Materi 1_Biogeografi, Biodiversitas Dan Biokonservasi
April 22, 2018 | Author: Monalisa Pertiwi | Category: N/A
Short Description
Biogeografi...
Description
BIOGEOGRAFI, BIODIVERSITAS, DA BIOKONSERVASI
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biosistematik, Taksonomi, dan Evolusi)
S2 Biologi Bidang Biodiversitas dan Konservasi Fernando Watung Monalisa J. Taihutu Idris Hermawan Itsna Fauziyyah Yusri Juma
PROGRAM STUDI S2 BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG September 2017
A. BIOGEOGRAFI 1. Gagasan, Definisi, dan Pendekatan Biogeografi
Biogeografi membahas secara sederhana pertanyaan : Mengapa organisme hidup di tempat mereka berada ? Terdapat dua alasan yang dapat menjawab pertanyaan itu, yaitu alasan ekologis dan alasan historical-cum-geographical . Secara ekologis distribusi organisme melibatkan berbagai gagasan yang saling terkait. Pertama, gagasan tentang populasi yang menjadi subjek analisis biogeografi. Setiap spesies memiliki karakteristik sejarah kehidupan, tingkat reproduksi, perilaku, pola distribusi dan lainnya sebagai hasil respon mereka terhadap keadaan lingkungan. Gagasan kedua menyangkut respon biologis terhadap lingkungan dan ini merupakan subjek Biogeografi ekologis. Suatu populasi menanggapi lingkungan fisik (abotik) dan lingkungan biologisnya (biotik). Faktor abiotic meliputi factor fisik seperti temperatur, cahaya, tanah, geologi, topografi, api, air, dan udara; dan factor kimiawi seperti kadar oksigen, konsentrasi garam, kadar toksik, tingkat keasaman. Faktor biotik meliputi kompetisi, parasite, penyakit, predator, dan manusia (Hugget, 2004). Penjelasan historical-cum-geographical berkaitan berkaitan dengan distribusi organisme melibatkan dua gagasan dasar yang keduanya merupakan subjek biogeografi historis (historical (historical biogeography). biogeography). Gagasan pertama menyangkut centres-of-origin centres-of-origin dan penyebaran dispersal (movement away from one’s point of origin origin (College, 2014)) dari satu tampat ke tempat yang lainnya (Gambar 1). Gagasan ini meyatakan bahwa organisme pertama terdapat pada satu tempat dan kemudian terpisah/tersebar ke bagian bumi lainnya. Gagasan kedua menyangkut perubahan geologi dan iklim yang memecah suatu populasi menjadi dua atau lebih populasi yang terisolir. Gagasan ini kemudian dikenal dengan vicariance biogeography. biogeography. Gagasan ini menyangkut peristiwa sejarah yang menyebabkan adanya ad anya ditrubusi yang terpisah (disjunct distribution) antara dua atau lebih taksa yang berdekatan yang hidup saat ini (pada waktu yang sama) pada suatu daerah yang terpisah jauh biak karena perubahan iklim maupun proses geologi (Hugget, 2004; College, 2007).
1
A. BIOGEOGRAFI 1. Gagasan, Definisi, dan Pendekatan Biogeografi
Biogeografi membahas secara sederhana pertanyaan : Mengapa organisme hidup di tempat mereka berada ? Terdapat dua alasan yang dapat menjawab pertanyaan itu, yaitu alasan ekologis dan alasan historical-cum-geographical . Secara ekologis distribusi organisme melibatkan berbagai gagasan yang saling terkait. Pertama, gagasan tentang populasi yang menjadi subjek analisis biogeografi. Setiap spesies memiliki karakteristik sejarah kehidupan, tingkat reproduksi, perilaku, pola distribusi dan lainnya sebagai hasil respon mereka terhadap keadaan lingkungan. Gagasan kedua menyangkut respon biologis terhadap lingkungan dan ini merupakan subjek Biogeografi ekologis. Suatu populasi menanggapi lingkungan fisik (abotik) dan lingkungan biologisnya (biotik). Faktor abiotic meliputi factor fisik seperti temperatur, cahaya, tanah, geologi, topografi, api, air, dan udara; dan factor kimiawi seperti kadar oksigen, konsentrasi garam, kadar toksik, tingkat keasaman. Faktor biotik meliputi kompetisi, parasite, penyakit, predator, dan manusia (Hugget, 2004). Penjelasan historical-cum-geographical berkaitan berkaitan dengan distribusi organisme melibatkan dua gagasan dasar yang keduanya merupakan subjek biogeografi historis (historical (historical biogeography). biogeography). Gagasan pertama menyangkut centres-of-origin centres-of-origin dan penyebaran dispersal (movement away from one’s point of origin origin (College, 2014)) dari satu tampat ke tempat yang lainnya (Gambar 1). Gagasan ini meyatakan bahwa organisme pertama terdapat pada satu tempat dan kemudian terpisah/tersebar ke bagian bumi lainnya. Gagasan kedua menyangkut perubahan geologi dan iklim yang memecah suatu populasi menjadi dua atau lebih populasi yang terisolir. Gagasan ini kemudian dikenal dengan vicariance biogeography. biogeography. Gagasan ini menyangkut peristiwa sejarah yang menyebabkan adanya ad anya ditrubusi yang terpisah (disjunct distribution) antara dua atau lebih taksa yang berdekatan yang hidup saat ini (pada waktu yang sama) pada suatu daerah yang terpisah jauh biak karena perubahan iklim maupun proses geologi (Hugget, 2004; College, 2007).
1
Gambar 1. Tapir : asal, persebaran, dan distribusi saat ini mengikuti pola penyebaran dispersal (Hugget, 2004) Biogeografi histrois berari pergerakan dalam waktu dan ruang. Pergerakan hanya dapat diamati antara sedikitnya dua titik dalam waktu dan ruang. Biogeografi suatu organisme dapat diamati dan dipelajari ketika terdapat bukti yang jelas berkaitan dengan waktu (misalnya fosil dari takson yang sama atau nenek moyangnya), atau ruang (takson yang sama, pemisahan, sisten taxon, ataupun keduanya (misalnya fosil dari takson yang sama di tempat lain), jika data-data tersebut tidak lengkap maka itu adalah dugaan/prediksi. Bukti dari data-data tersebut dapat menjelaskan hubungan adanya peristiwa geologi atau ekologi dengan terpisahnya distribusi biota (Renema, 2007). Terdapat dua pendekatan dalam studi biogeografi, yaitu pendekatan takson dan pendekatan pola (atau area). Pendekatan takson bertujuan menjelaskan distribusi taksa individu, yang merupakan bagian dari revisi taksonomi. Penjelasan pendekatan ini berkaitan dengan adanya distribusi individu akibat suatu peristiwa dan merupakan bagian dari penalaran induktif yang tetap merupakan dugaan sebelum dilakukan pengujian. Pendekatan pola (area) memanfaatkan area umum kladogram atau hasil tarfsiran umum dari sejumlah area kaldogram atau tafsran individu. Pendekatan pola bertujuan untuk menjelaskan sejarah kawasan atau biota. Sehingga pendekatan pola memerlukan analisis bukti bukti yang berhubungan dengan asal usul (penentuan usia, fosil) baik usia fosil suatu taksa, waktu serta letak area suatu peristiwa geologi ataupun ekologis terjadi. Bukti-bukti usia yang dapat digunakan sebagi sumber nukti yang dapa mengungkapkan sejara biogeografi suatu
2
oragnisme selain fosil, juga bersumber dari jam molecular, dan hubungan organisme tersebut dengan organisme lainya yang usianya sudah diketahui (Renema, 2007). Biogeografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari distribusi keragaman organisme berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi bertujuan untuk mengungkapkan keberadaan organisme, kelimpahanya, dan apa yang mempengaruhinya. Biogeografi memberikan wawasan berkaitan dengan mekanisme yang dapat menghasilkan dan mempertahankan keragaman, misalnya spesiasi, kepunahan, penyebaran, serta interaksi antar spesies (Martiny et. al. 2006).
2. Evolution of Continent
Pergeseran benua merupakan proses yang dimulai saat benua terbentuk untuk pertama kalinya dan akan terus berlanjut sampai tenaga penggeraknya, yaitu energy dalam bumi habis. Benua yang ada dibumi awalnya merupakan superbenua yang menayatu yang disebut Pangea yang kemudian bergeser dan berpisah hingga membentuk benua yang sekarang, yang terjadi sekitar 335 juta tahun yang lalu. Berikut rincian sederhana teori pergeseran benua dimuali dari pemisahan Pangea ataupun Gondwana, sampai pemisahan terakhir Australia dan Antartika. Tabel 1. Sejerah Pembentukan Benua
No. 1.
Peiode Waktu
Peristiwa
Awal Jurassic
Pangea : Semua benua di bagian selatan ditambah Amerika Utara
(200 Ma)
membentuk superbenua. Terdapat seaway sempit antara Amerika Utara, Greenland, dan Eurasia (Eropa utama yang terdiri dari pulau pulau); Eurasia sendiri terpisah jauh dari blok benua bagian selatan
2.
3.
Pertegangan Jurassic Amerika utara mulai retak/terpisah dari Amerika Selatan di bagian (175 Ma)
barat dan afrika di Timur
Pertengahan Akhir
Terpisahnya Amerika utara dari blok Selatan (Gondwana) selesai;
Jurassic (160 Ma)
terbentuk laut epikontinental (Selat Turgai) yang memisahkan Eropa dan Asia. Kemudian pemisahan dimulai antara bagian Barat Gondwana (Amerika Selatan dan Afrika) dan bagian Timur Gondwana (bagian yang tersisa)
4.
Awal Cretaceous
Terpisahnya bagian Timur dan Barat Gondwana kurang lebih
(140 Ma)
selesai, namun Amerika Selatan tetap terhubung dengan Antartika baik oleh jembatan darat atau rantai pulau. Menurut Hallam (1994) 3
Gondwana bagian barat benar-benar terpisah dari Gondwana timur di Tithonian (tahap terakhir dari periode Jurassic, 150-145 Ma, menurut fosil berbagai kelompok organisme laut di Afrika Timur, Madagaskar dan Andes bagian selatan). Samudera Atlantik selatan mulai terbuka, Amerika Utara dan Amerika Serikat dan Eropa terhubung meintasi Atlantik Utara. 5.
Awal Cretaceous
Retakan/pemisahan India dan Madagaskar dari Antartika hampir
(130 Ma)
selesai; Amerika Selatan dan Afrika masih terhubung secara luas di bagian tengahnya, perpecahan di Australia dimulai.
6.
Awal Cretaceous
Celah sempit/pembatas yang menghubungkan antara Amerika
(105 Ma)
Selatan dan dan Afrika Barat terputus; Amerika Selatan dan Antartika
terhubung oleh daratan sempit (rantai kepulauan);
terbentuk lautan epikontinental yang membagi Amerika Utara menjadi bagian barat yang terhubung ke Asia di Beringia, dan bagian timur yang terisolasi. 7.
Akhir Cretaceous
Madagaskar terpisah dari India; Australia masih terhubung denga
(90 Ma)
Antartika; Isolasi yang terjadi di Amerika Selatan lebih kuat (tapi masih merupakan rantai kepulauan antara ujung selatan dan Antartika), semuea kontinen yang terhubung dengan Afrika mulai terpisah antara 106 dan 84 Ma).
8.
9.
Akhir Cretaceous
New Zealand terpisah dari Antartika dan pemisahan antara
(80 Ma)
Australia dan Antartika berlanjut kea rah timur.
Akhir Cretacous (
Lautan epikontinental bagian Utara-Selatan memisahkan Afrika
70 Ma)
Barat dari seluruh Afrika; bagian timur Amerika Utara dan Eropa terbagi menjadi beberapa pulau besar. Bukti fosil menunjukkan adanya migrasi terbatas vertebrata antara bagian utara dan selatan Amerika di dekat Cretaceous-Cenozoic, Amerika Selatan semakn terisolasi setelahnya, sampai Panama Isthmus di akhir Pliosen.
10. Paleocene (60 Ma)
Ujung Utara Semenanjung Antartika berdekatan dengan ujung selatan Amerika Selatan, namun Georgia Selatan dan Blok Orkney Selatan yang terletak diantaranya menjadi berpisah dan berangsur4
angsur bermigrasi ke timur membuat persimpangan tetertrial semakin meningkat secara sulit dan tidak mungkin praktis (keculai untuk persebaran jarak jauh), laut epikontinental yang melintasi Afrika mongering; India mencapai katulistiwa, tapi menurut Metcalfe (1999) ada kontak awal antara India dan Eurasia saat ini; Amerika Utara dan Eropa menjadi lebih koheren dan kurang lebih terhubung pada garis lintang utara; Asia dan Amerika Utara terhubung luas melalui Beringia sampai periode Cenozoic). 11. Pertengahan Eocene (45 Ma)
Kontinen Selatan telah terpisah, dan India dan Autralia bergeser ke utara; Menurut Hallam (1994), jembatan berupa celah daratan mungkin menghubungkan Australia dengan Antartika sampai 38 Ma, tapi bukti dari peristiwa ini tidak jelas, dan melalui rekonstruksi yang dilakukan oleh Hall (1982, 2002), terlepas dari Antarika pada 50 Ma, sementara menurut Lawver and Gahagan (1998) seaway yang dangkal memisahkan Australia dari Antartika sejak awal Cenozoik (65-60 Ma); menurut Metcalfe (1999) terdaat identasi utama antara India dan Eurasia saat ini, Hallam (1994) mencatat bahwa koridor daratan utama antara India dan Asia terlah terjadi pada periode Eosen Tengah.
12. Oligocene (30 Ma)
India secara sempurnah hampir melintasi katulistiwa; dengan Australia benar-benar terlepas dari Antartika, arus laut yang dingin bias mengelilingi Antartika dan dimulainya glasiasi (penurunan suhu). Menurut Kemp (1981) dataran es mencapai lautan pada 30 Ma, tapi Hallan (1994) mencatat pertumbuhan signifikan tutupan es dimulai lebih awal, pada pertengahan Miocene; dari akhir periode Eocene awal Miocene (c. 38 Ma), pertukaran fauna antara Australia dan Amerika Selatan melewati Antartika tidak memungkinkan unutk organisme teretrial dan melihat bahwa hubungan/steping stone yang sempit antara Amerika Selatan dan Australia pada lengan satunya , dan Antartika pada lengan yang lainnya.
13. Awal Miocene (20
India terhubung dnegan Asia, hubungan antara Amerika Utara dan 5
Ma)
Eropa melewati Atlantik Utara masih kurang lebih lengkap dari steping stones.
14. Pertengahan
Terjadi tubrukan antara lempeng Australia dan Asia; Menurut
Miocene (15 Ma)
Audley-Charles (1993), tidak ada bukti daratan antara Australia, New Guinea, dan Sulawesi sebelum 6 Ma. (Renema, 2007)
3. Biogeographical Region
Tempat yang berbeda dihuni jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang berbeda-beda pula. Perbedaan distribusi spesies dalam wilayah yang berbeda menjadi jelas dan nyata ketika ditemukanya new land. Pada pertegahan abad ke 18 George Leclerc, Compte de Buffon (17071788) melaksanakan studi tentang mamalia tropis dari Old World (Afrika) dan New World (Amerika tengah dan selatan). Dia menemukan bahwa tidak ada spesies tunggal. Bukti menunjukkan bahwa perbandingan tumbuhan serangga, dan reptile dari Afrika dan Amerika selatan memiliki pola yang sama. Hingga abad ke 19, kesardaran bahwa bahwa permukaan bumi dapat dibagai dalam wilayah-wilayah biogeografi, di mana setiap wilayah memiliki sekelompon hewan dan tumbuhan berbeda. Menurut James Cowles Prochard (1826) terdapat tujuh wilayah mamalia, yaitu wilayah Artik, Zona temperat, wilaya katulistiwa (ekuator), pulau kecil India, wilayah Papua, wilayah Australia, dan wilyah ekstrimitas/terjauh Amerika dan Afrika. Wiliam Swainson memodifikasi skema ini pada tahun 1835, berdasarkan variasi keberadaan manusia, wilayah biogeografi dibagi menjadi lima wilayah, yaitu wilayah European (Caucasian), wilayah Asiatic (Mongolia), wilayah American, wilayah Ethiopian (Africa), dan wilayah Australian (Malay). Menurut Philip Lutley Sclater (1858) wilayah biogeograpi dibagi menjadi dua divisi dasar berdasarkan distribusi burung, yaitu Old World (Creatio Paleogeana) dan New World (Creatio Neogeana) dengan enam wilayah. Old Word dibagi menjadi Eropa dan Asia Utara, Sahara Afrika Selatan, India dan Asia Selatan, dan Australia dan New Guinea. New World dibagi menjadi Amerika Utara dan Amerika Selatan. Alfred Russel Wallace dalam bukunya Geographical Distribution of Animal meninjau kembali dan mengadopsi enam wilayah Sclater’s atau dijuluki alam Wallace. Pembagian wilayah menurut system Sclater’s dan Wallacea menyediakan tetap bertahan sampai seekarang. Pembagian wilaya Sclater-Wallacea terdiri dari enam wilayah, yaitu Nearctic, Neotropical, 6
Palaearctic, Ethiopian, Oriental, dan Australian. Wilayah Nearctic dan Palaearctic membentuk Neogeae (New World), semenara wilayah lainnya membentuk Palaeogaea (Old World).
4. Wilayah Mamalia
Wilayah Palaearctic atau Eurasian merupakan wilayah terbesar dari keena, wilayah yang digambarkan oleh Sclater & Wallacea. Wilayah ini termasuk Eropa, Afrika utara. Near East, dan sebagian besar Asia (tidak termasuk subkontinen India atau Asia Tenggara). Terdapat 40 famili fauna mamalia dan hanya dua yang merupkan mamaia endemik di daerah Palaearctic, yaitu tikus mondok yang rabun (Spalacidae) dan tikus gurun (Seleviniidae), diwalkili oleh satu spesies, dzalman, yang merupakan pengegerat serangga kecil.
Gambar 2. Distribusi Wilaya Mamalia (Hugget, 2004) Wilayah Neartik atau Amerika Utara mencakup hampir seluruh New World sebelah utara dari Meksiko tropis. Faunanya bermacam-macam dan termasuk famili dengan sebagian besar zona
tropis,
seperti
kelelawar
bersayap
kantong
atau
kelelawar
berekor-sarung
( Emballonuridae), kelelawar vampir ( Desmodontidae), dan babi sigung atau babi liar (Tayassuidae), serta sebagian besar famili zona subartik, semisal tikus loncat (Zopodidae), berang-berang (Castoridae), dan beruang (Ursidae). Hanya dua famili neartik yang termasuk endemik pada wilayah tersebut. Aplodontidae, yang terdiri dari satu spesies, berang-berang gunung atau swellel ( Aplondontia rufa), dan Antilocapridae, yang juga terdiri satu spesies, Rusa 7
bertanduk garpu ( Antilocapra americana). Dua famili lainnya mayoritas adalah endemik: hewan pengerat berkantung (Geomydae) hidup di Amerika Utara, Amerika tengah, dan Kolombia bagian utara; serta tikus kanguru dan tikus berkantung (Heteromydae) hidup di Amerika Utara, Meksiko, Amerika tengah, dan Amerika Selatan bagian barat laut. Wilayah Neotropis atau Zona Amerika Selatan mencakup seluruh New World sebelah selatan Meksiko tropis. Wilayah ini memiliki sekitar 27 famili mamalia endemik, termasuk 12 famili binatang pengerat caviomorph dan 7 famili kelelawar. Wilayah Ethopian meliputi Madagaskar, Afrika bagian selatan dari garis/batas yang agak tidak dapat ditentukan [secara jelas] yang membentang sepanjang Gurun Sahara, dan secarik/bagian wilayah selatan Semenanjung Arab. Zona tersebut memiliki sekitar 15 famili endemik, hampir sama banyaknya seperti zona Neotropis, termasuk dua keluarga celurut (tikus mondok emas dan celurut berang-berang) dan 5 famili binatang pengerat. Dua famili lainny yaitu celurut gajah (Macroscelididae) dan gundi (Ctenodactylidae) yang hanya hidup di Afrika, tapi menyebar hingga sebelah utara benua, yang merupakan bagian dari zona Palaeartik. Zona Oriental mencakup India, Indo-China, China bagian selatan, Malaysia, Kepulauan Filipina dan Indonesia sampai batas timur sejauh garis Wallace. Zona Oriental hanya memiliki lima famili endemik: Dormis duri ( Platacanthomyidae), tupai/celurut pohon (Tupaiidae), Tarsius (Trasiidae), Kubung atau lemur terbang (Cynocephalidae), dan satu famili kelelawar endemic (Craseonycteridae) yang diwakili oleh spesies tunggal yang dikenal sebagai kelelawar Kitti hidung-babi atau kelelawar tawon bambo (Craseonycteris thonglongyai), yang ditemukan di Tailand pada tahun 1973. Zona Australian termasuk daratan utama Australia, Tasmania, Papua Newgunie, Sulawesi, dan berbagai pulau-pulau kecil di Indonesia. Wilayah ini memiliki memiliki kira-kira 19 famili mamalia endemik.
Tabel 2. Famili Mammalia Endemik pada wilayah fauna
Jumlah Wilayah Fauna
Famili
Nama Famili Endemik
Endemik Eurasian
2
Tikus mondok rabun (Spalacidae); dzhalman (Seleviniidae)
(Palaearctic 8
Amerika Utara
2
(Nearctic) Amerika Selatan
Berang-berang gunung atau sewellel (Aplodontidae); rusa pronghorn (Antilocapridae)
27
(Neotropical)
Solenodons (Solenodontidae); West Indian shrews (Nesophontidae); New World monkeys (Cebidae); marmosets (Callithricidae), caeonolestids or marsupial mice (Caenolestidae); monito del monte or ‘monkey of the mountains’ (Microbiotheriidae); trenggiling (Myrmecophagidae); kukang (Bradypodidae); degus, coruros, and rock rats (Octodontidae); tuco-tucos (Ctenomyidae); tikus berduri (Echimyidae); rat chinchillas (Abrocomidae); hutias and coypus (Capromyidae); chinchillas and viscachas (Chinchillidae); agouties (Dasyproctidae); pacas (Cuniculidae); pacarana (Dinomyidae); guinea-pigs and their relatives (Caviidae); capybaras (Hydrochoeridae); quemi and its allies (Heptaxodontidae)a; bulldog bats (Noctilionidae); New World leaf-nosed bats (Phyllostomidae); moustached bats, ghost-faced bats, and naked-backed bats (Mormoopidae); vampire bats (Desmondontidae), funnel eared bats (Natalidae); smoky or thumbless bats (Furipteridae); disk-winged bats (Thyropteridae)
Ethiopian
15
Jerapa (Giraffidae); kuda nil (Hippopotamidae)b; aardvark (Orycteropodidae); tenrecs (Tenrecidae); the Old World sucker-footed bats (Myzopodidae); lemurs (Lemuridae); woolly lemurs (Indriidae); aye-ayes (Daubentoniidae); golden tikus modok (Chrysochloridae); berang-berang shrews (Potamogalidae); tupai ekor sisik (Anomaluridae); the spring hare or Cape jumping hare (Pedetidae); cane rats (Thryonomydiae); the rock rat or dassie rat (Petromyidae); tius mondok African (Bathyergidae)
9
Oriental
5
Spiny dormice (Platacanthomyidae); tree shrews (Tupaiidae); tarsiers (Tarsiidae); flying lemurs or colugos (Cynocephalidae); Kitti’s hog-nosed bat or bumblebee bat (Craseonycteridae)
Australian
19
Echidnas or trenggiling bersisik (Tachyglossidae); platypus (Ornithorhynchidae); marsupial ‘mice’ and ‘cats’ (Dasyuridae); Tasmanian wolf (Thylacinidae); numbat or trenggiling pita (Myrmecobiidae); marsupial mole (Notoryctidae); bandicoots and bilbies (Peramelidae); bandicoots penggali (Thylacomyidae); bandicoot berduri and bandicoot tikus (Peroryctidae); possum berbelang, Leadbeater’s possum, and wrist-winged gliders (Petauridae); feathertail gliders (Acrobatidae); pigmy possums (Burramyidae); possums ekor kuas, cuscuses, possums ekor sisik (Phalangeridae); possums ekor cincin and great glider (Pseudocheiridae); kangaroos and wallabies (Macropodidae); rat kangaroos, potoroos, and bettongs (Potoroidae); koalas (Phascolarctidae); wombats (Vombatidae); noolbender or honey possum (Tarsipedidae) (Hugget, 2004)
5. Wilayah Flora
Berdasarkan wilayah persebaran tumbuhan berbunga (angiospermae) dan dengan mengadaptasi skema yang ditemukan oleh Adolf Engler selama tahun 1870an, Ronal Good (1974) menggambarkan wilayah tumbuhan meliputi enam zona, yaitu Boreal, Paleotropical, Neotropical, Australian, Afrika Selatan (Cape) dan flora Antarctic. Setiap wilayah memiliki subregion, sehingga terdapat total 37 region.
10
Gambar 3. Klasfikasi dan Distribusi Flora (Hugget, 2004) Flora boreal membentang dari Amerika utara dan Asia, yang memiliki banyak family, termasuk birch, alder, hazel, dan hornbeam (Baulaceae), mustar/kubis-kubisan (Cruciferae), mawar kuning muda (Primulaceae), dan buttercup (Ranunculaceae). Enam subregion yang dikenal, yaitu Artik dan Subartik, Asia timur, Asia barat dan tengah, Mediterania, Siberia-Eropa, dan Amerika Utara. Wilayah Palaeotropical mencakup hampir semua Afrika, semenanjung Arab, India, Asia tenggara, dan sebagian wilayah Pasifik bagian barat dan tengah. Sub-zona tidak sepenuhnya disepakati/disetujui tapi Malesia, Indo-Afrika, dan Polynesia secara umum yang telah dikenal. Subregion Malesian sangat kaya akan bermacam bentuk dengan sekitar 400 genus endemik. Madagaskar, yang merupakan bagian subregion Indo-Afrika tetapi terkadang dianggap sebagai wilayah/zona terpisah, memiliki 12 famili endemik dan 350 genus endemik. Wilayah Neotropis mencakup hampir semua wilayah Amerika Selatan, kecuali ujung selatan dan jalur barat daya, Amerika tengah, Meksiko (pengecualian pada bagian utara yang
11
kering dan bagian tengah), dan Hindian Barat serta ujung selatan Florida. Zona ini sangat kaya dengan bunga-bungaan, ditempati 47 famili endemik dan hampir sekitar 3.000 genus endemik. Wilayah Cape Afrika Selatan, untuk ukurannya yang kecil, kaya akan tanaman dengan 11 famili endemik dan 500 genus endemik. Wilayah Australia sangat berbeda dengan 19 famili endemik, 500 genus endemik, dan lebih dari 6.000 spesies tumbuhan berbunga. Wilayah Antartika memiliki geografi yang tidak biasa dan termasuk jalur pantai Chili dan ujung selatan Amerika Selatan, kepulauan Antartika dan Sub-Antartika, serta Selandia Baru. Sub-zona dari sub-antartika (Cili bagian selatan, Patagonia, dan Selandia baru) mempunyai flora yang berbeda terdapat sekitar 50 genus, dimana pantai selatan ( Nothofagus) merupakan sebuah unsur yang khas.
6. Persamaan dan Perbedaan Wilayah Perbandingan dan perbedaan antar Takson
Setiap wilayah biogeografi memiliki dua kelompok family, yaitu kelompok yang endemic atau yang khas pada suatu wilayah, dan kelompok yang sama-sama mediami/menyebar di wilayah lainnya. Takson yang sama diantara dua biogeografi disebut characteristics atau khas, takson yang sama diantara tiga atau empat wilayah biogeografis disebut semi-kosmopolitan, dan takson yang keberadaannya sama diantara lima atau lebih wilayah biogeografi disebut cosmopolitan. Hubungan antar zona ditentukan melalui percampuran sebagian komponen fauna ataupun flora. Komponen flora Malesian terdapat di hutan hujan tropis Queensland bagian timur laut, Australia. Flora Antartika dan Palaetropis bercampur di Pulau Selatan Selandia baru, Tasmania, dan Pegunungan Asutralia. Persamaan yang kuat zona fauna Ethiopian dan Oriental tercermin dalam sejumlah famili yang sama: tikus bambu (Rhizomyinae), gajah (Elephantidae), badak (Rhinocerotidae), kancil (Tragulidae), loris dan kongkang (Lorisidae), galago atau monyet malam (Galagonidae), kera (Pongidae), dan Trenggiling dan trenggiling bersisik (Manidae). Perbandingan wilayah Fauna dan Flora
Wilayah tumbuhan utama dan Wilayah hewan utama hampir kongruen, tetapi terdapat perbedaan penting diantaranya. Pertama, disebabkan oleh kemampuan menyebar yang lebih baik dari sebagian tumbuhan dibanding binatang darat, zona tumbuhan cenderung kurang jelas [batasannya] dibandingkan dengan zona binatang. Kedua, walaupun wilayah boreal flora sama 12
dengan
kombinasi
wilayah
fauna
Eurasian
dan
Amerika
Utara
(zona
Holoartik),
subregion/zona/wilayah flora Amerika Utara berbeda dari wilayah Neartik fauna dalam arti bahwa dirinya tidak menempati seluruh wilayah Florida atau Baja Kalifornia. Zona tumbuhan Palaeotropis adalah sama jika dibandingkan pada gabungan zona fauna Ethiopian dan Oriental atau sebagian besar zona Afro-Tethyan milik Smith, dengan tidak memasukan Mediteranian, yang secara tumbuhan merupakan kelompok zona sub-artik. Zona flora Australian rata-rata cocok/sesuai dengan zona fauna Australian, walaupun garis pembagian dengan zona Asian terletak antara Australia dan Papua, daripada zona faunanya yang agak lebih ke barat. Pastinya, sangat membingungkan bahwa flora papua adalah Palaeotropis sedangkan faunanya Australian. Zona flora neotropis dalam berbagai hal sesuai dengan zona faunan Neotropis, tetapi zona flora neotropis, tidak seperti zona fauna neotropis, terbawa hingga di Baja Kalifornia dan ujung selatan Florida. Zona flora Cape, yang mendiami ujung selatan Afrika, tidak menunjukan kesamaan dengan zona faunanya. Zona flora Antartika, seperti zona flora Cape, tidak memiliki persamaan dalam zona fauanya, termasuk Amerika Selatan bagian selatan dan Selandia baru, dan sebagian anggotanya ditemukan di Tasmania dan Australia bagian tenggara. 7. Sebaran Flora Dunia Sebaran Flora di Dunia
Sebaran flora di dunia diilhami dari penelitian yang dilakukan oleh Clinthon Hart Meeriem, seorang peneliti biologi alam pada tahun 1889, mengemukakan model persebaran tumbuhan berdasar variasi ketinggian pada Gunung San Fransisco dari kaki. Model tersebut ternyata sejalan dengan pola persebaran tumbuhan dari garis tropis ekuator hingga ke arah utara maupun selatan. Hali ini disebabkan karena temperatur berubah sesuai dengan ketinggian sebagaimana pula garis lintang (latitude) selatan dan utara maka sehingga Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah dipen garuhi oleh temperatur. Kemudian dapat dibuktikan bahwa faktor kelembapan ternyata lebih berperan dari pada faktor temperatur. Curah hujan yang tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan besar sebaliknya untuk curah hujan rendah jenis tumbuhan kecil, misalnya: belukar, padang rumput, kaktus dan tumbuhan padang pasir lainnya.
13
Gambar 4. Skema kehidupan flora berdasarkan garis lintang dan tingkat kekeringan Berdasarkan curah hujan dan suhu yang berbeda didalam suatu tempat di muka bumi maka terjadilah perbedaan serta persebaran flora, seperti yang dapat diketahui pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Komunitas Tumbuhan dan Kondisi Iklim Jenis Komunitas Tumbuhan
Tumbuhan
Kondisi Iklim
hutan Curah hujan 1.000 sampai 2.000 mm/tahun suhu
tropis Tumbuhan
20°C sampai 30°C hutan Curah hujan 750 sampai 1.000 mm/tahun suhu -2
musim Tumbuhan Tumbuhan hutan
°C sampai 18°C hutan Curah hujan 400 sampai 750 mm/tahun suhu -
taiga
12°C sampai -10°C Curah hujan 200 sampai 1.000 mm/tahun suhu
Tumbuhan sabana Tumbuhan padang rumput
20°C sampai 30°C Curah hujan 1.000 sampai 2.000 mm/tahun suhu -
Tubuhan stepa
20°C sampai 10°C
Tumbuhan
Curah hujan kurang dari 250 mm/tahun Suhu bisa
gurun pasir
mencapai 48°C
Tumbuhan
Curah hujan kurang dari 250 mm/tahun Suhu
tundra
kurang dari 0° C
14
a. Hutan Hujan Tropis Hutan hujan tropis bisa sebut pula hutan rimba karena dilhat dari keadaannya hutan tersebut sangat lebat dan jarang tersentuh oleh kegiatan manusia. Hutan rimba mempunyai ciriciri : lebat dan selalu hijau, terdiri dari berbagai pohon besar dan kecil, ketinggian mencapai sekitar 60m, mahkota daunnya bertingkat-tingkat sehingga suasana didalamnya gelap dan lembab, banyak ditemukan pohon memanjat, pakis anggrek serta anggrek. Ciri paling mudah dari hutan ini adalah berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap dan sepanjang tahun hutan basah cukup mendapat air dan keadaan alamnya memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan kompleks. Persebaran hutan hujan tropis terdapat di daerah tropika dan subtropika yang ada di Indonesia, daerah Australia bagian utara, Irian Timur, Afrika Tengah, dan Amerika Tengah. b. Hutan Musim Hutan gugur termasuk dalam jenis komunitas tumbuhan. Perbedaan hutan gugur dan hutan hujan tropis terlihat pada kerapatan pohonya dan memiliki tumbuhan humogen. hutan yang terdapat. di wilayah kemarau yang cukup panjang. Hutan musim yang terdapat di daearah tropis biasanya memiliki ciri-ciri yaitu pohonnya jarang, ketinggian pohon biasanya antara dua belas sampai tiga puluh lima meter, pada musim kemarau daunnya berguguran dan pada musim penghujan daunnya pun bersemi c. Hutan Taiga Taiga disebut juga hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan berlapis zat lilin untuk tahan terhadap kekeringan. Pohon-pohon yang terdapat di hutan taiga misalnya konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Taiga kebanyakan terdapat di belahan bumi bagian utara (Siberia Utara, Rusia, Kanada Tengah dan Utara), dengan masa pertumbuhan pada musim panas berlangsung antara 3 sampai 6 bulan. Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama musim dingin. Di daerah ini musim dingin cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang panas sangat singkat. d. Sabana Sabana merupakan padang rumput yang dikelilingi oleh semak-semak (rumpun pohon rendah) yang bertebaran dimana-mana. Sabana banyak dijumpai di Nusa Tenggara, Madura,
15
Dataran Tinggi Gayo. Stepa memiliki masa kemarau yang cukup panjang dengan curah hujan 200 sampai 1.000 mm/tahun dengan suhu 200 °C sampai 300 °C e. Stepa Berbeda dengan Sabana, seluruh wilayah stepa terdiri dari dari kumpulan padang rumput saja. Stepa banyak dijumpai didaerah Nusa Tenggara Timur yakni : Sumbawa,Flores, dan Timor. Stepa bisa dimanfaatkan sebagai daerah peternakan hal ini disebabkan bahwa daerah tersebut memiliki banyak sekali rumput saja. Stepa memiliki curah hujan 1.000 sampai 2.000 mm/tahun dengan suhu -200°C sampai 100°C. f. Gurun Pasir Gurun merupakan suatu daerah yang memiliki sifat tanah berupa batuan atau lempung, biasanya mudah pecah-pecah. Sering kali tanah menjadi berkerikil, berpasir, bergeluh atau berbatu, tetapi selalu bersifat kering. gurun banyak ditemukan di Sahara Afrika, Gurun Gobi di Mongolia, dan di Australia. Vegetasi yang hidup, yaitu tumbuhan musiman, segera akan tumbuh jika hujan turun, umumnya relatif pendek. ciriciri: berdaun kecil atau tidak berdaun, berakar panjang, batangnya mempunyai jaringan sehingga dapat menyimpan air, umumnya terdiri dari bermacam-macam kaktus. Gurun yang panas merupakan daerah-daerah dalam wilayah iklim tropis dan subtropis yang mempunyai curah hujan yang rendah. g. Tundra Istilah tundra bermakna dataran tanpa pepohonan. Suhu yang sangat dingin dan angin yang sangat kencang menjadi faktor penentu tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi, Kalau ada pohon maka pohon itu terlihat pendek seperti semak. Di daerah tundra ini ban yak terdapat lumut, terutama spagnum dan lichens (lumut kerak). Walaupun mendapatkan curah hujan yang sedikit, tetapi wilayah tundra tetap membeku dan tandus. Hal ini disebabkan oleh air hujan tidak dapat menembus tanah bagian bawahnya. Daerah tundra hanya terdapat di Arktik dan di Alaska Tengah, seluruh Arktik dan pulau pulau kecil dekat Antartika. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang serta gelap dan musim panas yang panjang serta terang terus menerus.
16
Gambar 5. Peta Persebaran Flora Dunia 8. Sebaran Fauna di Dunia
Persebaran fauna di dunia tak bisa lepas dari seorang ahli bernama Alfred Russel Wallacea (1823-1913)
yang
telah
mempelopori
secara
modern
geografi
hewan
sehingga
dia
menggambarkan suatu garis khayal yang memberikan batasan dalam penyebaran fauna di dunia menjadi 6 kawasan seperti gambar di bawah ini :
Gambar 6. Peta Persebaran Fauna Dunia Berdasarkan gambar di atas maka persebaran hewan didunia adalah : 1. Neartik Wilayah fauna Neartik terdapat dibelahan bumi utara tepatnya di wilayah Amerika bagian utara dan seluruh wilayah Greenland. Pada wilayah persebaran ini terdapat beberapa bioma padang rumput, bioma taiga dan vegetasi hutang gugur, berbeda dengan lingkungan fisik Greenland yag sulit ditentukan karena tertutup oleh ketebalan salju. Keadaan lingkungan tersebut mengakibatkan adanya fauna khas diwilayah tersebut yang antara lain : Beruang coklat, berang17
berang (prairie dog), elang bondol,kalkun, antelop bertanduk cabang tiga, sejenis tupai dari Amerika Utara,burung biru, salamander, bison, karibou, mockingbird dan muskox. 2. Neutropik Wilayah fauna Neotropik tersebar dari Meksiko bagian selatan sampai Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kondisi wilayah Neotropik sebagian besar beriklim tropis dan di Amerika Selatan lebih banyak yang beriklim sedang.akibat dari iklim tersebut maka banyak fauna khas yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, yaitu : Armadillo,kukang, kelelawar penghisap darah, alpaka, orang utan,ikan arapaima, siamang, trenggiling, menjangan,llama, kuda, ular anaconda, kera dan tapir. 3. Paleartik Wilayah persebaran fauna Paleartik meliputi hampir seluruh daratan Eurasia dan beberapa daerah di kawasan pegunungan Himalaya, Afganistan, Afrika, Inggris dan Jepang. Keadaan lingkungan di wilayah ini cukup bervariasi karena setiap wilayah memiliki perbedaan suhu yang tinggi dan curah hujan yang berbeda-beda. Fauna khas paleartik adalah Lynk, macan tutul salju,tikus, bison, landak,serigala, unta, rusa kutub, beruang kutub dan panda. 4. Ethiopian Wilayah fauna Ethiopian meliputi seluruh daratan benua Afrika, Madagaskar dan daratan Arab bagian selatan. Keadaan lingkungan wilayah Ethiopian relatif seragam. Di bagian utara wilayah Ethiopian terdapat Gurun Sahara yang merupakan padang pasir terluas di dunia. Adanya Gurun ini akan menjadi barier atau pembatas antara wilayah Ethiopian dengan wilayah Paleartik.Contoh fauna khas Ethiopian adalah : gajah, singa, cheetah, hyena, jerapah, zebra, unta, badak afrika, kudanil kecil dan berbagai variasi fauna yang hampir mirip dengan daerah oriental seperti jenis kucing dan anjing, lemur, baboon, gorila simpanse dan beberapa burung endemik lainnya. 5. Oriental (Asiatik) Wilayah fauna Oriental meliputi Benua Asia beserta pulau-pulau disekitarnya meliputi Srilangka, Filipina dan Indonesia bagian barat dan tengah yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi. Kondisi lingkungan fisik wilayah Oriental itu sendiri cukup bervariasi,bahkan sebagian besar beriklim tropis sehingga banyak terdapat hutan hujan tropis yang kaya akan flora dan fauna. Beberapa fauna khas yang hidup di wilayah Oriental antara lain
18
: Beruang madu, bekantan harimau, gajah, gibbon, orang utan, bekantan, monyet, badak bercula satu, menjangan, antelop, tapir, babi rusa. Anoa, komodo. 6. Australis Wilayah persebaran fauna Australis meliputi Benua Australia, Selandia Baru, Papua, Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitarnya dan Kepulauan-kepulauan di samudera pasifik di sebeleh selatan garis katulistiwa. Sebagian besar kondisi lingkungannya tropis dan sebagian lagi beriklim sedang. Kondisi lingkungan di wilayah Australia cukup mencolok ini disebabkan oleh letaknya yang terpisah jauh dari benua lainnya. Fauna khas Australis adalah : Burung kiwi, kangguru, platypus, cendrawasih, wallaby, burung emu, kasuari, dingo, buaya dan burung penghisap madu. 9. Persebaran Floran dan Fauna di Inonesia
Keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia tak bisa dilepaskan dari suatu proses penyebaran yang telah terjadi sebelumnya. Sebaran tersebut menjadi sebuah kekayaan hayati yang seharusnya wajib diketahui oleh masyarakat disekitarnya terutama dunia. Atas dasar itulah banyak sekali ilmuwan atau peneliti yang mengkaji tentang sebaran flora dan fauna di Indonesia misalnya dari Alfred Russel Wallace dan Max Carl Wilhelm Weber sehingga dengan adanya penelitian tersebut mampu membagi persebaran flora dan fauna di Indonesia didasarkan atas garis wallacea dan weber seperti di bawah ini :
Gambar 7. Pembagian flora dan fauna pada berdasarkan zona transisi 19
Berdasarkan gambar di atas gambar di atas flora dan fauna di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu : a. Tipe Asia Penyebaran jenis flora dan fauna tipe asia tidak bisa lepas dari garis Wallacea yang pada dasarnya membatasi wilayah yang memiliki karakteristik yang sama terutama di Indonesia , mulai dari Selat Lombok dan Selat Makasar. Flora dan Fauna tipe asia mencangkup wilayah sumatera, jawa, kalimantan dan pulau-pulau kecil disekitarnya atau wilayah ini masih dalam ruang lingkup paparan sunda atau Indonesia bagian barat. Bali meskipun tidak tergabung dalam paparan sunda namun memiliki kemiripan dengan fauna di Jawa. Paparan Sunda ini sekitar 140 juta tahun yang lalu merupakan bagian dari benua Asia sehingga wilayah yang termasuk didalamnya berpengaruh pada persebaran flora dan fauna tipe asia. Adapun contoh flora dan fauna tipe Asia adalah : 1) Jenis Floranya meliputi kayu jati, pakis-pakisan, beringin, rotan, pohon durian, cemara. Kayu pinus, kayu dammar, kayu ulin, bunga edelwis, dan bunga bangkai (Rafflesia Arnoldi), anggrek, daun sang, dan kantong semar. 2) Jenis fauna tipe asia meliputi mamalia, terdiri atas biawak, bajing tanah, badak bercula satu, tapir, rusa,bajing terbang, banteng,bekantan, kerbau,gajah sumatera, monyet, orang utan, macan tutul, tikus, musang, beruang, kijang, ajag, kelelawar, landak, harimau bali, babi hutan, kancil,dan kukang. Reptil, terdiri atas; buaya, penyu hijau, kura-kura, kadal, ular, penyu belimbing, tokek, biawak, bunglon, dan trenggiling. Burung, terdiri atas; merak, burung hantu, burung pecuk ular, bangau, elang, jalak, burung rangkong, kutilang, berbagai macam unggas, dan lain-lain. Berbagai macam serangga serta berbagai macam ikan air tawar termasuk pesut mahakam. b. Tipe Peralihan Penyebaran flora dan fauna peralihan berada di antara garis wallacea dan garis weber sedangkan wilayah yang dilingkupi tersebut adalah wilayah indonesia bagian tengah yaitu Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara atau di Indonesia bagian tengah. Flora-fauna peralihan disebut zone Wallacea yang terletak di antara garis Wallacea sebelah barat dan garis Weber disebelah timur yang meliputi Sumatera, Kepulauan Maluku, dan Nusa Tenggara. Tipe peralihan pada dasarnya adalah flora dan fauna campuran asia dan australia tapi memiliki karakteristik
20
yang berbeda serta tidak ditemukan di wilayah lainnya sehingga dikenal dengan nama fauna endemis. Contoh dari flora dan fauna tipe peralihan adalah : 1) Flora peralihan di antaranya kayu putih, kayu cendana, kayu hitam, kayu kemiri, anggrek macan tutul, anggrek hitam, anggrek putih, cempaka hutan besar, lontar, cengkeh, ampupu, dan anggrek serat. 2) Fauna tipe peralihan antara lain : Mamalia, terdiri atas tapir, anoa, babi rusa, kera,ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, monyet seba, kuda, sapi, banteng. Reptil, terdiri atas: biawak komodo, kura-kura, buaya, ular, soa-soa. Amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang dan katak air. Berbagai macam burung, seperti kakak tua, burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan lebah, rangkong, kakatua, nuri, merpati, angsa. c. Tipe Australia Penyebaran flora dan fauna tipe australia berada pada wilayah dangkalan sahul atau wilayah Indonesia bagian timur meliputi Papua dan pulau-pulau disekitarnya serta dibatasi oleh garis Webber yang memanjang dari Laut Timor, Laut Seram, dan Laut Halmahera.disebut tipe austalia karena fauna diwilayah ini sejenis dengan fauna yang terdapat di australia selain itu flora dan fauna australis disebut juga flora dan fauna Gondwana. Pada zaman geologi (Oligosin) Paparan Sahul bergabung dengan Benua Australia, sehingga flora-fauna didaerah ini memiliki kesamaan dengan flora-fauna yang hidup di benua Australia. Karakteristik fauna australia adalah tidak ditemukan hewan besar yang termasuk binatang menyusui tetapi banyak ditemukan jenis jenis binatang kecil dan berbagai burung yang berbulu indah. Contoh flora dan fauna tipe Australia adalah : a. Jenis floranya meliputi Pometiapinnata (matoa), sagu, nipah, hutan mangrove, cendana, eboni, siwalan, dan pakis. b. Jenis faunanya meliputi mamalia, terdiri atas kanguru, walaby,landak semut, kangguru pohon, beruang, nokdiak (landak Irian), oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus, kanguru pohon, kelelawar. Reptilia, terdiri atas buaya air tawar, biawak, ular piton hijau, kadal, kura-kura. Amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, katak air. Burung, terdiri atas: nuri,kakak tua raja, raja udang, cendrawasih, kasuari, namudur. Berbagai jenis ikan: ikan arwana, ikan duyung dan berbagai macam serangga.
21
B. BIODIVERSITAS 1. Tingkat Keragaman Hayati
Setiap individu memiliki karakter khusus yang berbeda, sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup inilah yang disebut dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan baik tingkatan Gen, spesies, maupun Ekosistem. Ada tiga tingkatan dalam Biodiversitas (keanekaragaman hayati)
Keanekaragaman spesies. Hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri, dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak. Contoh keanekaragaman spesies : Sukun (Artocarpus artilis)Nangka ( Artocarpus heteropyllus)
Keanekaragaman Genetik. Variasi genetik dalam satu spesies baik diantara populasi yang terpisah secara geografis, maupun diantara individu-individu dalam satu populasi. Pada kenekaragaman gen, mereka memiliki nama Genus dan Spesies yang sama, serta jumlah kromosom yang sama walaupun secara morfologi berbeda.
Keanekaragaman komunitas , merupakan keanekaragaman habitat, komunitas biotik dan proses ekologi didaratan maupun lautan. Keanekaragaman Komunitas dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidupl ainnya dan juga antara makhlu khidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada lingkungan tersebut akan dihuni berbagai makhluk hidup berlainanj enis yang hidup berdampingan.
2. Biodiversity Occur, The Value of phylogenetic biodiversity.
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman / biodiversitas, yaitu Faktor Genettik dan faktor lingkungan. Faktor Genetik disebabkan oleh adanya Gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat bawaan . Namun sifat bawaan terkadang tidak muncul karena faktor lingkungan. Faktor bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan
22
sifat yang tampak menjadi berbeda. Karena adanya kedua faktor tersebut, sehingga terjadilah Keanekaragaman hayati. Keragaman filogenetik memainkan peran unik dalam upaya konservasi yang mendasar. Konservasi keanekaragaman hayati mengalami proliferasi metrik yang cepat dan tidak terarah. Menerima keanekaragaman hayati sebagai jumlah sejumlah besar ukuran individu menghasilkan kerangka kerja yang secara empiris sulit dikalahkan. Namun, keputusan skala besar tidak dapat didasarkan pada variabel keanekaragaman hayati yang disimpulkan dari imperatif konservasi lokal karena variabel yang relevan dengan banyak sistem dibandingkan akan saling dibandingkan satu sama lain. Untuk itu diperlukan konsepsi umum tentang keanekaragaman hayati yang dapat membuat penandaan lingkungan skala besar seperti penargetan skala besar. Disimpulkan bahwa nilai keanekaragaman hayati terbaik yang terbaik adalah beberapa bentuk keanekaragaman filogenetik C. BIOKONSERVASI
1. Pengertian Biokonservasi Kepunahan merupakan fakta hidup. Spesies telah berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. Kita dapat memahami ini melalui catatan fosil. Tetapi, spesies sekarang ini menjadi punah dengan laju yang lebih tinggi daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hamper keseluruhannya disebabkan olej kegiatan manusia. Di masa geologi yang lalu spesies yang punah akan digantikan oleh spesies baru yang berkembang mengisi celah atau ruang yang ditinggalka. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan mungkin terjadi karena banyak habitat telah hilang. Jadi biokonservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang di lakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan. 2. Tujuan dan Manfaat Konservasi Secara hukum tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. 15 Selain tujuan yang tertera di atas tindakan konservasi mengandung tujuan:
23
a. Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam terhadap eksploitasi komersial, untuk memperpanjang pemanfaatannya bagi keperluan studi, rekreasi dan tata guna air. b. Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah membahayakan produktivitas pengkalan sumber daya alam. c. Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan harus memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga, biji salak dan lain-lainnya yang sebetulnya berisi bahan organik yang dapat diolah menjadi bahan makanan. d. Penggunaan kembali (recycling ) bahan limbah buangan dari pabrik, rumah tangga, instalasi-instalasi air minum dan lain-lainnya. Penanganan sampah secara modern masih ditunggu-tunggu. e. Mencarikan pengganti sumber alam yang sepadan bagi sumber yang telah menipis atau habis sama sekali. Tenaga nuklir menggantikan minyak bumi. f.
Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam pemilihan sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan secara optimal, misalnya pembuatan waduk yang serbaguna di Jatiluhur, Karangkates, Wonogiri, Sigura-gura.
g. Integrasi, yang berarti bahwa dalam pengelolaan sumber daya diperpadukan berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi pemborosan, atau yang satu merugikan yang lain. Misalnya, pemanfaatan mata air untuk suatu kota tidak harus mengorbankan kepentingan pengairan untuk persawahan. Sumber daya alam flora fauna dan ekosistemnya memiliki fungsi dan manfaat serta berperan penting sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat digantikan. Tindakan tidak bertanggungjawab akan mengakibatkan kerusakan, bahkan kepunahan flora fauna dan ekosistemnya. Kerusakan ini menimbulkan kerugian besar yang tidak dapat dinilai dengan materi, sementara itu pemulihannya tidak mungkin lagi. Oleh karena itu sumber daya tersebut merupakan modal dasar bagi kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan batasbats terjaminnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Pada dasarnya konservasi merupakan suatu perlindungan terhadap alam dan makhluk hidup lainnya. Sesuatu yang mendapat perlindungan maka dengan sendiri akan terwujud kelestarian Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan: 24
a. Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti upaya konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak rusak. b. Terhindarnya bencana akibat perubahan alam, yang berarti gangguangangguan terhadap flora fauna dan ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam tersebut. c. Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, berarti jika gangguangangguan penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali. d. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, berarti dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup maupun dengan lingkungannya. e. Mampu memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengawetan dan pelestarian flora fauna merupakan penunjang budidaya, sarana untuk mempelajari flora fauna yang sudah punah maupun belum punah dari sifat, potensi maupun penggunaannya. f.
Mampu memberi kontribusi terhadap kepariwisataan, berarti ciri-ciri dan obyeknya yang karakteristik merupakan kawasan ideal sebagai saran rekreasi atau wisata alam
3. Strategi Konservasi Strategi pelestarian nasional memberi ringkasan mengenai sumber daya alam terpulihkan dari negara tersebut yang berkenaan dengan ekosistem, sumber daya genetik, sistem produksi alami (hutan margasatwa, perikanan) hidrologi dan kawasan tangkapan air, ciri-ciri estetika dan geologi, situs budaya dan potensi rekreasi. Juga perlu diidentifikasi bagaimana suatu bangsa ingin menggunakan sumber daya alamnya serta pola desain tata guna lahan yang akan tetap menjaga ketersediaan sumber daya alam secara umum memaksimalkan manfaat jangka panjang dalam batas-batas yang ditentukan oleh kebutuhan spesifik negara tersebut, seperti ruang untuk hidup, lahan pertanian, hasil hutan, ikan, energi dan industri. Strategi ini biasanya berupa keputusan untuk menetapkan atau mempertahankan suatu sistem nasional kawasan yang dilindungi, lebih disukai bila mencakup beberapa kategori kawasan dengan tujuan pengelolaan yang berbeda. 25
Strategi Konservasi nasional yaitu: a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Berdasarkan fungsi utama kawasan dalam penataan ruang, maka kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, hutan bakau, taman nasional, cagar alam, taman wisata alam dan kawasan rawan bencana alam termasuk dalam kawasan lindung yang kebradaanya perlu dijaga dan di lindungi. Usahausaha dalam tindakan perlindungan sistem penyangga kehidupan, antara lain: 1) Perlindungan daerah-daerah pegunungan yang berlereng curam dan mudah terjadi erosi dengan membentuk hutan-hutan dilindungi. 2) Perlindungan wilayah pantai dengan pengelolaan yang terkendali bagi daerah hutan bakau dan hutan pantai serta daerah hamparan karang. 3) Perlindungan daerah aliran sungai, lereng perbukitan dan tepi sungai, danau dan ngarai (revine) dengan pengelolaan yang terkendali terhadap vegetasi 4) Pengembangan daerah aliran sungai sesuai dengan rencana pengembangan secara menyeluruh. 5) Perlindungan daerah hutan luas misalnya dijadikan taman nasional, suaka marga satwa dan cagar alam. 6) Perlindungan tempat-tempat yang mempunyai nilai unik, keindahan yang menarik atau memiliki ciri khas budaya (cagar budaya). 7) Mengadakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai suatu syarat mutlak untuk melaksanakan semua rencana pembangunan. b. Pengawetan keanekaragaman jenis flora fauna beserta ekosistemnya Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan dengan cara menetapkan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Perlindungan terhadap ekosistem dilakukan dengan cara penetapan kawasan suaka alam. c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistem. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menigkatkan mutu kehidupan manusia. Pemanfaatan secara lestari dilakukan melalui kegiatan:
26
1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam secara nonkonsumtif seperti pariwisata, penelitian, pendidikan dan pemantauan lingkungan. 2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar antara lain dengan pengembangan perikanan, kehutanan dan pemunguntan hasil hutan secara lestari, pengaturan perdagangan flora fauna melalui peraturan dan pengawasan dalam menentukan jatah (quota) dan perijinan, memajukan bududaya dan perbaikan selektif (permuliaan) semua jenis yang mempunyai nilai langsung bagi manusia 4. Cara-cara Konservasi Kekayaan flora fauna merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sampai batas batas tertentu yang tidak mengganggu kelestarian. Penurunan jumlah dan mutu kehidupan flora fauna dikendalikan melalui kegiatan konservasi secara insitu maupun eksitu. 1) Konservasi in situ Konservasi in situ berarti konservasi dari spesies target ‘di tapak (on site)’, dalam ekosistem alami atau aslinya, atau pada tapak yang sebelumnya ditempat oleh ekosistem tersebut. Khusus untuk tumbuhan meskipun berlaku untuk populasi yang dibiakkan secara alami, konservasi in situ mungkin termasuk regenerasi buatan bilamana penanaman dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi reproduktif lainnya dikumpulkan secara acak. Secara umum, metode konservasi in situ memiliki 3 ciri: a) Fase pertumbuhan dari spesies target dijaga di dalam ekosistem di mana mereka terdapat secara alami; b) Tataguna lahan dari tapak terbatas pada kegiatan yang tidak memberikan dampak merugikan pada tujuan konservasi habitat; c) Regenerasi target spesies terjadi tanpa manipulasi manusia atau intervensi terbatas pada langkah jangka pendek untuk menghindarkan faktor-faktor yang merugikan sebagai akibat dari tataguna lahan dari lahan yang berdekatan atau dari fragmentasi hutan. Contoh dari manipulasi yang mungkin perlu pada ekosistem yang telah berubah adalah regenerasi buatan menggunakan spesies lokal dan pengendalian gulma secara Persyaratan kunci untuk konservasi in situ dari spesies jarang (rare species) adalah penaksiran dan perancangan ukuran populasi minimum viable (viable population areas) dari target spesies. Untuk menjamin konservasi diversitas genetik yang 27
besar di dalam spesies, beberapa area konservasi mungkin diperlukan, jumlah yang tepat dan ukurannya akan tergantung kepada distribusi diversitas genetik dari spesies yang dikonservasi. Penjagaan dan berfungsinya ekosistem pada konservasi in situ tergantung kepada pemahaman beberapa interaksi ekologi, terutama hubungan simbiotik di antara tumbuhan atau hewan, penyebaran biji, jamur yang berasosiasi dengan akar dan hewan yang hidup di dalam ekosistem. 2) Konservasi ex situ Konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Kebun botani (raya), arboretum, kebun binatang dan aq uarium merupakan metode konservasi ex situ konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahaykan kehidupan spesies. Untuk tumbuhan metode konservasi ini mungkin menggunakan material reproduktif dari individu atau tegakan yang terletak di luar tapak populasi tetuanya. Metode dan material ex situ mencakup bank gen untuk benih atau tepungsari, bank klon, arboretum, populasi pemuliaan. Penyimpanan benih, metode konservasi ex situ yang lain, merupakan penyimpanan benih pada lingkungan yang terkendali. Dengan pengendalian temperatur dan kondisi kelembaban, benih beberapa spesies yang disimpan akan tetap viabel (mampu hidup) untuk beberapa dekade. Teknik ini merupakan konservasi yang utama pada tanaman pertanian dan mulai dipergunakan untuk spesies pohon hutan.
D. HUBUNGAN ANTARA BIOGEOGRAFI DAN BIODIVERSITAS 1. Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Persebaran Flora dan Fauna di Dunia
Menurut Teori ”Apungan” dan ”Pergeseran Benua” yang disampaikan oleh Alfred Lothar Wegener (1880-1930). Kurang lebih 265 juta tahun yang lalu, bumi hanya terdiri atas satu benua besar yang disebut ” Pangaea”dan satu samudra besar ” panthalassa”, karena adanya tenaga endogen benua besar itu terpecah membentuk Benua Eurasia di bagian utara (Amerika 28
Utara,Eropa, Asia bagian utara, dan Asia bagian tengah) dan Gondwana di bagian selatan (Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika). Adanya pergeseran benua yang terus berlangsung akibat tenaga endogen, kurang lebih 20 – 50 juta tahun yang lalu Afrika dan Asia selatan bergabung dengan Eurasia, sedang Australia memisahkan diri dengan Antartika. Proses pemisahan benua-benua tersebut menyebabkan terpisah pula flora dan fauna saat itu.
2. Pengaruh Faktor Iklim terhadap Persebaran Flora dan Fauna di Dunia
Suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap proses perkembangan fisik flora dan fauna, sedangkan sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesis dan metabolism tubuh bagi beberapa jenis hewan. Angin sangat berperan dalam proses penyerbukan atau bahkan menerbangkan beberapa biji-bijian sehingga berpengaruh langsung terhadap persebaran flora. Kondisi iklim yang berbeda menyebabkan flora dan fauna berbeda pula. Di daerah tropis sangat kaya akan keanekaragaman flora dan fauna, karena pada daerah ini cukup mendapatkan sinar matahari dan hujan, keadaan ini berbeda dengan di daerah gurun. Daerah gurun beriklim kering dan panas, curah hujan sangat sedikit menyebabkan daerah ini sangat minim jenis flora dan faunanya. Flora dan fauna yang hidup di daerah gurun mempunyai daya adaptasi yang khusus agar mampu hidup di daerah tersebut. 3. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Persebaran Flora dan Fauna
Ahli klimatologi dari Jerman yang bernama Junghunn membagi habitat beberapa tanaman di Indonesia berdasarkan suhu, sehingga didapatkan empat penggolongan iklim sebagai berikut. a. Wilayah berudara panas (0 – 600 m dpal). Suhu wilayah ini antara 23,3 ºC – 22 ºC, tanaman yang cocok ditanam di wilayah ini adalah tebu, kelapa, karet, padi, lada, dan buah-buahan. b. Wilayah berudara sedang (600 – 1.500 m dpal) Suhu wilayah ini antara 22 ºC – 17,1 ºC, tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini adalah kapas, kopi, coklat, kina, teh, dan macam-macam sayuran, seperti kentang, tomat, dan kol. c. Wilayah berudara sejuk (1.500 – 2.500 m dpal) Suhu wilayah ini antara 17,1 ºC – 11,1 ºC, tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini antara lain sayuran, kopi, teh, dan aneka jenis hutan tanaman industri. 29
d. Wilayah berudara dingin (lebih 2.500 m dpal) Wilayah ini dijumpai tanaman yang berjenis pendek, contoh: edelweis. 4. Pengaruh Faktor Biotik terhadap Persebaran Flora dan Fauna
Aktivitas burung dalam rangka memenuhi kebutuhan makanannya ternyata bisa menjadi agen penyebar tanaman tertentu. Kemampuan burung dalam menyebarkan tanaman ini seringkali sampai dengan jarak berkilo-kilometer. Selain burung, ada pula beberapa hewan tertentu yang ternyata secara tidak sadar menjadi agen penyebar tanaman tertentu. Biogeografi merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi tingginya keanekaragaman hayati melalui faktor lingkungan seperti iklim, curah hujan,
topografi (latitudinal dan altitudinal
gradients) (Brown, 1998). 5. Hubungan Antara Biogeografi Dan Bikonservasi
Biogeografi menjadi jalan awal dari konservasi berdasarkan zonasi. Melalui pembagian dan pengelolaan kawasan konservasi berbasis bioregion.
30
View more...
Comments