MANAJEMEN PERSEDIAAN

November 25, 2018 | Author: Gusstiawan Raimanu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Kajian Pustaka Manajemen Persediaan dalam Prespektif Manajemen Keuangan...

Description

MANAJEMEN KEUANGAN MAKALAH MANAJEMEN PERSEDIAAN (I nve nventor ntor y M anag anage eme ment) nt)

Dosen Pembimbing :

Dr. Husnah, S.E.,M.Si

Oleh: Kelompok 4 UKAR SUMIJANA GUSSTIAWAN RAIMANU MUHAMMAD RAFIQ EKA PUTRA IDRIS

C20215032 C20215014 C20215004 C20215099

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TADULAKO 2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI ........................................... ................................................................. ............................................ ...................................... ................ i KATA PENGANTAR  ........................................... ................................................................. ............................................ ........................ ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................ ................................................................... ............................................. ........................ 1 B. Tujuan Penulisan ........................................................ .............................................................................. ............................... ......... 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan ........................................... ........................................................... ................ 3 B. Karakteristik Persediaan....................... Persediaan............................................. ............................................. ............................... ........ 3 C. Fungsi Persediaan ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 4 D. Tujuan Persediaan ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 4 E. Pengendalian Persediaan ....................................................... ........................................................................... .................... 6 F. Tujuan Pengendalian Persediaan............................ Persediaan................................................... ................................... ............ 6 G. Sistem Pengedalian Persediaan ............................................. ................................................................. .................... 7 H. Keputusan dalam Manajemen Persediaan ............................................ ................................................. ..... 7 I. Model Model Tingkat Persediaan Optimal ............................... ............................................... ................ 10 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................... ................................................................ ............................................ ............................... ......... 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................... ................................................................. ............................................ ........................ 23

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan  penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik bai k dan tepat waktu. Makalah ini disusun secara berkelompok untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Keuangan. Makalah ini diharapkan dapat mempertajam wawasan serta kajian mengenai Manajemen Ma najemen Keuangan secara khusus mengenai Manajemen Persediaan. Ahirnya, kami selaku penyusun makalah berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan di dalamnya, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu, seluruh saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Palu, September 2015

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu  perusahaan adalah adal ah pengendalian persediaan (inventory control ), ), karena kebijakan  persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di sa tu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini  berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance). finance ). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi. Persediaan dapat diartikan sebagai stok barang yang akan dijual atau digunakan untuk periode tertentu. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para konsumennya. Persediaan dapat muncul secara sengaja maupun tidak disengaja. Secara sengaja berarti adanya perencanaan untuk mengadakan persediaan, sedangkan secara tidak sengaja biasanya terjadi apabila persediaan ada akibat  barang tidak terjual yang disebabkan rendahnya rendahnya permintaan. Masalah persediaan termasuk masalah yang cukup krusial dalam operasional perusahaan. Sebab apabila terjadi kekurangan persediaan, proses  produksi sebuah perusahaan dapat terhenti. Sebaliknya apabila terlalu banyak  persediaan (over stock)  stock)  dapat berakibat meningkatnya beban biaya guna menyimpan dan memelihara bahan selama penyimpanan di gudang padahal barang tersebut masih mempunyai ”opportunity cost” (dana yang bisa diinvestasikan pada hal yang lebih menguntungkan). Sasaran sebuah perusahaan sebenarnya bukanlah untuk mengurangi atau meningkatkan persediaan (inventory), (inventory), tetapi untuk memaksimalkan keuntungan. Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap  jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan 1

 proses produksi produksi (perusahaan) maupun maupun kebutuhan kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai  persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu). Hal ini sejalan dengan prinsip manajemen persediaan yaitu besarnya  jumlah investasi (bahan baku) yang tepat dan waktu waktu pemesanan yang tepat. Manajemen persediaan dianggap vital untuk memberikan informasi yang  berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami penurunan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan di gudang akan mempengaruhi besar/kecilnya biaya. Segala kemungkinan dapat terjadi diantarnaya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan hingga persediaan yang kadaluarsa sehingga tidak dapat dijual. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa manaje men persediaan sangat  penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih le bih mengetahui dan memahami bagaimana teori-teori manajemen persediaan diapliasikan secara benar dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang  baik dalam pencapaian pencapaian laba yang diinginkan. Oleh sebab itu penulis penulis akan mengkaji mengkaji lebih dalam mengenai manajemen persediaan melalui sebuah studi pustaka yang dituangkan dalam makalah.

B. Tujuan Penulisan 

Mengetahui pengertian dari manajemen persediaan dan fungsinya.



Mengetahui karakteristik persediaan.



Mengetahui pengendalian persediaan.



Mengetahui model-model tingkat persediaan yang optimal.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan/barang yang disediakan oleh  perusahaan, baik berupa bahan jadi, bahan mentah, me ntah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi  permintaan konsumen setiap waktu (Margaretha, 2014). Persediaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu aktiva yang meliputi  barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu untuk memnuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2007). Sementara Hani Handoko (2000) mengemukakan bahwa  persediaan (inventory) adalah (inventory) adalah suatu istilah istil ah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan baik internal maupun eksternal.  Nasution (2003) menyatakan bahwa persediaan adalah sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih la njut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemas aran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa  persediaan, meskipun persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga para akuntan memasukannya dalam neraca sebagai salah satu bagian dari aktiva lancar oleh karena itu dibutuhkan manajemen persediaan yang efektif agar  perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan lancar.

B. Karakteristik Karakteristik Persediaan

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakterist ik penting, yakni: 1. Persediaan tersebut merupakan milik perusahan. 3

2. Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen. Persediaan dimiliki oleh perusahaan dagang dan perusahaan industri. 1. Perusahaan dagang (merchandise inventory) hanya inventory) hanya ada persediaan barang dagangan (finished goods). goods). 2. Perusahaan industri (manufacturing) memiliki (manufacturing) memiliki persediaan yang terdiri atas: a) Persediaan bahan baku (raw materials), materials), yaitu persediaan yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari para supplier  para  supplier  dan  dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk diproses/dirubah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produksi akhir dari  perusahaan.  b) Barang dalam proses (work in process), process), yaitu keseluruhan barang yang digunakan dalam proses produksi, tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual (barang jadi). c) Barang jadi (finished goods), goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual. d) Barang pembantu (supplies), (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. e) Persediaan

suku

cadang

(purchased/components

parts), parts),

yaitu

 persediaan barang-barang baran g-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirait menjadi suatu produk.

C. Fungsi Persediaan

Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Persediaan dapat melayani  beberapa fungsi yang akan menambahan fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi  persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu: yaitu: 1. Fungsi  Decoupling , untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi  permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier  pada supplier .

4

2. Fungsi  Economic Lot Sizing,  Sizing,   persediaan ini perlu mempertimbangkan  penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya) 3. Fungsi Antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan musiman (seasonal inventories), inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu  pengiriman dan untuk menyediakan menyediakan persediaan pengamanan (safety stock). stock).

D. Tujuan Persediaan

Pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam

perusahaan

tersebut.

Beberapa

hal

yang

menyangkut

tujuan

menyelenggarakan persediaan bahan baku adalah: 1) Bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan proses produksi  perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per satu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang  pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam  beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan  baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk  proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam  perusahaan tersebut. 2) Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan  bahan baku yang dipesan belum dating, maka proses produksi dalam  perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan  baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah

5

tingginginya harga beli bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan membawa kerugian bagi perusahaan. 3) Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi  persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan yang semakin besar pula. Semakin besarnya  biaya ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, risiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persedi aan bahan  bakunya besar (Ahyari, 2003).

E. Pengendalian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku dan barang hasil  produksi dengan efektif dan efisien. Semakin tidak efisien pengendalian persediaan, semakin besar tingkat  persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahan. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dua aspek yaitu keluwesan dan tingkat persediaan dalam mengendalikan persediaan. Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan waktu yang tepat melakukan pesanan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan yang harus diadakan.

F. Tujuan Pengendalian Persediaan Persediaan

Assauri (2000) mengemukakan bawa pengawasan persediaan bahan baku  bertujuan untuk: 1) Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi 2) Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan tidak menjadi lebih besar pula.

6

3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.

G. Sistem Pengendalian Persediaan

Margaretha (2014) menjelaskan 4 sistem dalam pengendalian persediaan, yaitu: 1)  Red line method   Red line method   adalah pengendalian persediaan dengan cara menggambar suatu garis merah di sekeliling bagian dalam peti/kotak tempat penyimpanan  persediaan untuk menandai titik pemesanan ulang. 2) Two-bin method  Two-bin method  adalah   adalah pengendalian persediaan yang titik pemesanan ulang dicapai jika salah satu dari dua peti penyimpanan persediaan kosong. 3) Computerized inventory control system Computerized inventory control system adalah sistem pengendalian persediaan dengan menggunakan komputer untuk menentukan titik pemesanan ulang dan untuk mengatur keseimbangan persediaan. 4)  Just-in-time system  Just-in-time system adalah sistem pengendalian persediaan yang produsen mengkoordinasikan produksinya dengan pemasok sehingga bahan baku dan komponen-komponen komponen-komponen lain tiba dari pemasok tepat pada saat dibutuhkan dalam  proses produksi.

H. Keputusan dalam Manajemen Persediaan

Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan mendasar sebagai berikut: 1) Kapan melakukan pemesanan? 2) Berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan kembali?

7

Untuk menjawab pertanyaan kapan melakukan pemesanan, dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach) 2) Pengekatan tinjauan periodik (periodic review approach) 3)  Material requitment planning (MRP) Adapun biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima kategori, sebagai  berikut: a. Biaya pemesanan (ordering (ordering cost ) Biaya pemesanan (ordering cost)  cost)  merupakan biaya untuk melakukan  pemesanan dan menerima barang pesanan, tidak dipengaruhi oleh jumlah  persediaan rata-rata (biaya tetap). Ordering akan semakin kecil jika jumlah yang dipesan makin besar. -

Ket : O = Jumlah FC untuk setiap pemesanan

Total Ordering Cost : 

TOC =

    =   

 N = Frekuensi pemesanan /tahun /tahun T = Jumlah unit yg dijual /tahun Q = Kuantitas Pemesanan

 b. Biaya Penyimpanan (Carrying (Carrying cost ) Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost ( Cost of capital ). ). Carry cost meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak ( Cost of storage). storage). Biaya ini  berubah sesuai dengan nilai persediaan. Carrying cost   makin kecil jika  jumlah yang dipesan makin kecil. -

Total biaya penyimpanan : 

-

TCC = C . P . A

Persediaan Rata  –  rata  rata : 

A=Q/2 =(S/N)/2

Ket : Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan  N = Frekuensi Pemesanan C = Biaya Penyimpanan P = Harga beli per unit

c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost) Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika dibutuhkan untuk produksi atau ketika langganan memintanya. d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.

8

e. Biaya bahan atau barang itu sendiri Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh  supplier.

Tingkat Perputaran Persediaan

Persediaan barang sebagai pos utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus selalu mengalami  perubahan. Apabila perusahaan kurang tepat dalam menentukan jumlah investasi dalam persediaan, maka akan berakibat ganda dalam laporan keuangan, yaitu pada asset perusahaan dan pada profitabilitas. Adanya over investment  akan   akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya  penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan dan semuanya ini menentukan  profitabilitas. Sebaliknya adanya adanya under investment  mempunyai  mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena kekurangan raw material  perusahaan   perusahaan tidak akan bekerja dengan  full-capacity,  full-capacity, sehingga capital asset   dan direct labor   tidak dapat diberdayakan dengan seoptimal mungkin. Hal ini tentunya menyebabkan tingkat  profitabilitas tidak maksimal. Dengan demikian, salah satu pendekatan yang bias dipakai untuk mengetahui apakah jumlah investasi dalam persediaan termasuk dalam kategori over investment  atau under investment, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Inventory turnover =

      36 ℎ                  

2. Average days inventory = 3. Raw material turnover =

4. Work in process turnover =

Semakin tinggi turnover   persediaan suatu perusahaan, berarti semakin cepat  perputaran persediaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah turnover  persediaan,   persediaan,  berarti semakin lambat perputaran persediaan tersebut.

9

I. Model-model Model-model Tingkat Persediaan Optimal Stock) A) Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety stock  atau  atau disebut juga persediaan besi (iron stock) bermakna stock) bermakna persediaan minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Untuk menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan alanilisis statistic dengan melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangn yang sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya sehingga dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen  perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut agar dapat ditolelir. Jika persediaan pengaman terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung biaya penyimpanan terlalu mahal. Oleh keran itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya  safety stock secara tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya safety besarnya  safety stock  adalah  adalah : 1. 2. 3. 4.

Sulit/tidaknya bahan/barang tersebut diperoleh. Kebiasaan pemasok menyerahkan barang/bahan. Besar/kecilnya jumlah barang/bahan yang dibeli setiap saat. Sering/tidaknya mendapatkan pemesanan mendadak.

Untuk menaksir besarnya safety besarnya safety stock, dapat menggunakan rumus berikut ini: Safety stock = (Pemakaian Maksimum  –  Pemakaian  Pemakaian Rata-rata) Lead Rata-rata) Lead Time

B) Metode ABC

Merupakan pendekatan sederhana dalam manajemen persediaan dengan ide dasar adalah membagi persediaan menjadi tiga t iga atau lebih kelompok. Dibalik ide ini adalah bahwa perusahaan dapat menggunakan bahan baku yang relatif mahal (high tech) dan tech) dan beberapa bahan baku yang relatif murah juga. Misalnya kelompok A : tingkat persediaan dibiarkan rendah, C: karena bahan mentah relatif murah, maka tingkat persediaan tinggi, B: rata-rata. Sudana (2011) mengatakan bahwa klasifikasi ABC merupakan konsep untuk mengendalikan persediaan, yang mana persediaan barang yang mahal memerlukan  pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan persediaan yang murah. Pada umumnya, perusahaan memiliki jenis persediaan yang sangat beragam diti njau dari harga maupun kontribusinya terhadap penjualan. Tidak ada satu metode

10

manajemen persediaan pun yang diterapkan untuk semua jenis persediaan. Oleh karena itu, penerapan suatu metode manajemen persediaan terntentu perlu disesuaikan dengan jenis persediaannya. Agar manajemen persediaan dapat dilakukan dengan tepat, persediaan tersebut perlu dikelompokkan berdasarkan harga

dan

kontribusinya

terhadap

penjualan.

Salah

satu

cara

untuk

mengelompokkan persediaan dikenal dengan nama klasifikasi ABC. Prinsip manajemen persediaan menerapkan klasifikasi ABC adalah semua  persediaan harus bias dimasukkan ke dalam salah satu kelompok persediaan, yaitu: a) Kelompok A, merupakan persediaan yang harga per satuannya tinggi dan kontribusi terhadap penjualan juga tinggi.  b) Kelompok B, merupakan persediaan yang harganya lebih rendah dari kelompok A dan kontribusi terhadap penjualan sedang. c) Kelompok C, merupakan persediaan yang harganya rendah dan kontribusinya terhadap penjualan juga rendah.

Grafik di atas menunjukkan bahwa sekitar 15% komponen persediaan yang termasuk kelompok A nilainya mencapai 70% dari nilai total persediaan, 30% komponen persediaan berikutnya adalah termasuk dalam kelompok B yang nilainya mencapai 20% dari nilai total persediaan, persedia an, dan lebih dari 55% komponen persediaan termasuk dalam kelompok C dengan nilai hanya 10% dari nilai total persediaan. Berdasarkan pengelompokan tersebut, ada sebagian kecil kelompok  persediaan yang nilainya merupakan sebagian besar dari nilai total persediaan, dan sangat beralasan bagi perusahaan untuk melakukan pengendalian lebih ketat atas  persediaan tersebut. Untuk pengendalian kelompok A, perusahaan dapat

11

menggunakan metode  fixed order quantity, quantity, yaitu model EOQ. Dengan menggunakan model EOQ, perusahaan dapat mempertahankan jumlah persediaan yang paling ekonomis, sehingga menghindari investasi dalam persediaan yang terlalu besar nilainya. Persediaan yang termasuk dalam kelompok C dapat dikendalikan dengan menggunakan metode fixed metode fixed period order . Perusahaan dapat melakukan pemesanan misalnya setiap semester atau sekali setahun, jumlah yang dipesan tergantung  pemakaian. Jika pemakaian dalam satu semester meningkat, maka jumlah yang dipesan juga akan bertambah banyak dan sebaliknya. Contohnya seperti pengadaan  berbagai macam mur atau baut pada sebuah bengkel. bengkel. Persediaan yang termasuk dalam kelompok B merupakan komponen  perusahaan yang memiliki karakteristik antara kelompok A dan C. untuk  pengendalian persediaan yang termasuk dalam kelompok B, perusahaan dapat menggunakan kombinasi antara  fixed order quantity dan  fixed periode order , tergantun apakah karakteristik persediaan mendekati kelompok A atau C. Dalam penerapan klasifikasi ABC, perlakuan pengendalian persediaan untuk masing-masing kelompok berbeda-beda. Oleh karena itu dalam melakukan klasifikasi persediaan diperlukan informasi yang cukup dan akurat, agar tidak terjadi kesalahan. Kesalahan dalam klasifikasi akan berakibat kesalahan pula dalam  perlakuan masing-masing kelompok persediaan, sehingga persediaan tidak dapat dijalankan secara efektif dan efisien.

C) Mengelola Persediaan dengan Menggunakan Turunan Permintaan Permintaan

Model ini digunakan untuk mengelola persediaan yang menggunakan turunan permintaan, artinya permintaan untuk jenis persediaan tergantung pada kebutuhan akan jenis persediaan lainnya. Sebagai contoh : permintaan produk jadi tergantung pada permintaan  pelanggan, program pemasaran dan faktor lain yang mempengaruhi penjualan. Sehingga permintaan persedian bahan mentah akan ditentukan oleh jumlah produk  jadi yang direncanakan (sangat erat kaitannya antara sales antara  sales dan inventory). inventory). Terkait

12

dengan masalah ini, maka perlu dibahas mengetai  Material Requirement Planning (MRP) dan Just dan Just in Time (JIT). (JIT). a) MRP Adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk menentukan tingkat  persediaan untuk permintaan yang tergantung jenis persediaannya seperti raw material  atau   atau work in process. process. Ide dasarnya adalah ketika tingkat persediaan barang jadi ditentukan maka dapat ditentukan berapa tingkat persediaan barang setengah jadi yang harus disediakan juga agar kebutuhan barang jadi dapat terpenuhi. Dari sini dapat pula ditentukan  berapa persediaan bahan mentah yang harus dimiliki dimiliki perusahaan.  b) JIT Sering disebut kanban sistem adalah pendekatan modern untuk mengelola persediaan yang dipengaruhi besarnya permintaan barang  jadi yang dapat meminimumkan persediaan perusahaan. Hasil dari JIT adalah bahwa persediaan akan dipesan secara periodic dan lebih sering Pendekatan JIT dipelopori oleh Toyota di Jepang. Toyota menjaga persediaan suku cadang seminimum mungkin dengan hanya memesan persediaan sesuai kebutuhan. Maka pengiriman suku cadang ke pabrik dilakukan sepanjang hari dengan interval sependek 1 jam. Toyota mampu sukses beroperasi dengan persediaan yang rendah semacam itu karena Toyota telah menentapkan rencana untuk menjami  pemogokan, kemacetan lalu lintas, atau bahaya lain yang tidak akan menghentikan aliran suku cadang dan menghambat produksi. Banyak  perusahaan di Amerika Serikat Seri kat belajar dari contoh Toyota. Tiga Ti ga puluh tahun yang lalu Ford selalu memutar persediaannya sebanyak 5 kali dalam setahun, sekarang mereka memutarnya lebih dari 20 kali. Perusahaan juga menemukan bahwa mereka dapat mengurangi  persediaan barang jadi mereka dengan memproduksi barang sesuai dengan pesanan. Misalnya, Dell Computer menemukan bahwa mereka tidak

perlu

sejumlah

stok

barang

jadi.

Pelanggannya

dapat

menggunakan internet untuk menentukan fitur apa yang mereka

13

inginkan untuk  personal computer (PC) mereka. (PC) mereka. Komputer kemudian dirangkai sesuai dengan pesanan dan dikirimkan kepada pelanggan. Tujuan dasar metode JIT adalah untuk menghasilkan atau menerima item yang diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu, atau dengan perkataan lain mengurangi persediaan yang menghasilkan kualitas produk dan flesibilitas yang berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam sistem JIT semua jenis persediaan akan dikurangi sampai  batas minimum (jika memungkinkan sampai pada titik tidak ada  persediaan sama sekali), namun walaupun persediaan barang atau bahan tidak dapat dikurangi sampai titik nol, harus dilakukan secara ketat, sehingga persediaan dapat diminimalkan seminimal mungkin. Hasil  pengurangan biaya biaya persediaan merupakan hasil paling nyata dari sistem JIT, sehingga memberikan hasil perbaikan dalam produktivitas, kualitas  produk, dan fleksibilitas. Proses produksi yang menggunakan pengawasan persediaan JIT idealnya adalah: a) Membutuhkan sistem informasi perediaan dan produksi yang tepat.  b) Pembelian dengan efisiensi tinggi. c) Pemasok yang dapat diandalkan. d) Sistem pengelolaan yang efisien. Perbedaan EOQ dengan JIT terletak pada jumlah persediaan yang  paling minimal yang yang harus disediakan. disediakan. Dalam sistem JIT persediaan akan dikurangi sampai titik minimum yang mendekati nol. Disamping itu, dalam sistem JIT tidak dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat tetap. Mereka yang mendukung pendekatan JIT berpendapat bahwa persediaan yang

banyak

tidak

akan

memecahkan

masalah,

tetapi

hanya

menyamarkan atau menutupi masalah. Kebanyakan dari pengentian  produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin, kerusakan bahan, dan ketidaksertaan bahan baku, sehingga memiliki  persediaan merupakan salah satu solusi tradisional atas semua maslah

14

tersebut. Namun, JIT dapat memecahkan ketiga masalah mas alah tersebut dengan menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu total serta membina hubungan baik dengan pemasok. Untuk menghitung JIT dapat menggunakan rumus : X1 =

+1+ .  −1

Ket : X 1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu. I = Laba Sebelum Pajak (EBT) F1 = Total Biaya Tetap X2 = Jumlah kualitas non unit V2 = Biaya Variabel Non Unit V1 = Biaya Variabel Per Unit P = Harga Jual Per Unit

Order Quanti ty)  D) Metode EOQ (Economic Order

EOQ berarti jumlah unit barang/bahan yang harus dipesan setiap kali mengadakan pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan  persediaan minimal. EOQ juga bermakna jumlah unit pembelian yang paling optimal. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang barang yang dibeli, sedangkan ELS (economic lot size) digunakan size) digunakan untuk barang barang yang diproduksi diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya pemesanan (ordering cost)  cost)  meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirim ke pabrik dan biaya  penyiapan mesin-mesin (setup cost) yang cost) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Metode EOQ digunakan untuk menentukan kualitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pesanan cost) pesanan persediaan (Handoko, 2000) Menurut Husnan (2006), model  Economic Order Quantity  Quantity  adalah model yang sering dibicarakan dalam berbagai buku teks. Model ini mendasarkan  pemikiran yang sama dengan waktu kita membicarakan model persediaan pada  pengelolaan kas. Pemikirannya adalah: a) Jika perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar, untuk jumlah kebutuhan yang sama daam satu periode, berarti perusahaan tidak perlu

15

melakukan pembelian terlalu sering. Jadi mengemat biaya pembelian (pemesanan).  b)  Namun apabila perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bias menghemat pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam  jumlah yang besar pula. Hal ini berarti, menanggung biaya penyimpanan terlalu tinggi. c) Karena itu, perlu dicari jumlah yang membuat biaya persediaan terkecil. Biaya persediaan adalah biaya persediaan ditambah biaya pesanan. Sudana (2011) mengemukakan bahwa dalam model EOQ biaya persedi aan yang dipertimbangkan adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya  penyimpanan persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya  persediaan sama dengan total biaya penyimpanan persediaan ditambah dengan total  biaya pemesanan persediaan. Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2)+F(S/Q) TC = C x P(Q/2) + FSQ

Jika persamaan tersebut dideferensial terhadap Q dan hasilnya sama dengan nol, maka akan diperileh Q yang optimal, yaitu jumlah pesanan dengantotal biaya yang minimal atau dikenal dengan EOQ. EOQ dapat dihitung menggunakan formula:

2 =  2

Ket : D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu S = Biaya Pesanan C = Biaya Penyimpanan per unit per tahun

Kebaikan EOQ: a) Menyeimbangkan biaya persiapan, biaya pemesanan dan biaya  penyimpanan yang memaksimukan laba atau meminimumkan biaya.  b) Saat biaya persiapan tinggi jadi lebih baik buat produk dengan jumlah  besar. c) Sangat baik saat mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian. EOQ adalah model yang meminimumkan Total Inventory Cost (TIC) atau (TIC)  atau total  biaya persediaan persediaan dan untuk menyederhanakan menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan pesanan

16

 barang yang optimal. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan tersebut, dalam model EOQ diperlukan asumsi. Asumsi dari model EOQ ini adalah: 1) Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering cost dan carrying cost . 2) Pesanan untuk mengganti persediaan barang yang dijual selalu dating pada awal bulan. 3) Untuk sementara stock sementara stock out tidak diperbolehkan. 4) Permintaan barang dapat diketahui dengan tingkat pemakaian atau  pengeluaran tetap. Berdasarkan asumsi tersebut, masalah biaya atas persediaan barang akan ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan, biaya  pemeliharaaan dan biaya penyimpanannya. penyimpanannya. Banyaknya Banyaknya barang yang dipesan antara satu pesanan dengan pesanan lain akan sama, dan ditentukan oleh model. Sedangkan pemakaian atau permintaan barang yang bersifat tetap, menyebabkan  pola tingkat persediaan menyerupai gigi gergaji. Perilaku ordering cost   dan carrying cost  ini   ini dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

Besarnya carrying cost  adalah  adalah rata-rata tingkat persediaan barang dikalikan dengan biaya pemeliharaan dan penyimpanan per unit barang dalam setahun. Sedangkan besarnya ordering cost   per tahun adalah pesanan dalam setahun dikalikan dengan biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang. Sehingga total  biaya persediaan barang pertahun adalah jumlah dari carrying cost dan ordering cost . Model yang diterapkan berikut ini dapat dilaksanakan apabila kebutuhankebutuhan permintaan pada masa yang akan dating memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil.

17

Apabila jumlah persediaan telah diketahu, dapat diasumsikan bahwa jumlah  permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. Berdasarkan asumsi ini dapat dihitung dengan mudah reorder point . Mempertajam pengertian dan analisis EOQ diberikan contoh kasus sebagai  berikut: Perusahaan Perusahaan ABC ABC akan melakukan pemesanan material sebanyak 1.200 unit dengan harga Rp. 1.000 per unit. Total biaya pemesanan s ebesar Rp. 15.000 untuk setiap kali pemesanan. Biaya penyimpanan diketahui sebesar 40% dari harga beli.

=  =      15.,41.1. =

 = 300 unit

Untuk membuktikan bahwa persediaan barang pada tingkat economic orde quantity ini quantity ini total biayanya paling minimum, dapat ditunjukkan dengan analisis pada tabel berikut ini: Tabel Analisis EOQ Frekuensi pembelian (1) Berapa bulan sekali  pesanan dilakukan dilakukan (2) (2) Jumlah unit setiap kali  pemesanan  pemesanan (3)  Nilai inventory (4) inventory (4) = Rp. 1000 (3)  Nilai inventory rata-rata (5) = (4)/2 Penyimpanan setahun (5) = 40% x (5) Pesanan setahun (7) = (1) x Rp. 15000 Total biaya seluruhnya (8) = (6) + (7)

1x

2x

3x

4x

6x

10 x

12 x

12

6

4

3

2

1,2

1

1.200

600

400

300

200

120

100

Rp. 1.200.000

600.000

400.000

300.000

200.000

180.000

100.000

600.000

300.000

200.000

150.000

100.000

90.000

50.000

240.000

120.000

80.000

60.000

40.000 4 0.000

36.000

20.000

15.000

30.000

45.000

60.000

90.000

150.000

180.000

255.000

150.000

125.000

120.000

130.000

186.000

200.000

Sumber : Margaretha (2014 : 158) Hubungan antara Biaya Pesanan, Biaya Penyimpanan Pen yimpanan dan Jumlah biaya seluruhnya dalam satu periode

18

Sumber : Margaretha (2014:158) Tabel analisis EOQ menunjukkan bahwa tingkat pesanan materi al sebanyak 1.200 atau dengan sekali pesan memiliki biaya terbesar. Tingkat pesanan 300 adalah pesanan yang memiliki biaya terkecil. Persediaan material sebesar 300 unit ini adlah persediaan paling minimum atau pada tingkat economic order quantity. quantity . E) Reorder Reorder Poin t (ROP) 

Untuk melengkapi uraian mengenai safety mengenai safety stock dan economic order quantity  perlu diuraikan mengenai reorde point. Reorde pont adalah saat/titik dimana  pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan. ROP juga dapat digunakan untuk menentukan waktu tunggu yang optimal apabila jangka waktu antara pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan ke dalam perusahaan cenderung berubah-ubah, sehingga risiko perusahaan dapat ditekan seminimal mungkin. Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah  pesanan akan diterima dengan segera jika tingkat persediaan bahan di dalam  perusahaan dalam titik nol. Bagaimanapun waktu antara penempatan dan  penerimaan pesanan disebut dengan waktu tunggu (lead time). Margaretha time). Margaretha (2014) memperjelas pengerian lead time  time  yaitu waktu yang diperlukan sejak dimulainya  pelaksanan usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang/bahan sampai  barang/nahan tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang gudang perusahaan. Dalam penentuan waktu dikenal dua macam biaya, yaitu:

19

1. Biaya penyimpanan tambahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena adanya surplus adanya surplus bahan  bahan baku. 2. Biaya kekurangan bahan, yaitu biaya yang harus di bayar karena kekurangan  bahan untuk keperluan proses produksi produksi (biaya (biaya untuk untuk bahan bahan baku baku pengganti). Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan  baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi reorder point  adalah:  adalah: 1. Lead time 2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu. 3. Persediaan pengaman (safety stock) Berdasarkan ketiga faktor tersebut maka reorder point  dapat  dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:

  =  = (  )  

Ket : LD = Lead Time

AU = Average usage = pemakaian rata-rata SS = Safety Stock

Perhitugan ROP ini mengikutsertakan hasil perhitungan safety perhitungan  safety stock  stoc k  untuk  untuk mengantisipasi ketidakpastian dari titik pemesanan kembali. Hal ini untuk meminimalisasikan kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan sehingga titik  pemesanan kembali mengakumulasi jumlah persediaan pengaman sebagai  persediaan ekstra yang akan disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan. Mempertajam pemahaman ROP diberikan ilustrasi. Sebuah perusahaan nasional membutuhkan persediaan sebanyak 3.600 unit setiap tahun. Bahan baku tersebut diperoleh secara impor dengan harga USD30 perunit. Biaya penyimpanan 25% pertahun dari harga beli persediaan. Biaya pemesanan variabel sebesar USD125 per pesanan. Berdasarkan informasi tersebut, besarnya jumlah pesanan ekonomis adalah: EOQ

= =

()  ()   ($153.15 6) √ 90.90.000

= = 300 unit per pesanan Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/EOQ atau 3.600/300 = 12 kali. Jika satu tahun 360 hari, maka pemesanan dilakukan setiap 30 hari (360/12). Jika perusahaan membutuhkan waktu delapan hari (lead time) untuk melakukan pesanan sampai persediaan yang dipesan diterima di perusahaan, dan agar perusahaan tidak kehabisan persediaan, maka perusahaan sudah harus melakukan pemesanan kembali (reorder)  (reorder)  ketika jumlah persediaan mencapai 80

20

unit, dengan perkataan lain reorder point = lead time x pemakaian persediaan  perhari  ROP

= LD x AU = 8 x 300/30 = 80 unit Contoh tersebut dalam kondisi yang bersifat pasti, ketika pesanan datang,  jumlah pesanan adalah sama dengan jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ),  pemesanan harus dilakukan sebelum persediaan habis, karena perusahaan harus selalu memiliki persediaan untuk memperkecil risiko kehabisan persediaan, dan dibutuhkan waktu untuk melakukan pemesanan sampai barang yang dipesan tiba di  perusahaan. Dengan asumsi bahwa jangka waktu pemesanan (lead time)  time)  dan  pemakaian persediaan adalah pasti, maka pesanan persediaan akan datang tepat ketika jumla persediaan adalah habis atau nol. Gambar EOQ dengan ROP

21

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Manajemen

persediaan

sangat

penting

dalam

sebuah

perusahaan.

Merencanakan jumlah persediaan untuk di simpan di gudang hingga melakukan  pengontrolan terhadap barang persediaan yang akan digunakan harus dapat di atur dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Salah satu alasan perusahaan agar memiliki persediaan adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman. Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: Persediaan tersebut merupakan milik perusahan dam Persediaan tersebut siap dijual kepada  para konsumen. Pengendalian persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan karena  jika persediaan terlalu banyak maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan pun pun akan meningkat dan resiko kerusakan pun akan meningkat sehingga menyebabkan kualitas barang akan menurun. Dan jika jumlah persediaan terlalu sedikit maka akan menyebabkan proses produksi dapat terganggu dan pesanan tidak daapat terpenuhi. Untuk mengendalikanv tingkat persediaan sampai pada tingkat optimal, dapat digunakan berbagai model diantaranya : Persediaan Pengaman (Safety Stock), Stock), Metode ABC, Just ABC, Just In Time, Time, Metode EOQ (Economic Order Quantity), Quantity), dan Reorder dan Reorder  Point  (ROP).  (ROP).

22

DAFTAR PUSTAKA

Arman Hakim, Nasution. 2003. Per  , Edisi Per encanan dan Pengendali Pengendali an Pr oduksi  Pertama, Guna Widya, Surabaya. Assauri, 2000. Manajemen Produksi dan Operasi   , Edisi Keempat. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Per encanaan Siste Sistem  m  Ahyari, Agus. 2003. M anaj emen Produksi & Per . Produksi Buku I. BPFE. Yogyakarta.

Handoko, Hani T. 2000. M anaj emen Produk si dan Oper Oper asi  as , i  Edisi Kedua. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. I Made, Sudana. 2011.  Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek . Erlangga. Jakarta. Margaretha, Farah. 2014. Dasar , PT. Dian Rakyat, Dasar -dasar -dasar M anaj emen men K euan gan  Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2004.  Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.  _______. 2007.  Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis  Kasus Integrated  Marketing Communciation Communciation  PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.  ,

 Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006.  Dasar-Dasar Edisi 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

23

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF