March 7, 2019 | Author: MaisunaKundariati | Category: N/A
MANAJEMEN SUMBERDAYA PANTAI DAN LAUT Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar Ilmu Lingkungan Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes Disajikan pada Rabu, 8 Maret 2017
Disusun oleh : Kelompok 6 Offering B 2017 1. Alifia Rosidatuz Zulfa
160341606005
2. Maisuna Kundariati
160341606075
3. Yuniar Indra
110342406475
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI Maret 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, hidayah, taufik, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul dengan judul “Manajemen Sumber Daya Daya Pantai dan Laut” dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes selaku dosen pembimbing. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dan sumber belajar dalam perkuliahan. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang konstruktif dan logis untuk membangun kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
Malang, 6 Maret 2017
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………………… Isi……………………………………………………………………… ............3 Abstrak ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ...........4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang………………………………………………….. LatarBelakang…………………………………………………..................6 ................6 1.2 RumusanMasalah……………………………………………………. RumusanMasalah……………………………………………………. ........6 1.3 Tujuan……………………………………………………………… Tujuan……………………………………………………………… ..........7 1.4 Manfaat…………………………………………………………… Manfaat…………………………………………………………… ............7 1.5 Metode…………………………………………………………………….7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengertianLautdanPantai………………………………………………… PengertianLautdanPantai………………………………………………… .8 2.2 PengertianEkosistemLautdanPantai…………………………………….. PengertianEkosistemLautdanPantai……………………………………....8 ..8 2.3 PengertianKerusakandanPencemaranSumberDayaLautdanPantai…. PengertianKerusakandanPencemaranSumberDayaLautdanPantai…..........8 .........8 BAB III PEMBAHASAN 3.1 PengertianSumberDayaLautdanPantai………………………………. PengertianSumberDayaLautdanPantai………………………………......14 .....14 3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya Alam..........................................................................................................14 3.2.1 Ekosistem Terumbu Karang……………………………… Karang………………………………............15 ............15 3.2.2 Ekosistem Padang Lamun…………………………… Lamun……………………………………… ………….....16 .....16 3.2.3 Ekosistem Mangrove……………………………………… Mangrove………………………………………....17 ....17 3.3 Penyebab Kerusakan Pantai dan Laut……………………………..18 3.4 Indikator Kerusakan atau Pencemaran Pantai dan Laut…………20 Laut…………20
3
3.5 Manajemen Sumber Daya Pantai dan Laut Untuk Mengatasi Kerusakan dan Pencemaran Pantai dan Laut
………………………………………………
21
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan……………………………………………………………27 Simpulan……………………………………………………………27 4.2 Saran………………………………………………………………… Saran………………………………………………………………… .27 DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................28
4
Manajemen Sumberdaya Pantai dan Laut Alifia Rosidatuz, Maisuna Kundariati, Yuniar Indra dan Dr. H. Sueb, M,Kes. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail :
[email protected] :
[email protected] ,
[email protected] ABSTRAK
Pantai dan laut merupakan kebutuhan penting dalam hidup manusia, baik sebagai sarana penunjang kehidupan maupun sebagai sumber perekonomian. Sekitar 60 % penduduk Indonesia tinggal disekitar wilayah pesisir, dimana banyak terdapat pusat pemukiman pemuk iman berkembang di wilayah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk Mengetahui pengertian sumber daya laut dan pantai. Mengetahui hubungan berbagai macam ekosistem laut dan pantai dengan sumberdaya yang ada di dalamnya, Mengetahui indikator kerusakan, pencemaran laut dan pantai dihubungkan dengan manajemen pelestarian sumber dayanya. Makalah ini menggunakan metode pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Untuk mengelola sumberdaya pantai dan laut harus ada sistem manajemen atau pengaturan yang terstruktur. Kata Kunci : Sumber daya, Pantai, Laut
ABSTRACT
The beach and sea is the essential needs of human life, both as a means of supporting life and as a source of economy. About 60% of the population living around the coastal area of Indonesia, where there are many thriving residential centre in the region. This paper aims to find out the sense of the resources of the sea and Beach, knowing relationship ecosystems of the sea and the beach with a resource that is in it, knowing the damage indicator, the pollution of the sea and the beach is connected with management of the conservation of its resources. This paper uses a method of collecting information from a variety of sources. To manage resources, beach and sea there should be a management system or a structured setting. Kata Kunci : resources, beach, sea
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya laut dan pantai merupakan kekayaan yang melimpah baik di Indonesia khususnya maupun di dunia secara umum. Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999, hal. 1 dalam ). Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat dimasamasa mendatang dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Sehingga, untuk dapat memanfaatkan ruang dan sumberdaya wilayah pesisir secara optimal dan berkelanjutan, perlu pemahaman yang mendalam tentang pengertian dan karakeristik dari kawasan ini serta masyarakat yang mendiaminya. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan
jasa-jasa lingkungan pesisir dilakukan
melalui penilaian
menyeluruh (comprehensive assesment) (Mahfud, 2009 ). Sumber daya ini merupakan modal bagi pergerakan ekonomi demi tercapainya kesejahteraan sosial. Laut dan pantai terbagi terbagi menjadi banyak ekosistem dengan masing-masing karakteristik dan cirinya. Kekhasan dari karakteristik ini menunjukkan betapa luasnya potensi sumber daya laut dan pantai. Lebih dari itu, sumber daya laut dan pantai merupakan sarana edukasi dan pembelajaran, penyeimbang ekosistem dan habitat bagi makhluk hidup air. Dari segi ekonomi, laut memberikan produktivitas yang melimpah yang dapat dimanfaatkan. Pengeksploitasian kekayaan laut ini tidak terbatas hanya pada makhluk hidup yang ada, tentunya juga mencakup material tambang berupa minyak bumi dan lain sebagainya. Dalam segi pendidikan, laut menyajikan banyak pengetahuan yang tak terbatas. 6
Kelestarian laut menjadi salah satu indikator keberhasilan konservasi alam sebagai wujud manifestasi dan implementasi pendidikan mengenai lingkungan hidup dan ekosistem. Usaha Usaha melestarikan ekosistem ekosistem laut dan pantai bukan hanya kewajiban sebagian pihak yang terlibat tetapi juga merupakan kewajiban masyarakat dunia.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa pengertian sumber daya pantai dan laut? 2. Apa saja penyebab kerusakan pantai dan laut ? 3. Apa saja indicator kerusakan dan pencemaran pantai dan laut? 4. Bagaimana hubungan macam ekosistem laut dan pantai dengan sumber sumber daya alam yang ada di dalamnya ? 5. Bagaimana manajemen sumber daya pantai dan laut untuk mengatasi kerusakan dan pencemaran pantai dan laut? 1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengertian sumber daya laut dan pantai 2. Mengetahui penyebab kerusakan pantai dan laut 3. Mengetahui indicator kerusakan atau pencemaran pantai dan laut 4. Mengetahui hubungan berbagai macam ekosistem laut dan pantai dengan sumberdaya yang ada di dalamnya 5. Mengetahui manajemen sumber daya pantai dan laut untuk mengatasi kerusakan dan pencemaran pantai dan laut
7
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengetahui pengertian sumber daya pantai dan laut 2. Dapat mengetahui penyebab kerusakan pantai dan laut 3. Dapat mengetahui indicator kerusakan dan pencemaran pantai dan laut 4. Dapat mengetahui hubungan berbagai macam ekosistem laut dan pantai dengan sumber daya alam yang ada di dalamnya 5. Dapat mengetahui manajemen sumber daya pantai dan laut untuk mengatasi kerusakan dan pencemaran pantai dan laut 1.5 Metode
Dalam kepenulisan makalh ini menggunakan kajian literature.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laut dan Pantai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) laut adalah kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Sedangkan, menurut pengertian lain laut adalah Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau yang satu dengan yang lainnya. Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau (Ramasita, 2011). Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan kearah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, darat (Triatmodjo, 1999, hal. 1). 2.2 Pengertian Ekosistem Laut dan Pantai
Ekosistem laut atau atau ekosistem ekosistem bahari merupakan ekosistem yang yang terdapat terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal, dan ekosistem pasang surut. Sedangkan ekosistem pantai adalah interaksi antara komponen biotik dan abiotik yang ada di dataran pantai (Muin 2007, hal 96). Macammacam ekosistem pantai diantaranya : 2.2.1 Ekosistem Hutan Mangrove Mangrove mendominasi zona intertidal dari tersembunyi (berlumpur) garis pantai tropis, subtropis dan lautan beriklim hangat. Kata 'bakau' atau mangrove
9
digunakan untuk merujuk kepada kedua jenis vegetasi tertentu dan habitat yang unik (juga disebut tidal hutan, rawa, lahan basah, atau mangal) di mana ia berada (Tomlinson 1986). Kawasan mangrove sering termasuk dataran garam, yang sebagian besar diamati di daerah kering atau daerah dengan baik berdasarkan definisi musim kering. Dimana frekuensi banjir pasang menurun secara progresif menuju zona lebih darat dari hutan menyebabkan akumulasi garam. Di kawasan mangrove tersebut, kontinum fitur dapat diamati, seperti yang dijelaskan oleh Woodroffeet al. (1992), dalam mungkin meliputi: 1.
lumpur di zona bawah permukaan laut
2.
hutan mangrove di zona antara permukaan laut dan tingkat pasang perbani tinggi
3.
ataran garam di zona di atas level pasang perbani tinggi. Hutan mangrove manjadi habitat ideal bagi berbagai macam biota laut.
Sepanjang siklus hidup maupun sebagian dan termasuk perkembangbiakannya. Keberadaan tanaman ini sangat vital, mengingat fungsinya sebagai habitat primer dan sebagai pengendali kerusakan pantai yaitu abrasi. Abrasi merupakan suatu proses pengikisan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dengan adanya akar pohon mangrove yang dapat menahan lahan daerahpantai, laju abrasi dapat dimungkinkan mengalami penurunan yang cukup spesifik. 2.2.2 Ekosistem Padang Lamun Padang lamun merupakan habitat potensial bagi sumberdaya hayati hayati ikan yaitu sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, tempat berlindung dan mencari makan. Salah satu jenis ikan yang senantiasa senantiasa didapatkan pada daerah padang lamun dalam jumlah melimpah yaitu ikan baronang (Siganus (Siganus canaliculatus). canaliculatus). Padang lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang vegetasi campuran (Azkab, 1999 dalam Sitorus,2011). Ekosistem Sitorus,2011). Ekosistem padang lamun di Indonesia sering di jumpai di daerah pasang surut bawah (inner intertidal) intertidal) dan subtidal atas (upper subtidal). subtidal). Dilihat dari pola zonasi lamun secara horizontal, ekosistem ekosistem lamun terletak diantara dua ekosistem penting yaitu yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem
10
terumbu karang. Ekosistem lamun sangat berhubungan erat dan berinteraksi serta serta sebagai mata rantai (link) (link) dan dan sebagai penyangga (buffer) (buffer) dengan dengan mangrove di pantai dan terumbu karang ke arah laut. 2.2.3 Ekosistem Terumbu Karang Tukangbesi termasuk kawasan Indo Pacifik yang dikenal sebagai daerah dengan keanekaragaman terumbu karang yang paling kaya di dunia. Sebagai contoh, lebih dari 2000 species species ikan karang tercatat di Indo Pacifik , apabila dibandingkan dengan daerah karibia yang hanya memiliki 200 species (Republika, 1997 dalam Sugandi 2011). Terumbu 2011). Terumbu karang merupakan ekosistem pada perairan dangkal di laut tropis, yang ditandai oleh banyaknya variaasi taanaman, hewan dan jumlah plankton yang banyak. Selain itu memiliki laju produksi tinggi pada perairan laut yang miskin nutrisi. Hasil survei WRI (2002) di wilayah Indonesia bagian Timur menunjukkan sekitar 65% kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan penangkapan ikan secara destruktif. Sebagian besar menggunakan racun dan bom dimana aktivitas ini telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang luar biasa. WRI mengestimasi kerugian di Indonesia akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak selama 20 tahun ke depan adalah sebesar 570 juta US Dollar. Sedangkan estimasi kerugian dari penangkapan ikan dengan racun sianida secara berkala adalah sebesar 46 juta US Dollar.Dari ekosistem terumbu karang yang rusak hanya diperoleh hasil perikanan rata-rata 5 ton/km2/tahun sedangkan hasil produktivitas ter.umbu karang yang sehat bisa mencapai sekitar 20 ton/km2/tahun. 2.3 Pengertian Kerusakan dan Pencemaran Sumber Daya Laut dan Pantai
Definisi pencemaran laut yang dikemukakan dalam UNCLOS 1982, pasal 1 (4), dikatakan sebagai berikut : “ pollution of the marine environment means the i ntroduction by man, directly or indirectly, of subtances or energy into the marine environment, including estuaries, which result or is likely to result in such deleterious effect as harm
11
to living resources and marine life, hazards to human health, hindrance to marine activities, including fishing and other legitimate uses of the sea, impairment or quality for use of sea water and reduction of amnenities.” Pustaka lain menyebutkan, Pencemaran dapat diartikan sebagai bentuk Environmental impairment , yakni adanya gangguan, perubahan, atau perusakan. (Silalahi, 2001 dalam Supriatna 2010. Sedangkan 2010. Sedangkan menurut undang-undang Nomor 23 tahun
1997,
yang
dimaksud
dengan
pencemaran
adalah
masuknya
atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan sehingga merubah nyata tatanan lingkungan yang dilakukan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lungkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
12
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Sumber Daya Laut dan Pantai
Sumber daya laut dan pantai adalah segala sesuatu yang berdaya guna dan dibutuhkan organisme baik yang hidup secara soliter maupun berkelompok, yang ada di laut dan pantai. Sumber daya alam laut dan pantai juga dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaaharui dan tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui misalnya ikan, terumbu karang, rumput laut, dll. Sedangkan sumber daya alam laut yang tidak dapat diperbaharui, misalnya berbagai jenis bahan mineral, minyak bumi, dan gas alam (Miller 1982:7) 3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya Alam
Ekosistem laut dan pantai meluputi hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Masing-masing ekosistem memiliki kekhasan dan karakteristik sendiri, karakteristik ini merujuk pada sumberdaya yang terkandung dalam eksosistem tersebut. Penanaman pohon mangrove sudah banyak digalakkan di berbagai tempat, secara khusus tentunya di wilayah tropis seperti Indonesia. Berdasarkan keputusan Presiden Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Perlindungan Daerah, hutan bakau di sepanjang pesisir telah difungsikan sebagai kawasan lindung. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa secara ekologi ekosistem padang lamun di perairan Teluk Ambon Dalam lebih berfungsi sebagai tempat asuhan dan mencari makan bagi S.canaliculatus. Upaya konservasi padang lamun pada perairan Teluk Ambon Dalam sangat diperlukan untuk mendukung keberlanjutan fungsi ekosistem ini bagi sumberdaya ikan. Provinsi Maluku Utara merupakan bagian dari lingkup yang bergerak antara Sangihe Talaut, Minahasa ke Filipina yang merupakan jalur distribusi terumbu
13
karang di Indonesia bagian Timur. Jalur kepulauan Indonesia dan Filipina ini merupakan pusat keragaman terumbu karang dunia dengan jumlah spesies yang telah teridentifikasi sekitar 600 spesies. COREMAP (2001) melaporkan bahwa dibeberapa daerah di Provinsi Maluku Utara terjadi kerusakan ekosistem terumbu karang. Mulai dari Pulau Ternate, Pulau Bacan, Pulau Obi, Pulau Halmahera sampai bagian Utara yaitu pulau Morotai. Di Pulau Halmahera tutupan karang hidup dengan kondisi baik sebesar 29%, 14% dalam kondisi sedang dan selebihnya dalam kondisi buruk. Berdasarkan laporan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Universitas Khairun (2001) bahwa ekosistem terumbu karang dibeberapa lokasi di Pulau Ternate mengalami kerusakan akibat tindakan destruktif. Penyebab dominan kerusakan adalah kegiatan penangkapan ikan menggunakan muroami, bahan peledak, bahan beracun, pemasangan perangkap, aktivitas transportasi dan wisata bahari. Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem Padang Lamun Padang lamun merupakan habitat potensial bagi sumberdaya hayati hayati ikan
yaitu sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, tempat berlindung dan mencari makan. Salah satu jenis ikan yang senantiasa senantiasa didapatkan pada daerah padang lamun dalam jumlah melimpah yaitu ikan baronang (Siganus (Siganus canaliculatus). canaliculatus). Padang lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang vegetasi campuran (Azkab, 1999 dalam Sitorus,2011). Ekosistem padang lamun di Indonesia sering di jumpai jumpai di daerah pasang surut bawah (inner intertidal) intertidal) dan subtidal atas atas (upper subtidal). Dilihat dari pola zonasi lamun secara horizontal, ekosistem lamun terletak diantara dua ekosistem penting yaitu yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun sangat berhubungan erat dan berinteraksi serta serta sebagai mata rantai (link) dan sebagai penyangga (buffer) dengan mangrove di pantai dan terumbu karang ke arah laut.
14
Ekosistem Terumbu Karang Tukangbesi termasuk kawasan Indo Pacifik yang dikenal sebagai daerah
dengan keanekaragaman terumbu karang yang paling kaya di dunia. Sebagai contoh, lebih dari 2000 specis ikan karang tercatat di Indo Pacifik , apabila dibandingkan dengan daerah karibia yang hanya memiliki 200 species (Republika, (Republika, 1997 dalam Sugandi 2011). 2011). Terumbu karang merupakan ekosistem pada perairan dangkal di laut tropis, yang ditandai oleh banyaknya variaasi taanaman, hewan dan jumlah plankton yang banyak. Selain itu memiliki laju produksi tinggi pada perairan laut yang miskin nutrisi. Hasil survei WRI (2002) di wilayah Indonesia bagian Timur menunjukkan sekitar 65% kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan penangkapan ikan secara destruktif. Sebagian besar menggunakan racun dan bom dimana aktivitas ini telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang luar biasa. WRI mengestimasi kerugian di Indonesia akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak selama 20 tahun ke depan adalah sebesar 570 juta US Dollar. Sedangkan estimasi kerugian dari penangkapan ikan dengan racun sianida secara berkala adalah sebesar 46 juta US Dollar.Dari ekosistem terumbu karang yang rusak hanya diperoleh hasil perikanan rata-rata 5 ton/km2/tahun sedangkan hasil produktivitas ter.umbu karang yang sehat bisa mencapai sekitar 20 ton/km2/tahun. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi tujuh kategori utama, yaitu : karang bercabang (branching coral ), karang masif/padat (massive coral),, karang submasif/semi-padat (submassive coral), coral) coral), karang jamur/soliter (mushroom coral), karang coral), karang meja (tabulate coral), coral), karang lembaran (folious coral), dan coral), dan karang menjalar (encrusting coral) (Coremap II, 2007 dalam Kasim, Faizal 2011) Pertumbuhan karang dan penyebarannya tergantung pada kondisi lingkungannya, yang pada kenyataannya tidak selalu tetap karena adanya gangguan yang berasal dari alam atau aktivitas menusia. Menurut (Dahuri 1996 dalam Kasim Fauzi 2011 ) bahwa bahwa terumbu karang terdapat pada lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk
15
mencapai pertumbuhan yang maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, h angat, gerakkan gelombang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar proses sedimentasi.
Ekosistem Mangove Hutan mangrove manjadi habitat ideal bagi berbagai macam biota laut.
Sepanjang siklus hidup maupun sebagian dan termasuk perkembangbiakannya. Keberadaan tanaman ini sangat vital, mengingat fungsinya sebagai habitat primer dan sebagai pengendali kerusakan pantai yaitu abrasi. Abrasi merupakan suatu proses pengikisan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dengan adanya akar pohon mangrove yang dapat menahan lahan daerahpantai, laju abrasi dapat dimungkinkan mengalami penurunan yang cukup spesifik. Mangrove mendominasi zona intertidal dari tersembunyi (berlumpur) garis pantai tropis, subtropis dan lautan beriklim hangat. Kata 'bakau' atau mangrove digunakan untuk merujuk kepada kedua jenis vegetasi tertentu dan habitat yang unik (juga disebut tidal hutan, rawa, lahan basah, atau mangal) di mana ia berada (Tomlinson 1986). Kawasan mangrove sering termasuk dataran garam, yang sebagian besar diamati di daerah kering atau daerah dengan baik berdasarkan definisi musim kering. Dimana frekuensi banjir pasang menurun secara progresif menuju zona lebih darat dari hutan menyebabkan akumulasi garam. Di kawasan mangrove tersebut, kontinum fitur dapat diamati, seperti yang dijelaskan oleh Woodroffeet al. (1992), mungkin meliputi: 1. Lumpur di zona bawah permukaan laut 2. Hutan mangrove di zona antara permukaan laut dan tingkat pasang perbani tinggi 3. Dataran garam di zona di atas level pasang perbani tinggi.
3.2 Penyebab Kerusakan Sumber Daya Pantai dan Laut
1. Pembukaan Hutan Manggrove Untuk Dijadikan Tambak Udang Dan
16
Kayunya Dijadikan Bahan Bangunan. Beberapa fakta yang ditampilkan dalam tulisan ini tentang kerusakan ekosistem manggrove di propinsi Riau. Luasnya ekosistem mangrove di propinsi Riau dan Kepulauan Riau yang termasuk ke dalam kategori jarang dan sangat jarang. Dari hasil analisis citra satelit 2006 didapatkan data bahwa dari luas kawasan ekosistem mangrove dan pesisir di Propinsi Riau adalah yang berhutan lebat adalah 4.298,85 ha, kerapatan sedang seluas 123.869,52 ha, kerapatan jarang seluas 13.147,68 ha dan kerapatan sangat jarang seluas 119.969,28 ha. Sedangkan untuk potensi kerapatan ekosistem mangrove di Kepulauan Riau adalah yang berhutan lebat adalah 6.772,59 ha, kerapatan sedang seluas 25.446,33 ha, kerapatan jarang seluas 18.733,59 ha dan kerapatan sangat jarang seluas 127.465,04 ha. Dari luasan mangrove berdasarkan tingkat kerapatan mangrove maka kondisi ekosistem mangrove cenderung didominasi oleh tingkat kerapatan jarang sampai sangat jarang. Ekosistem yang sangat jarang berarti potensi tanaman mangrovenya mangrovenya nyaris tidak terlihat alias gundul total. Untuk itu dapat dikatakan sebagian besar ekosistem pesisir dan mangrove di Propinsi Riau dan kepulauan Riau termasuk ke dalam kategori kritis dan sangat kritis. Kenapa hal sampai terjadi di Propinsi Riau dan kepulauan Riau. Hal yang paling mudah diungkapkan adalah pada ekosistem pesisir dan mangrove sering terjadi (1) teki/Cerucuk, masalah teki/cerucuk muncul karena pemanfaatan kayu berdiameter kurang dari 10 cm yang digunakan untuk pondasi rumah. Selain bermasalah terhadap regenerasi hutan, juga dapat menyebabkan terhambatnya proses suksesi hutan mangrove. mangrove. Hal ini menyebabkan terjadi abrasi, dan hilangnya beberapa ekosistem pulau. Dan sangat disayangkan teki juga dilakukan di daerah-daerah jalur hijau hutan mangrove. mangrove. 2. Penggunaan Plastik, Kaleng, Peptisida, Bahan Bakar Untuk Kebutuhan Aktivitas Manusia. 17
Secara singkat bahwa sumber utama pencemaran pesisir terdiri dari tiga jenis kegiatan, yaitu kegiatan industri (pertambangan timah dan minyak, angkutan laut dan pariwisata bahari), kegiatan rumah tangga, dan kegiatan pertanian. Sementara itu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketiga sumber tersebut berupa sedimen, unsur hara, pestisida, organisme pathogen dan sampah. Jika dianalisis secara mendalam, dapat disimpulkan bahwa kawasankawasan yang termasuk kategori tingkat pencemaran yang tinggi merupakan kawasan-kawasan pesisir yang padat penduduk, kawasan industri dan juga pertanian. Dalam menguraikan limbah-limbah tersebut dalam air laut memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya untuk menguraikan limbah botol plastik di air laut diperlukan waktu sekitar 450 tahun dan kertas bekas karcis diperlukan waktu sekitar 2 – 2 – 4 4 minggu. Dengan Demikian maka seandainya setiap hari laut suplai berbagai suplai berbagai sampah kelestarian laut akan semakin terancam. Karena sampah-sampah tersebut memerlukan waktu lama untuk dapat diuraikan kembali dalam air laut. 3. Ekploitasi Sumber Daya Alam Yang Berlebihan. Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang berlimpah, banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak dan alat tangkap yang merusak sehingga menyebabkan kelangkaan / kerusakan habitat yang ada. Pada umumnya, kerusakan terumbu karang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahanbahan peledak, bahan beracun (cyanida), dan juga aktivitas penambangan karang untuk bahan bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.. atas.. Berdasarkan persen tutupan karang hidup dilaporkan bahwa kondisi terumbu karang di wilayah perairan Indonesia adalah 39% rusak, 34% agak rusak, 22% baik dan baik dan hanya 5% yang sangat bagus. 3.3 Indikator Kerusakan atau Pencemaran Sumber Daya Pantai dan Laut
Indikator kerusakan laut dan pantai diantaranya adalah : 18
-
Rusaknya terumbu karang, kerusakan ini dapat disebabkan oleh factor lingkungan sendiri maupun ulah manusia. Namun, banyak kasus kerusakan terumbu karang disebabkan oleh efek samping dari penangkapan ikan menggunakan bahan peledak
-
Kematian beberapa spesies ikan akibat anomaly lingkungan sehingga hewanhewan ini tidak dapat beradaptasi
-
Banyak makhluk hidup yang tidak bisa hidup di habitat aslinya lagi.
-
Abrasi pesisir pantai sebagai dampak dari ketiadaan mangrove sebagai penahan pasir
Masih banyak indicator yang dapat menimbulkan kerusakan dan pencemaran pantai dan laut, namun secara umum telah disebutkan diatas. Penanganan dari berbagai masalah yang dapat menimbulkan kerusakan laut dan pantai diantaranya adalah dengan meningkatan peran serta masyarakat yang aktif dan positif, dan selalu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup dan konservasi. 3.4 Manajemen Sumber Daya Pantai dan Laut Untuk Mengatasi Kerusakan dan Pencemaran Pantai dan Laut
Sumber daya alam pantai dan laut, dewasa ini semakin disadari banyak orang merupakan suatu potensi yang menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Konsekuensi logis dari sumberdaya pantai dan laut sebagai sumberdaya milik bersama dan terbuka untuk umum maka pemanfaatan sumberdaya pantai dan laut dewasa ini semakin meningkat di hampir semua wilayah. Oleh karena itu diperlukan upaya preventif untuk menjaga kelestarian sumber daya laut dan pantai, diantaranya dengan Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan satu atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Karena hal tersebut, penyelenggaraan pembangunan konservasi
19
sumberdaya alam hayati dan ekosistem harus terkait dengan penyelenggaraan pembangunan masyarakat di sekitarnya. Untuk itu perlu adanya peningkatan peran serta masyarakat yang aktif dan positif, dan selalu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup dan konservasi. Selain itu pantai meliputi pesisir sebagai suatu kawasan merupakan suatu lokasi tempat pemijahan dengan tumbuhan bakau (mangrove (mangrove)) yang berfungsi sebagai penahan abrasi pantai, sebagai tempat perkembangbiakan, dan pertumbuhan biota laut. Karena itu hutan bakau merupakan kawasan yang strategis secara ekologis, ini menunjukan begitu pentingnya kawasan pesisir untuk dilindungi, karena memiliki nilai berkelanjutan bagi biota laut maupun berbagai kegiatan penduduk. Hutan bakau harus segera dilestarikan didasarkan bahwa banyak hutan mangrove mengalami kerusakan yang mengancam kehidupan biota laut. Saat ini, kerusakan dan degradasi hutan bakau merupakan phenomena umum di berbagai negara, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Kerusakan hutan ini terutama disebabkan oleh konversi hutan bakau untuk kegiatan-kegiatan produksi lainnya (industri, pertambangan dan lain-lain) l ain-lain) yang tidak berlandaskan b erlandaskan asas kelestarian serta oleh kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali. Adanya konversi hutan bakau telah menyebabkan semakin menyusutnya luas hutan mangrove Indonesia Indonesia yaitu tinggal sekitar 4.25 juta ha (Departemen Kehutanan, 1982). Bahkan menurut PHPA dan AWB (1987) diperkirakan luas hutan bakau tinggal sekitar 3.24 juta ha. Strategi konservasi alam Indonesia yang berisi prinsip prinsip sebagai berikut: (1). Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan dan menjamin terpeliharanya proses ekologis bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat; (2). Pengawetan keanekaragaman sumber plasma nutfah dengan menjamin ter pe liharanya sumber genetik dan ekosistemnya bagi kepentingan umat manusia; dan (3). Pelestarian pemanfaatan baik jenis maupun ekosistemnya dengan mengatur 20
dan mengendalikan cara-cara pemanfaatan yang lebih bijaksana, sehingga diperoleh manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Ekosistem bakau merupakan penghasil detritus, sumber nutrien, dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Bakau memiliki karakteristik tertentu, sehingga merupakan ekosistem tempat awal pembenihan, pemijahan, perkembangan dan pertumbuhan, karena sebagian hasil dari bakau ak an dibawa ke padang padan g lamun. Hal ini menjadi dasar apabila hutan bakau rusak, maka akan mempengaruhi kehidupan ekosistem selanjutnya berpengaruh terhadap kegiatan masyarakat. Semakin luasnya kerusakan yang terjadi di pesisir merupakan ancaman bagi keberlangsungan kehidupan biota dan keberlanjutan lapangan pekerjaan di pesisir. Karena pesisir memiliki fungsi dan peran bagi keberlanjutan hidup biota pesisir dan lapangan kerja masyarakat. Dengan kondisi demikian seharusnya segera diatasi dengan melakukan perlindungan dan pelestarian dengan menentukan batas-batas kawasan konservasi di pesisir sebelum dampak negative lebih luas. Seperti yang terjadi di daratan, konservasi yang dilakukan, tetapi kerusakan terus terjadi, sehingga masyarakat mengalami kesulitas memperoleh air bersih. Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki kewajiban untuk menjaga, melindungi dan melestarikan sumberdaya, agar sumberdaya tersebut berkelanjutan bagi kehidupan biota laut maupun lapangan k erja masyarakat. Dengan kelestarian dan sumberdaya berkelanjutan, maka akan terjaga keseimbangan ekosistem pantai/pesisir dan kehidupan masyarakat. Artinya bukan masyarakat pantai tidak boleh menagkap atau
mengeksploitasi
sumberdaya
perikanan,
tetapi
untuk
pelestarian
dan
keberlanjutan kehidupan biota pesisir/pantai perlu aturan-aturan yang harus disepakati
oleh
berbagai
pemangku
kepentingan
baik
pemerintah,
swasta,
stakeholder, nelayan dan masyarakat. Aturan-aturan tersebut dilakukan untuk melestarikan sumberdaya perikanan dengan tidak menagkap: 21
1.
Ukuran ikan yang boleh ditangkap,
2.
Wilayah tempat pemijahan, perkemangan dan pertumbuhan ikan,
3.
Menjaga kawasan pesisir seperti, tertumbu karang, padang lamun, hutan mangrove atau kawasan tempat perkembangbiakan biota laut
4.
Membudidayakan biota laut seperti, udang, bandeng, kakap, rumput laut
5.
dan biota yang dibutuhkan masyarakat,
6.
Mengotori atau mencemarkan wilayah pesisir/pantai
7.
Tidak menebang hutan mangrove untuk kepentingan apapun
8.
Membibitkan biota laut yang akan ditebar di pesisir atau di kawasan
Melalui aturan-aturan di atas, maka pengelolaan sumberdaya pantai akan mudah dilakukan dan sumberdaya akan berkelanjutan dalam memberikan kehidupan pada masyarakat, protein bagi masyarakat, lapangan kerja berkelanjutan. Artinya terjadi keseimbangan ekosistem di kawasan pantai/pesisir yang menunjukan rasa syukur terhadap potensi yang ada di Indonesia, karena jika dikelola secara baik, tidak ada wilayah yang memiliki potensi yang besar seperti negara Indonesia. Aturan-aturan yang diberlakukan secara ketat akan menjaga keseimbangan, kelestarian dan keberlanjutan potensi sumberdaya tersebut. Aturan tersebut diberlakukan tidak untuk semua kawasan, tetapi eksploitasi penangkapan ikan berlanjut, dengan tidak mengganggu kawasan sebagai kawasan yang dilindungi. Ini yang harus menjadi semua acuan bagi berbagai kepentingan. Artinya bersama stakeholder, nelayan dan masyarakat perlu menentukan kawasan yang harus dijaga dan dilindungi bersama. Perlidungan kawasan tersebut perlu dipahami dan disadari oleh setiap pemangku kepentingan, karena akan berkaitan dengan : 1.
Pola pikir, Masyarakat perlu mengetahui lokasi atau zona-zona perlindungan dan pelestarian sumberdaya pantai/pesisir, manfaat, fungsi, sehingga aturan, zona tersebut perlu disosialisasikan kepada pemangku kepentingan, sehingga salah satu pemangku melakukan pelanggaran akan merasa diawasi oleh pemangku kepentingan lain.
2.
Kepercayaan dan budaya, Ada suatu masyarakat bahwa sumberdaya yang 22
ada diberikan oleh yang Maha Kuasa, sehingga tidak merasa bersalah jika melakukan penangkapan. Dengan rasa diberikan oleh Yang Maha Kuasa masyarakat sering melakukan ritual yang menggambarkan rasa syukur terhadap Yang Maha Kuasa, seperti pesta laut dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan erat kaitannya dengan kondisi alam dan khayal, sehingga tidak merasakan bahwa sumberdaya tersebut perlu keberlanjutan. 3.
Pendapatan, Perolehan pendapata dari hasil produksi perikanan yang kecil akan merasakan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan perlindungan terasa berat. Karena itu perlu dikembangkan dan ditingkatkan konsumsi ikan bagi masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dikembangkan, maka perlu dikembangkan usaha wisata bahari. Dengan demikian penagkapan ikan akan semakin didorong, karena memiliki pasar yang baik dan akan memiliki rasa bahwa pendapatannya tergantung pada kondisi pesisir/pantai.
4.
Lapangan kerja, Daratan memiliki kapasitas terbatas dalam menyediakan lapangan kerja, dengan sumberdaya pantai/pesisir besar dan adanya pasar yang membutuhkan serta berkembangnya wisata, maka ketersediaan lapangan kerja semakin besar, karena dengan berkembangnya kawasan wisata bahari akan berkembang industry produk perikanan laut seperti; kerajinan, makanan khas, olah raga dan sebagainya.
5.
Politik, politik merupakan kebijakan, kebijakan akan muncul dari pemerintah yang didukung oleh masyarakat pemangku kepentingan. Dengan tidak ada aturan yang pasti dari pemerintah, maka pemangku kepentingan terutama penangkapan perikanan laut akan mengeksploitasi sumberdaya tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya.
6.
Pendidikan, masyarakat Indonesia sebagian merupakan nelayan tradisional yang kurang memahami kerberlanjutan suatu sumerdaya dan kemampuan nelayan tradisional terbatas dalam penagkapan ikan, sehingga kawasan dekat pantai/pesisir akan menjadi kawasan yang dijadikan kawasan penangkapan. 23
Melalui pendidikan, nelayan tradional sewaktu-waktu akan berakhir dan tergantikan oleh nelayan yang memiliki pendidikan yang lebioh luas dan jauh dari pesisir, sehingga kawasan perlindungan akan terjaga dan lestari. Dalam membuat aturan dan kebijakan, pemangku kepentingan harus terlibat dengan menjunjung keberlanjutan sumber daya pantai, kebutuhan masyarakat, lapangan kerja. (Dede Sugandi , Pengelolaan Sumberdaya Pantai 57) Karena itu, yang terlibat dalam kepentingan pengelolaan pantai : 1. Pemerintah, pemerintah memiliki kekuasaan, koordinator, pengawasan, penyusun aturan, dan kebijakan. 2. Perusahaan, orang yang terlibat dalam perusahaan penangkapan ikan harus menyadari bahwa eksploitasi di kawasan tersebut merupakan milik bersama, karena itu harus disadari semakin besar penangkapan harus memberikan devisa bagi pemerintah dan mampu ikut sera menjaga perlindungan dan pelestarian. 3. Nelayan, masyarakat nelayan tradisional dengan keterbatasan pengetahuan peralatan, pemasaran dalam penangkapa tidak akan jauh dari pantai/pesisir, sehingga tidak jadi alasan untuk mengganggu kawasan lindung dan pelestarian. 4. Mayarakat di pesisir, meskipun bukan nelayan, maka masyarakat harus mampu
mengembangkan
agroindustri
produk
laut,
sehingga
produk
tangkapan ikan dapat terus berkembang dan menjaga daratan dengan tidak mencemari kawasan pantai.
24
BAB IV PENTUP 4.1 Simpulan
1. Sumber daya laut dan pantai adalah segala sesuatu yang berdaya guna dan dibutuhkan organisme baik yang hidup secara soliter maupun berkelompok, yang ada di laut dan pantai. 2. Macam ekosistem laut dan pantai dengan sumber daya alam yang ada di dalamnya sangat berkaitan karena semakin banyak komponen yang dapat dimanfaatkan dalam ekosistem tersebut berarti semakin banyak jenis sumber daya alamnya. Walaupun sumber daya alam yang telah ada tersebut, jika tidak dimanfaatkan dengan bijaksana dari hari ke hari akan semakin sedikit jumlahnya. 3. Indikator kerusakan laut dan pantai diantaranya adalah rusaknya terumbu karang, banyak ikan yang mati, banyak makhluk hidup yang tidak bisa hidup di habitat aslinya lagi, dll. Penanganan dari berbagai masalah yang dapat menimbulkan kerusakan laut dan pantai diantaranya adalah dengan meningkatan peran serta masyarakat yang aktif dan positif, dan selalu diupayakan peningkatan p eningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup dan konservasi. 4.2 Saran
1. Pengaktifan kembali lembaga ekonomi, seperti KUD, untuk membantu kelompok-kelompok usaha nelayan dan pengolah ikan, sehingga masyarakat dapat memperoleh harga jual yang lebih baik. 2. Menerapkan sanksi yang disepakati oleh semua pihak guna menjaga kelestarian sumber daya laut dan pantai.
25
26
DAFTAR RUJUKAN
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996.Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Dahuri, R.,1996, Ekosistem R.,1996, Ekosistem pesisir, Makalah/materi Kuliah, IPB, Bogor. Muin. 2007. Pengertian Laut dan Bahari. Jakarta : Erlangga. Faizal, Kasim. 2011. Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah Berkelanjutan. Berkelanjutan. Fakultas Pertanian UNG Mahfud Effendy. 2009. Jurnal KELAUTAN, Volume 2,No.1. PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU : solusi pemanfaatan ruang, pemanfaatan sumberdaya dan pemanfaatan kapasitas asimilasi wilayah pesisir yang optimal dan berkelanjutan. ISSN : 1907-9931. Ramasita. 2011. Pengertian Laut dan Pencemaran Laut. Jurnal Unila.ac.id volume 1. Rudyanto, Arifin. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut. Sugandi, Dede. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Pantai. Pantai. Jurusan Pendidikan Geografi. FIPIPS.UPI Supriatna. 2010. Morfologi 2010. Morfologi Pantai Triatmodjo.1999. Pantai. Triatmodjo.1999. Pantai. Jakarta : Erlangga. Vatria, Belvi. 2009. 2009. Berbagai Kegiatan Manusia yang dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai serta Dampak yang Ditimbulkannya. Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak. Walpole. 1997. Pengantar Statistik, Gramedia, Jakarta.
27
28