Masa Remaja Awal
March 12, 2019 | Author: Elly Indrayani | Category: N/A
Short Description
Download Masa Remaja Awal...
Description
A. PENDAHULUAN
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali. Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan. Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu membentuk kepribadian masa dewasa. Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini. Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
B. PENGERTIAN MASA REMAJA AWAL
Remaja berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh ke arah yang lebih matang. Masa remaja merupakan masa transisisi perkembangan dari anak menuju dewasa, dimulai dari pubertas, yg ditandai dengan perubahan pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Secara harfiah, Pubertas berasal dari bahasa latin pubescence (yang berarti “to grow hairy”) artinya tumbuh bulu-bulu, bulu-bulu, seperti bulu di sekitar kelamin, ketiak, dan muka. Secara istilah, pubertas berarti proses pencapaian kematangan seksual dan kemampuan bereproduksi. Usia remaja awal berkisar antara usia 12 sampai 15 tahun.Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif. Sehingga minat anak pada dunia luar
1
sangat pesat dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun masih belum bisa meninggalkan sifat kanak-kanaknya. Masa Puber awal inikadang-kadang mulai umur 10.0/12.0 tahun dan ada pula 12.0/14.0 tahun, dan ini tidak sama pada semua anak. Masa ini ditandai dengan bertambahnya tenaga fisik yang sangat menonjol (berlimpah-limpah) yang mengakibatkan anak bersikap kasar, tidak sampai berandalan, kaku dan liar.1 2.
Ciri-ciri masa remaja awal
Masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : a.
Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap dan nilai-nilai. b.
Masa remaja adalah masa peralihan.
Periode
ini
menuntut
seorang
anak
untuk
meninggalkan
sifat-sifat
kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya. Beberapa transisi yang dihadapi pada masa remaja diantaranya: a.
Transisi dalam emosi
Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi 1 Agus Salim Daulay. Diktat Psikologi Perkembangan. Perkembangan. (Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpaun, 2010). Hlm, 74 2
apabila ia berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya. b.
Transisi dalam sosialisasi sosialisasi
Pada masa remaja hal yang penting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya , baik sejenis maupun lawan jenis. c.
Transisi dalam agama
Sering terjadi remaja yang kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama, tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan berfikirnya yang mulai kritis. d.
Transisi dalam hubungan keluarga
Dalam satu keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak menentang orang tua dan biasanya cepat menjadi marah. Sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja. e.
Transisi dalam moralitas
Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya. Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.
C. Perkembangan Fisik Pasa Remaja Awal Dan Psikososial Remaja a.
Perkembangan Fisik
Selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik maupun kognitif tersebut, ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Dalam uraian berikut, kita akan membahas beberapa aspek perkembangan psikososial yang penting selama masa remaja ini. Bahwa perkembangan fisik dan seksual disini dibicarakan sama-sama menunjukkan bahwa pemasakan seksualitas genital harus dipandang dalam hubungan dengan
3
pertumbuhan fisik seluruhnya. Pertumbuhan fisik ini berhubungan dengan aspek-aspek anotomis maupun aspek-aspek fisiologis. Bila ditinjau hubungan antara perkembangan psikososial dan perkembangan fisik, dapat nampak bahwa perkembangan fisik memberikan implus-implus baru dalam perkembangan psikososial. sedangkan reaksi individu terhadap perkembangan fisik tergantung lagi dari pengaruh lingkungannya dan dari sifat pribadinya sendiri, yaitu interpretasi yang diberian terhadap lingkungan itu. Dalam masa remaja fisik anak itu juga akan tumbuh menjadi dewasa. Secara skematis pertumbuhan tadi dilukiskan sebagai berikut. b erikut. Hipofisa yag menjadi masak ma sak mengeluarkan beberapa hormone, yang penting diantanya adalah hormone tumbuh yang dikeluarkan oleh lobus frontalis, hormone gonadotrop dan hormone kortikotrop. Hormone tumbuh sebetulnya sudah mempengaruhi pertumbuhan seseorang sejak ia dilahirkan. Pada masa ini timbul percepatan pertumbuhan karena adanya koordinasi yang baik diantara kerja kelenjar-kelenjar. Hormone gonadotrop mempercepat pemasakan sel telur dan sel sperma, juga mempengaruhi produksi kelenjar kelamin dan melalui hormon kortikotrop juga mempengarui kelenjar suprarenalis. Hubungan antara pertumbuhan fisik, pengaruh hormone dan percepatan pertumbuhan dapat dikemukakan sebagai berikut, percepatan pertumbuhan selesai pada usia 13 tahun (wanita) dan 15 tahun (laki-laki) sedangkan pertumbuhan panjang badan pada kedua jenis seks masih berjalan terus selama kurang lebih tiga tahun sampai kira-kira usia 16 dan 18 tahun. Disamping pertumbuhan panjang badan terjadi pertumbuhan berat badan yang kurang lebih berjalan paralel dengan tambahnya panjang badan. Pertumbuhan badan anak menjelang dan selama masa remaja ini menyebabkan tanggapan masyarakatb yang berbeda pula. Mereka diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan psikisnya masih ada jarak yang cukup cuk up lebar, leba r, maka kegagalan yang sering dialami remaja dalam memenuhi tuntutan social ini menyebabkan frustasi dan konplik-konplik bathin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian pada pihak orang dewasa. b.
Perkembangan Psikososial
Selama masa remaja terjadi perubahan – perubahan – perubahan perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut, ternyata 4
berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Dalam uraian berikut, kita akan membahas beberapa aspek perkembangan psikososial yang penting selama masa remaja. 1.
Perkembangan individuasi dan identitas
Masing-masing kita memiliki ide tentang identitas diri sendiri. Meskipun demikian, untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang identitas itu tidaklah meudah. Hal ini adalah karena identitas masing0masing orang merupakan suatu hal yang kompleks, yang mencakup banyak kualitas dan dimensi yang berbeda-beda, yang lebih ditentukan oleh pengalaman subjektif daripada pengalaman objektif, serta berkembang atas dasar ekplorasi sepanjang proses kehidupan (Dusek, 1991). Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi beberapa perubahan. Menurut Erekson (dalam Cremers, 1989) seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “aku” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai mempun yai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya, b atinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang” yang diterima dan diakui oleh orang banyak . lebih jauh dijelaskannya bahwa orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang inginkanya pada masa men “Siapakah” atau “Apakah” yang diinginkannya pada masa mendatang . bila mereka telah memperoleh identitas , maka ia kan menyadari ciri-ciri khas pribadinya, seperti kesukaan atau ketidaksukaannya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa ia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya a.
Pembentukan Identitas Diri
Proses pembentukan identitas diri adalah merupakan proses yang panjang dan kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan membentuk krangka berpikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan prilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian individu dapat menerima dan menyatakan kecenderungan pribadi, bakat dan peran – peran – peran peran yang di berikan baik oleh orang tua, teman sebaya maupun masyarakat dan pada akhirnya dapat memberikanarah tujuan dan arti dalam kehidupan mendatang
5
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karna mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat akan memasuki masa remaja, remaja akan di hadapkan pada pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang “Siapa Aku?”. Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan
ketidakpastian
akan
dirinya.
Lingkungan
masyarakat
sekitar
mulai
menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan remaja. Misalnya, remaja sudah harus membuat langkah awal dalam menentukan karir, mereka sudah harus memikirkan bidang studi yang sesuai sehingga dapat mempersiapkan untuk sebuah pekerjaan, dan lain sebagainya. Dengann demikian remaja harus berusaha menemukan jawabannya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya. “Siapakah Aku?” adalah pernyataan mendasar tentang pengertian atau pemahaman diri (self definition) dan merupakan tugas perkembangan yang terpenting pada masa remaja. Perubahan – perubahan yang diakibatkan terjadinya kematangan seksual dan tuntutan - tuntutan psikososial menempatkan remaja pada suatu pernyataan yang menurut Erikson disebut dengan krisis identitas, yaitu suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyaan tentang identitas dirinya. Untuk memperoleh jawaban tentang dirinya tersebut maka remaja harus menemukan siapakah dirinya, dia harus memperoleh suatu identitas diri. Keadaan tersebut cukup kompleks, karna melibatkan perkembangan beberapa aspek baik mental, emosional dan sosialnya. Oleh karna itu untuk mencapainya, remaja dihadapkan kepada tugas yang cukup sulit, Karna mereka harus mampu mengkoordinasikan berbagai hal untuk menyelesaikan krisis identitasnya. Remaja harus menemukan apa yang mereka yakini, sikap dan nilai-nilai idealnya, yang dapat memberikan suatu peran dalam kehidupan sosialnya. Karna ketika kita tahu tentang diri kita, kita tahu tentang apa yang kita lakukan, maka kita tahu akan peran kita dalam masyarakat. Apabila remaja memperoleh peran dalam masyarakat, maka dia akan mencapai sense of identity, menemukan identitas dirinya. Dia akan merasa bahwa dia mengetahui akan perannya, siapa dirinya dan tentang keyakinan dan ideologinya. Sebaliknya, apabila remaja tidak dapat menyelesaikan krisis identitasnyadengan baik, maka dia akan merasakan sense of role confusion or identity diffusion, yaitu suatu istilah yang menunjukan perasaan yang berhubungan dengan ketidak mampuan memperoleh peran dan menemukan diri. Beberapa kemungkinan dapat 6
terjadi pada remaja yang mengalami krisis identitas, misalnya mereka dengan mudah menerima peran yang diberikan oleh masyarakat, misalnya bekerja pada perusahaan orang tua atau menikah untuk memperoleh suatu atau peran suami atau istri. Kemungkinan yang lain, remaja beranggapan akan lebih baik menjadi apa saja dari pada tidak mempunyai identitas diri sehingga mereka akan dengan mudah menerima peran yang tidak dapat di terima oleh masyarakat, karna tidak sesuai dengan nilai-nilai ideal dan tatanan kehidupan dalam masyarakat, yang oleh Erikson di sebut sebagai Negative identity formation2 b.
Sumber – Sumber Pembentukan Identitas Diri
Sumber-sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri adalah lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang, seperti keluarga dan tetangga yang merupakan lingkungan masa kecil, juga kelompok-kelompok yang terbentuk ketika mereka memasuki masa remaja, misalnya kelompok agama atau kelompok yang mendasarkan pada kesamaan minat tertentu. Kelompok-kelompok itu disebut sebagai reference group dan melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya. Kelompok tersebut dapat membantu remaja untuk mengetahui dirinya dalam perbandingannya dengan orang lain sehingga mereka dapat membandingkan dirinya dengan kelompoknya, dengan nilaiyang ada pada dirinya dengan nilai-nilai dalam kelompok yang selanjutnya akan berpengaruh kepada pertimbangan-pertimbangan apakagh dia akan menerima atau menolak nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut. Selain reference group, dalam proses perkembangan identitas diri, sering di jumpai bahwa remaja mempunyai significant other yaitu seorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olahraga atau bintang film atau siapapun yang dikagumi. Orang-orang tersebut menjadi tokoh ideal (idola) karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri, karena pada saat ini remaja sedang giat-giatnya mencari model. Tokoh ideal tersebut dijadikan model atau contoh dalam proses identifikasi. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai yang ada pada idolanya tersebut kedalam dirinya.
2 Sarlito, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm 71-72 7
Sehingga remaja sering berperilaku seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun prilakunya dan bahkan merasa seolah-olah menjadi seperti mereka. Remaja dalam kehidupan sosialnya selalu dihadapkan kepada berbagai peran yang ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun kelompok sebaya, yang kadang-kadang menimbulkan benturan-benturan, missalnya menjadi anggota kelompok musik tetapi juga harus menjadi siswa teladan. Maka dalam hal ini remaja harus mampu mengintegrasikan berbagai peran tersebut kedalam diri pribadi (identitas diri ) dan apabila terjadi benturan benturan berbagai tuntutan peran dapat diselesaikan. c.
Macam-Macam Keadaan Dalam Pembentukan Identitas Diri
Berdasarkan pada teori Erikson, terdapat empat keadaan atau status yang berbeda-b eda dalam pembentukan identitas. Dia berpendapat bahwa perkembangan identitas itu terjadi selain dari menncari aktif ( Eksplorasi ) yang oleh Erikson disebut sebagai krisis identitas, juga tergantung dari adanya commitments terdapat sejumlah pilihan-pilihan seperti sistem nilai atau rencana hari depan. Dalam proses perkembangan identitas maka seseorang dapat berada dalam status yang berbeda-beda. Keempat status tersebut : a. Diffussion status yaitu suatu keadaan dimana seseorang kehilangan arah, dia tidak melakukan eksplorasi dan tidak mempunya komitmen terhadap peran-peran tertentu sehingga mereka tidak dapat menemukan identitas dirinya. Mereka akan mudah menghindari persoalan dan cenderung mencari pemuasan dengan segera. b. Foreclosure status yaitu suatu keadaan dimana seseorang dapat menemukan diri dan menempunyai komitmen namun tanpa melalui eksplorasi terlebih dahulu. Mereka mempunyai pilihan-pilihan terhadap suatu pekerjaan, pandangan keagamaan atau ideologi namun tidak berdasarkan pertimbangan yang matang dan lebih ditentukan oleh orang tua ataupun gurunya. c. Moratorium status yaitu suatu keadaan yang menggambarkan seorang sedang sibuksibuknya mencari identitas diri, berada dalam keadaan untuk menemukan diri. Seseorang tidak membuat komitmen tertentu namun secara aktif mengeksplorasi sejumlah nilai, minat, ideologi dan pekerjaan dalam rangka mencari identitas dirinya. d. Identity achievement yaitu suatu keadaan dimana seseorang telah menemukan identitasnya dan membuat komitmen-komitmen setelah melalui eksplorasi terlebih dahulu. 8
Adams dan Gullotta (1983) menggambarkan tentang identitas sebagai berikut: Identity is a complex psychological phenomenon. It might betjought of as the person in personality. It includes our own interpretation of early childhood identification with important individual in our lives. It includes a sense of direction, commitment, and trust in a personal ideal. A sense of identity integrates sex-role identification, individual ideology, accepted group norm and standars, and much more. Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identita merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Meskipun tugas pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akar pada masa anak-anak, namun pada masa remaja ia menerima dimensi – demensi baru karena berhadapan dengan perunbahan-perubahan fisik, kognitif, dan reasioanal (Grotevant & Cooper, 1998). Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas menjadio lebih kuat, karena itu ia berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan akan menjadi “siapakah” atau “apakah” ia pada masa yang akan datang. Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga sangat penting karena ia memberikan sesuatu landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa.3
D. Masa Remaja Awal Dan Perkembangannya
Lazimnya masa Remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun, penelitian tentang perubahan perilaku , sikap dan nilai-nilai sepanjang masa Remaja tidak hanya menunjukkan
bahwa
setiap
perubahan terjadi lebih
cepat pada
awal
masa
Remaja daripada tahap akhir masa Remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa Remaja berbeda dengan pada akhir masa Remaja. Dengan demikian secara umum masa Remaja dibagi menjadi dua bagian ,yaituawal masa Remaja dan akhir masa Remaja. Garis pemisah antara awal masa Remaja dan akhir masa Remaja terletak kira-kira disekitar usia 17 tahun; usia saat mana rata-rata setiap Remaja memasuki sekolah 3 Diane E. Paplia dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2008) hlm 71 9
menengah tingkat atas. Ketika Remaja duduk dikelas terakhir, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada diambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan ke pendidikan tinggi atau menerima pelatihan kerja tertentu..Status disekolah juga membuat Remaja sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan kesadaran akan setatus formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah yang mendorong sebagian besar Remaja untuk berperilaku lebih matang. Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan , maka lakilaki mengalami periode awal masa Remaja yang lebih singkat maskipun pada usia 18 tahun ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang matang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun, dengan adanya status yang lebih matang di rumah dan di sekolah, biasanya laki-laki cepat menyesuaikan diri dan menunjukkan perilaku yang lebih matang, yang sangat berbeda dengan perilaku Remaja yang lebih muda. Awal masa Remaja berlangsung kira-kira dari umur 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa Remaja bermula dari umur 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa Remaja merupakan periode yang sangat singkat. Awal masa Remaja biasanya disebut sebagai “usia belasan,” kadang-kadang bahkan disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan.” maskipun Remaja yang lebih tua sebenarnya mulai tergolong “anak belasan tahun,” sampai ia mencapai usia 21 tahun, namun istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas Remaja muda jarang dikenakan pada Remaja yang lebih tua. Biasanya disebut “ pemuda“ atau “pemudi” atau malahan disebut “kaulamuda” yang menunjukkan bahwa masyarakat belum melihat adanya perilaku yang matang selama awal masa Remaja (101). Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi 10
sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini ban yak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.4
E. Fase-Fase Remaja Awal Pubertassan Dan Adolesennya 4 F. J. Monks, A. M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Yokyakarta : gajah Mada university Press, 1994, hlm. 34
11
Seorang remaja pada tahap ini terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunyasaja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. Fase perkenbangan remaja terbagi atas empat yaitu : 1. Fase Pueral
Pueral, dari kata ”puer” artinya anak besar. Masa pueral merupakan masa akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak tetapi ia belum termasuk golongan orang dewasa.
Perkembangan jasmani: tidak banyak yang kita ketahui tentang perkembangan jasmani ini karena masa pueral dialami dalam tempo yang singkat. Anak laki-laki merasa badannya bertambah kuat dari keadaannya dimasa masa yang lalu. Pertambahan kekuatan itu diikuti tanda-tanda lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Sebagian besar sifat-sifat yang tampak pada anak laki-laki itu tidak begitu jelas kelihatan pada anak perempuan. Suatu keistimewaan pada anak-anak perempuan ialah mereka suka tertawa riuh dan gembira sekali. Perkembangan psikis: a. Pueral ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak. Mereka suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya. Segera setelah kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali. b. Mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah semestinya, asalkan orang tua bertindak bijaksana. Mereka membutuhkan pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya. c. Guru yang baik sikapnya ditaati karena pueral sudah kritis, tidak begitu saja menerima segala sesuatu. Perbuatan yang buruk dipandang buruk karena perbiuatan 12
itu merugikan bagi dirinya sendiri, bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya. Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman yang luar biasa.5 2. Fase Prapubertas
Sebenarnya prapubertas masih termasuk kedalam masa peralihan. Masa ini dialami anak perempuan lebih singkat daripada lamanya dialami anak laki-laki. Kedua jenis berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk memungkinkan mereka dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Andaikan mereka tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan itu dan merasa kemerdekaannya terancam, ada kemungkinan mereka akan berontak atau sekurang-kurangnya tidak mau nengikuti peritah, tidak tunduk kepada peraturan. Bila sudah sampai pada menentang orang tua dan lingkungannya, hal ini dapat mempersukar guru dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan sikap seperti diatas itu, Oswald Kroh menyebutkannya ”masa menentang”. Datangnya masa ini disertai dengan gajala-gejala seperti mudah kena pengaruh buruk dari teman-temannya, kegiatannya cenderung merusak keadaan, suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, sering bertindak tidak sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, suka mencela tetapi ia sendiri belum mampu berbuat lebih baik. Masa Negatif: Hetzer dan Bartling telah meneliti tentang masa negatif ini. Dalam masa ini perubahan-perubahan kejiwaan sangat sukar diteliti secara objektif karena perasaannya sangat tertegun dan kelakuannya sangat pasif. Untuk mendapatkan informasi yang jelas hendaknya penelitian dilakukan denagn pengamatan yang sistematis. Diantara sifat-sifat yang nampak pada masa negatif antara lain: a. Kemampuan bekerja menurun. b. Kewajiban dan hobinya sering diabaikan. c. Merasa gelisah dan kurang senang terhadap keadaan lingkungannya. d. Mereka sombong, selain masih memperlihatkan sifat-sifat kelemahannya.
5 Ibid , hlm. 35 13
Dalam masa negatif mudah terjadi pelanggaran moral, khususnya bagi mereka yang pendidikannya kurang baik dan lingkungannya tidak turut mencegah keadaan yang kurang baik itu. Dalam keadaan seperti inilah mereka membutuhkan bimbingan agar dapat mengerti tentang keadaan dan tingkah lakunya. Charlotte Buhler menggambarkan keadaan prapuber itu dengan kata-kata: ”saya sanagt bermuram hati, tetapi saya tak tahu apa sebabnya.” Masa Merindu puja: dalam masa prapubertas timbul rasa merindu puja. Merindu puja tidak ditujukan kepada manusia saja, juga kepada hal-hal yang abstrak yang sangat dikagumunya seperti keindahan alam, kebaikan, dan kecantikan. Dalam hal ini jelas ada unsur kejasmanian karena reaksi terhadap lingkungan umumnya bersifat psikofisik. Selain itu juga terdapat aspek nafsu, yaitu ingin mencari kepuasan dan kegembiraan, tetapi keinginan itu bukan berasal dari motif kejiwaan. Jika kita gambarkan dengan kata-kata, merindu puja mengalami proses sebagai berikut:
a. Seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifatsifat batinnya. b.
Pujaan itu berdasarkan nilai kultur yang didukung oleh individu itu sendiri,
misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya. 3. Fase Pubertas
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat-minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Dan merupakan inti dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada di dalam tubuhnya. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalanpun mengalami perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar, sedanag anak perempuan nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu. 4. Fase Adolesen
Masa adolesen berada diantara usia 17 dan 20 tahun. Atau mengambil batas-batas permulaannya pada saat-saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat menonjol, sedangakan batas-batas akhir pada saat berakhirnya perkembangan jasmani. 14
Menurut Michaelis, pada awal adolesen seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ pada tubuh pada waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan apa saja yang didorong oleh perkembangan kelenjar. Beberapa diantara sifat-sifat adolesen ialah: a. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup. b. Jika pada masa pubertas mengalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai tampak tenang. c. Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah, tetapi ternyata sukar melaksanakannya. d. Ia menunjukkan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya. Masa remaja akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 17-22 tahun. Pada masa ini terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. (Anna Freud, dalam buku Hurrlock). Adolessense berasal dari kata adolescere yang artinya: “tumbuh”, atau ”tumbuh menjadi dewasa” untuk mencapai “kematanga”, kematangan adolessense mempunyai arti [4]
luas mencakup kematangan mental, emosional, seksual dan fisik . Pada masa adolessense ini adalah masa terjadinya proses peralihan dari masa remaja atau pemuda ke masa dewasa. Jadi masa ini merupakan masa penutup dari masa remaja atau pemuda. Masa ini tidak berlangsung lama, oleh karena itu dengan kepandaiannya, seseorang yang dalam waktu relatif singkat sekali telah sampai kemasa dewasa. Banyak pendapat tentang masa adolescence ini akan tetapi pada umumnya, berkisar 17,0-19,0/21,0 tahun. Pada masa adolescence ini sudah mulai stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal keberanian, anak mengenal aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang dicapainya, pendiriannya sudah mulai jelas dengan cara tertentu. sikap kritis sudah semakin nampak, dan dalam hal ini sudah mulai aktif dan objektif dalam melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga dia sudah mulai
15
mencoba mendidik diri sendiri sesuai pengaruh yang diterimanya. Maka dalam hal ini terjadi pembangunan yang esensial terhadap pandangan hidupnya.6
F. Perkembangan Fisik Remaja Awal a. Hormon-Hormon Seksual Remaja Awal
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara sebagian bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual.Hormon-hormon seks utama dapat dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini ada pada pria dan wanita, namun dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan kebanyakan wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap hari. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin, namun dalam jumlah yang lebih besar pada wanita. Estrogen adalah hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi. Pada kebanyakan wanita, hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam gairah seks mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90% melaporkan tidak adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks diturunkan karena pengangkatan kedua rahim. Estrogen penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria. 6 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cetakan ketiga,2006), hal.35 16
Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun juga diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin yang terdapat pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki. Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan alat kelamin, mendalamkan suara, pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah pubertas, hormon androgen – khususnya testosteron – memainkan peran dalam pengaturan gairah seks. Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan turunnya gairah seks, dan kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun wanita. Namun, kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar (gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka. Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi seksual wanita selain menurunkan gairah. Namun, tidak ada bukti apapun yang menunjukkan bahwa karena wanita memiliki lebih sedikit testosteron daripada pria, mereka mempunyai nafsu seks lebih rendah. Malah, sepertinya wanita mendeteksi dan bereaksi pada jumlah testosteron yang lebih rendah dalam sirkulasi mereka daripada pria. Usia tua, sakit, dan beberapa perawatan kanker dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tubuh kita yang rapuh, menyebabkan perubahan dalam fungsi dan gairah seksual. Yang paling dikenal adalah perubahan yang terjadi saat wanita mengalami menopause. Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahun-tahun dimana ia dapat mengandung anak. Pengaruh seksual paling utama dari penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina dan penipisan dinding vagina, bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya pembasahan vagina saat rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit perubahan dalam fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan bila mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti hormon.
17
Para peneliti yang sedang menyelidiki efek-efek dari terapi pengganti hormon pada fungsi seksual wanita telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi estrogen seringkali menyebabkan fungsi seksual kembali seperti asal. Ditambah lagi, androgen telah diresepkan bagi wanita pasca menopause untuk meningkatkan nafsu seksualnya. Mungkin yang kurang diketahui adalah kenyataan bahwa pria terkadang mengalami penurunan kadar testosteron, yang dapat bertanggung jawab terhadap gangguan seksual. Bagaimana pengurangan hormon ini mempengaruhi gairah seks pria dan ereksi masih tidak jelas. Namun para ahli penyakit dalam pria terkadang merekomendasikan penggantian testosteron untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari mengenai pria dan wanita mana yang membutuhkan dan mendapatkan keuntungan dari terapi penggantian hormon. Sangat menggoda untuk mencoba memahami perilaku seksual hanya dalam istilah hormon. Pada banyak spesies binatang, hormon mengendalikan kesediaan sang betina untuk berpasangan dan berhubungan, perilaku seksual sang jantan, dan secara ketat mengatur perilaku seksual mereka. Namun pada manusia ada hubungan yang lebih rumit antara hormon dan perilaku seksual. Walaupun kekurangan sejumlah testosteron biasanya mengurangi gairah seks pada pria dan wanita, ada beberapa kasus dimana hal ini tidak terlihat. Juga, walaupun banyak pria dengan kadar testosteron dibawah normal memiliki kesulitan ereksi, tidak semuanya mengalami hal ini. Wanita yang mempunyai kadar estrogen rendah dalam tubuhnya tidak kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk mengalami orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi ketertarikan atau perilaku seks. Bila anda prihatin akan kadar hormon anda dan apakah mereka mempengaruhi kesehatan anda secara umum atau fungsi seksual anda, berkonsultasilah dengan dokter anda untuk diadakan pemeriksaan darah secara sederhana dan mudah. Salah satu gejala ketidakseimbangan hormon yang paling umum pada remaja adalah mudah tersinggung. Gejalanya mencakup beberapa perubahan perilaku serta fisik pada remaja. Gejala ini hilang setelah tubuh menyesuaikan perubahan hormon tersebut. Namun, jika gejala-gejala ketidakseimbangan hormon pada remaja terus terjadi untuk waktu yang lama, maka diperlukan perhatian medis.
18
Gejala lain bila remaja mengalami ketidakseimbangan hormon adalah sebagai berikut, seperti dilansir Buzzle: 1.
Sering sakit kepala dan migrain
2.
Depresi, kebingungan, kecemasan dan pikiran ingin bunuh diri
3.
Sakit punggung
4.
Serangan asma
5.
Perut kembung
6.
Kram perut
7.
Sikap agresif dan mudah marah
8.
Jerawat
9.
Emosi naik turun
10.
Mual
11.
Kejang
12.
Masalah sinus
13.
Memar
14.
Perubahan gairah seks
15.
Pola tidur berlebihan, insomnia kelelahan dan lesu
16.
Suka makan makanan yang garam dan manis.
c.
Anatomi Dan Proses Faalan Alat Kelamin Pria Pada Masa Remaja Awal 1)
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).
A. Penis Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus. v Penis terdiri dari: a. Akar (menempel pada didnding perut) 19
b. Badan (merupakan bagian tengah dari penis) c. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut). d. Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di ujung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. e. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis. v
Badan
penis
terdiri
dari
3
rongga
silindris
(sinus)
jaringan
erektil:
1. 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan. 2. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi). B. Skrotum Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat). C. Testis Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone. v Fungsi testis, terdiri dari : a. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus. b. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial. 2) Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.Alat kelamin laki-laki terbagi atas 3 bagian : 20
A. Vas deferens Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis, saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika. B. Uretra Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih. v Uretra memiliki 2 fungsi: a. Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih b. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen. C. Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. v Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu: a. Lobus posterior b. Lobus lateral c. Lobus anterior d. Lobus medial v Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat. 21
D. Vesikula seminalis. Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. v Fungsi Vesika seminalis : Mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen 3) Duktus Duktuli A. Epididimis Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 m terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens. Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen. B. Duktus Deferens Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm. 4) Bangunan Penyokong atau Penyambung A. Funikulus Spermatikus Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabutserabut saraf. Pada masa ini juga nampak dengan sungguh-sungguh adanya daya tarik antara yang berlainan jenis, anak gadis tertarik pada anak laki-laki, begitu juga sebaliknya anak 22
laki-laki tertarik kepada anak gadis. Dalam hal ini ada beberapa perbedaan antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan, yaitu:7 a.
Remaja laki-laki aktif dan memberi, sedangkan perempuan pasif dan menerima.
b.
Remaja laki-laki aktif menerima pribadi pujaannya, sedangkan perempuan pasif dan mengagumi pribadi pujaannya.
c.
Remaja laki-laki cendrung untuk memeberi perlindungan, sedangkan remaja perempuan cendrung untuk menerima perlindungan.
d.
Remaja laki-laki mempunyai minat kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak, zakelijk, sedangkan perempuan tertuju kepada yang bersifat emosional, konkrit dan personlijk.
e.
Remaja laki-laki berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara, sedangkan perempuan berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain.
c. Anatomi Dan Proses Faalan Alat Kelamin Wanita Pada Masa Remaja Awal
GENITALIA EKSTERNA A. Vulva Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina. B. Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. C. Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior). D. Labia minora
7 Agus Salim Daulay, Op. cit ., hal. 77 23
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. E. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. F. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. G. Introitus / orificium vagina Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna. H. Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). 24
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. I. Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.8 GENITALIA INTERNA A. Uterus Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. B. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung 8 Mohammad Ali dn Mohmmad Asrori, Psikologi Remaja Perkembngan Peserta Didik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006 ) hal 68-69 25
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. C. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita. D. Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. E. Vaskularisasi uterus Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. F. Salping / Tuba Falopii Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar). G. Pars isthmica (proksimal/isthmus) Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. H. Pars ampularis (medial/ampula)
26
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. I. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba. J. Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus). K. Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kirikanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
terfiksasi
oleh
ligamentum
ovarii
proprium,
ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis. 9
G. Perkembangan Psikologik Remaja Awal a. Pembentukan Konsep Diri Remaja Awal
Pada remaja, konsep diri akan berkembang terus hingga memasuki masa dewasa. Perkembangan konsep diri remaja memiliki karakteristik yang khas dibanding dengan usia perkembangan lainnya. Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama dengan orang-orang terdekat, maupun
9 Ibid 27
yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu dapat membuat dirinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya (Centi, 1993). Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep diri bertambah stabil pada periode masa remaja. Konsep diri yang stabil sangat penting bagi remaja karena hal tersebut merupakan salah
satu
bukti
keberhasilan
pada
remaja
dalam
usaha
untuk
memperbaiki
kepribadiannya. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri. Menurut Hurlock (1999), terdapat delapan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu: Usia kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang terlambat matang, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya. Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau mereka memberi nama julukan yang bernada cemooh. Hubungan keluarga
28
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep temanteman tentang dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dari identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya Cita-cita
Bagi remaja yang mempunyai cita-cita yang tidak relistik, akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. b. Perkembangan Intelegensi Remaja Awal
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek, antara lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya.
29
ada tiga tahapan dalam perkembangan intelektual yang masing-masing merupakan tahapan dari perkembangan sebelumnya, antara lain: 1. Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia. 2. Tahap metafisis pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. 3. Tahap positif adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah: a. Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek) b. Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan motorik) c. Tahap operasional konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret) d. Tahap operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak). Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” 30
Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu: 1. Sifat deduktif – hipotesis Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesis. 2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empiric.10 d.
Perkembangan Peran Sosial Remaja Awal
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap komformitas dan sikap heteroseksual. Sikap komformitas merupakan sikap ke arah penyamanan kelompokyang menekakan remaja dapat bersifat positif dan negatif. Sikap koformitas yang negatif seperti pengrusakan,
mencuri,
narkoba,
dll.
Sedangkan
komformitas
positif
misalnya
menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan kegiatan sosial yang baik (Santrock, 1997). Perubahan sikap dan perilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah bidang heteroseksual (Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam berbagai kegiatan sosial semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih luas. Remaja semakin mampu dalam kemampuan sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri. Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai yaitu : i. Remaja dapat belajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
10 Elizabeth B. Hurlock, Developmental psychology, A life Span Approach , (New york: MC Graw Hill Book 1980), Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti, psikologi perkembangan, suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, Edisi Kelima, 1991), hal.2 31
ii. Remaja akan dapat melatih diri untuk jadi mandiri, yaitu diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial. iii. Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok. iv. Remaja dapat belajar melakukan memilih teman. Orang tua dan pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebayabik pria maupun wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, menharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Remaja sering kali dianggap sebagai kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupanya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut orang dewasa terutama orang tuanya. Ditinjau dari segi usia tidak mudah menentukan secara pasti, siapa yang dianggap sebagai kelompok remaja ini, namun pada umumnya, masyarakat berpendapat bahwa kelompok remaja terbagi menjadi menjadi dua yaitu remaja awal dan remaja akhir.Golongan remaja awal (early adolescence) adalah kelompok anak yang berusia 1317 tahun, sedang remaja akhir adalah mereka yang berusia 17-18 tahun ke atas sampai menginjak masa dewasa awal. Dilihat dari dimensi usia dan perkembangannya, Nampak bahwa kelompok ini tergolong kelompok “transisional” (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakan dekade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian transisi dengan berbagai ciri utama sebagai berikut : a. Perkembangan phisik yang pesat sehingga perbedaan ciri fisik antara laki-laki dan wanita semakin tegas.
32
b. Keinginan yang kuat mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka sudah termasuk kelompok dewasa. c. Memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan orang dewasa walaupun secara relative, tanggung jawab yang ada pada mereka masih belum mantap. d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara social, ekonomis maupun politis dan phisikis, dengan mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orang dewasa. e. Adanya
perkembangan
intelektualitas
yang
akan
digunakan
untuk
mendapatkan identitas diri, f.
Menginginkan sistem, kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan yang diinginkannya, yang sering kali tidak seiring dengan kaidah yang dianut oleh orang dewasa.11
Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan yang bersifat persuasif dari orang tua, lebih di perlukan dan lebih efektif disbanding penekanan yang sering kali menjadi penyebab konflik berkepanjanagn antara kelompok remaja dengan orang tua. d. Perkembangan Moral Dan Religi Remaja Awal
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anakanak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
11 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 191 33
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu: a. Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak. Maksudnya, remaja sudah bisa berpandangan jauh ke depan, seperti memikirkan masa depannya. b. Keyakinan moral lebih berpusat pada hal yang dianggap benar. c. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. d. Penilaian moral menjadi kurang egosentris. Maksudnya, remaja bisa menerima lingkungan sekitarnya, karena sesuai dengan kehidupannya yang berkelompok. e. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia. Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan. Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya. Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang 34
bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.12
H. Perkembangan Sosial Remaja Awal a. Komformitas Kelompok Remaja Awal
Konformitas yang dilakukan oleh remaja pada suatu kondisi yang tidak tepat, dimana dalam hal ini dipengaruhi oleh sikap yang ditunjukkan oleh remaja. Keinginan mencoba segala sesuatu berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi (high curiousity). Cenderung mendorong remaja untuk berpetualang dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya dengan masuk dalam aktivitas berkelompok. Di dalam kelompok terdapat remaja-remaja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, Jika remaja masuk di dalam kelompok yang tidak sehat atau memiliki nilai dan norma yang berlawanan dengan lingkungan sosial hal ini akan menjadi kendala besar . Konformitas kelompok bagi remaja sangat besar pengaruhnya dikarenakan remaja mendapat dukungan dari kelompoknya, sehingga setiap angota kelompok juga akan berusaha untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok yang berlaku. Keinginan ini berkembang menjadi mengikuti apa saja yang oleh mayoritas anggota diterima sebagai sesuatu yang benar (Robbins, 1996). Di dalam kelompok, terbentuk suatu persatuan dan rasa solidaritas yang kuat dimana diikat oleh nilai dan norma kelompok yang telah disepakati bersama. Sikap konform yang ditunjukkan oleh remaja itu sendiri seolah-olah menjadi budak dari peraturan kelompoknya, seperti tindakan-tindakan kriminal pada Film Gridiron Gang ini, membunuh,mencuri, dan pengedar obat-obat terlarang mencontoh teman temannya. Jika hal ini tidak diberikan arahan dan bimbingan yang baik dan benar maka mereka tidak akan bisa tetap survive dan memiliki masa depan yang bagus. Camp kilpatrick yaitu sebuah penjara anak yang membangun kelompok sehat pada remaja yang bermasalah. Nilai dan peraturan ditentukan berdasarkan nilai-nilai standard yang dimiliki oleh orang dewasa. Remaja harus mengikuti cara camp kilpatrik bukan cara mereka sendiri yang salah, dimana yang mengakibatkan mereka harus berada di penjara anak sekarang. Remaja dididik memiliki solidaritas didalam sebuah kelompok (team) yang lebih tepat
12 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hal. 74-77 35
dan sehat. Hukuman tidak menjadi cara yang efektif di dadalam permasalahan remaja karena
akan
membuat
remaja
semakin
kreatif
dalam
berulah sebagai
bentuk
perlawanan (resistance) mengingat karakteristik yang dimiliki remaja yaitu memiliki emosi yang labil karena krisis identitas. Maka dengan Membuat kelompok remaja yang sehat akan menjadikan sebagai fasilitas remaja untuk mengetahui dan memahami siapa dirinya, apa peranya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menetukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Menurut Sarwono (2005), faktor – faktor nyang mempengaruhi konformitas adalah: a. Keterpaduan (cohesiveness) Keterpaduan atau kohesi (cohesiveness) adalah perasaan “kekitaan” antara anggota kelompok. Semakin kuat rasa keterpaduan atau “kekitaan” tersebut, semakin besar pengaruhnya pada perilaku remaja. Kelompok bagi remaja sangat besar pengaruhnya. Remaja mendapat dukungan dari kelompoknya tentang banyak hal karena remaja tidak mendapat hal tersebut dari keluarganya. b. Ukuran Kelompok Berdasarkan dari percobaan dari Milgram, dkk (dalam Sarwono, 2005) dapat disimpulkan bahwa semakin besar kelompok, semakin besar pula pengaruhnya. Hal ini sebagai bukti exsistensi mereka yang secara lansung juga memiliki kekuatan yang besar dan menyebabkan konflik antar kelompok yang disebabkan adanya sikap meremehkan kelompok lain. c. Suara Bulat Dalam hal harus dicapai suara bulat, satu orang atau minoritas yang suaranya paling berbeda tidak dapat bertahan lama. Mereka merasa tidak enak dan tertekan sehingga akhirnya mereka menyerah pada pendapat kelompok mayoritas. Remaja melakukan tindakan yang sesuai dengan kelompoknya, tampa melihat perbuatan itu baik atau buruk. d. Status Semakin tinggi status orang yang menjadi contoh, maka semakin besar pengaruhnya bagi orang lain untuk konform atau patuh. Adanya senioritas dalam kelompok , nilai-nilai apa yang dimiliki oleh senior akan diikuti juga. e. Tanggapan Umum 36
Perilaku yang terbuka, yang dapat didengar atau dilihat lebih mendorong konformitas dari pada perilaku yang hanya dapat didengar dan diketahui oleh orang tertentu saja (Myers dalam Sarwono, 2005). f. Komitmen Umum Orang yang tidak mempunyai komitmen apa-apa kepada masyarakat atau orang lain lebih mudah konform daripada yang sudah pernah mengucapkan suatu pendapat “remaja” (Deutsch & Gerrard dalam Sarwono, 2005). Menurut Sears dkk (1985) ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konformitas yaitu: a. Pengaruh informasi orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Tingkat konformitas yang didasarkan pada informasi ditentukan oleh dua aspek situasi, yaitu sejauh mana mutu informasi yang dimiliki orang lain tentang apa yang benar dan sejauh mana kepercayaan diri kita terhadap penilaian kita sendiri. b. Kepercayaan terhadap Kelompok. Dalam situasi konformitas, remaja mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Remaja ingin memberikan informasi yang tepat, oleh karena itu semakin besar kepercayaan remaja terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri yaitu sesuatu yang menigkatkan kepercayaan remaja terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan konformitas. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan remaja tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi, selain itu tingkat kesulitan penilaian yang dibuat juga dapat mempengaruhi keyakinan remaja terhadap kemampuannya. Dimana semakin sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki. d. Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan. Alasan remaja melakukan konformitas salah satunya adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari celaan kelompok. Remaja tidak mau dilihat sebagai orang lain dari yang lain, ia ingin
37
agar kelompok tempat ia berada menyukainya, memperlakukannya dengan baik dan bersedia menerima dirinya.13
b. Remaja Awal Dalam Waktu Terang c. Dorongan Untuk Dapat Berdiri Sendiri Dan Krisis Originalitas Remaja Awal
Dalam perkembangan social remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak yaitu satu memisahkan diri dari orang tua dan yang lain adalah menuju kearah teman sebaya.Hal itu menyebabkan bahwa gerak yang pertama tanpa adanya gerak yang kedua dapat menyebabkan rasa kesepian.Hal ini kadang-kadang dijumpai dalam masa remaja dalam keadaan yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan usaha-usaha untuk bunuh diri.Juga kualitas hubungan dengan orangtua memegang peranan yang sangat penting .Kelekatan yang tidak aman bila terjadi persamaan dengan kemandirian menimbulkan perhatian yang berlebihan pada kepentingan sendiri,sedangakn kelekatan yang tidak aman bersamaan dengan ketergantungan menimbulkan orientasi konformitas atau isolasi penuh kecemasan. Dua macam gerak ini yang memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah temanteman sebaya.merupakan suatu reaksi terhadap status interim anak muda.Dalam keadaan sudah dewasa secara jasmaniah dan seksual masih terbatas dalam kemungkinankemungkinan perkembangannya,mereka masih tinggal bersama dengan orangtua mereka dan merupakan bagian dari keluarga.Mereka secara ekonomik masih tergantung pada orangtua kadang-kadang sampai jangka waktu yang lama.Mereka belum bias kawin ,hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma-norma agama dan social.,meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman-teman lain jenis.Bahwa pelepasan emosi dengan orang tua pada anak wanita terjadi dengan agak sukar mungkin juga disebabkan oleh adanya interaksi antara sifat khas wanita dan nilainilai masyarakat sekelilingnya.Di Indonesia paling tidak di jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orangtua dan keluarga dalam arti lebih mempunyai unsur-unsur merawat,memelihara,bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Marcia berpendapat bahwa perkembangan identitas itu terjadi selain dari mencari secara aktif (eksplorasi)juga tergantung dari pada adanya “commitments”.Dalam proses 13 Syamsu Ysuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja Rosdokarya, 2010 ) hal 199-200 38
perkembangan identitas maka seseorang dapat berada dalam status yang berbeda berbeda.Marcia eksplorasi
membedakan
yang
menggambarkan
disebut remaja
antara
menemukan
identitas
“archievement”,kemudian masih
sedang
sesudah
status
sibuk-sibuknya
mengadakan
“moratorium”yang mencari
identitas
,status”foreclosure”yaitu menemukan identitas tanpa mengalami krisis atau eksplorasi lebih
dahulu
dan
keadaan
tanpa
bisa
menemukan
identitas
sesungguhnya”commitments”dapat lemah atau kuat dan da pat ditujukan pada bebagai hal.
I.
Remaja Awal Dalam Sekolah
Pada masa perkembangan ini, remaja mulai menuntut untuk diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu remaja tersebut memberontak karena dia merasa bahwa dirinya bukan anak-anak lagi, dan mengapa belum diakui kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya, kurang tenang dengan keadaan lingkungan. Biasanya remaja memiliki yang dikaguminya, namun sikapnya tidak selalu negatif. Remaja juga sangat tertarik kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya, emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang pesat. Di sisi lain, kehidupan remaja sangat kompleks dengan berbagai kreatifitas dan keinginan untuk mencoba segala yang ada di sekitarnya, baik dalam bidang pergaulan maupun intelektual. Olehnya itu dibutuhkan suatu wadah agar bakat, minat serta keinginan berprestasi dapat diwujudkan. Pendidikan yang merupakan usaha sadar dan dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) dengan berencana, terprogram dan terkendali untuk menyiapkan individu melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan pendidikan itulah, individu remaja mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya melalui alat atau media pendidikan hingga peserta didik (remaja) mampu menemukan aktivitasnya sendiri serta dapat mengalami perubahan positif dalam aspek kepribadiannya yang menyangkut tri domain yaitu, perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 39
Di mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di masa mendatang. Mereka menyadari jika prestasi atau hasil yang dicapaidi sekolah itu baik, maka hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya di kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, maka hal itu dapat berakibat pada gelapnya masa depan mereka. Kegagalan sekolah bagi remaja dipandang sebagai awal dari kegagalan hidupnya. Dengan demikian, sekolah dipandang banyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu, remaja telah memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang baik baginya dikemudian hari. Pandangan ini didasari oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, sosial, dan harga diri (status dalam masyarakat). Akan tetapi, dalam menentukan pilihan sekolah masih banyak terjadi campur tangan orang tua yang terlalu besar. Hal itu sering membawa akibat kegagalan dalam pendidikan sekolah karena anak terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak sesuai dengan pilihan dan minatnya. Dunia pendidikan, baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, menyediakan berbagai jenis program yang diperkirakan relevan dengan kebutuhan jenis tenaga kerja di masyarakat. Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan yang meliputi : a. Faktor prediksi masa depan. b. Faktor prestasi yang menggambarkan bakat dan minat remaja. c. Faktor kehidupan yang dapat diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di masyarakat. d. Kemampuan daya saing setiap individu.14 Proses belajar akan berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhan bagi seorang individu. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan bagi remaja untuk belajar. Olehnya itu, remaja secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan saran pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus
14 Ibid , hlm. 201 40
dimiliki. Hal inilah yang membimbing remaja menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti. Remaja pada usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (pre-adolescence) di mana jenjang pendidikan berada pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP, mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah. Misalnya, perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Begitu pula anak mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai karakteristiknya. Di SLTP belum ada masalah pemilihan jurusan, tetapi untuk tingkat SLTA yaitu saat anak berusia sekitar 15-18 tahun, pemilihan jurusan itu telah pula diperkenalkan. Di samping pengenalan terhadap sistem pendidikan, para remaja tersebut juga memiliki teman sejawat yang semakin luaslingkungannya dan ia mulai mengenal anak lain dengan berbagai macam latar belakang keadaan keluarga. Dengan kata lain, remaja mengenal dan memiliki masyarakat baru yang merupakan masyarakat sekolah atau teman sebaya. Dengan demikian, mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang pola dan karakteristiknya berbeda-beda. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang ketigatiganya mempunyai corak yang berbeda serta masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Mengingat hal itu, maka setiap remaja berada pada posisi pendidikan yang majemuk, mereka berada di lingkungan kehidupan pendidikan keluarga, kehidupan pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan sekolah yang diikutinya. Yang mana dari masing-masing lingkungan kehidupan pendidikan itu tidak selalu sama dasar dan tujuannya. Oleh karena itu, remaja seperti “ditantang” untuk mampu mengatasi problema keanekaragaman tersebut dan mampu menempatkan dirinya dengan tepat dan harmonis.
J. Perilaku Menyimpang pada Remaja Awal a. Asal Mula Perilaku Menyimpang Pada Remaja Awal
Cara menerangkan asal mula kenakalan remaja seperti tersebut diatas oleh Jensen digolongkan ke dalam teori sosiogenik, yaitu teori-teori yang mencoba mencari sumber penyebab kenakalan remaja pada faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Termasuk 41
dalam teori sosiogenik ini antara lain adalah teori Broken Home (Mc. Cord, dkk :1959) dan teori “penyalahgunaan anak” (Shanok :1981). Menurut Jensen, banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan remaja maupun kelainan perilaku pada umumnya. Beberapa teori menjelaskan penyebab kenakalan remaja, yaitu : a.
Rational Choice
Teori ini mengutamakan faktor individu daripada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interes, motivasi atau kemauannya sendiri. b. Social Disorganization Teori ini memandang dari segi budaya. Yang menyebabkan kenakalan remaja adalah berkurangnya atau menghilangnya pranata-pranata masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat. c.
Strain
Inti teori ini adalah bahwa tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya kemiskinan. Yang menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja. d. Differential Association Menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal bergaulnya dengan anak-anak nakal juga. e.
Labelling
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu dianggap atau dicap (diberi label) nakal.
f.
Male Phenomenon
Teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal daripada perempuan. Alasannya karena kenakalan memang adalah sifat laki-laki atau karena budaya maskulinitas menyatakan bahwa wajar kalau laki-laki nakal.15 b. Kenakalan Remaja Awal
Jensen (1958) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis, yaitu:
15 Sarlito, Op.Cit , hlm 71-72 42
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dll. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dll. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah. d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Pada usia meraka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesunggguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan lingkungan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara rinci. c. Psikopatologi Pada Remaja Awal
Gangguan kejiwaan atau psikopatologi (psiko = jiwa, patologi = kelainan atau gangguan) yang terdapat pada remaja seperti skizofrenia, episode depresif dan retardasi mental. Adapun jenis-jenis gangguan jiwa itu pada remaja menurut Kohen dan Raz yang meninjaunya dari teori psikoanalisis (1971) adalah: a. Gangguan neurosis karena konflik Oedipoes yang tak terselesaikan dengan baik. Gejalanya adalah pasif, pemalu, penakut. Pada wanita terdapat gejala menghisap jempol, mengompol, tidak bisa lepas dari bonekanya dan keluhan psikosomatis (sakit perut, pusing) b. Takut kepada sekolah (school phobia) sehingga cenderung membolos atau mencari alasan untuk tidak sekolah. c. Keterasingan, merasa ditelantarkan oleh orang tua, tidak dapat mengidentifikasi peran seksualnya sendiri (bagaimana caranya untuk berperan sebagai anak laki-laki atau perempuan), kurang mempunyai citra seksual tentang dirinya sendiri. b. Kenakalan anak yang disebabkan oleh reaksi neurotik. c. Retardasi mental. 43
d. Gangguan organis yang bisa mengganggu fungsi kepribadian. e. Gangguan kepribadian ( gangguan jiwa) yang berat. f.
Kenakalan anak yang tidak disebabkan oleh reaksi neurotik. Pada remaja yang sudah lebih tinggi usianya, penggolongan gangguan
kejiwaannya adalah sebagai berikut (jensen, 1985) : a.
Mental stressyang menimbulkan :
Hiperaktivitas, tanda-tandanya antara lain : a. Selalu gelisah, mudah tersinggung b. Mengganggu anak lain c. Tidak pernah menyelesaikan pekarjaan dengan tuntas d. Emosi cepat berubah e. Tidak bisa memusatkan perhatian Depresi, gejalanya seperti : a. Segi perasaan ; selalu sedih b. Segi kognitif ; pesimistis,berpandangan negatif pada diri sendiri, dunia, dan masa depan. c. Segi tingkah laku ; wajah murung, bicaranya sedikit dan gerak tubuhnya lamban. d. Segi fisik ; tidak nafsu makan, insomnia, siklus haid tidak teratur, sakit di berbagai bagian tubuh. b. Neurosis atau Psikoneurosis, gejalanya seperti : a. Phobia merupakan ketakutan yang luar biasa tanpa alasan yang terhadap hal-hal yang lazimnya tidak menimbulkan ketakutan. b. Obsesi-kompulsi, gejalanya adalah pikiran atau perasaan atau keyakinan yang sangat kuat tentang hal tentang suatu hal yang diikuti dengan kecenderungan untuk terus-menerus melakukannya. c.
Reaksi konversi yaitu kecemasan yang dialihkan kepada tubuh yang bersumber
pada berbagai macam kecemasan terhadap berbagai macam hal. Misal : cemas menghadapi ujian dan biasanya disertai keringat dingin atau sakit perut.
d. Skizofrenia di tandai dengan : 44
a. Cara berpikir tidak teratur b. Tidak mampu melihat kenyataan, dan timbullah waham serta halusinasi. c. Tidak mampu bersosial d. Tidak mampu mengendalikan gagasan e. Anorexia nervosa adalah suatu jenis gangguan obsesi kompulsif khas. f. Bunuh diri d. Penjagaan Perilaku Menyimpang Remaja Awal
Menurut Panut Panuju & Ida Umami, tindakan penanggulangan masalah kenakalan remaja dapat dibagi menjadi 3, yaitu : a. Tindakan preventif
yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah
timbulnya kenakalan-kenakalan. b. Tindakan represif yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. c. Tindakan kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. 1. Tindakan preventif a. Pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum
1. Usaha mengenal dan mengetahui cirri umum dank has remaja 2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. 3. Usaha pembinaan remaja a. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. b. Memberikan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etika. c. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar. d. Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat dimana terjadi banyak kenakalan remaja. b. Pencegahan kenakalan remaja secara khusus
45
Hal ini dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental dirumah adalah tanggung jawab orang tua dan anggota keluarga yang sudah dewasa, sedangkan disekolah adalah tanggung jawab guru sebagai pendidik di sekolah. 2.
Ti ndakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran baik dirumah maupun di sekolah. Dalam sebuah keluarga harus membuat peraturan untuk anggota keluarganya. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang anak. Dan juga harus ada sebuah hukuman bagi yang melanggar aturan tersebut. Meskipun peraturan dalam keluarga tidak tertulis dan formal akan tetapi harus ada. Karena peraturan dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi perkembangan mental dan moral seorang anak. 3.
Tin dakan kur atif dan rehabili tasi
Tindakan ini dilakukan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja dan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusu, yang sering ditanggulangi oleh Lembaga khusus atau perorangan yang ahli dibidang ini
K. Masa Remaja Pada Batas Remaja Awal a. Remaja Awal Dan Pekerjaannya
Ginzberg (1951) telah membuat penataan dalam data mengenai proses pemilihan pekerjaan melalui tekhnik-tekhnik interview dalam penelitian logitudial dan tranfersal. Ia membedakan dalam tiga periode :
Periode Fantasi
Periode Tentative
Periode Realistis
46
Istilah lingkungan pekerjakan dipakai disini untuk mengganti istilah pekerjaan. Wiegersma (1962) membedakan antara pekerajaan, fungsi dan lingkungan pekerjaan. Pekeraan mempunyai hubungan dengan kesatuan tugas-tugas yang dilakukan dalam suatu kehidupan bersama lepas dari organisasi yang spesifik. Bila kesatuan tugas tadi ditentukan oleh organisasi kerja yang spesifik maka hal itu lalu disebut fungsi. Istilh lingkungan pekerjaan dilukiskan sebagai kesatuan tugas yang diberikan pada seseorang dalam kehidupan bersama. Batas-batas yang nyata disini seperti yang sudah diketahui sebelumnya, ada pada umur 14 tahun yaitu pada pemasakan seksual, dan 65 tahun pada waktu orang menarik diri dari pekerjaanya. Yang penting ialah bahwa remaja yang dibicarakan disini yaitu antara 16 dan 20 tahun ada dalam periode eksploratif atau seperti apa yang dikatan Gienzberg dalam peralihan periode tentative ke periode realities. Menurut wiegersma maka pemilihan yang “pasti” ditentukan oleh sejumlah factor faktor ensesial dan kebetulan. Factor-faktor ensesial dibedakan antara factor-faktor yang memberikan batas dan memberikan arahan. Factor-faktor yang memberikan batas kemampuan seseorang atas dasar potensial-potensial psikis dan fisiknya dan juga atas dasar pembentukan dan bantuan yang datang dari lingkungannya. Factor-faktor yang member arah dan dorongan datang dari sejumlah factor persona, sosiologis, socialekonomi dan sifat watak seseorang. Contoh dari masing-masing adalah, misalnya jenis kelamin, status social, konungtur, kebutuhan-kebutuhan pribadi. Hal-hal ini semua memberikan pengaruh pada arah pemilihan pekerjaan. Keseluruhan factor-faktor ini menyebabkan anak muda membutuuhkan nasihat dan bimbingan dalam memilih suatu pekerjaan. Hal ini terutama dibutuhkan dalam periode tentative, tetapi juga pada permulaan periode relistis dan bahkan juga pada permulaan melakukan pekerjaan. Pusat pusat bimbingan pekerjaan dan para orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam hal ini. Peran orang tua sebagai modal, terutama ayah bagi anak laki-laki sangatlah penting. Penelitian Bell yang dilaporkan oleh Conger tahun 1973 menemukan bahwa pengaruh ayah sebagai model pemilihan pekerjaan anak laki-laki bertahan selama perioda 14 dan 24 tahun. Bagi remaja pekerjaan bukan merupakan suatu sumber kesenangan, melainkan sebagai sumber penghasilan. Disini para remaja yang bekerja daqpat membuat perubahan dalam kehidupan mereka. Dilihat dari segi psikologi perkembangan maka bagi 47
para remaja pekerjaan tadi merupakan suatu cara untuk memperoleh kemerdekaan. Penghargaan untuk membuat rencana dalam arti merencanakan pelaksanaan tugas yang efisien,semuanya itu memegang peranan yang penting dalam mencapai kemerdekaan.16 b. Remaja Awal Dalam Masyarakat
Peran remaja dalam masyarakat sangatlah penting. Remaja adalah masa yang harus kita lewati sebelum menjadi dewasa. menjadi dewasa berarti kita mempunyai lebih banyak kebebasan untuk mengatur apa yang kita inginkan dibandingkan saat kita masih kecil, dimana kita harus selalu mengikuti apa kata orang tua. Meskipun begitu, kita tidak boleh lupa kalau kebebasan selalu muncul bersamaan dengan tanggung jawab. Dalam hal ini, menjaga nama baik keluarga, membantu keluarga, menjaga orang tua, menjaga keamanan lingkungan setempat adalah beberapa contoh dari tanggung jawab dan peran remaja dalam masyarakat. Maka dari itu, kita tidak boleh melakukan hal-hal buruk yang dapat merusak peran kita sebagai remaja. Sebagai bagian dari masyarakat, mau tidak mau kita harus membaur dengan masyarakat dan hidup berdampingan. Kita tidak boleh hidup semaunya sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, ada beberapa aturan yang harus kita patuhi. Peraturan ini yang mungkin sering dirasa oleh para remaja membatasi kehidupan mereka. Tapi sesungguhnya peraturan itu bertujuan untuk menghidari konflik karena perbedaan kepentingan yang terjadi dimasyarakat. Oleh sebab itu, peran remaja dalam masyarakat juga dibutuhkan untuk menjaga perdamaian di lingkungan masyarakat. Untuk itu sebagai remaja, sikap peduli terhadap situasi dan kondisi yang menimpa masyarakat tempat kita tinggal bersama merupakan tugas dan panggilan yang harus kita lakukan. Sikap peduli itu harus kita tunjukkan dengan cara berpikir, cara bebicara dan cara bertindak yang baik. Jangan malah kita bersikap acuh dan tak peduli. Tunjukkan bahwa peran remaja juga sangat penting dalam masyarakat, yaitu sebagai agent of change (ujung tombak perubahan). c. Perkembangan Moralitas Remaja Awal
Further (1965) beranggapan bahwa kehidupan moral merupakan problematic yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari
16 Diane E. Paplia dkk, Op.Cit , hlm. 77 48
waktu anak dilahirkan. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai permintaan dan keinginannya. Stadium ini bersamaan dengan stadium praoperasional dalam perkembangan inteligensi menurut Piaget. Sesudah stadium ini datanglah kedua stadium yang oleh Kohlberg disebut pra konvensinal. Dalam stadium prakonvensional anak mengikuti apa yang dikatakan baik atau buruk untuk memperoleh hadiah atau hukuman. Hal ini disebut dengan hedonism instrumental . Sifat timbale balik disini memegang peranan, tetapi masih dalam arti moral balas dendam. Kedua stadium ini sesuai waktu dengan stadium operasional kongrit dalam perkembangan intelektual Piaget. Dengan datangnya stadium operasional formal mulailah juga perkembangan moral yang sebenarnya. Dalam hubungan ini Kohlberg membedakan stadium konvensional (stadium 3 dan 4) dan stadium pos konvensional (stadium 5 dan 6). Dalam stadium 3 akan dinilai baik apa yang dapat menyenangkan dan disetujjui oleh orang lain dan buruk apa yang ditolak oleh orang lain. Menjadi anak yang manis masih sangat penting dalam periode ini. Dalam stadium 4 tumbuh semacam kesadaran akan kewajiban dalam arti ingin mempertahankan kekuasaan dan aturan-aturan yang ada , karena dianggapnya berada, tetapi dengan belum dapat mempertanggung jawabkan secara pribadi. Stadium yang terakhir disebut post konvensional untuk menunjukan bahwa dalam stadium operasional formal moralitas akhirnya akan berkembang sebagai pendirian pribadi, jadi lebih tidak tergantung dari pada pendpat-pendapat konvensioal yang ada. Tingkat perkembangan social kognitif akan diterangkan berikut ini : i. Tingkat egosentrik
anak belum membedakan antara prespektif sendiri dengan
prespektif orang lain. ii. Tingkat subjektif
anak
sekarang sadar bahwa ada prespektif-prespektif yang lain
misalnya karena seseorang ada dalam situasi yang lain maka ia akan memperoleh informasi-informasi yang lain. iii. Tingkat reflex diri
sekarang ada prespektif yang menyebelah atau yang tidak
timbale balik pada anak. Anak sadar bahwa orang lain dapat mempunyai perasaan dan fikiran yang lain pula, tetapi dia tidak mampu menghubungkan prespektif sendiri dengan prespektif orang lain. iv. Tingkat koordinasi prespektif
baru
sekarang anak dapat mengerti suatu situasi
interaksi dari sudut pandang orang ketiga yang netral. “sifat ras dari koordinasi 49
prespektif adalah bahwa anak seakan-akan menempatkan diri diluar dirinya sendiri dan melihat interaksinya antara dirinya sendiri dan orang lain dari sudut posisi orang ketiga dan dari posisi itu dapat menemukan hubungan yang timbal balik antara berbagai prespektif tadi.”(Gerris dkk, 1980, h.15; lihat juga Heimans 1979). Dalam tinjauan fenomenologisnya yang luas Furter mengemukakan tiga macam dalil sebagai berikut: a. Bahwa tingkah laku moral yang sesungguhnya baru timbul pada masa remaja b. Bahwa masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati betul-betul untuk dapat mencapai tingkah laku moral yang otonom. c. Bahwa eksistensi muda sebagai keseluruhan merupakan masalah moral dan bahwa hal ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai(penilaian).
d. Sikap Pendirian yang Berhubungan Dengan Pandangan Hidup Pada Masa Remaja Awal
Mengembangkan suatu pandangan hidup sebagai suatu kesatuan nilai yang integral(Krathwohl. 1964 ) adalah tugas salah satu hasil yang dicapai orang dewasa, karena hal ini memungkinkan seseorang untuk menempatkan semua kejadian, kebenaran dan nilai-nilai dalam satu sudut pandang tertentu yang mencakup segalanya. Dan dari sudut pandang inilah akan diberikan arti semua hal tersebut tadi. Allen dan Spilke mengusulkan suatu perbedaan antara konsensual religion dan komitmen religion (Fortman, 1968, h.103) sebagai dua macam gaya religious yang berbeda satu sama lain dalam lima factor yaitu isi, kejelasan, kompleksitas, fleksibilitas, dan sifat penting atau tidaknya.17
L. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Salim Daulay. Diktat Psikologi Perkembangan. (Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpaun, 2010 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010
17 Ibid , hlm. 77-79 50
View more...
Comments