Masyarakat Hukum Adat Suku Sasak Di Pulau Lombok
April 23, 2018 | Author: Daud Azhari | Category: N/A
Short Description
Download Masyarakat Hukum Adat Suku Sasak Di Pulau Lombok...
Description
Masyarakat Hukum Adat Suku Sasak di Pulau Lombok Oleh: Daud Azhari, SH. a.
Geografis dan Keadaan Tanah
Pulau Pulau Lombok Lombok adalah adalah salah salah satu satu dari dari gugusan gugusan kepula kepulauan uan Nusant Nusantara ara yang yang terletak di sebelah timur Pulau Bali dan sebelah barat Pulau Sumbawa. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Samudara Hindia di sebelah selatan. Di pulau pulau ini terdapa terdapatt tiga tiga kabupat kabupaten en yakni, yakni, Kabupat Kabupaten en Lombok Lombok Barat, Barat, Kabupat Kabupaten en Lombok Lombok Tengah, Tengah, dan Kabupat Kabupaten en Lombok Lombok Timur, Timur, dan satu satu Kotama Kotamadya dya yaitu yaitu ; Kotamadya Mataram. Kota Mataram merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk Pulau Lombok mayoritas Suku Sasak, di samping itu ada Suku Bali, Bali, Jawa, Jawa, Sumbawa Sumbawa,, Arab, Arab, dan Cina. Cina. Lapang Lapangan an pekerj pekerjaan aan utama utama masyar masyaraka akatt Lombok adalah petani, nelayan, kerajinan tangan, pertukangan, dan jual-beli. Seja Sejara rah h pemb pemben entu tuka kan n daer daerah ah ini ini tida tidak k lepa lepass dari dari poli politi tik k dan dan syst system em pemerintahan yang pernah ada. Pada tanggal 19 Agustus 1945 dua hari setelah prokl proklama amasi si kemeer kemeerdeka dekaan an Pulau Pulau Bali, Bali, Pulau Pulau Lombok Lombok,, Pulau Pulau Sumbaw Sumbawa, a, Pulau Pulau Flores Flores,, Pulau Pulau Timor Timor Rote, Rote, Pulau Pulau Sumba, Sumba, dan Pulau Pulau Sawu Sawu digabun digabung g ke dalam dalam Provinsi Provinsi Sunda Kecil dengan ibukota di Singaraja Singaraja Bali dan dipimpin oleh seorang seorang Gubernur I Gusti Ketut Pudja. Pada tanggal 14 Agustus 1958 provinsi ini kemudian dipecah menjadi tiga provinsi yaitu, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Di pulau ini terdapat dua geologi utama yaitu, lingkungan gunung berapi di sebelah utara dan lingkungan rendah tua di bagian selatan. Daerah yang paling berpengaruh dengan adanya gunung berapi di lapisan atasnya dan bergunung tua di lapisan bawah adalah Gunung Rinjani, Gunung Pinikan, dan Gunung Nangi. Dan pegunungan bagian selatan merupakan daerah geologi yang terutama tersusun dari batuan tertier yang gunung terdiri dari Gunung Mareje dan Gunung Sasak. Ditilik dari iklimnya Pulau Lombok merupakan daerah yang beriklim tropis. Ada dua nusim yang mempengaruhi daerah ini sepanjang tahun yaitu musim hujan pada bulan November sampai dengan bulan April dan musim musim kemarau antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Musim basah berkisar antara bulan April dan bulan November.
Sungai-sungai di pulau ini ada yang bermuara ke utara seperti sungai (kokok disingkat K) K. Puleh, K. Sosong, K. Sengak, K. Amor-amor, K. Ree, k. Muntur, K. Rasing, K. Salut, K. Mayung, dan K. Rajak. Yang bermuara ke sebelah selatan barat : K. Meninting, Meninting, K. Jangkuk, K. Sesaot, K. Babak, K. Dodokan, Dodokan, K. Jelanteng, Jelanteng, dan K. Air Sayang. Yang bermuara ke selatan : K. Menanga dan K. Gianti. Dan yang bermuara ke sebelah timur dan tenggara : K. Leper, K. Deso, K. Meringgik, K. Tebusilung, K. Jurangkaol, K. Aik Amapak, K. Palung, dan K. Tonggak.
b.
Adat Istiadat
Masyarakat Pulau Lombok terutama etnis Sasak yang tinggal di desa-desa sanga sangatt memp memper erta taha hank nkan an adat adat-i -ist stia iada datt dan dan syst system em norma norma dala dalam m kehi kehidu dupa pan n kesehar keseharian iannya nya.. Masing Masing-ma -masin sing g dusun dusun atau atau desa desa mempuny mempunyai ai awiq-awiq awiq-awiq dusun (atu (atura ran n dusu dusun n atau atau desa desa)) yang yang dite diteta tapk pkan an oleh oleh para para tokoh tokoh agam agamaa dan dan tokoh tokoh masy masyar araka akatt dan dan bagi bagi mere mereka ka yang yang mela melang nggar gar akan akan dike dikenak nakan an sank sanksi si sesu sesuai ai kesepakatan. System pelapisan social (Social Startification) tradisional masyarakat Suku triwangsa. Asas Triwangsa (tiga keturunan) pada masyarakat Sasak berasaskan triwangsa. Suku Suku Sasak Sasak umumny umumnyaa terdir terdirii dari dari : Pertama, tingkat tingkat tertinggi tertinggi yang termasuk termasuk Datu. Strata Raden atau didalamnya Raden atau Datu. Strata tertinggi tertinggi ini biasanya biasanya dipanggil dipanggil Raden Danune bagi kaum laki-laki dan dende untuk kaum perempuan. Kedua, tingkat perdana yang termasuk di dalamnya permenak dan perbapa . Sedangkan kaum perempuan perempuan dari strata strata kedua ini sering sering disebut disebut lale atau baiq dan jika telah kawin dipanggil mamiq bini. bini. Ketiga, tingkat kaula bala yang terdiri dari jajar karang dan panjak pinak (hamba sahaya). Masyarakat dari tingkat ini sering dipanggil Lok untuk laki-laki laki-laki yang belum kawin, dan le bagi perempuan yang belum kawin. Dan jika telah kawin maka akan dipanggil amaq untuk dan inaq untuk perempuan. Penetapan pelapisan social social berdasarkan keturunan ini kemudian diaplikasikan pada tatanan yang normative yang sering disebut aji krame1. Dalam catatannya 1
Aji krame terdiri dari dua suku kata : aji dan karma. Aji berarti harga atau nilai sedangkan karma berarti suci atau terkadang berarti aerah atau kesatuan penduduk dalam suatu wilayah dalam wilayah adat. Dengan demikian Aji Krama berarti lambing adat atau nilai suci dari suatu strata social adat sasak berdasarkan wilayah adatnya.
tentan tentang g aj kramen kramenya ya masing masing-ma -masin sing g strata strata.. Masyar Masyaraka akatt yang yang berasa berasall ari strata strata perwangsa perbapa terenda terendah h (sepan (sepangan gan atau atau panajak panajak)) atau atau yang yang disebut disebut strata strata perwangsa dengan aji karma 66 samapi 99, dan yang tertinggi strata perwangsa permenak atau datu raden dengan aji karma 100 sampai 200.16 2. Namun demikian, menurut Gde Parman terjadi Aji Krama sebagai lambang adat antara daerah dengan daerah lain. Di Desa Pujut atau Bon Jeruk Raden aji kramanya 200 (ini sudah tidak ada) , Menak aji kramenya 100, Perbape sebesar 66, Perdanan sebesar 50, Jajar Karang sebesar 33-7/400, dan Sepangan sebsar 3/400 (sudah tidak ada). Di Gerung dan Kuripan ; Raden : 200 (sudah tidak ada). Di Praya ; Raden (sudah tidak ada), Permenak : 100, Perwangsa : 66, Jajar Karang : 33, dan Sepangan : 17. Dan di Tanjung Lombok Utara : Datu : 10.000, Raden : 8.000, Luput : 6.850, dan Perjaka : 4.850. dan yang merupakan consensus, pokok-pokok aji karma tersebut adalah : Raden : 200, Permenak : 100, Perbape : 66, dan Jajar Karang : 33, serta Sepangan : 17 3. Asas Triwangsa sebagai pelapisan social tradisional menentukan keturunan dari garis laki-laki. Artinya anak yang dilahirkan dari sebuah perkawinan akan mengikuti nasab (pertalian darah) pihak laki-laki (bapaknya), sehingga jika seorang laki-laki yang berstrata Lalu atau Gede mengawini wanita berstrata Jajar Karang maka maka anak yang yang lahir terseb tersebut ut akan mengikut mengikutii
strata strata bapakny bapaknya. a. Anak yang
dilahirkan dapat dipanggil Lalu, Gede, Baiq, atau Lale. Sebaliknya jika laki-laki berstrata Jajar Karang mengawini wanita berstrata raden atau permenak, maka anak yang dilahirkan tidak mengikuti strata ibunya, melainkan akan mengikuti strata ayahnya. System perkawinan seperti ini memang sering kali menimbulkan konflik serta prcek prcekcoka cokan n antara antara kedua kedua belah belah pihak pihak yang yang bahkan bahkan sering sering kali kali menimb menimbulk ulkan an peemut peemutusa usan n tali tali kekelua kekeluarga rgaan. an. Dan perwal perwalian iannya nya pun tidak tidak jarang jarang disera diserahkan hkan kepada wali hakim (wali ‘adilal). Dan system ini selalu menjadi tumbal kritikan dari berbagai kalangan karena dianggap sebagai warisan dari ajaran Hindu-Bali yang mengabsahkan adanaya kasta (pelapisan dari aspek keturunan). Dan dalam nada 2
Fat Zakaria, Mozaik, hal 184 Gde Parman, Kitab Adat Sasak Dulang I Perkawinan. Aji Kraka Pembayun, Cendrasengkala, Cendrasengkala, Mataram, Lembaga Pembakuan Pembakuan Dan Penyebaran Adat Sasak Mataram Mataram Lombok, 1995, hal 23-24. 3
kualitas kedirian manusia sebagai hamba dan sekaligus khalifah yang mempunyai kewajiban dan hak yang sama. Sejalan dengan perkembanagn pemikiran dan orientasi hidup, selain pelapisan social social yang yang tradis tradision ional al yang yang berdas berdasark arkan an keturu keturunan nan (triwa (triwangs ngsa) a) diatas diatas,, pada umumnya di masyarakat Suku Sasak terdapat pelapisan sosialnya ; seperti pelapisan social berdasarkan kedudukan dan kemampuan ekonomi. Namun demikian factor usia usia teta tetap p menj menjadi adi ukur ukuran an.. Meng Menghor horma mati ti oran orang g tua tua atau atau yang yang seui seuisa sa sang sangat at diperhatikan dan ditaati oleh masyarakat Sasak. Hal ini tampak dalam hubungan dnegan kekerabatan di lingkungan pergaulan dan rumah tangga. c.
Pranata Sosial 1.
Kehidupan Keluarga
Keluarga terkecil (ayah, Ibu, dan anak-anak) bagi orang Sasak meruoakan sebagian yang snagat diperhatikan. Mereka tinggal dalam satu ruamh tangga yang disebut bale (rumah). Anak yang membangun rumah tangga (suami-istri) untuk sementara sementara waktu akan bersama bersama keluarga keluarga besarnya besarnya sampai pada akhirnya dianggap mampu untuk berdiri sendiri. Dan jika telah berdiri sendiri, maka dia akan menjadi keluarga baru yang bertanggungjawab terhadap kelangsungannya. Hubunga Hubungan-h n-hubun ubungan gan garis garis keturu keturunan nan terbent terbentuk uk atas atas dasar dasar pertal pertalian ian darah darah (sem (semet eton on kuni) kuni) dan dan perka perkawi wina nan. n. Hubun Hubungan gan kelu keluar arga ga dari dari seme semeto ton n kuni kuni merupakan hubungan kekerabatan dalam arti biologis yang dijalin atau dasar satu satu sumber sumber darah, darah, yaitu yaitu dari dari orang orang tua yang yang sama. sama. Sedang Sedangkan kan hubunga hubungan n hubunga hubungan n kekera kekerabat batan an dengan dengan perkaw perkawina inan n merupak merupakan an hubunga hubungan n dalam dalam arti arti sosiologis yang terjadi karena adanya perkawinan. Rumpun Rumpun keraba kerabatt (kelua (keluarga rga)) dibang dibangun un atas atas pandang pandangan an kosmog kosmogini ini segi segi empat yang dikenal dengan empat generasi orang tua (nenek), empat garis anak cucu, dan empat lapis sepupu ari satu talian darah. Pungutan garis kekerabatan kekerabatan ini sering dirangkai dengan mengadakan acara-acara seperti : pertama : pertama , acara keluarga yang diselenggarakan pada acara adat perkawinan, kematian (kepaten) anggota, anggota, dan khitanan khitanan anak, serta serta daur hidup keluarga keluarga baru ; kedua, kedua, pada acara keagamaan seperti : Maulid Nabi dan d an Isra Mi’raj.
Istilah-istilah kekerabatan orang Sasak seperti di bawah ini ; amaq untuk sebutan ayah, inaq untuk ibu, semeton kuni untuk saudara kandung, naken untuk anak-anak saudara kandung dan tiri, anak sepupu sekali, atau anak sepupu tuak dan amaq kake (amaq rari) untuk sebutan-sebutan sarudara ayah, dua kali, tuak dan (amaq rari) dan kadang-k kadang-kada adang ng varian varian panggil panggilan an terseb tersebut ut terjad terjadii perbeda perbedaan an antraa antraa satu satu tempat dnegan lainnya. 2.
Perkawinan.
Dalam Dalam Kitab Kitab Adat Adat Sasak Sasak Dulang Dulang I Perkaw Perkawina inan n yang yang dituli dituliss oelh oelh Gde Perm Perman an dise disebu butk tkan an ada ada bebe bebera rapa pa maca macam m cara cara oran orang g Sasa Sasak k yang yang akan akan melakukan perkawinan. Cara-cara tersebut ada yang baik (solah) dan masih berlaku dan ada yang tidak baik. Cara-cara tersebut anatara lain : 1.
Cara Teperondong atau disebutkan juga tabulungan atau tasegar yaitu suat suatu u cara cara dima dimana na sese seseor oran ang g yang yang meni menika kah h (mer (merar ari’ i’)) laki laki-l -lak akii atau atau per perem empua puan n ters tersebu ebutt tela telah h dija dijanj njia iakn kn seja sejak k keci keciln lnya ya.. Bias Biasany anyaa yang yang melakukan perkawinan cara ini adalah mereka yang ada pertalian carah dan secara suka sama suka ;
2.
Cara Kepanjing yaitu seorang anak perempuan yang dianggap cantik diambil begitu saja oleh para datu (penguasa) dengan cara pemaksaan. Cara Cara ini sudah diting ditinggal galkan, kan, karena karena diangga dianggap p sudah sudah tidak tidak cocok cocok dan bertentangan dengan ajaran agama Islam ;
3.
Cara Kahambil yaitu yaitu seoran seorang g anak anak gadis gadis orang orang dari dari lapisa lapisan n Jajar Karang diambi diambill oleh oleh lapis lapis yang yang lebih lebih tinggi tinggi (datu (datu raden raden atau atau menakmenak per perba bape pe))
hany hanyaa
deng dengan an pros proses es musy musyar araw awar arah ah,, namu namun n
teta tetap p
atas atas
persetujuan si perempuan tanpa paksa ; 4.
Cara Merari’ atau Memaling yaitu seorang anak gadis (dedare) atau seorang janda (bebalu) diambil secara diam-diam ; tidak diketahui oleh bapak dan ibunya serta sanak saudaranya. Cara ini masih berlangsung dan banyak dilakukan oleh orang-orang Sasak 4.
4
. Kata merari’ diambil dari kata “lari” , berlari. Merari’ berate mela’iang artinya melarikan. Seseorang yang akan merari’ dalam adat Sasak seyogyanya menaati menaati aturan dan tata karma. (awiq-awiq). Awiq-awiq itu antara lain : a. Perempuan di rumahnya (ruamh ibu-bapaknya) tidak boleh diambil di sekolah, tempat orang pesta atau persantaian. b. Kedua pihak yang akan merari’ memang saling suka dan cinta. c. harus diambil di malam malam hari dan tidak boleh lewat dari jam 23.00 (11.00 malam). malam). d. Perempuan
5.
Cara Bekako’ atau atau dise disebu butt juga juga Memadik dan Ngelamar yaitu lako’ ) pada perka perkawin winan an dengan dengan cara cara si gadis gadis dimint dimintaa (lako’ pada oran orang g tuan tuanya ya.. Adapun ketentuan urutan belako’ sebagai berikut : a. penawer : Si perjaka datang berkunjung ke si gadis yang sama-sama saling suka ; b. Si perjaka memberikan tanda pengikat janji ; c. Melatos : yaitu keluarga dari pihak laki laki-l -lak akii data datang ng ke kelu keluar arga ga pere peremp mpua uan n untu untuk k mene menetu tuka kan n wkat wkatu u pengambilan.5
3.
Pendidikan
Tradisi masyarakat sasak pada usia di (pra sekolah) anak-anak mereka terlebih dahulu diberitahukan pendidikan agama Islam. Pendidiakn agama ini dimulai dimulai dnegan belajar mengaji (membaca al-Qur’an) al-Qur’an) dan tauladan tauladan praktekpraktekba, ta praktek ibadah. Pelajaran al-Qur’an biasanya dimulai dengan belajar alif belajar alif , ba, (system belajar mengeja ala al-bagdadi dna atau sekarang Iqra’). Kemudian pindah ke al-Qur’an kecil ( Juz ‘Amma) lalu pindah ke al-Qur’an besar. Sete Setela lah h
meny menyel eles esai aika kan n
pendi pendidi dika kan n
al-Q al-Qur ur’a ’an n
dan seja sejala lan n
deng dengan an
pendidikan formalnya di sekolah dasar, anak yang mampu (secara material) dan berminat memeperdalam pelajaran agamanya mencari ulama (Tuan Guru) yang mempuny mempunyai ai pesant pesantren ren.. Kuriku Kurikulum lum pendidi pendidiakn akn pesant pesantren ren terdir terdirii ilmu ilmu alat alat (nahwu dan sharqf ), fiqih, ), fiqih, dan tauhid dan ilmu-ilmu agama yang lainnya. Dan bagi bagi mereka mereka yang yang tidak tidak masuk masuk pesant pesantren ren secara secara aktif aktif mengik mengikuti uti pengaji pengajianan pengaj pengajian ian umum umum yang yang diadaka diadakan n di masji masjid-m d-masj asjid, id, mushal mushalla la (sante (santen), n), atau atau langgar-langgar. Pendidikan non formal (terutama pendidikan agama) pada masayrakat Sasak telah erjalan lama sejak pertengahan abad ke-19, ketika para guru mengaji (Tuan Guru) mengadakan pengajian dengan system halaqah ala masjidil Haram
yang diambil harus didampingi oleh wanita lain (tidak boleh sendriran) dan tidak boleh dibawa langsung ke rumah pengantin laki-laki (pesebok). e. Kedua pengantin yang merari’ tidak boleh saling berdekatan sebelum dilaksanakan dilaksanakan akad nokah. f. Segera mungkin (maksimal (maksimal 3 hari untuk yang dekat dan 7 bhari selabarkan) ke pihak perempuan (Gde. Parman, Kitab Adat, bagi yang jauh)nharus jauh)nharus sudah diberitahukan diberitahukan ( selabarkan) hal 16-17) 5 Ibid Hal 10-11
Makkah di tempat tinggal mereka. Para Tuan Guru ini biasanya mengajarkan alQur’an dan al-Hadits, Fiqih, dan Tauhid dan juga Tassawuf. Dalam Dalam perkem perkembang bangan an lebih lebih lanjut lanjut,, geraka gerakan n pendid pendidika ikan n agama agama Islam Islam mengalami kemajuan yang pesat pasca kemerdekaan. Pada tahun 1950-an Tuan Guru Saleh Hambali di Lombok Barat mendirikan Pesantren dan Madrasah Darul al-Qur’an di Desa Bengkel, Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Majid di Lombok Lombok Timur Timur mendir mendirika ikan n Pesant Pesantren ren Nadhatu Nadhatull Wathan Wathan.. Dan sejak sejak itula itulah h pesna pesnatre tren-pe n-pesan santre tren n dan madras madrasah-m ah-madr adrasa asah h semaki semakin n menjam menjamur, ur, dengan dengan salafiah) dengan system pendidikan memadukan system pendidikan tredisional ( salafiah) modern. Pranata pendidikan agama di Lombok saat ini telah mampu sejajar dengan pendidikan umum mulai dari tingkat para-sekolah (TK-RA), tingkat dasar (SDMI), tingkat menengah (SMP-MTS) atau (SMU-MA), dan bahkan di tingkat Perguruan Tinggi dnegan keluarnya surat keputusan tiga Menteri serta rakyat diberikan kesempatan untuk mengelola lembaga pendidikan.
4.
Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Sasak bermata pencaharian hidup dari bertani kemudian kemudian nelayan, nelayan, kerajinan kerajinan tangan, dan usaha dagang. dagang. Dan bahkan karena karena alasan alasan ekonomi ekonomi ini masyarakat masyarakat Sasak mernatau ke Negeri Jiran sebagai tenaga kerja dan buruh, Lahan pertanian pada umumnya adalah tanah basah (subur) di Lombok Bara Baratt dan dan sebag sebagia ian n besar besar Lomb Lombok ok Timu Timur, r, seme sement ntar araa di Lomb Lombok ok Tenga Tengah h sebagian besarnya adalah tanah kering. System irigasi dna pengairannya masih snagat snagat dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh syste system m pembagi pembagian an wilaya wilayah h perair perairan an (subag (subag)) Bali. Bali. Masing-masing wilayah pengairan (subag) diatru system pembagiannya oleh seorang petugas yaitu pekasih. Dalam melaksanakan tugasnya seorang pekasih
diberikan menggarap sebidang tanah yang disebut tanah pecatu
6
dengan luas
antara 3.500 M ² (50 are). Syst System em peng pengga gara rapa pan n tana tanah h oleh oleh masy masyar arak akat at masi masih h lebi lebih h bany banyak ak menggun menggunaka akan n pesti pestisid sida. a. Pada Pada umumny umumnyaa keluar keluarga ga petani petani masih masih merupak merupakan an pet petan anii subs subsis iste tem. m. Pengg Penggun unaa aan n tena tenaga ga luar luar pada pada pros proses es pembu pembukaa kaan n dna dna penggarapan serta pada saat memanen. Petani yang tidak mempunyai sawha atau mempunyai lahan sempit biasanya bertindak sebagai penyakap sebagai penyakap ( pengaro) pengaro) artinya mereka mengerjakan tanah orang lain dengan cara bagi hasil atau ada yang yang sekeda sekedarr mengam mengambil bil upah menjag menjagaa (penga (pengaira iran n dan pemeli pemelihar haraan) aan).. Dan sebagian lai dari masyarakat petani ada yang bertani dnegan system sewa dan ataupun beli tanah sementara (jangka waktu yang ditentukan oleh pihak penjual dan pembeli). turun bangket ) pada pergantian musim kemarau ke Dalam pembukaan sawah ((turun musim hujan pada sebagian masyarakat (secara khusus sebagian Lombok Barat) masih masih sangat sangat kental kental pengar pengaruh uh budaya budaya Hindu. Hindu. Mereka Mereka menand menandai ai datangn datangnya ya musim hujan hujan dengan membawa membawa sesajian sesajian (pejawali) (pejawali) dan
dirangakai dirangakai dengan dengan
perang tupat (sasak topat) di Lingsar Narmada Lombok Barat.
Secara umum ciri-ciri perekonomian masyarakat Suku Sasak yang tinggal di pedesaan seperti : 1.
Pembagian ke kerja dl dlam bi bidang pe pertanian da dan bi bidang-bidang produksi lainnya didasarkan pada jenis kelamin dan usia ;
2.
Kalkulasi da d an pe penentuan ha h arga ti tidak di d iimbangi de d engan penggunaan tenaga, waktu, peralatan, dan personil. Perlindungan mereka lebih manusiawi daripada merenggut keuntungan ;
3.
Kegiatan pe perekonomian me mereka te terutama ya yang ti tinggal di di pedesaan bertumpu ekonomi yang bersifat normatif, yaitu kegaiatan yang sejalan dengan nilai-nilai umum masyarakat. Dan mereka memperlihatkan
6
Tanah pecatu adalah tanah adapt yang diberikan kepada seseorang karena mereka baik dalam bidang bidang agama agama (penghulu) (penghulu),, kebudaya kebudayaan an dan peran peran sosisal sosisal seperti seperti keliang keliang (kepala (kepala dusun) dusun) atau pekasih. Kepemilikan terhadap tanah pecatu ini bersifat sementara sebab bila bila tokoh tersebut mengundurkan diri dari tugas-tugasny tugas-tugasnya, a, maka menggarap menggarap tanah tanah pecatu pecatu tersebut tersebut berpindah berpindah ke tangan tangan petugas petugas baru yang menggantikannya.
hubungan erat dan saling ketergantungan fungsional dengan kegiatan social ekonomi ; 4.
Pola ko konsumsi pa pada um umumnya te terdiri da dari na nasi, ik ikan, da dan sayur-mayur. Makan buah dianggap sebagai pelengkap. Bagi masyarakat petani mereka mendapatkan ikan terkadang dengan barter dengan pedagang, sementara sayur-mayur dapat mereka penuhi dari hasil yang ditanam di tanah persawahan ;
5.
5.
Makanan pokok mereka adalah.
Agama dan Kepercayaan.
Tradis Tradisii keagam keagamaan aan yang berkem berkemban bangan gan pada masyar masyarakat akat Sasak Sasak
pada
umumny umumnyaa dapat dapat diklas diklasifi ifikas kasiny inyaa kepada kepada daua azas, azas, yaitu yaitu : Pertama, tradisi keperca kepercayaa yaan n yang yang bersum bersumber ber dari dari tradis tradisii keperca kepercayaa yaan n nenenek nenenek moyang moyang ; Kedua, tradisi kepercayaan yang bersumber dari idela Islam (Rukun Islam dan
Rukun Iman). Kedua azas ini bercampurbaur dalam praktek upacara-upacara serta keagamaan. Percampuran ini kemudian melahirkan varian praktek Islam yang terikat kuat dengan pola-pola piker ulama fiqih (hukum Islam) Empat Mazhab dan secara khusus Mazhab Imam Syafi’i. Varian pertama kemudian disebut Islam Waktu (Wetu) Telu, sedangkan varian kedua disebut Islam Waktu Lima. Fenomena keagamaan dari masyarakat Islam Waktu Telu adalah masih ters tersis isan anya ya penga pengaru ruh h ajar ajaran an agam agamaa trad tradis isio ional nal prib pribum umi, i, seda sedangk ngkan an pada pada masyar masyarakat akat Islam Islam Waktu Waktu Lima Lima lebih lebih ditekan ditekankan kan pada terman termanife ifesta stasik sikann annya ya ideal Islam dalam pengertian normatifnya. Dalam praktek peribadatan sehariharinya, Islam Waktu Telu ini mempercayai dan menjalankan syari’at Islam sepert sepertii sembahy sembahyang ang atau atau puasa, puasa, hanya hanya saja saja pelaks pelaksana anaann annya ya terseb tersebuit uit dapat dapat diwakili oleh para kyai dan penghulu, peng hulu, sementara masayrakat lain terbebaskan. Dalam Dalam pelak pelaksa sana naann annya ya sang sangat at vari variat atif if ; ada ada yang yang mela melaks ksan anaka akan n sembahyang Zuhur hanya pada hari Jum’at yang atau ada yang melaksanakan sembahyang subuh pada dua hari raya kamis sore dan juga ada yang hanya smebahyang subuh dua hari raya saja. Mereka berkumpul di masjid hanya pada
dua hari raya : Idul Fitri dan Idul Adha. Sementara itu puasa pada bulan Ramadhan dilaksnakan tiga yaitu pada awal, tengah, dan akhir. Dan dalam penentuan tanggal 1 bulan Ramadhan ada di antara mereka berpegang pada tanggal aboge (Rebo Wage), dan Kamis Pahing untuk menentukan tanggal 2 Ramadh Ramadhan, an, serta serta ada yang yang berpeg berpegang ang pada Jum’at Jum’at Pahing Pahing untuk untuk tangga tanggall 3 Ramadhan. Di samping ritual keagamaan di atas, terdapat beberapa ritus kepercayaan atau upacara-upacara yang selalu dilakukan oleh masyarakat Islam Waktu Telu terseb tersebut ut sepert sepertii ritus ritus yang yang terkai terkaitt dengan dengan pemaham pemahaman an terhada terhadap p roh. roh. Dalam Dalam pemahaman masyarakat Waktu Telu leluhur nenek moyang masih hidup ro yang yang dise disebu butt alam alam halu haluss yang yang suci suci dna dna kera kerama mat. t. Untu Untuk k menca mencapa paii haru haruss dilakukan mencapai roh nenek moyang yang telah meninggal harus dilakukan ritu ritual al-r -rit itua uall sete setela lah h kemat kematia ian n (gawe (gawe pati) pati) yang yang dila dilaks ksan anak akan an pada pada hari hari kematiannya (nyelamat gumi) pada hari ke tiga, hari ke tujuh, ke sembilan, ke empat puluh, ke seratus, dan ke seribu setelah kematiannya. Berbeda Berbeda dengan varian Islam Waktu Waktu (Wetu) Telu di atas, varian varian Islam Waktu Lima merupakan varian keagamaan yang didominasi oelh ajaran Kitab Suci (al-Qur’an al-Karim) dan Sunnah Rasulullah. Al-Qur’an diyakini sebagai kitab suci yang diwahyukan oelh Alllah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebaga sebagaii primer primer hukum hukum Islam Islam.. Sedangk Sedangkan an Hadits Hadits Nabi Nabi (Sunna (Sunnah h Nabi) Nabi) yang yang meru merupak pakan an ucap ucapan an dan tinda tindaka kan n sert sertaa kete keteta tapa pan n Nabi Nabi Muha Muhamm mmad ad SAW SAW berfu berfungs ngsii sebaga sebagaii penjela penjelass kitab kitab suci suci dan menjad menjadii sumber sumber sekund sekunder er hukum hukum Isla Islam. m. Kelom Kelompo pok k peng penganu anutt penga penganut nut Isla Islam m Wa Wakt ktu u Lima Lima ini ini meru merupa paka kan n kelompok mayoritas yang membangun system kepercayaan pada pemahaman secara secara ketat ketat Rukun Rukun Iman Iman dan Rukun Rukun Islam. Islam. Mereka Mereka menjal menjalanka ankan n ritusritus-ri ritus tus keagamaan seperti syahadat, shalat, puasa, berzakat, dan berhaji sesuai dengan apa apa yang yang disy disyar ari’ i’at atka kan. n. Dan Dan mere mereka ka pada pada umum umumny nyaa adal adalah ah peng pengan anut ut Ahlussunnah wal Jama’ah. Jama’ah. Namun demikian dalam prakteknya, selain ritus-ritus keagamaan (ibadah mahdaha) yang menjadi indikator pembeda kedua varian keagamaan di atas terdap terdapat at sejuml sejumlah ah prakte praktek k ritual ritual lainny lainnyaa merupak merupakan an pengar pengaruh uh dari dari system system
kepercayaan dan budaya local. Berbagai ritus yang dilakukan oleh masyarakat Islam Waktu Lima ada yang terkait dengan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam seperti peringatan Nuzul al-Qur’an (peringatan (peringatan turunnya al-Qur’an), Isra’ Mi’raj (perjalanan nabi di waktu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa di Palestina dan naiknya Nabi ke Bait al-Izzah menghadap Allah) Allah),, Maulid Maulid Nabi (Kelah (Kelahira iran n Nabi Nabi SAW), SAW), ada juga juga yang yang terkai terkaitt dengan dengan peralihan hidup manusia dari satu tahapan ke tahapan lainnya. Upacara-upacara ters terseb ebut ut sepe sepert rtii
peri pering ngat atan an keham kehamil ilan an tuju tujuh h
bula bulan n
kelah kelahir iran an,,
suna sunata tan, n,
perka perkawin winan, an, dan kemati kematian. an. Upacar Upacara-u a-upaca pacara ra terseb tersebut ut dilaks dilaksanak anakan an sangat sangat variatif sesuai denagn kemampuan. Orang kaya (mampu), misalnya menyambut dan meraya merayakan kan kelahi kelahiran ran anakny anaknyaa dengan dengan acara acara besar besar segala segala kerama keramaian iannya nya terutama anak pertama. Hal ini biasanya dilaksanakan pada saat anak berumur tujuh hari, dan dalam acara ini dibacakan kitab Barzanji oleh agama (Tuan Guru atau Kiai) dan diadakan acara potong rambut (ngurisan) dan ini biasanya disebut Aqiqah dalam konsep Islam. Islam. Sementara Sementara bagi masyarakat masyarakat lemah acara ngurisan ngurisan biasanya dilakukan pad asaat hari-hari besar di masjid-masjid mereka. Dalam Dalam tradis tradisii masyar masyarakat akat Islam Islam Sasak Sasak membaca membaca kitab kitab Barzan Barzanji ji juga juga dilakukan pada saat akan menempati rumah baru, akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, atau momentum-momentum lainya. Prosesi lain yang terkait dengan peralihan kehidupan adalah diadakannya upacara perkawinan dengan berba berbagai gai tahapa tahapanny nnya, a, dan juga juga diadak diadakan an diadak diadakan an upcara upcara kemati kematian. an. Dalam Dalam upacara ini muatan-muatan Islam (shadaqah, ta’ziah, zikir, dan do’a) dan atau cara-cara pelaksanaannya lebih banyak ditampilkan cara-cara adat. Pada harihari kematian lebih banyak diadakan Tadarus al-Qur’an, yaitu membaca dnegan tartil dna melagu menurut tajwid dilakukan secara bergilir. Tujuan utama dari upacar ini adalah memberikan barkah kepada arawah orang yang telah meningal dan penyebaran syariah Islam. Dan dapat pula rangkaian acara tersebut sebagai bentuk Ta’ziah terhadap ahli waris yang ditinggalkan.
d.
Pranata Kul Kultu turral Pe Penye nyelesaia saian n Sen Sengketa eta.
Bagi masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok pranata penyelesaian sengketa (konfl (konflik) ik) di bidang bidang pengai pengairan ran,, maka maka lembag lembagaa penyele penyelesai saian an sengket sengketaa disebu disebutt “Rembuq Pranataa rembuq rembuq subag subag diperg dipergunak unakan an oleh oleh masyar masyarakat akat Suku Suku Rembuq Subag”. Pranat Sasak dalam rangka menyelesaikan sengketa air (pesiak aik) penggunaan “rembuq subag” tersebut tersebut yang bertindak bertindak sebagai sebagai hakim adalah adalah “pekasih ”. Pekasih sebagai hakim hakim penga pengadi dill di ting tingka katt suba subak k dian diangka gkatt oleh oleh masy masyar arak akat at desa desa (khu (khusu susn snya ya pengguna air) dengan masa waktu jabatan yang terbatas lamanya, sehingga tidak musathil musathil seorang seorang “pekasih ” baru diganti manakala telah meningal dunia. Seorang pekasih bagi masyarakat Suku Sasak adalah figur seorang yang faham tentang pengairan, tokoh yang jujur, dan adil, serta dapat mengemong (mengayomi) semua pihak putusan “rembuq subag” disebut “ngemong” Sedangkan lembaga penyelesaian sengketa di bidang arisan dan perkawinan bagi mayarakat Suku Sasak adalah “Majelis Adat Dese” atau “Kerama Desa atau ”. Anggota Majelis Adat Dese atau Kerama Dese atau Kerame Kerama Gubuk ”. Gubuk diangkat oleh masyarakat dari unsur tua-tua adat, tokoh masyarakat, tokohtokoh agama, dan formal pemerintahan. Pranata “Majelis Adat Dese” atau “Kerama Desa Desa””
atau atau “Ker “Keram amaa
Gubu Gubug” g” juga juga dipe diperg rgun unak akan an seba sebaga gaii
lemb lembag agaa
yang yang
menyelesaikan atau mengadili sengketa di bidang kepidanaan, misalnya perkelahian miss missal al (mes (mesia iat) t),, terj terjad adin inya ya pela pelangg nggar aran an adat adat yang yang mere meresa sahk hkan an masy masyar arak akat at (Ngeletuhing Jagar) atau Ngaweng pati (memanggil maut).
e.
Pros Prosed edur ur dan dan Pri Prins nsip ip-P -Pri rins nsip ip Pen Penye yele lesa saia ian n Kon Konfl flik ik
Pran Pranat ataa
local ocal
peny penyel eles esai aian an
seng sengke ketta
(konf konfli lik) k)
Suku uku
Sasak asak
dal dalam
melaksanakan tugasnya tidak bergantung pada ada tidaknya kasus yang diaukan kepadanya pada ada tidaknya kasus yang diadukan kepadanya, artinya “Rembug Subak atau Kerama Desa atau Kerama Gubug ” dalam melaksanakan tugasnya
harus pro aktif dalam mengantisipasi mengantisipasi terjadinya terjadinya sengketa, oleh karena itu sebelum sebelum adanya sengketa pun lembaga ini melaksanakan fungsinya secara aktif. Jika Jika terjad terjadii sengket sengketaa atau atau konflik konflik yang yang diketa diketahui hui terjad terjadii (dan (dan diaduka diadukan n kepa kepada dany nya) a),, maka maka Peka Pekasi sih h atau atau Ketu Ketuaa Kera Kerama ma Dese Dese atau atau Kera Kerama ma Gubu Gubug g melakukan melakukan pemeriksaa pemeriksaan n perkasra perkasra (kasus) (kasus) tersebut tersebut dengan mengundang mengundang seluruh seluruh
anggota Kerama Desa dan pihak yang berkepentingan (yang bersengketa) dalam suatu suatu pertem pertemuan uan yang yang disebut disebut dengan dengan istila istilah h “Sangkep atau Begundem” atau musyawarah. musyawarah. Sangkep Sangkep atau Begundem tersebut tersebut diadakan diadakan pada malam hari di satu tempat yang netral yang biasanya di tempat “sekenem (rumah panggung berkaki enam) atau masjid ”.
Dalam proses sangkep dan begundem be gundem dilalui melalui sedikitnya 3 fase, yaitu : 1.
Piha Pihak k yang yang diha dihadi diri ri bersen bersengke gketa ta mengem mengemuka ukaka kan n masa masala lahn hnya ya masing masing-m -mas asin ing g denga dengan n diha dihadi diri ri pula pula denga dengan n saks saksii-sa saks ksii yang yang meri meringa ngank nkan an atau atau yang yang memberatkan.
2.
Kem Kemudi udian mas masiing-m ng-mas asiing ang anggo gotta “kerama” memberikan fatwa berdasarkan hukum hukum adat adat dan dan fatw fatwaa agam agamaa keap keapada ada yang yang bers berseng engke keta ta agar agar bers bersedi ediaa berdamai atau menaati hukum adat ynag berlaku. Proses pemberian fatwa ini dinamakan ”petinang wadi temah ”.
3.
Setela Setelah h proses proses pemeri pemeriksa ksaan an (musy (musyawa awarah rah)) selesa selesai, i, maka maka akan akan diakhi diakhiri ri denga dengan n pember pemberian ian keputus keputusan, an, yaitu yaitu keputus keputusan an berupa berupa perdam perdamaia aian n (soloh (soloh)) atau atau penjatuhan hukuman.
Kesepak Kesepakata atan n damai damai (soloh (soloh)) terseb tersebut ut sangat sangat mengik mengikat at baik baik indivi individu du yang yang bersengketa mauoun terhadap masyarakat dan oleh karena itu acapkali keputusan “soloh” mempunyai kekuatan hokum yang sangat kuat karena acapkali dijadikan landasan hukum oleh pengadilan. Keputusan lain yang mungkin dijatuhkan oleh “Kerama”
adal dalah
dengan gan
pember berian
huku ukuman
berupa upa
den denda
dnegan gan
mempergunakan standar uang bolong (kepeng) dan hewan atau dedosan. Sedangkan bagi bagi masyar masyaraka akatt yang yang melakuk melakukan an kesala kesalahan han besar besar sepert sepertii Ngeletu Ngeletuhin hing g JagadJagadmere meresa sahk hkan an
duni dunia, a,
misa misaln lnya ya
perz perzin inaa aan, n,
pend pendur urua uan, n,
dan dan
lain lain-l -lai ain, n,
maka maka
hukumannya berupa diasingkan dari masyarakat (eteh selon). Pemeriksaa Pemeriksaan n atau persidangan persidangan kasus-kasu kasus-kasuss oleh “Krama Desa” dilakukan secara terbuka dimana seluruh anggota kerama dan masyarakat boleh menyaksikan baik yua maupun muda, pria maupun wanita, dan benar-benar dilaksanakan secara keke kekelu luar arga gaan an,, suas suasan ana a sila silatu turr rrah ahmi mi,, tida tidak k memi memiha hak, k, dan dan cepa cepatt sert serta a sederhana.
f.
Faktor tor-Fa -Faktor tor
Yang
Mempern erngaruh uhii
Masya syarakat kat
Suku uku
Sasak
Mempergunakan Pranata Lokal Dalam Penyelesaian Sengketa.
Menurut data penelitian di Pulau Lombok yang dilakukan penelitian pada etnis Sasak, ada beberapa factor yang mempengaruhi masyarakat menyelesaikan konfliknya kepada pranata cultural, yaitu : 1. Penghor Penghormat matan an kepada system system nilai nilai hokum adat dan nilai-ni nilai-nilai lai agama agama yang yang meresap di sanubari masyarakat Sasak yang dikenal sebagai masyarakat yang patuh dan taat beribadah dab pulaunya dijuluki “Pulau Seribu Masjid ”. 2. Adanya Adanya penghor penghormat matan an yang tulus tulus dna tinggi tinggi kepad kepad apemuka apemuka agama agama (Tuan Guru). Guru). Pemuka Pemuka adat dan masyar masyarakat akat (Penghulu (Penghulu Desa) Desa) yang yang akan mampu mampu menyelesaikan konfliknya secara damai dan jujur. 3. Untu Untuk k menja menjaga ga hubu hubung ngan an “silaturrahmi ” dan menjaga hubungan agar tidak terputus (sifat anak empat tao pesopok dirik ). 4. Menghin Menghindar darii adanay istil istilah ah “kalah “kalah dan menang dalam dalam perkara” perkara” yang dapat dapat merugikan kedua belah pihak.
g.
Kasu Kasuss Seng Sengke keta ta Yang Yang Dise Disele lesa saik ikan an Mela Melalu luii Pra Prana nata ta Loka Lokall
Beberap Beberapaa kasus kasus sengket sengketaa yang yang menjad menjadii kompet kompetens ensii Kerama Kerama Gubug Gubug atau atau Kerama Desa atau Rembug Subak, yaitu di bidang pengairan bagi masyarakat Rembig Subag Subag” yang Sasak Sasak sepenuh sepenuhnya nya menjad menjadii kompet kompetens ensii mengadi mengadili li dari dari “Rembig
termasuk dalam bidang hokum keperdataan. Sedangkan bagi Kerama Dea atau Kerama Desa kompetensinya meliputi sengketa di luar masalah pengairan, baik perkara yang berdimensi perdata adapt aupun delik adat (pidana adat). Perkara berdimensi perdata adat, antara lain : sengketa perkawinan (merari’), sengket sengketaa waris waris (bagi (bagi ahli ahli waris) waris),, dan lain-l lain-lain ain.. Sedangk Sedangkan an dalam dalam konflik konflik yang yang mesiat), berdim berdimens ensii pidana pidana melipu meliputi ti tawura tawuran n dan pembunu pembunuhan han secara secara missal missal (mesiat
perbuat perbuatan an perzin perzinahan ahan atau atau kesusi kesusilaa laan n dan moral moral (bekekaruh), dan meresahkan dunia (ngeletuhing jagat).
View more...
Comments