January 19, 2018 | Author: Yudha Renaldi | Category: N/A
MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA Umar Mansyur, S.Pd., M.Pd.
[email protected] www.halamanidea.blogspot.com fb: Umar Mansyur (Ray Bitta) twt: @umarbersahaja
PERTEMUAN I
KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA A. PENGERTIAN BAHASA • Bahasa adalah sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. B. BEBERAPA KONSEP TENTANG BAHASA • Sistem lambang yang bermakna, dan dapat dipahami. • Sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka). • Bersifat konvensional (kesepakatan pemakainya). • Menghasilkan sesuatu yang tidak terbatas dan sangat produktif. • Tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain. • Dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA (LANJUTAN) C. FUNGSI BAHASA 1. Fungsi pernyataan ekspresi diri •
Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
•
Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
•
Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
•
Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
2. Fungsi komunikasi •
Komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA (LANJUTAN) C. FUNGSI BAHASA (Lanjutan) 3.
Fungsi integrasi dan adaptasi sosial •
Mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial.
4. Fungsi kontrol sosial •
Bahasa memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA (LANJUTAN) D. SEJARAH LAHIRNYA BAHASA INDONESIA
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA (LANJUTAN) E.
FUNGSI BAHASA INDONESIA 1. Bahasa Persatuan: bahasa pemersatu suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA). 2. Bahasa Nasional: sebagai lambang kebangsaan dan identitas nasional dimata internasional. 3. Bahasa Negara: administrasi kenegaraan, pengantar resmi pendidikan, berkebudayaan, dan dalam ilmu pengetahuan & teknologi. 4. Bahasa Standar (baku): norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau ragam bahasa Indonesia.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN 1
PERTEMUAN II
RAGAM BAHASA INDONESIA A. BERDASARKAN SITUASI PEMAKAIANANNYA 1. Ragam bahasa formal 2. Ragam bahasa semi-formal 3. Ragama bahasa non-formal Pembedaan antara ragam formal, semiformal, nonformal diamati dari: •. Pokok masalah yang sedang dibahas, •. Hubungan antara pembicara dan pendengar, •. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis, •. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan •. Situasi ketika pembicaraan berlangsung.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
RAGAM BAHASA INDONESIA (LANJUTAN) B. BERDASARKAN SITUASI MEDIUMNYA 1. Ragam bahasa lisan 2.
Ragam bahasa tulis
Ragaman Lisan
Ragam Tulis
Penggunaan
Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mangga.
Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mangga
Bentuk kata
Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
Kosakata
Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
Struktur kalimat
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
RAGAM BAHASA INDONESIA (LANJUTAN) C. RAGAM BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU 1. Ragam bahasa baku • Ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagian kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. 2. Ragam bahasa tidak baku • Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
RAGAM BAHASA INDONESIA (LANJUTAN) C. RAGAM BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU (Lanjutan) Ciri-ciri ragam bahasa baku: • Kemantapan dinamis Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa; Dinamis artinya tidak menghendaki adanya bentuk mati. • Kecendikiaaan Dipakai pada tempat-tempat resmi, dan penggunanya adalah orang-orang yang terpelajar. • Keseragaman kaidah Proses pembakuan bahasa merupakan proses penyeragaman bahasa . MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
RAGAM BAHASA INDONESIA (LANJUTAN) D. RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL 1. Ragam sosial • Ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. 2. Ragam fungsional • Ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. • Seperti, bahasa dalam lingkungan kelimuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
RAGAM BAHASA INDONESIA (LANJUTAN) E.
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Ragam bahasa Indonesia yang dipakai untuk kepentingan penulisan karangan yang sifatnya ilmiah.
Ciri-ciri ragam bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah: • Menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. • Penggunaan kalimat yang efektif. • Menghindari bentuk bahasa yang ambigu (bermakna ganda). • Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas (nonfiguratif), dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias (figuratif). • Menghindari penonjolan persona (depersonalisasi). • Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN 2
PERTEMUAN III
PENERAPAN KAIDAH EJAAN A. PENGERTIAN EJAAN • Ejaan adalah aidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf), serta penggunaan tanda baca. Pada ejaan mencakup hal-hal berikut: 1. pemakian huruf vokal dan konsonan, 2. penggunaan huruf kapital dan kursif (miring), 3. penulisan kosakata dan bnetukan kata, 4. penulisan unsur serapan afiksasi dan kosakata asing, dan 5.
penempatan dan pemakaian tanda baca.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA 1.
Ejaan van Ophuiysen, mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal 1920-an sampai 1947. Ejaan ini merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
2.
Ejaan Suwandi, mulai berlaku dari 1947 sampai 1972.
3.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, mulai berlaku dari 1972 sampai sekarang, (EYD).
Ejaan van Ophuysen
J
Dj
Nj
Sj
Tj
Ch
-
Oe
Ejaan Soewandi
J
Dj
Nj
-
Tj
-
-
U
EYD
Y
Y
Ny
Sy
C
Kh
V
U
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) C. PENULISAN HURUF BESAR ATAU HURUF KAPITAL 1. Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 2. Sebagai huruf pertama petikan langsung. 3. Sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. 4. Sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. 5. Sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. 6. Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) C. PENULISAN HURUF BESAR ATAU HURUF KAPITAL (Lanjutan) 7. Sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. 8.
Sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. 9. Sebagai huruf pertama nama geografi. 10. Sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. 11. Sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) C. PENULISAN HURUF BESAR ATAU HURUF KAPITAL (Lanjutan) 12. Sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. 13. Sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. 14. Sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. 15. Sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) D. PENULISAN HURUF MIRING 1. Dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. 2.
Dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. 3. Dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA 1. Kata dasar • Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
2.
Kata turunan • Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. • Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. • Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. • Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 3. Bentuk ulang • Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
4.
Gabungan kata • Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. • Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menugaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. • Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 5. Kata ganti –ku, kau, –mu, dan –nya. • Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
6.
Kata depan di, ke, dan, dari. • Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
7.
Kata si dan sang. • Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 8. Partikel • Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. • Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Aadapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai. • Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 9. Singkatan dan akronim • Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. • Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. • Singkatan umum yang terdiri tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. • Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 9. Singkatan dan akronim (Lanjutan) • Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. • Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. • Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
EJAAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) E.
PENULISAN KATA (Lanjutan) 10. Angka dan lambang bilangan • Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. • Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara, seperti: Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh. • Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara seperti: tahun 50-an atau tahun lima puluhan. • Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimatnya diubah. • Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN 3
PERTEMUAN IV
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA A. PENULISAN UNSUR SERAPAN • Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti bahasa Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. • Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. 1. Unsur bahasa asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dll. 2. Unsur bahasa asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) A. PENULISAN UNSUR SERAPAN (Lanjutan) • Beberapa contoh kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata asing
system
effective
method
kwitantie
management
aphoteek
Penyerapan yang Salah
sistim
efektip
metoda
kwitansi
managemen
apotik
Penyerapan yang Benar
sistem
efektif
metode
kuitansi
manajemen
apotek
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA 1. Tanda titik (.) dipakai: • pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. • pada akhir singkatan nama orang. • di belakang angka/huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar. • untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan waktu. • di antara nama penulis, judul, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. • memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. • tidak dipakai pada akhir judul (kepala karangan), tabel, dan sebagainya. • tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 2. Tanda koma (,) dipakai: • di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. • untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. • untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. • di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi. • untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 2. Tanda koma (,) dipakai: (Lanjutan) • untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. • di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah/negeri yang ditulis berurutan. • untuk menceraikan nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. • di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. • di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. • di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 2. Tanda koma (,) dipakai: (Lanjutan) • untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. • tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
3.
Tanda titik koma (;) • dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. • dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 4. Tanda titik dua (:) • dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. • tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
5.
Tanda hubung (–) • dapat dipakai untuk memjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. Misalnya: tiga-puluh dua-pertiga (30 2/3). • dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 6. Tanda pisah ( - ) • untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. • dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ’sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ’ke’ atau ’sampai’.
7.
Tanda petik (“...”) • untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
8.
Tanda petik tunggal (‘...’) • untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA (LANJUTAN) B. PEMAKAIAN TANDA BACA (Lanjutan) 9. Tanda garis miring (/) • untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
10. Tanda penyingkat atau apostrof (‘) • menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:
Ali ’kan kusurati. (’kan = akan)
Malam ’lah tiba. (’lah = telah)
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN IV
PERTEMUAN V
KALIMAT A. PENGERTIAN KALIMAT • Satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Almi, dkk., 2003: 311) Ciri-ciri kalimat: Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang senyap. Dalam wujud tulisan: • dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda (.), (?), dan (!), • di dalamnya disertakan tanda baca, seperti (,), (:), (-), dan spasi.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KALIMAT (LANJUTAN) B. JENIS KALIMAT Berdasarkan struktur gramatikalnya: 1.
Kalimat tunggal • Kalimat yang terdiri atas satu klausa, yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. 2. Kalimat majemuk • Kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas. Klausa bebas yang dimaksudkan adalah klausa yang secara potensial dapat berfungsi sebagai kalimat tunggal. • Terbagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KALIMAT (LANJUTAN) B. JENIS KALIMAT (Lanjutan) Berdasarkan fungsinya: 1. 2.
Kalimar deklaratif (kalimat berita, pernyataan) Kalimat imperatif (perintah, permintaan) • dapat berupa: perintah/suruhan, perintah halus, permohonan, ajakan atau harapan, larangan/perintah negatif, dan pembiaran. 3. Kalimat interogatif (pertanyaan) 4. Eksklamatif (seruan) • Secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KALIMAT (LANJUTAN) C. PENGARUH BAHASA DAERAH (Contoh): 1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya. 2. Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih. 3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita. D. PENGARUH BAHASA ASING (Contoh): 1. My name is Andi (nama saya adalah Andi). 2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman). 3.
Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (Pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet).
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KALIMAT (LANJUTAN) E.
KALIMAT TIDAK LENGKAP Kalimat lengkap sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P dan berintonasi selesai. Contoh: 1. Jika tidak ada dukungan masyarakat tidak akan terwujud. 2. Film produksi dalam negeri yang kurang bermutu yang tidak mampu bersaing di pasaran. 3. Sepuluh orang mahasiswa ITB yang berangkat dua bulan lalu dengan menggunakan bus Kramat Jati dengan tujuan Sumatra untuk melakukan penelitian wabah penyakit demam berdarah yang tiba-tiba berjangkit di beberapa tempat di pulau itu.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
KALIMAT (LANJUTAN) F.
KALIMAT TIDAK LOGIS Kalimat yang secara semantik (makna) tidak bisa diterima akal. Contoh: 1. Yang kencing di WC itu harus disiram. 2. Dilarang keras membuang sampah ke sungai. 3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir. 4. Di sini area bebas asap rokok.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN 5
PERTEMUAN VI
PARAGRAF A. PENGERTIAN PARAGRAF Paragraf atau (aline dalam teks) adalah kelompok kalimat yang merupakan bagian langsung dari sebuah karangan, terdiri atas satu pikiran utama yang dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas, dan tersusun secara sistematis-logis. B. SYARAT SEBUAH PARAGRAF • Memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok, serta dan beberapa pikiran penjelas. • Kesatuan paragraf • Kepaduan paragraf
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF
(LANJUTAN) Contoh sebuah paragraf: Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dikelola dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) C. JENIS PARAGRAF Berdasarkan pola pikir: 1.
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan inti uraian yang kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata lain, pikiran utamanya diletakkan di awal kemudian diikuti pikiran penjelas.
2.
Paragraf induktif merupakan kebalikan dari deduktif, yaitu keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal kemudian diakhiri dengan inti uraian atau pikiran utama.
3.
Paragraf campuran (deduktif-induktif) dimulai dengan inti uraian (pikiran utama) dan diakhiri dengan penegasan.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) C. JENIS PARAGRAF (Lanjutan) Berdasarkan satuan karangan: 1.
Paragraf pembuka merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian.
2.
Paragraf isi paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf penutup di dalam judul atau anak judul. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan, serta mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
3.
Paragraf penutup Biasanyaberupa kesimpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) D. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF 1. Memberikan contoh Contoh: Kegiatan KUD di desa-desa yang belum dewasa sering dicampuri oleh tengkulak-tengkulak. Misalnya, di Desa Kioro. Apa saja kegiatan KUD selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak. Kadang-kadang bukan memantau lagi namanya, tetapi langsung ikut serta menentukan harga gabah penduduk yang akan dijual ke koperasi. Tengkulak itulah yang mengatur pembagian uang yang ditangani oleh ketua koperasi, mengatur pembelian padi, dan sebagainya. Demikian pula dalam menjual kembali ke masyarakat. Harga yang ditentukan selalu ditentukan oleh tengkulak itu. Dari hasil penjualan ini dia meminta upah yang cukup besar dari ketua koperasi. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) D. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF (Lanjutan) 2. Menampilkan fakta-fakta Contoh: Murid kelas V SD Sudirman III Makassar termasuk murid yang rajin bekerja bakti. Kegemaran mereka bergotong-royong terlihat dengan jelas. Setiap hari Jumat anak-anak wanita telah duduk berjongkok di depan pot-pot bunga, menyiraminya dan mengaturnya, sedangkan anak laki-laki sibuk pula menyapu lantai sekolah. Tidak sampai di situ. Pada hari minggu mereka membagi tugas untuk membersihkan kelasnya tanpa harus didampingi oleh seorang guru.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) D. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF (Lanjutan) 3. Memberikan alasan-alasan Contoh: Membiasakan diri berolah raga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang pegawai. Olah raga itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam di belakang meja kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa penyakit karena tidak adanya keseimbangan kerja otak dan kerja fisik. Kalau pegawai itu menderita sakit, berarti dia membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti pula melumpuhkan kegiatan negara.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PARAGRAF (LANJUTAN) D. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF (Lanjutan) 4. Dengan bercerita Contoh: Ketika perjalanan dari Makassar ke Kota Watampone, Kota Maros telah mereka lalui. Kini jalan lebih menanjak dan sempit berliku-liku. Bus meraung-raung ke dataran tinggi Camba. Di samping kanan jurang menganga, tetapi pemandangan di kejauhan adalah hutan kemiri menyelimuti punggung bukit dan bekas-bekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan goncangan bus yang tak hentihentinya berkelok-kelok. Sesekali atap rumah berderet kelihatan di kejauhan.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN 6
PERTEMUAN VII
WACANA A. PENGERTIAN WACANA Wacana adalah satuan bahasa terlengkap. Dalam hierarki gramatikal, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. B. JENIS WACANA 1. Wacana lisan 2. Wacana tulisan C. KONSEP TENTANG WACANA •. Rentetan kalimat yang berkaitan, untuk menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain sehingga membentuk kesatuan. •. Wacana mengandaikan adanya penyapa dan pesapa.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
WACANA (LANJUTAN) C. KONSEP TENTANG WACANA (Lanjutan) • Dalam wacana lisan, penyapa ialah pembicara dan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulisan, penyapa ialah penulis, sedangkan pesapa ialah pembaca. D. KONTEKS WACANA Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. • Contoh: 1) Sekarang pukul berapa? 2) Sekarang semua serba mahal. 3) Di mana kamu tinggal sekarang?
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
LATIHAN VII
PERTEMUAN VIII
PENULISAN KARYA ILMIAH A. PENGERTIAN KARYA ILMIAH • Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah. • Pengungkapan permasalahan atas dasar fakta, objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. • Contoh: laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah, buku pelajaran dll. B. CIRI KARYA ILMIAH 1. Mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah. 2.
Pengungkapan pendapat didukung oleh fakta.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur
PENULISAN KARYA ILMIAH (LANJUTAN) B. CIRI KARYA ILMIAH (Lanjutan) 3. Bersifat tepat, lengkap, dan benar. 4. 5.
Pengembangannya secara sistematis dan logis. Bersifat tidak memihak dan tidak emosional.
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Umar Mansyur