Mastoiditis Radiologi

July 21, 2019 | Author: Sherly Malini | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Sherly Malini...

Description

REFERAT MASTOIDITIS

PEMBIMBING: dr. Faida S, Sp.Rad

Disusun Oleh: Sherly Malini

030.12.257

Verna Vitriani

030.12.273

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA PERIODE 24 JULI  –  25  25 AGUSTUS 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses  peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang cells yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis.1,2 Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya). 2 Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi yang paling  berharga bagi ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist , yang sangat dibutuhkan dari pasien. Karena banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari sebuah kepala dan leher yang pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan yang  bersifat topografi topo grafi (anatomi atau penentuan letak struktur) saja, tetapi juga memerlukan  pemeriksaan yang bersifat fisiologi. Beberapa pasien mungkin hanya memerlukan  pencitraan dignostik konvensional seperti film tipis sinar-X, atau beberapa justru membutuhkan pencitraan dengan teknologi tinggi untuk memperoleh hasil terbaik demi rencana terapi yang akan dia jalani nantinya.4

1.2. Batasan Masalah

Referat ini akan membahas tentang mastoiditis beserta komplikasinya khusus nya dari segi gambaran radiologis.

1

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui tentang mastoiditis dari definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, penegakan diagnosa, dan pengobatannya 1.3.2. Tujuan Khusus Mengetahui gambaran radiologis pada mastoiditis

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk pada  berbagai literatur.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi

Otitis media (OM) khususnya yang kronik (otitis media supurasi kronik) adalah infeksi telinga tengah yang ditandai oleh sekret telinga aktif atau berulang di telinga tengah yang keluar melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK yang sukar disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi luas. Umumnya penyebaran bakteri merusak struktur di sekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa hanya otore yang menetap, mastoiditis, labirintitis, paralisis saraf fasialis sampai komplikasi serius seperti abses intrakranial atau trombosis. Walau dalam praktek kejadian komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi. 1 Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala  proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam  pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. 1,2 2.2. Anatomi System Pendengaran 5

Gambar 1. Anatomi System Pendengaran

3

Gambar 2. Anatomi Tulang Temporal

Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior bernama aditus ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran, setelah terjadi aerasi telinga tengah. Proses ini selesai pada saat seseorang berumur 10 tahun. Sel udara mastoid terbentuk oleh invasi kantung berlapis epitel antara spikula tulang baru dan oleh degenerasi dan redifferensiasi ruang sumsum tulang yang ada. Bagian tulang temporal lainnya, termasuk apeks petrosus dan akar zygomaticus, mengalami  pneumatisasi yang sama. Antrum, mirip dengan sel-sel udara mastoid, dilapisi dengan epitel respiratorius yang akan membengkak bila terjadi infeksi. Penyumbatan antrum oleh mukosa yang mengalami inflamasi memerangkap infeksi di sel udara dengan menghambat drainase dan menghalangi aerasi kembali dari sisi tengah telinga. Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah, saluran nervus fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dan ujung petrosus tulang temporal. Mastoiditis bisa mengikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu daerah yang  bersebelahan tersebut, menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan  penyakit yang mengancam jiwa.

4

Coalescence /  Pergabungan

Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan osteitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid; oleh karena itu, istilah mastoiditis coalescent digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat, baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoideus secara tidak wajar, apeks petrosus, atau ruang intracranial. Tulang temporal lain atau struktur di dekatnya, seperti nervus fasialis, labirin, atau sinus venosus, dapat terlibat. Mastoiditis dapat berhenti pada tahap manapun. Hal ini berlangsung dalam 5 tahapan: Tahap 1 - hiperemia dari lapisan mukosa dari sel udara mastoid Tahap 2 - Transudation dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel-sel Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity dari septa Tahap 4 - hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence) menjadi rongga abses Tahap 5 - Perluasan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan 2.3. Epidemiologi

Masih belum diketahui secara pasti, tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun.2 a. Di Amerika Serikat5 Sebelum masa antimikroba, mastoidektomi dilakukan sebanyak 20% dari pasien dengan AOM. Insiden mastoiditis telah menurun sejak berkembangnya antimikroba dan telah menjadi langka. Pada tahun 1948, tingkat ini menurun sampai kurang dari 3% dan saat ini diperkirakan kurang dari 5 kasus per 100.000 orang di Amerika Serikat atau negara-negara maju lainnya. Insiden mastoiditis lebih tinggi di negara-negara  berkembang daripada di tempat lain, terutama sebagai konsekuensi dari otitis media yang tidak diobati. Walaupun insiden penyakit ini telah menurun secara substansial di Amerika Serikat, namun masih merupakan infeksi yang signifikan secara klinis dengan  potensi komplikasi yang mengancam jiwa. 5

Yang menjadi perhatian besar adalah dilaporkannya peningkatan tajam insiden mastoiditis akut pada dekade terakhir di beberapa lokasi. Peningkatan ini mungkin karena meningkatnya tingkat infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tahan antibiotic, virulensi patogen yang meningkat dan penurunan penggunaan antibiotika untuk mengobati otitis media akut. Kejadian ini kemungkinan besar menurun dengan ketersediaan dan pemberian vaksin pneumokokus terkonjugasi, yang telah diizinkan untuk penggunaan klinis pada tahun 2000. b. Internasional 5

 Negara-negara berkembang dan negara-negara di mana AOM tidak diobati dengan antibiotik memiliki peningkatan insiden mastoiditis, mungkin dihasilkan dari otitis media yang tidak diobati. Sebagai contoh, insiden mastoiditis akut di Belanda, yang memiliki tingkat peresepan antibiotik rendah untuk AOM, dilaporkan terdapat 3,8 kasus per 100.000 orang per tahun. Di semua negara lain dengan tingkat peresepan antibiotik tinggi, kejadian ini jauh lebih rendah dari pada ini, yaitu 1,2-2 kasus per 100.000 orang per tahun. 2.4. Patofisiologi / Etiologi

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang  berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius. 2 Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari sistem imun dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae. 2

6

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktorfaktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.2 2.5. Gejala Klinis Gambar 3. Mastoiditis dengan abses

 subperiosteum. Perhatikan hilangnya lekukan kulit dan abses yang menonjol.

Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan otitis media akut (AOM) dan sering menyebabkan demam. Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi. Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik. Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling konsisten yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan mastoideus telah terjadi.

7

Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi. o

Demam dapat tak henti-hentinya pada mastoiditis akut dan mungkin  berhubungan dengan AOM terkait.

o

Demam yang menetap, terutama jika pasien mendapatkan antimikroba yang memadai dan tepat, adalah umum pada mastoiditis akut.

 Nyeri dapat dilaporkan. o

 Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya lebih buruk pada malam hari.

o

 Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus. Temuan ini mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.

Kehilangan pendengaran dapat terjadi. o

Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah telinga.

o

Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang berulang.

Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilan gan nafsu makan dan iritabilitas. 5 Pemeriksaan Fisik 

Temuan pada mastoiditis akut dan kronis termasuk penebalan periosteal, abses subperiosteal, otitis media, dan tonjolan nipplelike  (seperti puting) dari membran timpani pusat. Menentukan adanya penebalan periosteal memerlukan perbandingan dengan bagian telinga yang lain. Perubahan posisi dari daun telinga ke arah bawah dan ke luar (terutama pada anak-anak
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF