Manusia Dan Kebudayaan.pdf
March 23, 2019 | Author: YuniAstuti | Category: N/A
Short Description
Download Manusia Dan Kebudayaan.pdf...
Description
ILMU BUDAYA DASAR
NAMA
: YUNI ASTUTI
NPM
: 3C414575
TEKNIK INDUSTRI 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya serta kerja keras, sehingga saya dapat menyusun makalah
ini mengenai beberapa metode yang kami lakukan untuk mendapatkan
informasi yang kami butuhkan, sebagai hasilnya dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah semester I, yang berjudul “Manusia dan Kebudayaan” . Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusun, semoga Allah SWT senantiasa membalas dengan pahala dan mohon maaf atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan selama menyusun laporan ini baik disengaja atau tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini belum sempurna, untuk itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya serta penulis membutuhkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun adalah harapan pribadi penyusun guna kesempurnaan laporan ini. Harapan terakhir, semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Yaa Robbal’aalamin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................. PENGANTAR.................................................... ............................................ ............................................ .............................2 .......2 DAFTAR ISI........................................ ISI.............................................................. ............................................ ............................................ .................................3 ...........3 BAB I PENDAHULUAN............................ PENDAHULUAN.................................................. ............................................ ............................................ .........................4 ...4 1.1 Latar Belakang....................................... Belakang............................................................. ............................................ ....................................4 ..............4 1.2 Rumusan Masalah............................ Masalah.................................................. ............................................ ..........................................4 ....................4 1.3 Tujuan Penulisan.......................................... Penulisan................................................................ ............................................ .............................4 .......4 BAB II PEMBAHASAN......... PEMBAHASAN.................................. ............................................... ............................................ ...........................................5 .....................5 2.1
Pengertian Manusia dan Kebudayaan..................................... Kebudayaan........................................................5 ...................5 a. Manusia............................................. Manusia................................................................... ............................................... ...............................5 ......5 b. Hakekat Manusia..................................... Manusia........................................................... ............................................ ........................6 ..6 c. Kepribadian Bangsa Timur.......................................... Timur................................................................ ..........................7 ....7 d. Pengertian Kebudayaan.................. Kebudayaan........................................ ............................................ .................................8 ...........8 e. Unsur-Unsur Kebudayaan...................................... Kebudayaan............................................................ ................................8 ..........8 f. Wujud Kebudayaan................................. Kebudayaan....................................................... .............................................1 .......................10 0 g. Orientasi Orientas i Nilai Budaya........................................ Budaya.............................................................. ................................10 ..........10 h. Perubahan kebudayaan....................................... kebudayaan............................................................. .................................11 ...........11 i. Kaitan Manusia dan Kebudayaan................. Kebudayaan.......................................... ........................................11 ...............11
2.2
Pengalaman Kebudayaan................. Kebudayaan....................................... ............................................ ..................................13 ............13
BAB III PENUTUP..................................... PENUTUP........................................................... ............................................ ..............................................1 ........................19 9 3.1
Kesimpulan..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................. PUSTAKA........................................................ ............................................. ..............................................1 ........................19 9
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia berkaitan dengan kebudayaan. Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Manusia sebagai mahluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dan dorongan nalurinya dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya untuk mempelajari keadaan sekitar dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kebudayaan juga mengajarkan kepada manusia beberapa hal penting dalam kehidupan seperti etika sopan & santun menjadikan ciri khas kebudayaan orang Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Apa hubungannya antara manusia dan kebudayaan yang telah berlangsung selama ini?
1.3
Tujuan Penulisan
Selain sebagai tugas pada mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara manusia dan kebudayaan yang sudah berlangsung disekitar kita selama ini, melalui pembahasan pada bab selanjutnya.
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manusia Dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi. Oleh sebab itu manusia mampu menciptakan kebudayaan sendiri. Kebudayaan mereka lahir dari kegiatan yang dilakukan sehari-hari. A.
Manusia
Manusia memiliki peranan-peranan yang unik didunia, dan dapt di pandang dari berbagai segi. Seperti salah satu contohnya manusia menurut pandangan sosiologi merupakan makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam keberlangsungan hidupnya. Atau dalam ilmu kimia manusia merupakan kumpulan atom yang membentuk jaringan pada sistem yang dimiliki manusia, dan lain sebagainya. Untuk memperjelas dan memperdalam uraian diatas pada pengertian siapa manusia sebenarnya, secara biologis ada unsur-unsur yang terdapat dalam diri manusia, terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu : a. Jasad : Badan yang tampak, dapat diraba, dan menempati ruang dan waktu. b. Hayat : Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak. c. Ruh : Daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran. d. Nafs : Dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan gagasan yang membentuk suatu kebudayaan.
5
B.
Hakekat Manusia
1. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, namun sifatnya abadi. Jika manusia meninggal jiwa lepas dari tubuh dan kembali keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan. 2. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kesempurnaan terletak pada adap dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak didalam jiwa manusia. Dengan akal manusia dapat menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) terdapat dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra, terdapat pada manusia atau binatang. Sedangkan perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Misalnya perasaan intelektual, estetis, etis, diri, sosial dan perasaan religius. 3. Manusia biokultular, yaitu makhluk hayati yang budayawi. Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi, biokimia, dan sebagainya. Sedangkan sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa, bahasa, dan sebagainya.
6
4. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya. Soren
Kienkegaard
seorang
filsuf
Denmark
pelopor
ajaran
“eksistensialisme” memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya, memiliki siaft-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah juga. Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Dengan kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggung jawabkan. Dengan kehidupan religius, manusiawi menghayati pertemuannya dengan Tuhan. Tuhan. C.
Kepribadian Bangsa Timur
Banyak orang yang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajahi dunia, menguasai wilayah luas Afrika, Asia, dan Oseania, dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimanamana. Semua kebudayaan diluar kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya kebudayaaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat Orang-orang yang mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan, dan gotong royong. Sedangkan kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis,hubungan asas guna, dan individualisme.
7
D.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu : 1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat t empat kebudayaan itu hidup. 2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret. 3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
E.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Untuk mendalami kebudayaan kita akan dikenalkan pada beberapa unsur, seperti pada karya C.Kluckhon yang berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan kebudayaan universal, yaitu : 1. Sistem Religi (sistem kepercayaan). Atas kecerdasan manusia dan perasaan luhur, manusia menganggap bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan dirinya sehingga manusia merasa takut.
8
Hal ini menyebabkan manusia menyembah dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. 2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun mempunyai akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia dapat bekerja sama untuk kesejahteraan hidupnya. 3. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi. Manusia sebagai makhluk ekonomi yang menjadikan tingkat kehidupan secara umum terus meningkat sehingga manusia dituntut untuk mempunyai mata pencaharian sebagai pemenuh kebutuhan. 4. Sistem Pengetahuan. Manusia
diciptakan
sebagai
makhluk
yang
mempunyai
pengetahuan.
Pengetahuan didapat dari pemikiran sendiri atau bisa juga didapat dari orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang sudah diketahuainya kemudain disampaikan kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan
menyebar
luas.
Bila
pengetahuannya
dibukukan,
maka
penyebarannya dapat dilakukan dari dari satu genersi ke generasi berikutnya. 5. Sistem Teknologi dan Peralatan. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu sehingga dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat ciptaannya manusia lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang. 6. Bahasa. Bahasa manusia mulanya diwujudkan dalam bentuk kode atau tanda, yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan. 7. Kesenian. Selain dari kebutuhan fisiknya manusia juga membutuhkan kebutuhan psikisnya melalui kesenian.
9
F.
Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu : 1. Kompleks gagsan, konsep, dan pikiran manusia Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat kepada kepala-kepala manusia yang menganutnya. menganutnya. 2. Kompleks aktivitas Wujud ini sering disebut sistem sosial. Berupa aktivitas manusia yang sering berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservarsi. 3. Wujud sebagai benda Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda
untuk berbagai keperluan
hidupnya. Kebudayaan dalam bnetuk fisik yang konkret bisa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampe benda yang bergerak. G.
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhon dalam karyanya “Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya didunia secara univeral menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu : 1. Hakekat hidup manusia 2. Hakekat karya manusia 3. Hakekat waktu manusia 4. Hakekat alam manusia 5. Hakekat hubungan manusia
10
H.
Perubahan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang statis, semua mempunyai dinamika dan gerak. Yang dimaksud dengan gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Penyebab terjadinya gerak tersebut antara lain : 1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi sendiri. 2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat. Perubahan ini selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Pada dasarnya perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa. I.
Kaitan Manusia Dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana adalah antara manusia dengan peraturan kemasyarakatan. Awalnya manusia yang buat, setelah jadi maka manusia yang harus patuh pada peraturan yang dibuatnya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. 11
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialekstis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Dialektis melalui proses tiga tahap, yaitu : 1. Eksternalisasi, yaitu dimana manusia mengekspresikan dirinya sendiri dengan menbangun dunianya. 2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia 3. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatmya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
12
2.1
Pengalaman Pandalon Kulo Ngengingi Kebudayaan
Kulo badhe nyeriosaken pandalon kulo ngengingi kebudayaan, langkung tepatipun budoyo tiyang Jawi. Mbasi kulo sanes tiyang sejatos Jawi, amargo kaleresan kulo lair teng Tangerang, nanging kaping kalih tiyang sepuh kulo sejatos tiyang Jawi. Bapak ugi ibu kulo lair teng Jawi madya, lajeng murug datheng Jakarta amargo tuntutan padamelan. Bapak ugi ibu kula, klebet kulo ugi tigo sa’dherek kulo sedanten sampun tilar teng Tangerang kawit lair. Dados kinantenan kulo mboten patos paseh crios daerah. Nanging mboten kaliyan tiyang sepuh kulo, kulo, piyambake sodoyo taksih aktif ngginakaken boso Jawinipun. Malah rikala kepanggih kalih tiyang Jawi sedanten, piyambake sedoyo sedo yo tetap sakeco nyarios kalih boso Jawi. Crios ngengingi pandalon kulo lebet kebudayaan Jawi niki mengacuh teng sikap utawi tata krama teng tiyang-tiyang Jawi sekitar kulo, klebet ugi badan kulo piyambak. Amargi tanpo dipun elingi saleresipun pandalon ngengingi kebudayaan sampun kulo sedoyo saged saking kulo sedoyo taksih alit. Amargi budoyo ngrupikaken acuan kulo sedoyo lebet bersikap, sak-werni norma ingkang majeng teng badan kulo sedoyo ugi tiyang benten. Lebet hal niki mesti kebudayaan badhe ngewentenaken kebiyasan saben individu. Kados tuladhanipun naliko sak-ugi alit kulo sedoyo sampun dipunwucalaken kajengipun misuh ugo suku sadereng tilem, utawi bersalaman naliko kepanggih kalih ingkang langkung sepuh dados sikap ngaosi tiyang kesebat. tuladha puniko sampun mangilonaken menawi kebiyasaan ingkang kulo sedoyo tumindakake sampun nggathuk teng badan kulo sedoyo dados mukawis kebudayaan. Saking tuladha punika ugi kulo sedoyo sampun saged mencerna menawi kebudayaan pancen wigati konjuk panutan kulo sedoyo dados tiyang. Menawi kulo terapken teng pandalon kulo, sampun gamblang kebudayaan niki berpengaruh sanget majeng maje ng badan kulo piyambak. Semenjak kulo lair ngantos kala niki mesti sampun dipunwucalaken kathah hal saking tiyang sepuh kulo ngengingi 13
kebudayaan. Paling utami saking hal alit kados wungu dipunenjang dinten konjuk ngelampai solat,
siram, ugi ngelampahaken
aktivitas sak bentene. Utawi namung
nggantung seragam samantuk sekolah riyen. Hal-hal alit kesebata ingkang dados kebiyasaan, ingkang tanpo kulo sedoyo elingi dados kebudayaan ingkang erat nggathuk teng badan kulo sedoyo. Tambah dewasa tambah kathah pandalon kebudayaan ingkang kulo sedoyo alami dados modal karakter saktiyang konjuk beradaptasi teng kebudayaan utawi kebiyasaan individu tiyang sanes. Amargo kala bersosialisasi puniko kulo sedoyo badhe dipuntepangaken teng kebudayaan individu ingkang benten. pandalon niki ingkang kulo dadosaken miyambakipun konjuk nglestantunaken budaya sae kulo sedoyo teng tiyang benten, nanging ugi mboten menutup kebokmenawen konjuk nampi kebudayaan benten tanpo ngicalaken kebudayaan piyambak. Niki kados hal’e nalika kulo mantuk kedhusun konjuk liburan. sahubung kulo awis sanget mantuk datheng Jawi, dados kadang kulo rumaos asing kala kedah nyarios utawi namung ngempal kalih keluargo teng Jawi. teng daerah maketen sampun mesti benten kaliyan kawontenan kulo sedoyo sedoyo teng kitho. Tuladha ingkang mendasar sanget kala kulo wonten teng Jawi yaiku kados kulo sedoyo langkung dipunmajengan ingkang langkung sepuh, kulo sedoyo dipunkedahaken sekedhik membungkukan badan kalih sirah menunduk kengandhap dados raos ngaosi ingkang langkung sepuh. Hal niki awis sanget kedadosan teng daerah kulo. Kenging punapa hal mekaten kedadosan? amargi tiyang-tiyang ingkang gesang ugi manggen tilar teng daerah kesebat badhe njagi kebudayaan ingkang sampun dados kebiyasaan i ngkang pancen rekaos utawi bahkan mboten sanguh dipunewah. Sawegaken Sawegaken ingkang gesang ugi manggen tilar teng daerah kulo rekaos njagi ugi nglestantunaken hal-hal kebudayaan piyambake sedoyo mergo pengaruh pengaruh bedan saking kebudayaan ingkang ingkang bentenipun. Tuladha bentenipun kados macem-macem adat ingkang majeng teng daerah kesebat ugi ugi sampun dados kunjukan kunjukan saking kebudayaan sapanggen.
Sak upami upami
pantangan utawi larangan lebet hal tertentu kados ingkang majeng teng dhusun kulo teng Jawi madya, yaiku larangan nyapih kala saweg adzan maghrib ingkang biyasanipun eyang putri sanjang yaiku “sandikala”. Kajawi punika tuladha hal alit 14
bentenipun ingkang paling tepang teng dhusun kulo, utawi mbokmenawi ugi majeng teng sekpinten kebudayaan daerah benten, yaiku larangan mengobrol ugi mungel sendhok kala saweg tedha. Menawi lebet basan, kados crios dhateng tiyang sepuh piyambak, utawi dhateng tiyang sanes ingkang langkung sepuh saking kulo sampun mesti ngginakaken boso Jawi lembat. Nanging mergo kulo lair ugi dangu tilar teng Tangerang, dados kulo rumaos kerekaosan lebet basan Jawi lembat. Sak benten pandalon kebudayaan teng daerah Jawi, kulo ugi nyagedaken pandalon saking daerah Bali, niki kulo lampai nalika kulo kesah mriko salebetipun setunggal minggu. Hal setunggal ingkang kulo mirengaken yaiku naliko kulo awiti mengunjungi panggen-panggen wisata dipungrika. Ingkang mesti kulo panggihaken dipunsaben sudut panggen yaiku sak-werni sak- werni sesajen ingkang isi’ne rupi-rupi, rupi -rupi, awiti saking kembang, sela, permen, ugi taksih kathah ingkang bentenipun. Kajawi sesajen, enten hal benten ingkang sampun mesti ugi kulo panggihi yaiku pure-pure ingkang enten teng saben wungon salajeng dibalut bebed jene, cemeng, pethak, ugi kotak-kotak. Lajeng cerios mistis ugi kental sanget teng daerah kesebat kados entenipun sosok memedos “Leak” dipundalu-dalu dipundalu -dalu tertentu. Teng daerah kesebat ugi sregep sanget numindakake upacara-upacara saking ingkang alit ngantos upacara ingkang ageng sanget. Pinten bab teng inggil menawi kebiyasaan ingkang piyambake sedoyo tumindakake sampun dados mukawis kebudayaan ingkang nggathuk sanget teng daerah kesebat. Pandalon kulo teng kebudayaan ingkang wenten teng daerah Jawi ugi Bali pancen benten kados ingkang sampun kula pertelakaken saderengipun. Nanging hal niki ingkang ndamel kulo tambah kersa ngekahi ugi nglestantunaken kebudayaan ingkang kula gadhah. Cekap ngawiti saking sikap kulo sedaya ingkang mboten melenceng saking kebudayaan kulo sedaya. Perbentenan kebudayaan sanesa pamambeng kulo sedoyo konjuk saged gesang sareng kaliyan individu bentenipun ingkang kebudayaane benten kaliyan kulo sedaya. Sakedahipun kulo sedaya dados tiyang ingkang sampun dianugerahkan kebudayaan ingkang sae, kajawi kedah njagi uga nglestantunaken piyambakipun, kulo sedoyo ugi 15
kedah saged beradaptasi teng kebudayaan bentenipun, dadosipun saged konjuk gesang sesandingan tanpo ngrisak kebudayaan piyambak-piyambak. Terj Terj emahan mahan :
Pengalaman Saya Mengenai Kebudayaan Saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai kebudayaan, lebih tepatnya budaya orang Jawa. Walaupun saya bukan orang asli Jawa, karna kebetulan saya lahir di Tangerang, tapi kedua orang tua saya asli orang Jawa. Bapak dan Ibu saya lahir di Jawa Tengah, kemudian merantau ke Jakarta karna tuntutan pekerjaan. Bapak dan Ibu saya, termasuk saya dan tiga saudara saya lainnya sudah tinggal di Tangerang sejak kita lahir. Jadi sudah jelas saya tidak begitu bisa berbicara daerah. Tetapi tidak dengan orang tua saya, mereka masih aktif menggunakan bahasa Jawanya. Bahkan pada saat bertemu dengan orang Jawa lainnya, mereka tetap asik mengobrol dengan bahasa jawa. Berbicara mengenai pengalaman saya dalam kebudayaan jawa ini mengacuh pada sikap atau tata ta ta krama kra ma pada orang-orang jawa disekeliling saya, sa ya, termasuk juga diri saya sendiri. Karena tanpa disadari sebenarnya pengalaman mengenai kebudayaan sudah kita dapat dari kita masih kecil. Karena budaya merupakan acuan kita dalam bersikap, semacam norma yang berlaku pada diri diri kita juga orang lain. Dalam hal ini tentu kebudayaan akan menimbulkan kebiasaan setiap individu. Seperti contohnya ketika sewaktu kecil kita sudah diajarkan agar mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, atau bersalaman ketika bertemu dengan yang lebih tua sebagai sikap menghormati orang tersebut. Contoh itu sudah mencerminkan bahwa kebiasaan yang kita lakukan sudah melekat pada diri kita sebagai suatu kebudayaan. Dari contoh itu juga kita sudah dapat mencerna bahwa kebudayaan memang penting untuk panutan kita sebagai manusia. Kalau saya terapkan pada pengalaman saya, jelas kebudayaan ini sangat berpengaruh terhadap diri saya sa ya sendiri. Semenjak saya lahir hingga saat ini tentu te ntu sudah diajarkan banyak hal dari orang tua saya mengenai kebudayaan. Terutama dari hal kecil seperti bangun dipagi hari untuk melaksankan solat, mandi, dan melakukan aktivitas lainnya. Atau sekedar menggantung seragam sepulang sekolah dulu. Hal-hal kecil 16
tersebutlah yang menjadi kebiasaan yang tanpa kita sadari menjadi kebudayaan yang erat melekat pada diri kita.
Semakin dewasa semakin banyak pengalaman kebudayaan yang kita alami sebagai modal karakter seseorang untuk beradaptasi pada kebudayaan atau kebiasaan individu lainnya. Karna saat bersosialisasi itulah kita akan dikenalkan pada kebudayaan individu yang berbeda. Pengalaman ini lah yang saya jadikan media untuk melestarikan budaya baik kita pada orang lain, tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima kebudayaan lain tanpa menghilangakan kebudayaan sendiri. Ini seperti halnya ketika saya pulang kekampung halaman untuk liburan. Berhubung saya jarang sekali pulang ke Jawa, jadi terkadang merasa asing saat harus mengobrol atau sekedar berkumpul dengan keluarga di Jawa. Di daerah seperti ini sudah pasti berbeda dengan keadaan kita di kota. Contoh yang sangat mendasar saat saya berada di Jawa adalah misalnya kita lewat dihadapan yang lebih tua, kita diharuskan sedikit membungkukan badan dengan kepala menunduk kebawah sebagai rasa menghormati yang lebih tua. Hal ini sangat jarang terjadi didaerah perkotaan. Mengapa hal demikian terjadi? Karena orang-orang yang hidup dan bertempat tinggal didaerah tersebut akan menjaga kebudayaan yang sudah menjadi kebiasaan yang memang sulit atau bahkan tidak bisa dirubah. Sedangkan yang hidup dan bertempat tinggal didaerah perkotaan sulit menjaga dan melestarikan hal-hal kebudayaan mereka karna pengaruh perbedaan dari kebudayaan yang lainnya. Contoh lainnya seperti berbagai adat yang berlaku di daerah tersebut juga sudah menjadi bagian dari kebudayaan setempat. Misalnya seperti pantangan atau larangan dalam hal tertentu seperti yang berlaku pada kampung halaman saya di Jawa Tengah, yaitu larangan menyapu saat sedang adzan maghrib yang biasanya nenek bilang adalah “sandikala”. Selain itu contoh hal kecil lainnya yang paling terkenal di kampung saya, atau mungkin juga berlaku di beberapa kebudayaan daerah lain, yaitu larangan mengobrol dan bunyi sendok saat sedang makan. Bila dalam berbahasa, misalnya berbicara kepada orang tua sendiri, atau kepada orang lain yang lebih tua dari saya sudah pasti menggunakan bahasa Jawa Halus. Namun berhubung saya lahir dan lama tinggal di Tangerang, jadi ja di saya merasa kesulitan dalam berbahasa Jawa Halus. 17
Selain pengalaman kebudayaan di daerah Jawa, saya juga mendapatkan pengalaman dari daerah Bali, ini i ni saya alami ketika saya s aya studi tour ke sana selama satu minggu. Hal pertama yang saya perhatikan adalah ketika saya mulai mengunjungi tempat-tempat wisata disana. Yang pasti saya temukan disetiap sudut tempat adalah semacam sesajen yang isinya macam-macam, mulai dari kembang, dupa, permen, dan masih banyak yang lainnya. Selain sesajen, ada hal lain yang sudah pasti juga saya temui adalah pure-pure yang ada pada setiap bangunan selalu dibalut kain kuning, hitam, putih, dan kotak-kotak. Kemudian cerita mistis juga sangat kental didaerah tersebut seperti adanya sosok hantu “Leak” dimalam-malam dimalam-malam tertentu. Didaerah tersebut juga sangat rajin melakukan upacara-upacara dari yang kecil sampai upacara yang sangat besar. Beberapa hal diatas memperlihatkan bahwa kebiasaan yang mereka lakukan sudah menjadi suatu kebudayaan yang sangat melekat pada daerah tersebut. Pengalaman saya pada kebudayaan yang ada di daerah Jawa dan Bali memang berbeda seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Namun hal inilah yang membuat saya semakin ingin mempertahankan juga melestarikan kebudayaan yang saya punya. Cukup memulai dari sikap kita yang tidak melenceng dari kebudayaan kita. Perbedaan kebudayaan bukanlah penghalang kita untuk mampu hidup bersama dengan individu lainnya yang kebudayaannya berbeda dengan kita. Seharusnya kita sebagai manusia yang sudah dianugerahkan kebudayaan yang baik, selain harus menjaga dan melestarikannya, kita juga harus mampu beradaptasi pada kebudayaan lainnya, sehingga mampu untuk hidup berdampingan tanpa merusak kebudayaan masing-masing.
18
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan mulai dari manusia, kebudayaan dan terakhir bagaimana kaitan antara manusia dan kebudayaan itu sendiri. Maka dari pembahasan tersebut t ersebut dapat disimpulkan bahwa manusia ma nusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Kebudyaan itu lahir karna aktifitas yang menjadi kebiasaan manusia sehingga kebudayaan menjadi suatu pola hidup dimasyarakat itu sendiri. Dan kebudayaan akan selalu mengalami perubahan karena pada dasarnya kebudayaan bersifat dinamis. Sebagai manusia yang dianugerahkan akal, maka seharusnya kita mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan kita. Dan saling menghargai adanya perbedaan kebudayaan dengan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.elearning.gunadarma.ac.id Schoorl, JW. 1997. Kebudayaan 1997. Kebudayaan dan Perubahannya. Perubahannya . Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Sulaeman, M. Munandar. 1992. Ilmu 1992. Ilmu Budaya Dasar . Bandung: PT Eresco
19
View more...
Comments