan atau diserap oleh mesin saat tegangan dan arus ditentukan ? Daya yang diserap didalam kotak dinyatakan dengan : S=VI* = P+jQ
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
5
Contoh 1.1 Dua sumber tegangan ideal didisain sebagai mesin 1 dan mesin 2 yang terhubung, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Jika E1=100∠0° V, E2=100∠30° V, dan Z0=0+j5 Ω, Tentukan: a.
Apakah setiap mesin membangkitkan atau menyerap daya nyata?
b.
Apakah setiap mesin menerima atau mensuplai daya reaktif?
c.
Berapakah P dan Q yang diserap oleh impedansi?
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
6
1.5 Tegangan dan Arus Dalam Rangkaian 3 Phase Seimbang Pada generator, emf Ea’0, Eb’0, Ec’0, adalah sama dalam besaran dan terpisah 120° masing-masing. Jika besaran adalah 100 V dengan Ea’0 sebagai reference:
Gambar diagram phasor dibawah menunjukkan emf dengan urutan phase abc
Tegangan terminal generator terhadap netral
Rangkaian diagram generator hubungan Y dan beban seimbang hubungan Y
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
7
1.5
Gambar disamping adalah diagram Phasor arus dalam sebuah beban tiga phase seimbang. a. Phasor digambar dari sebuah titik bersama b. Penambahan Phasor-phasor membentuk segitiga tertutup Karena Ea’0, Eb’0, Ec’0, adalah sama dalam besaran dan terpisah 120° dalam phase, dan impedansinya identik, maka arus juga akan menjadi sama dalam besaran dan terpisah 120° dalam phase.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
8
Huruf a digunakan secara umum untuk menandai operator yang menyebabkan perputaran 120° dalam arah berlawanan arah jarum jam. Sedemikian sebuah operator adalah sebuah bilangan komplex dari besaran unit dengan sudut 120° dan didefinisikan oleh
1.5
Phasor yang diputar 240° dan 360° adalah:
Diagram Phasor fungsi2 operator a 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
9
1.5
Metode penggambaran alternatif dari phasor-phasor. Diagram Phasor tegangan line-to-line dalam hubungan dengan tegangan line-to-netral dalam sebuah rangkaian tiga-phase seimbang.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
10
Contoh 1.2 Dalam sebuah rangkaian tiga fase seimbang tegangan Vab adalah 173.2∠0° V. Tentukan semua tegangan dan arus dalam beban terhubung Y yang mempunyai ZL adalah 10∠20° Ω. Asumsikan urutan phase adalah abc.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
11
1.5
Diagram rangkaian beban tiga phase terhubung ∆ Diagram phasor arus saluran dalam hubungan dengan arus phase pada beban seimbang tiga phase terhubung ∆ 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
12
1.5
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
13
Contoh 1.3 Tegangan terminal pada beban terhubung Y terdiri dari tiga impedansi yang sama 20∠30° Ω adalah 4.4 kV line to line. Impedansi setiap tiga saluran yang menghubungkan beban pada substation bus adalah ZL = 1.4∠75° Ω. Tentukan tegangan line-to-line di substation bus tersebut. Penyelesaian: Tegangan line to netral di beban adalah: 4400/√3=2540 V. Dengan Van sebagai reference
Tegangan line to netral di bus substation :
Magnitude tegangan di bus substation :
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
14
1.6 Besaran Per-Unit Contoh:
Untuk sebuah tegangan line-toline 108 kV dalam set tiga phase seimbang, tegangan line-to-netral adalah 108/√3 = 62.3 kV.
Untuk daya 3 phase 18,000 kW dan daya per phase 6,000 kW
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
15
Base impedansi dan base arus dapat dihitung secara 1.6 langsung dari harga tiga phase kilovolts base dan kilovoltampere base
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
16
Contoh 1.4 Carilah penyelesaian pada contoh 1.3 dengan bekerja dalam per unit pada base 4.4 kV, 127 A sehingga besaran tegangan dan arus akan menjadi 1.0 per unit. Penyelesaian: Base impedansi adalah Maka impedansi beban adalah 1.0 per unit.
Dan Impedansi saluran adalah:
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
17
1.6 Perubahan Besaran Base Per-Unit
Contoh 1.5
Reaktansi disain generator X’’ adalah 0.25 per unit berdasarkan pada rating nameplate generator 18 kV, 500 MVA. Base untuk perhitungan adalah 20 kV, 100 MVA. Tentukan X’’ pada base yang baru.
Atau dengan mengkonversi harga terhadap ohm dan dibagi dengan impedansi base yang baru 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
18
BAB 2. Impedansi Seri Saluran Transmisi Suatu saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter yang mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga : 1. Resistansi, 2. Induktansi, 3. Konduktansi, 4. Kapasitansi Jika arus mengalir pada suatu rangkaian listrik, beberapa sifat rangkaian itu dapat djelaskan menurut medan magnet dan medan listrik yang timbul disekitarnya. Gambar 2.1 memperlihatkan suatu saluran fasa‐tunggal serta medan magnet dan listriknya. Garis fluks magnetisnya membentuk lingkaran tertutup yang meliputi rangkaian, dan garis‐ garis fluks listriknya bermula dari muatan positif pada salah satu penghantar dan berakhir pada muatan negatif pada penghantar yang lain.
Gb. 2.1 Medan‐ medan magnet dan listrlk dari saluran dua kawat. 6/21/2009 PS S1 Teknik Elektro
19
2.1 Jenis-jenis Penghantar Bermacam‐ macam jenis penghantar aluminium dapat dikenal dari lambang‐ lambang berikut ini: AAC ''all‐aluminium conductors",seluruhnya terbuat dari aluminium AAAC ''all-aluminium‐alloy conductors'', seluruhnya terbuat dari campuran aluminium ACSR "Aluminium conductor, steel‐reinforced'', penghantar aluminium yang diperkuat dengan baja ACAR ''aluminiumn conductor, alloy‐reinforced", penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran
Gambar 2.2 Penampang penghantar kabel ACSR dengan penguatan baja, Diperoleh 7 serat btta,dan 24 serat aluminium
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
20
2.2 RESISTANSI Resistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab yang terpenting dari rugi daya (power loss) pada saluran transmisi.
Resistansi dc dinyatakan
Perubahan resistansi penghantar logam dengan berubahnya suhu boleh dikatakan linear pada batas‐ batas pengoperasian yang normal.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
Gb.2.3 Resistansi penghantar logam sebagai fungsi dari suhu.
21
2.3 Tabel Nilai Resistansi Contoh 3 1. Tabel karakteristik listrik untuk penghantar berlilitan Marigold yang terbuat seluruhnya dari aluminium memberikan resistansi dc O,01558 Ω per 1000 ft pada 20°C dan resistansi ac O,0956Ω /mil pada 50°C. Penghantar tersebut mempunyai 61 serat dan ukurannya ialah 1.113.000 cmil. Periksalah nilai resistansi dc dan hitunglah perbandingan resistansi ac terhadap resistansi dc. JAWABAN: Pada 20°C dan peningkatan sebesar 2% karena lilitan, Dari persamaan (3.2) memberikan
Pada suhu 50°C dari Persamaan (3.3)
Efek kulit rnenyebabkan kenaikan resistansi sebesar 3,7%. 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
22
2.4 Definisi Induktansi Persamaan yang menghubungkan tegangan lnbas dengan kecepatan perubahan fluks yang lneliputi suatu rangkaian
Jika ψ adalah lambang fasor untuk fluks gandeng
Fasor jatuh‐tegangan (voltages drop) karena fluks gandeng adalah Jika arus pada rangkaian berubah‐ ubah, medan magnet yang ditimbulkannya pasti juga berubah‐ ubah.
Sehingga L adalah
Jika fluks gandeng berubah secara linear maka 6/21/2009
Jika arus I2 menghasilkan fluks gandeng dengan rangkaian 1 sebesar ψ12 , maka induktansi timbal baliknya adalah
Fasor jatuh‐tegangan pada rangkaian 1 yang disebabkan fluks gandeng dari rangkaian 2 adalah PS S1 Teknik Elektro
23
2.5 Induktansi Penghantar Yang Disebabkan Oleh Fluks Internal Gambar 3.1 hanya memperlihatkan garis fluks yang berada di luar penghantar (external). Tetapi sebenarnya sebagian dari medan magnet juga berada di dalam penghantar (internal) Untuk mendapatkan nilai induktansi yang teliti dari suatu saluran transmisi, fluks internal dan eksternal perlu dipertimbangkan
Gb.2.4 Penampang suatu penghantar berbentuk
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
24
2.6 Induktansi Antara Dua Titik Diluar Penghantar Yang Tersendiri Induktansi yang disebabkan oleh fluks yang berada di antara P1 dan P2 adalah
Gb.2.5 Suatu penghantar dan titik eksternal P1 dan P2. 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
25
2.7 Induktansi Saluran Dua Kawat Berfasa Tunggal Induktansi rangkaian yang disebabkan oleh arus pada penghantar 1. Untuk fluks eksternal Untuk fluks internal
Induktansi total rangkaian yang disebabkan oleh arus pada penghantar 1 saia adalah
Gb.2.6 Penghantar dengan jari-jari yang berbeda dan medan magnet yang ditimbulkan oleh arus pada penghantar 1 saja.
6/21/2009
Induktansi untuk keseluruhan rang kaian adalah
PS S1 Teknik Elektro
26
2.8 Induktansi Saluran Dengan Penghantar Terpadu Penghantar lilitan termasuk ke dalam klasifikasi umum untuk penghantar terpadu yaitu yang terbuat dari dua elemen atau serat atau lebih, yang secara elektris terhubung paralel. Penghantar X tersusun dari n serat yang terhubung paralel dan induktansinya Gb.2.8 Saluran berfasa‐tunggal yang terdiri dari dua penghantar terpadu.
Dengan mengganti Dm dan Ds
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
27
2.8 Induktansi Saluran Dengan Penghantar Terpadu
Perkalian m jarak untuk masing‐masing n serat menghasilkan suku mn. Akar pangkat mn dari perkalian mn jarak dinamakan jarak rata-rata geometris (geometric mean distance) antara penghantar X dan penghantar Y. Singkatannya adalah Dm atau GMD dan sering juga disebut GMD bersama antara dua penghantar. Akar pangkat n2 dari Suku‐ suku ini disebut GMD sendiri dari penghantar X, GMD sendiri disebut juga jari-jari rata-rata geometris (Geometric Mean Radius) GMR yang dinyatakan dengan Ds
Induktansi penghantar Y ditentukan dengan cara yang sama, dan induktansi salurannya adalah 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
28
Contoh 3.2 Suatu rangkalan saluran transmisi fasa tunggal terdiri dari tiga kawat padat dengan jari-jari O,25 cm. Rangkaian‐kembali terdiri dari dua kawat dengan jari-jari O,5 cm. Susunan penghantar diperlihatkan dalam Gambar 3.9. Hitunglah Induktansi akibat arus di inasing‐ masing sisi saluran dan induktahsi keseluruhan saluran dalam henry per meter(dan dalam milihenry per mil).
Gambar 3.9 Susunan penghantar untuk Contoh 3 2.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
29
Contoh 3.2 Pertama‐tama kita hitung GMD antara sisi‐sisi x dan y:
Kemudian kita hitung GMR untuk sisi
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
30
Contoh 3.2 dan untuk sisi Y
Induktansi total saluran adalah
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
31
2.9 Pengguanan Tabel Tabel nilai-nilai GMR biasanya sudah tersedia untuk penghantar-penghantar standard dan memberikan data yang cukup baik untuk menghitung reaktansi induktif maupun reaktansi kapasitif paralel dan resistansi. Biasanya reaktansi induktif lebih diinginkan daripada induktansi. Reaktansi induktif sebuah penghantar dari saluran dua-penghantar fasa-tunggal adalah:
Contoh: Hitunglah reaktansi induktif per mil untuk saluran fasa-tunggal yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah dari jenis Partridge, dan jarak pemisah antara pusat-pusatnya adalah 20 kaki. Jawab: Ds=0.0217 kaki
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
32
2.9 Pengguanan Tabel
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
33
2.10 Induktansi Saluran 3 Fasa Dengan Jarak Pemisah Tidak Simetris
Jika jarak pemisah penghantar-penghantar suatu saluran tiga-fasa tidak sama, persoalan untuk menemukan induktansi meniadi lebih sulit. Dalam hal ini, fluks gandeng dan induktansi masing‐masing fasa menjadi berlainan. Induktansi yang berbeda pada setiap fasa menghasilkan suatu rangkaian yang tidak seimbang. Keseimbangan ketiga fasa dapat dikembalikan dengan mempertukarkan posisi‐posisi penghantar pada selang jarak yang teratur di sepaniang saluran sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki posisi semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama. Pertukaran posisi penghantar semacam ini disebut transposisi (transposition).
Induktansi rata-rata perfasa: 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
34
2.10 Induktansi Saluran 3 Fasa Dengan Jarak Pemisah Tidak Simetris Contoh: Suatu saluran tiga fasa rangkaian tunggal yang bekerja pada frekuensi 60 Hz tersusun seperti dalam Gambar disamping. Penghantar‐penghantarnya adalah ACSR Drake. Hitunglah induktansi per mil per fasa. Dari Tabel A.1,
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
35
2.11 Penghantar Berkas Dengan menggunakan dua penghantar atau lebih per fasa yang disusun berdekatan dibandingkan dengan jarak pemisah antara fasa‐fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada penghantar dalam daerah EHV dapat banyak dikurangi. Saluran semacam ini dikatakan sebagai tersusun dari penghantar berkas (bundled conductor). Berkas ini dapat terdiri dari 2, 3 atau 4 penghantar. Untuk berkas 1 penghantar Untuk berkas 2 penghantar Untuk berkas 3 penghantar
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
36
Contoh Masing‐masing penghantar pada saluran dengan penghantar berkas seperti terlihat pada Gambar disamping adalah jenis ACSR, 1.272,000 cmil Pheasant. Hitunglah reaktansi induktif dalam ohm per km(dan per mil) per fasa untuk d=45 cm. Hitunglah juga reaktansi seri per‐unit saluran jika panjangnya 160 km dan dasar yang dipakai adalah 100 MVA, 345 kV. Jawaban: Dari Tabel A.1 Ds=0.0466 kaki, dan dikalikan 0.3048 untuk dirubah menjadi meter
Gambar Jarak Pemisah Peng-hantar Masing‐masing pada suatu saluran berkas
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
37
2.12 Saluran 3 Fasa Rangkaian Paralel Dua rangkaian tiga‐fasa yang identik susunannya dan secara elektris terhubung paralel mempunyai reaktansi induktif yang sama.
Gambar Susunan penghantar pada suatu saluran tiga-fasa rangkaian-paralel
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
38
Contoh Suatu saluran tiga‐fasa rangkaian ganda terdiri dari penghantar-penghantar ACSR Ostrich 300,000 cmil 26/7 yang disusun seperti gambar dibawah. Tentukan reaktansi induktif dalam ohm per mil per fasa untuk 60 Hz. Jawab: Menurut tabel A.1 untuk Ostrich Ds= 0.0229 ft
Gambar Susunan penghantar pada suatu saluran tiga-fasa rangkaian-paralel
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
39
BAB 3. Kapasitansi Saluran Transmisi Admitansi shunt (Shunt admittance) suatu saluran transmisi terdiri dari konduktansi dan reaktansi kapasitif. Konduktansi ini biasanya diabaikan karena sumbangannya pada admitansi shunt sangat kecil. Alasan lain untuk mengabaikan konduktansi ialah karena tidak ada cara yang baik untuk memperhitungkannya karena konduktansi ini cukup berubah‐ubah. Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar(konduktor); kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang teriadi pada pelat kapasitor bila teriadi beda potensial di antaranya. Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit beda potensial.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
40
3.1 Kapasitansi Saluran Dua Kawat Kapasitansi antara dua penghantar pada saluran dua kawat didefinisikan sebagai muatan pada penghantar itu per unit beda potensial di antara keduanya. Dalam bentuk persamaan, kapasitansi per satuan panjang saluran adalah:
Jika ra = rb = r Gambar penampang saluran kawat sejajar
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
41
Kapasitansi saluran ke netral F/m Reaktansi Kapasitif antara penghantar dan netral
Gambar (a) dan (b) Hubungan konsep kapasitansi antar saluran dan kapasitansi saluran ke netral.
Dibagi 1609 menjadi mil
Jika kapasitansi antar saluran dianggap terdiri dari dua kapasitansi yang sama dalam hubungan seri, maka tegangan antara saluran terbagi dua sama besar diantara kedua kapasitansi tersebut dan titik hubung antara keduanya berada pada potensial tanah. Jadi Kapasitansi ke netral adalah satu dari dua kapasitansi seri yang sama, atau dua kali kapasitansi antar saluran. 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
42
Contoh 1 Carilah suseptansi kapasitif per mil saluran fase-tunggal yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah Partridge, dan jarak pemisahnya adalah 20 kaki antara pusatnya. Jawaban: Dari tabel A1, Nilai diameter luar adalah 0.642 in. Atau dengan reaktansi kapasitif pada jarak pemisah 1 kaki (Tabel A1) dan faktor pemisah reaktansi kapasitif (Tabel A3) diperoleh
Reaktansi kapasitif antar saluran:
Suseptansi kapasitif antar saluran: 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
43
3.2 Kapasitansi Saluran Tiga-Fasa Dengan Jarak Pemisah Yang Tidak Simetris
Gambar penampang saluran tiga fasa dengan jarak pemisah tidak simetris.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
44
Contoh 2 Carilah kapasitansi dan reaktansi kapasitif untuk 1 mil saluran seperti yang digambarkan dalam contoh 3.4, Jika panjang saluran 175 mil dan tegangan kerja normal 220 kV, tentukan reaktansi kapasitif ke netral untuk seluruh saluran, arus pengisian per mil, dan mega volt ampere pengisian total. Contoh 3.4: Suatu saluran tiga fasa rangkaian tunggal yang bekerja pada frekuensi 60 Hz tersusun seperti dalam Gambar disamping. Penghantar‐penghantarnya adalah ACSR Drake. Hitunglah induktansi per mil per fasa. Jawaban:
Dari Tabel
Untuk saluran sepanjang 175 mil, Reaktansi kapasitif = 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
45
Contoh 2 Arus Pengisian per mil:
Atau Ichg = 0.681 x 175 = 119 A untuk saluran. Daya reaktif adalah Q = √3 x 220 x 119 x 10-3 = 45.3 Mvar.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
46
BAB 4. Model Sistem Saluran Pendek Kurang dari 80 km (50 mi) Saluran Menengah antara 80 km – 240 km (50 mi-150 mi) Saluran Panjang lebih 240 km (150 mi)
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
47
4.1 Saluran Transmisi
A. Saluran Transmisi Pendek
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
48
B. Saluran Transmisi Menengah
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
49
Saluran Transmisi Menengah
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
50
C. Saluran Transmisi Panjang
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
51
C. Saluran Transmisi Panjang Persamaan Dalam Bentuk Hiperbolis
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
52
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
53
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
54
4.2 Mesin Sinkron Xs Xar Ef
Xl
Ra
Er
Vt
Rangkaian Ekivalen Generator ac
Vt = Tegangan terminal Xs = reaktansi sinkron = Xar + Xl Xar = Reaktansi jangkar Xl = Reaktansi bocor jangkar Ra = Tahanan jangkar 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
55
Mesin Sinkron
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
56
Pembangkitan 3 Fasa
Tiga coil a, b, c merepresentasikan tiga kumparan jangkar stator. Satu coil f merepresentasikan kumparan medan rotor. Sumbu coil a dipilih pada θd=0º, dan coil b,c dipilih pada θd=120º, 240º . Coil a, b dan c mempunyai induktansi diri: Mutual induktansi Lab, Lbc dan Lca adalah negatif constan:
Mutual induktansi antara coil medan dan stator:
Induktansi diri coil medan : 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
57
Mesin Sinkron
Medan berputar pada kecepatan sudut konstan ω, untuk mesin dua kutub :
Persamaan fluks gandeng untuk coil jangkar menjadi:
Persamaan fluks gandeng untuk coil jangkar:
6/21/2009
Persamaan λa mempunyai dua komponen fluks gandeng, yaitu akibat arus jangkar ia dan akibat arus medan If . Jika coil a mempunyai tahanan R, maka drop tegangan va adalah:
PS S1 Teknik Elektro
58
Mesin Sinkron ea’ : tegangan terminal fasa a saat ia=0 : tegangan tanpa beban : tegangan open circuit : tegangan internal sinkron : emf dibangkitkan pada fasa a. Sudut θd0 menunjukkan posisi kumparan medan sumbu d terhadap fasa a pada t=0. Maka δ = θd0-90º menunjukkan posisi sumbu q yang terletak 90º dibelakang sumbu d, sehingga θd0 = δ + 90º dan
Diperoleh
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
59
Mesin Sinkron
Rangkaian ekivalen generator 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
Diagram phasor 60
Mesin Sinkron Xs Xar Ef
Xl
Ra
Er
Vt
Rangkaian Ekivalen Generator ac
Ef = ea’ Vt = Va Xar = XLs Xl = XMs Ra = R Xd = Xs
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
61
4.3 Transformator
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
62
Contoh Soal
Rangkaian Ekivalen Transformator
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
63
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
64
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
65
4.4 Diagram Segaris
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
66
Diagram Segaris
Diagram segaris sistem tenaga listrik
Diagram impedansi dari diagram segaris
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
67
Diagram Segaris •Resistansi sering diabaikan dalam perhitungan gangguan, karena reaktansi induktif jauh lebih besar dari resistansinya. •Pada transformator, admitansi shunt diabaikan karena arus magnetisasi sangat kecil dibanding arus beban penuh. •Beban-beban yang tidak menyangkut mesin yang berputar sangat kecil pengaruhnya terhadap arus saluran total apabila terjadi gangguan dan biasanya diabaikan. •Beban berupa motor serempak selalu dimasukkan dalam perhitungan gangguan karena emf yang dibangkitkan besar pengaruhnya terhadap arus gangguan.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
68
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
69
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
70
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
71
BAB 5. Penyelesaian Aliran Daya 5.1 Kesetaraan Sumber Jika tegangan VL sama, kedua sumber dengan masing-masing impedansinya akan menjadi setara (ekivalen). Dengan membandingkan kedua persamaan diatas, maka kedua rangkaian akan menjadi identik asal: Untuk rangkaian yang mempunyai emf konstan Eg dan impedansi seri Zg, tegangan pada beban adalah
dan
Untuk rangkaian yang mempunyai sumber arus konstan Is dan impedansi shunt Zp, tegangan pada beban adalah 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
72
5.2 Persamaan Simpul Titik-titik sambungan yang terbentuk, jika dua atau lebih elemen murni (R, L atau C atau sumber tegangan atau arus ideal) dihubungkan satu sama lain pada ujung-ujungnya dinamakan simpul-simpul (nodes). Untuk mempelajari persamaan simpul dimulai dengan diagram segaris pada gambar 7.2. Diagram reaktansi untuk sistem ditunjukkan pada gambar 7.3.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
73
Persamaan Simpul Diagram reaktansi pada gambar 7.3 ditunjukkan dalam persatuan. Simpul-simpul ditunjukkan dalam titik-titik, Nomor ditunjukkan untuk simpul-simpul besar. Jika rangkaian digambar kembali dengan emf dan impedansi seri yang menghubungkannya ke simpul-simpul besar digantikan dengan sumber arus ekivalen dan admitansi shunt ekivalen, hasilnya adalah seperti gambar 7.4. Nilai admitansi diperlihatkan dalam persatuan menggantikan nilai impedansi.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
74
Persamaan Simpul Notasi subscript tunggal akan dipakai untuk menunjukkan tegangan masing-masing rel (bus) terhadap netral yang diambil sebagai simpul pedoman 0 (reference node). Dengan menerapkan hukum arus Kirchoff pada simpul 1, yaitu arus sumber yang menuju simpul tersebut samadengan arus yang meninggalkannya, diperoleh : simpul 1: simpul 4: Dengan mengatur kembali persamaan2 diatas diperoleh: simpul 1: simpul 4:
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
75
Persamaan Simpul Keempat persamaan dalam bentuk matriks adalah :
Disebut dengan matriks admitansi rel, Yrel (Ybus) Matriks ini simetris terhadap diagonal utamanya. Admitansi Y11, Y22, Y33 dan Y44 dinamakan admitansi sendiri (self admitansi), masing2 sama dengan jumlah semua admitansi yang berujung pada simpul yang ditandai dengan subskrip yang berulang. 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
Admitansi yang lain adalah admitansi bersama (mutual admittance), masing-masing sama dengan jumlah negatif semua admitansi yang dihubungkan langsung antara simpul yang disebutkan menurut subskrip gandanya. Rumus umum untuk arus sumber yang mengalir menuju simpul k suatu jaringan yang mengandung N buah simpul, selain netral adalah:
76
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
77
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
78
Contoh Soal
[YBUS]-1
[ZBUS]=[YBUS]-1
[YBUS]-1
[YBUS]
Hasil perhitungan :
Matriks bujursangkar diatas didapat dengan membalikkan matriks admitansi bus disebut matriks impedansi bus.
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
79
Contoh Soal Tegangan simpul adalah :
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
80
5.3 Analisa Aliran Daya Metode Gauss Seidel Merupakan metode iterasi yang paling umum digunakan. Asumsikan bahwa diberikan himpunan n persamaan: [A][X] = [C] a11x1 + a12x2 + a13x3 + …… + a1nxn = c1 a21x1 + a22x2 + a23x3 + …… + a2nxn = c2 a31x1 + a32x2 + a33x3 + …… + a3nxn = c3 x1 = (c1- a12x2 - a13x3 - …… - a1nxn)/ a11 x2 = (c2- a21x1 - a23x3 - …… - a2nxn)/ a22 x3 = (c3- a31x1 - a32x2 - …… - a3nxn)/ a33
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
81
Persamaan Umum Aliran Daya Daya Masuk Bus = Daya Keluar Bus 1
= S12 + S13 = (P12+jQ12) + (P13+jQ13) = V1I12*+V1I13* = V1(I12*+I13*) = V1(I12+I13) * = V1I1* (P1+jQ1)* = (V1I1* )* S1 P1+jQ1
P1-jQ1
6/21/2009
2
3
= V1 * I 1
PS S1 Teknik Elektro
82
Persamaan Umum Aliran Daya
P1 – jQ1 = V1* I1 P1 – jQ1 = V1* (Y11V1+ Y12V2+ Y13V3+ Y14V4)
Pi − jQi = Vi *
n
∑ j =1
6/21/2009
YijV j
Persamaan Umum Aliran Daya
PS S1 Teknik Elektro
83
Klasifikasi Bus A. Load Bus (PQ Bus)
Slack/Swing Bus
1.
Terhubung dengan beban
2.
P dan Q tetap
3.
|V| dan θ dihitung
B. Generator Bus (PV Bus) 1.
Terhubung dengan generator
2.
P dan |V| tetap
3.
Q dan θ dihitung
C. Slack/Swing Bus 1.
Terhubung dengan generator
2.
|V| dan θ tetap
3.
P dan Q dihitung
6/21/2009
P dan Q ditentukan setelah seluruh iterasi terselesaikan. Biasanya slack bus yang digunakan dalam analisa ini jumlahnya hanya satu dan dipilih sebagai bus ke satu atau yang terakhir, yang terhubung dengan generator berkapasitas besar. Konsep Slack Bus ini diperlukan, karena aliran daya kedalam sistem pada setiap bus tidak dapat ditetapkan sampai seluruh iterasi diselesaikan. Karena bus ini berfungsi sebagai referensi, maka sudut fasa tegangannya sama dengan nol.
PS S1 Teknik Elektro
84
Contoh Soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
85
Contoh Soal
Base 100 MVA 230 kV At 230 kV
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
86
Contoh Soal
Table 9.3 Bus data for example 9.2
The Q values of load are calculated from the corresponding P values assuming a power factor of 0.85
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
87
Bus Beban (PQ Bus) Untuk memperbaiki konvergensi, digunakan faktor percepatan α. Umumnya α diset sebesar 1.6 dan tidak lebih dari 2.
Bus Generator (PV Bus) Besaran V4 dikoreksi dengan persamaan:
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
88
5.4 Analisa Aliran Daya Metode Newton Raphson
Gambar Metode Newton Raphson Garis Tangen
Saat y(x) = 0
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
89
Contoh soal Hitunglah F(x) = x3 – 64 dengan menggunakan metode Newton Raphson Maka Harga awal
Proses Iterasi
Iterasi ke dua
Iterasi pertama
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
90
Metode Newton Raphson dengan n Persamaan Misal 2 Persamaan Non Linier adalah sbb:
Persamaan Umum:
Matriks Jacobian dihitung secara numeri pada titik awal x1(0) dan x2(0)
Matriks Jacobian Sehingga iterasi pertama diselesaikan dengan:
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
91
Contoh soal Gunakan Metode Newton Raphson untuk menyelesaikan persamaan berikut:
Element Jacobian-nya adalah
Jawab. Turunan Parsial adalah
Maka
Harga awal adalah Hasil iterasi pertama
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
92
Contoh soal Perhitungan Iterasi ke-dua
Hasil iterasi kedua :
Element Jacobian-nya adalah
Hasil iterasi ke-3 sampai ke-8 :
Maka
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
93
Metode Newton Raphson Persamaan aliran daya. Polar Form
Rectangular Form
Tegangan Bus Admitansi
Power Mismatch
Hybrid Form
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
94
Metode Newton Raphson
Dalam bentuk matriks
Jacobian 6/21/2009
correction PS S1 Teknik Elektro
mismatches 95
Contoh soal
Dari matriks YBUS
= 0.06047 6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
96
Contoh soal
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
97
Contoh soal Elemen Baris ke lima kolom ke 5
Set pada iterasi pertama
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
98
Contoh soal Hasil Penyelesaian Aliran Daya Metode Newton Raphson
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
99
Tabel A1
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
100
Tabel A2
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
101
Tabel A3
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
102
Jadwal Kuliah Pertemuan ke-
Hari/Tanggal
Materi Pokok Bahasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
6/21/2009
PS S1 Teknik Elektro
103
View more...
Comments