MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

February 27, 2019 | Author: Silmi Rizki | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

makalah...

Description

MASALAH-MASALAH MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dadang Sudrajat, M.Pd.

oleh : Kelompok 5 Kelas B 2017 Djihan Amir

(1702167)

Haifa Zahra

(1700116)

Revy Arvyansyah Permana

(1702283)

Silmi Rizki Utami

(1701833)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena  berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul MasalahMasalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Atas dukungan dan bimbingan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dadang Sudrajat, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan, dan semoga dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bandung, 26 Februari 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI

 ................................................... ............................................ ................................. ........... i KATA PENGANTAR  ............................. DAFTAR ISI ................................. ...................................................... ............................................ ............................................ ...................... ii

 ................................................. ............................................ ................................. ........... 1 BAB I PENDHULUAN ........................... A. Latar Belakang............................................ .................................................................. ..................................... ............... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ ........................................................................... ............... 1 C. Tujuan Penulisan ................................................... .......................................................................... .......................... ... 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................  .......................................................... ............................................ ...................... 3

A. Mengidentifikasi Masalah yang Dialami Peserta Didik .................. 3 B. Teknik Bimbingan dan Konseling Individual Individual ................................. ................................. 6 C. Teknik Bimbingan dan Konseling Kelompok ................................. ................................. 9 D. Pentingnya Pendekatan Preventif, Kuratif, dan Developmental dalam BK ......................................... ............................................................... ............................................ .......................... .... 10 ................................................................ ..................................... ............... 13 BAB III KESIMPULAN .......................................... A. Kesimpulan ............................................. ................................................................... ........................................ .................. 13 B. Saran ........................................... .................................................................. ............................................. ............................. ....... 13 DAFTAR PUSTAKA ............................................ .................................................................. ........................................ .................. 14

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan berproses, dan sebagai unsur fundamental khususnya dalam dunia pendidikan. Perubahan secara positif dan progresif akan dialami oleh diri individu jika individu yang bersangkutan memiliki dorongan untuk selalu belajar. Oleh karena itu, peserta didik maupun mahasiswa harus melakukan kegiatan belajar, untuk membekali diri dalam menghadapi masa depannya kelak. Tanpa kegiatan belajar, maka peserta didik maupun mahasiswa ketika kelak dewasa akan mengalami kesulitan ketika menghadapi persoalan hidupnya secara mandiri (Soesilo, 2014). Menurut Soesilo (2014) bahwa salah satu faktor penyebab munculnya masalah belajar pada peserta didik disignalir adalah berasal dari guru. Banyak guru yang melaksanakan pembelajaran tanpa mengimplementasikan prinsip dan kaidah belajar. Tidak sedikit guru yang masih memiliki prinsip bahwa  pembelajaran merupakan transfer informasi belaka. Kondisi ini cenderung lebih dominan nampak dibanding guru yang memiliki prinsip student center dalam pembelajarannya. Selanjutnya Soesilo (2014) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh peserta didik yang menghambat kelancaran proses dan hasil belajarnya. Masalah belajar bagi peserta didik tidak berarti bahwa peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar, tetapi kegiatan belajar yang dilakukannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tujuan atau hasil yang optimal. Masalah belajar yang dialami peserta didik harus segera diselesaikan karena kegiatan belajar merupakan bagian yang esensial untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus mampu mengidentifikasi masalah-maslah yang dihadapi peserta didik di sekolah, guru juga harus mengetahui teknik bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan untuk membantu peserta didik, serta guru harus mengetahui pentingnya pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling sehingga dapat membantu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi di sekolah. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai  berikut : 1. Bagaimana cara untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami  peserta didik di sekolah ? 2. Bagaimana teknik bimbingan dan konseling individual dalam penyelesian masalah peserta didik ?

1

3. Bagaimana teknik bimbingan dan konseling kelompok dalam membantu menyelesaikan masalah peserta didik ? 4. Apa pentingnya pendekatan preventif, kuratif, developmental dalam BK? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami peserta didik di sekolah. 2. Untuk menjelaskan teknik bimbingan dan konseling individual dalam  penyelesian masalah peserta didik 3. Untuk Menjelaskan teknik bimbingan dan konseling kelompok dalam membantu menyelesaikan masalah peserta didik 4. Untuk mengetahui pentingnya pendekatan preventif, kuratif, developmental dalam BK.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Mengidentifikasi Mengidentifikasi Masalah yang Dialami Peserta Didik Ada beragam masalah belajar yang dapat dialami peserta didik. Guru perlu  peka dan segera mengidentifkasi permasa-lahan belajar yang dialami peserta didik-nya. Identifikasi masalah perlu dilakukan terkait dengan pemberian  bantuan (pengatasan) masalah belajar yang dialami oleh masing-masing  peserta didik. 1. Jenis-Jenis Permasalahan Peserta Didik a. Keterlambatan akademik Keterlambatan akademik yaitu keadaan peserta didik yang diperkirakkan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Untuk mengidentifikasi masalah ini dapat dilakukan melalui kajian perkembangan hasil-hasil prestasi  peserta didik.  b. Ketercepatan dalam belajar Masalah ketercepatan dalam belajar yaitu keadaan peserta didik yang memiliki kecerdasan tinggi (misal IQ 130 atau lebih), tetapi belum terfasilitasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Peserta didik seperti itu  perlu mendapatkan tugas khusus yang lebih menantang bagi dirinya, atau lebih berat dibanding tugas teman lainnya. Masalah ini dapat diketahui dari perkembangan hasil belajar dan observasi dari perilaku  peserta didik. c. Sangat lambat dalam belajar Masalah ini adalah keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat  pendidikan atau pengajaran khusus. Kemampuan siswa yang sangat lambat belajar ini dapat diidentifikasi dari perkembangan prestasi  belajarnya. d. Kurang motivasi dalam belajar Keadaan ini terjadi dimana siswa kurang bersemangat dalam  belajar, yang diperlihatkan dari jera dan malas dalam kegiatan  belajarnya. Untuk mengidentifikasi siswa yang kurang motivasi belajar dapat ditinjau dari presensi masuk sekolahnya, dan hasil prestasi  belajarnya, wawancara kepada siswa, serta melakukan home visit. e. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar Berkebiasaan buruk dalam belajar yaitu kondisi atau perilaku siswa sehari-harinya bersifat antagonistik dari pada kegiatan belajar seharusnya dilakukannya. Masalah ini dapat diketahui melalui observasi terutama ketika pembelajaran sedang berlangsung, melalui penyebaran

3

Daftar Cek Masalah, dan angket khusus yang terkait dengan kebiasaan  belajar siswa. 2. Teknik Identifikasi Masalah Belajar Identifikasi masalah belajar siswa pada umumnya dapat dilakukan melalui penggunaan instrumen dalam bentuk non-tes dan tes. 1) Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara khusus dan terencana. Jika wawancara dilakukan lebih mendalam misalnya dalam penelitian kualitatif disebut wawancara mendalam. Dalam usaha membantu persoalan  peserta didik di sekolah, maka lebih membutuhkan wawancara konseling, yaitu wawancara mendalam, diwarnai afektif, dan bersifat menyembuhkan atau membantu persoalan yang dialami siswa. Wawancara terkait dengan masalah belajar lebih banyak menekankan (mementingkan) diperolehnya informasi tentang gejala atau kebiasaan belajar yang dapat menimbulkan masalah belajar bagi diri siswa dan untuk mengidentifikasi sumber penyebab masalah  belajar tersebut 2) Observasi Menurut Slameto (1988), observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya. Dalam kaitannya dengan masalah belajar, observasi lebih  berguna dalam mengamati gejala-gejala masalah m asalah belajar yang nampak atau dialami diri siswa. Hasil observasi tidak dapat menjawab secara runtut tentang sebab-akibat masalah belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu, data atau informasi tentang penyebabnya harus melalui teknik pengumpulan data yang lain, misalnya wawancara, atau angket. 3) Angket Seringkali disebut sebagai kuesioner. Menurut Soesilo (2014) angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal hal yang diketahuinya. Melalui angket, hal-hal tentang diri responden dapat diketahui, misalnya tentang keadaan atau data dirinya seperti  pengalaman, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan termasuk pandangan diri responden terhadap suatu hal. 4) Skala Sikap Sikap menggambarkan tentang kecenderungan berperilaku atau reaksi seseorang terhadap objek atau stimulus yang datang padanya. Instrumen yang mengukur tentang sikap tersebut biasanya disebut sebagai skala sikap. Skala sikap hampir sama seperti angket. Perbedaannya hanya terdapat pada variabel yang ditanyakan kepada responden.

4

Skala sikap hanya menanyakan tentang sikap responden yang terkait dengan suatu variabel atau objek, Sedangkan angket dapat mengukur banyak variabel, dan jawaban responden tidak dapat diskoring (nilai) dan juga tidak dapat diskalakan. 5) Daftar Cek Masalah (DCM) Merupakan instrumen (sejenis angket) yang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah yang  pernah atau sedang dialami seseorang. DCM sebagai sejenis angket yang berisikan item-item pernyataan permasalahan yang kemungkinan terjadi pada diri responden. DCM terdiri sekitar 12 bidang permasalahan (kesehatan, keuangan,  pergaulan, agama/kepercayaan, pekerjaan, keluarga, kepribadianl,  penyesuaian terhadap kurikulum, penyesuaian terhadap sekolah, kebiasaan belajar, rekreasi, dimana setiap bidang disajikan sekitar 20 item pernyataan permasalahan, sehingga total item dalam suatu instrument DCM sekitar 240 butir. Responden hanya memberikan tanda centang pada item yang dimaksud, jika mengalami masalah seperti yang diuraikan dalam item tersebut. 6) Bimbingan Belajar Berbagai persoalan belajar yang dijelaskan di atas, tentu perlu  penanganan oleh guru matapelajaran atau guru kelas maupun guru BK melalui kegiatan bimbingan belajar. Penanganan tersebut melalui kegiatan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang dilakukan terhadap peserta didiknya tergantung dari tujuan ingin dicapai. Sedangkan tujuan bimbingan tentang masalah belajar di sekolah antara lain sebagai berikut: a) Membantu pemahaman peserta didik tentang pentingnya  beraktivitas belajar bagi dirinya saat ini maupun masa depannya.  b) Memotivasi peserta didik agar bersemangat dalam belajar sesuai gaya belajar dan potensi serta karakteristiknya sendiri. c) Membantu peserta didik agar dapat memanfaatkan sarana dan  prasarana yang tersedia di lingkungannya secara optimal. 7) Inventori Tugas Perkembangan (ITP) Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinat,dkk.). Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Angket Inventori Tugas Perkembangan memiliki berbagai karakteristik yang khas, yaitu Inventori Tugas Perkembangan  berbentuk angket terdiri dari kumpulan pernyataan, di mana setiap nomor terdiri dari empat butir pernyataan yang mengukur satu

5

subaspek. Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa. Angket ITP untuk setiap tingkat  pendidikan memiliki jumlah soal yang berbeda. Kelebihan Inventori Tugas Perkembangan, adapun kelebihan ITP diantaranya adalah melalui skor hasil ITP konselor dapat lebih mudah memahami tingkat perkembangan individu. Dan sebagai alat asesmen yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan program bimbingan dan konseling berbasis perkembangan inividu. Sedangkan kekurangan atau keterbatasannya antara lain adalah belum dapat digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan kelulusan maupun untuk  penempatan. B. Teknik Bimbingan dan Konseling Individual Konseling individual merupakan proses interaktif yang dicirikan oleh hubungan yang unik antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli yang mengarah pada perubahan perilaku, konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Konseling individual diberikan baik kepada peserta didik/konseli yang datang sendiri maupun diundang. Peserta didik/konseli diundang oleh guru  bimbingan dan konseling atau konselor berdasarkan hasil asesmen, referal, dan observasi. Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) konseling individual disiapkan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor bagi peserta didik/konseli yang diundang. Adapun laporannya dibuat guru bimbingan dan konseling atau konselor  baik bagi peserta didik/konseli yang diundang maupun yang datang sendiri. Keberhasilan proses konseling terhadap pemecahan masalah peserta didik/konseli dievaluasi oleh guru  bimbingan dan konseling atau konselor melalui pengungkapan kepuasan konseli terhadap proses konseling. 1. Tujuan Tujuan konseling individual adalah memfasilitasi peserta didik/konseli melakukan perubahan perilaku, mengkonstruksi pikiran, mengembangkan kemampuan mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang  bermakna bagi dirinya dan berkomitmen untuk mewujudkan keputusan dengan penuh tanggungjawab dalam kehidupannya. 2. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Individual Langkah- langkah konseling individual dengan peserta didik/konseli datang sendiri : a) Pra konseling, 1) Penataan ruang

6

2) Kesiapan pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor  b) Proses konseling 1) Membangun relasi konseling 2) Melaksanakan tahapan dan mengunakan teknik konseling sesuai teori yang 3) dipilih baik secara tunggal, maupun integratif. 4) Mengakhiri proses konseling. c) Pasca konseling 1) Membuat laporan konseling 2) Berdasarkan kesepakatan dengan peserta didik/konseli, guru  bimbingan dan konseling atau konselor memonitoring dan mengevaluasi tindakan/perilaku yang direncanakan peserta didik/konseli. Langkah konseling dengan konseli yang diundang : a) Pra konseling 1) Mengumpulkan dan menganalisis data peserta didik/konseli secara 2) komprehensif (potensi, masalah, latar belakang kondisi konseli) 3) Menyusun RPL konseling 4) Menata ruang 5) Kesiapan pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor .  b) Proses konseling 1) Membangun relasi konseling 2) Melaksanakan tahapan dan mengunakan teknik konseling sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal, maupun integrative 3) Menutup proses konseling c) Pasca konseling 1) Membuat laporan konseling 2) Berdasarkan kesepakatan dengan peserta didik/konseli, guru  bimbingan dan 3) konseling atau konselor memonitoring dan mengevaluasi tindakan/perilaku yang direncanakan peserta didik/konseli Langkah-langkah e-counseling a) Pra konseling 1) Mendesain menu e-counseling 2) Melakukan sosialisasi dan edukasi pada peserta didik/ konseli,  b) Proses Konseling 1) Membangun relasi konseling 2) Melaksanakan tahapan dan mengunakan teknik konseling sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal, maupun integratif 3) Menutup proses konseling c) Pasca Konseling 1) Menutup proses konseling

7

2) Membuat laporan konseling berdasarkan kesepakatan, peserta didik/konseli melakukan tindakan lanjutan proses konseling C. Teknik Bimbingan dan Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah layanan konseling yang diberikan kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk saling belajar dari pengalaman para anggotanya sehingga peserta didik/konseli dapat mengatasi masalah. Keberhasilan proses konseling terhadap pemecahan masalah sejumlah peserta didik/konseli dievaluasi oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor melalui pengungkapan kepuasan konseli terhadap proses konseling. Tujuan konseling kelompok adalah memfasilitasi konseli melakukan  perubahan perilaku, mengkonstruksi pikiran, mengembangkan kemampuan mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang bermakna bagi diri nya dan berkomitmen untuk mewujudkan keputusan dengan penuh tanggungjawab dalam kehidupannya dengan memanfaatkan kekuatan (situasi) kelompok. Ada beberapa metode atau teknik bimbingan kelompok, teknik bimbingan kelompok ini dapat digunakan dalam layanan bimbingan klasikal maupun  bimbingan kelompok. kelompok. Metode tersebut yaitu : 1. Metode Ekspositori Teknik pemberian informasi atau biasa disebut metode ceramah ini, yaitu pemberian informasi oleh seorang pembicara kepada sekelompok  pendengar dan dilaksanakan dengan mencakup tiga hal, yaitu perencanaan,  pelaksanaan dan penilaian. 2. Metode Diskusi Kelompok Teknik diskusi kelompok adalah percakapan terencana yang dilakukan tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau memperjelas suatu permasalahan. 3. Metode Permainan Peranan Teknik permainan peranan bisa disebut sebagai suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antara manusia dnegan jalan yang mereka lakukan dalam memerankan situasi yang tak terduga. 4. Metode Permainan Simulasi Teknik silmulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya seperti lebih kearah diskusi cara menghadapi. 5. Metode Homeroom

8

Home room adalah suatu program kegiatan yang diulakukan dengan tujuan agar guru lebih mengenal murid-muridnya lebih baik sehingga membantu menyelesaikan masalahnya secara efisien. 6. Metode Field Trip Teknik ini menggunakan kegiatan rekreasi untuk bimbingan kelompoknya. Teknik ini sangat ampuh karena para siswa dapat terlibat secara lebih lagi tentang tanggung jawab serta bekerja sama dnegan kelompoknya. D. Pentingnya Pendekatan Preventif, Kuratif, dan Developmental dalam Bimbingan dan Konseling. Dalam hal bimningan konseling, ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk dapat mencapai suatu pencapaian, yaitu pendekatan preventif,  pendekatan kuratif, dan pendekatan pendekatan developmental. Pendekatan kuratif, ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap petemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tetentu. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan: 1. Pengulangan Pengulangan ini dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostiknya yaitu: a. Pada setiap akhir pertemuan.  b. Pada setiap akhir unit pembelajaran tertentu. c. Pada akhir setiap suatu program studi. Pelaksanaannya dapat secara: a. Individual kalau ternyata yang mengalami kesulitan terbatas.  b. Kelompok kalau ternyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis atau sifat kesalahan/kesulitan bersama. Waktu dan cara pelaksanaaannya: a. Bila sebagian/seluruh kelas mngalami kesulitan sama, diadakan  pertemuan kelas biasa berikutnya 1) Bahan di presentasikan kembali. 2) Diadakan latihan/penguasaan/soal bentuknya sejenis. 3) Diadakan kembali pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil  peningkatan kearah ktiteria keberhasilan.  b. Diadakan diluar jam pertemuan biasa 1) Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah orang tertentu (waktu sore, waktu istirahat, dan sebagainya). 2) Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri.

9

c. Diadakan kelas remedial 1) Bagi siwa yang mempunyai kesulitan khsus dengan bimbingan khusus. 2) Diadakan penggulangan secara total kalau jauh dibawah kriteria keberhasilan minimal 2. Pengayaan atauPengukuran Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara akademik mungkin termasuk berbakat dengan cara: a. Pemberian tugas/pekerjaan rumah.  b. Pemberian tugas/soal dikerjakan d ikelas. 3. Percepatan (akselerasi) Layanan ini ditunjukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan psikososial (ego emosional). a. Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi.  b. Bila hanya beberapa bidang studi ini dapat diteruskan (maju  berkelanjutan/continuous program). Lalu, ada juga pendekatan preventif, pendekatan ini ditunjuan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi dipredisikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1. Bagi yang termasuk katagori normal mampu menyelesaikan program  belajar mengajar bisa sesuai dengan waktu yang disediakan. 2. Bagi mereka yang terlambat atau tidak menyelesaikan program dengan  batas waktu yang ditetapkan. Berasarkan prediksi tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk: a. Bentuk kelompok belajar heterogen.  b. Bentuk individual c. Bentuk kelompok dengan kelas remedial (Amadi,Abu dan widodo supriono.2013:179) Selain pendekatan kuratif dan pendekatan preventif, ada juga  pendekatan developmental. Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung (during ( during teaching diagnostic). diagnostic ). Sasaran pokok dari pendekatan ini ialah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami ketika proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil. Pembimbingan yang menggunakan  pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan

10

 pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan. Ciri-ciri Developmental: 1. Fokus perhatiannya ditunjukkan kepada seluruh siswa, seluruh tingkat umur, dan seluruh aspek pertumbuhan siswa. 2.  Development-Oriented   membimbing siswa dalam proses  perkembangannya dan dalam total educative process. process. 3. Memusatkan diri kepada anak-anak yang normal dan kepada usahausaha penciptaan suasana belajar yang efektif, sehat dan segar. 4. Pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas testing program dan  pengadministrasian data. Jika ia menyelenggarakan tes, bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keseluruhan siswa yang lebih luas. 5. Pembimbing juga bukan lagi record keeper . Kegiatan tersebut ditangani stafnya, yakni untuk menjaga agar pembimbing tidak terlibat dalam halhal yang rutin, supaya dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menyeluruh dan lebih fundamental. 6. Dalam kegiatan konseling, lebih banyak digunakan group counseling dengan sasaran supaya siswa-siswa secara bersama-sama dapat saling meningkatkan self meningkatkan self acceptance, self direction, direction, dan self dan self development . 7. Hubungan dengan guru, guru merupakan penanggungjawab utama terhadap siswa dalam kelasnya, sedang pembimbing sifatnya sematamata hanya membantu. Bila terdapat kesulitan, guru sendiri yang menghadapi siswa. 8. Guru memiliki record   tentang siswa-siswanya, paling tidak dengan anecdotal record . Guru mengumpulkan data tentang siswa dan menyimpannya. 9. Pertemuan dengan orang tua siswa tidak semata-mata membahas anak krisis, tetapi terutama untuk mendiskusikan peningkatan situasi belajar, hubungan saling membantu antara sekolah dengan rumah, antara sekolah dengan masyarakat, dan sebagainya. Di dalam menghadapi suatu kesulitan, orang akan meminta bantuan untuk memecahkan kesulitan atau masalah yang sedang dialami. Berdasarkan pengertian pendekatan diatas, penting dilakukannya  pendekatan yang sesuai kepada individu yang akan melakukan konseling. Pendekatan tersebut dilakukan agar masalah yang sedang dihadapi oleh individu tersebut dapat terselesaikan. Melalui beberapa pendekatan ini, seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya.

11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Jadi ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi masalah belajar pada siswa umumnya dapat dilakukan melalui penggunaan instrumen dalam  bentuk non-tes dan tes daiantaranya adalah wawancara, observasi, angket, skala sikap, daftar cek masalah (DCM), bimbingan belajar, inventori tugas  perkembangan (ITP). Kemudian ada beberapa teknik bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik adalah teknik bimbingan dan konseling individual serta teknik  bimbingan dan konseling konseling kelompok. Konseling individual merupakan proses interaktif antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli yang mengarah  pada perubahan perilaku, konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Sedangkan Konseling kelompok adalah layanan konseling yang diberikan kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk saling belajar dari pengalaman para anggotanya sehingga  peserta didik/konseli dapat mengatasi masalah. Dalam hal bimningan konseling, ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk dapat mencapai suatu pencapaian, yaitu pendekatan preventif,  pendekatan kuratif, dan pendekatan developmental. Pendekatan-pendekatan ini sangat penting dalam proses bimbingan dan konseling. B. Saran Banyak sekali teknik bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Oleh karena itu dalam pengaplikasiannya teknik bimbingan dan konseling semestinya tidak hanya terbatas pada bimbingan individual dan kelompok saja, namun masih banyak teknik yang dapat digunakan seperti  bimbingan klasikal untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh  peserta didik.

12

Daftar Pustaka

Kemdikbud, (2016).  Panduan Operasional Peyelenggaraan Bimbingan dan  Konseling Sekolah Menengah Atas. Jakarta Kemdikbud, (2016). Panduan (2016).  Panduan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Jakarta Soesilo, Tritjahjo Danny. Dkk. (2014).  Asesmen Non-Tes dalam Bimbingan dan  Konseling. Salatiga

2

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF