Manajemen keperawatan

February 24, 2018 | Author: Sheila Ridhawaty | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

manajemen...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan di tataran pelayanan di Rumah Sakit, 40% - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan eperawatan (Gillies, 1994). Perawat sebagai profesi yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain. manajemen, guna tercapainya pelayanan keperawatan berkwalitas. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah mendapat perhatian secara menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayanan di Rumah Sakit dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut haruslah dapat dikelola secara efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya manajemen keperawatan Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategis dan operasional), implementasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota

staf

keperawatan

untuk

memberikan

asuhan

keperawatan

secara

professional. Untuk menjalankan fungsi manajemen agar berhasil secara optimum seorang manajer keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses yang meliputi 4 fungsi utama dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol. 1.2

Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam pembuatan makalah ini, meliputi: A. Konsep Manajemen B. Konsep Analisa SWOT C. Konsep MPKP

1.3

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini, meliputi: A. Bagaimana konsep manajemen B. Bagaimana konsep Analisa SWOT C. Konsep MPKP

1

1.4

Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa mampu dan memahami: A. Konsep Manajemen B. Konsep Analisa SWOT C. Konsep MPKP

1.5

Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari empat BAB, yaitu: BAB I Pendahuluan, BAB II Tinjauan Kasus, BAB III Pembahasan, BAB IV Penutup.

2

BAB II TINJAUAN KASUS 2.1

Skenario Kasus Kajian Situasi Unit Sebuah ruang perawatan penyakit dalam bedah (medikal bedah) rumah sakit tipe B dipimpin oleh seorang kepala ruangan berlatar belakang pendidikan ners. Metode penugasan yang ditetapkan pada ruang tersebut adalah MPKP pemula. Selama proses pelaksanaan tugas, kepala ruangan cenderung berkomunikasitop down/ memerintah, sementara hasil kajian dimensi tugas di ruang tersebut kategori tinggi dan dimensi pertimbangan pada kategori tinggi pula. Bawahan baik perawat primer maupun perawat pelaksana jarang dilibatkan untuk mendiskusikan masalah yang terjadi di ruangan tersebut. Tipe gaya kepemimpinan cenderung otoriter. Ruangan ini merawat pasien-pasien kelas III, memiliki 80 tempat tidur dengan tingkat hunian sebesar 95%. Berdasarkan hasil survey sebelumnya diketahui rata-rata jam perawatan di ruangan tersebut adalah 4,5 jam/hari. Berdasarkan klasifikasi pasien yang dirawat diketahui rata-rata ada 10 pasien total care, 45 pasien partial care, dan 15 pasien minimal care. Jumlah tenaga perawat pelaksana termasuk perawat primer adalah 24 orang terbagi 2 tim. Komposisi tenaga keperawatan adalah kepala ruangan ners, dua ketua tim berpendidikan D3 keperawatan, sementara perawat pelaksananya 80% D3 keperawatan dan 20% lulusan SPK. Usia rata-rata perawat adalah 32 tahun dengan usia teruda 25 tahun dan tertua 51 tahun. Hasil kajian mahasiswa profesi yang pernah praktek di ruangan tersebut ditemukan kepatuhan perawat pada SOP tindakan 90%, pelaksanaan supervisi keperawatan 85% baik, timbang terima sesuai SOP, ronde keperawatan dilakukan satu bulan satu kali. Pengetahuan perawat tentang metode MPKP 60% baik. Sudah terdapat leaflet 10 besar penyakit, 10 besar diagnosa keperawatan. Dokumentasi askep menggunakan check list dengan pencapaian 70%. Kelengkapan alat 75% sesuai standar depkes. Diagram struktur organisasi tidak sesuai dengan model MPKP, petunjuk arah dan denah sudah ada. Rumah sakit mendapat pendanaan APBD dan APBN untuk penyediaan gaji, sarana prasarana dan dana pengembangan karyawan. 5 km sebelah utara terdapat rumah sakit swasta dengan tingkat hunian 75%.

3

2.2

Metode Seven Jump (metode 7 langkah) A. Langkah 1: kata-kata yang belum dimengerti 1. MPKP 2. APBD 3. APBN 4. Check list 5. Man 6. Methode 7. Material 8. Money 9. Marketing 10. Otoriter 11. Total Care 12. Partial Care 13. Minimal Care 14. Ronde keperawatan 15. Supervisi 16. Timbang Terima 17. Strenght 18. Weakness 19. Opportunity 20. Threat Mendefinisikan kata-kata yang tidak dimengerti 1. Model Praktik Keperawatan Profesional, suatu sistem yang mengatur perawat profesional dalam memberikan suatu asuhan keperawatan. 2. Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah 3. Anggaran Pengeluaran Belanja Negara 4. Alat obsevasi yang ditujukan untuk memperoleh data, berbentuk daftar berisi faktor-faktor berikut subjek yang ingin diamati observer, dimana observer dalam pelaksanaan observasi di lapangan tinggal memberi tanda checklist faktor-faktorsesuai perilaku subjek yang muncul dilembar obsevasi sehingga memungkinkan observer dapat melakukan tugasnya secara cepat dan objektif, sebab observer sudah “membatasi diri” pada ada idaknya aspek perbuatan subjek sebagai mana telahdicantumkan di dalam list. 5. Sumber daya manusia, perawat, dokter, dll 6. Suatu operasi berupa fungsi-fungsi yang dapat dikerjakan dalam suatu subjek. 4

7. Suatu fasilitas yang akan digunakan dalam sistem (alat dan bahan sesuai SOP). 8. Sumber dana suatu organisasi. 9. Pengelolaan suatu organisasi agar sistem berjalan lancar. 10. Kekuasaan/sewenang-wenang, gaya kepemimpinan yang bertindak sendiri, mengambil keputusan sendiri, tidak melibatkan anggota lain dalam mengambil keputusan. 11. Membutuhkan

bantuan

perawatan

penuh,

untuk

memenuhi

seluruh

kebutuhannya. 12. Membutuhkan bantuan perawatan sebagian, untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. 13. Membutuhkan bantuan perawatan minimal, untuk memenuhi kebutuhannya. 14. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat. 15. – proses dimana seorang pemimpin ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan/kebijakan yang telah ditentukan -

Suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.

16. Merupakan tekhnik atau cara untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. 17. Situasi atau kondisi yang menetapkan suatu kekuatan dari organisasi. 18. Situasi

atau

kondisi

yang

menetapkan

suatu

kelemahan

dari

organisasi/program saat ini. 19. Peluang yang dapat diraih agar program studi dapat tumbuh dan berkembang dan mampu mengalahkan pesaing-pesaingnya. 20. Situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang akan datang dari luar organisasi yang akan datangdari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa yang akan datang. B. Langkah 2: membuat pertanyaan sesuai kasus 1. Kelompokkan data dalam 5 dimensi kajian yaitu man, methode, material, money, dan marketing 2. Kelompokkan masing-masing data dalam strenght, weakness, opportunity, dan threat

5

C. Langkah 3: menjawab pertanyaan 1. MAN  Kepala ruangan ners  Ketua tim berpendidikan D3 keperawatan  Perawat pelaksana 80% D3 keperawatan  20% lulusan SPK  Usia rata-rata perawat adalah 32 tahun dengan usia termuda 25 tahun dan tertua 51 tahun  Gillis axbxcxd (d-e x f) a = rata-rata jumlah perawatan perhari b =jumlah tempat tidur c = BOR d = jumlah hari dalam 1 tahun e = jumlah hari off dalam 1 tahun f = jam kerja tiap shift (7jam) 4,5 x 80 x 0.95 x 365 = 124830 =61,28 (365-74 x 7)

62

2037

 PPNI Hasil rumus Gills + Risk = 62 x 25 =16 100 = 16 + 62 = 78  Douglass Pagi: (15x0,17)+(45x0,27)+(10x0,36) = 18,3 Siang: (15x0,14)+(45x0,15)+(10x0,30) = 11,85 Malam:(15x0,07)+(45x0,10)+(10x0,20) = 16,55 18,3 + 11,85 +16,55 =46,7

47

METHODE  Kepatuhan perawat pada SOP tindakan 90%  Pelaksanaan supervisi keperawatan 85%  Timbang terima sudah sesuai SOP  Ronde keperawatan dilakukan satu bulan sekali  Dokumentasi askep menggunakan checklist dengan pencapaian 70% 6

 Pengetahuan perawat tentang metode MPKP 60% baik  Gaya kepemimpnan otoriter MATERIAL  Kelengkapan alat 75% sesuai standar depkes.  Struktur organisasi tidak sesuai MPKP. MARKETING  Petunjuk arah dan denah sudah ada  Sudah terdapat leaflet 10 besar penyakit, 10 besar diagnosa keperawatan 2. STRENGHT  Man a.

Kepala ruangan ners

b.

Ketua tim berpendidikan D3 keperawatan

c.

Perawat pelaksana 80% D3 keperawatan

d.

Rata-rata usia perawat 32 tahun

 Methode a.

Kepatuhan perawat pada SOP tindakan 90%

b.

Pelaksanaan supervisi keperawatan 85%

c.

Timbang terima sudah sesuai SOP

d.

Ronde keperawatan dilakukan satu bulan sekali

 Material  Money a. Rumah sakit mendapat pendanaan APBD dan APBN untuk penyediaan gaji, sarana prasarana dan dana pengembangan karyawan.  Marketing a. Petunjuk arah dan denah sudah ada b. Sudah terdapat leaflet 10 besar penyakit, 10 besar diagnosa keperawatan. WEAKNESS  Man a. 20% lulusan SPK b. Usia tertua 51 tahun c. Kekurangan SDM 23 orang perawat 7

 Methode a.

Dokumentasi askep menggunakan checklist dengan pencapaian 70%

b.

Pengetahuan perawat tentang MPKP 60%

c.

Gaya kepemimpinan otoriter

d.

Diagram struktur organisasi tidak sesuai model MPKP

e.

Bawahan baik perawat primer maupun perawat pelaksana jarang dilibatkan untuk mendiskusikan masalah yang terjadi di ruangan tersebut.

 Material a. Struktur organisasi tidak sesuai b. Kelengkapan alat 75% sesuai standar depkes.  Money: tidak ada  Marketing: tidak ada OPPORTUNITY  Man a. Tingkat hunian sebesar 95%  Material: tidak ada  Money a.

Rumah sakit mendapat pendanaan APBD dan APBN untuk penyediaan gaji, sarana prasarana dan dana pengembangan karyawan.

THREAT  5 km sebelah utaraterdapat rumah sakit swasta yang tingkat huniannya 75%. D. Langkah 4: membuat skema (tidak ada) E. Langkah 5: membuat tujuan 1. Mahasiswa mampu dan memahami tentang konsep manajemen keperawatan. 2. Mahasiswa mampu dan memahami tentang konsep SWOT. 3. Mahasiswa mampu dan memahami tentang konsep MPKP.

8

BAB III PEMBAHASAN 3.1

Konsep Manajemen A. Pengertian manajemen Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya: Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) mengartikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Gulick dalam Wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Schein (2008: 2) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutnya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat. Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsifungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah

9

kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen terdiri dari berbagai unsur, yakni man, money, method, machine, market, material dan information. 1.

Man : Sumber daya manusia;

2.

Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

3.

Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan;

4.

Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi;

5.

Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan;

6.

Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi;

7.

Information : Hal-hal yang dapat membantu untuk mencapai tujuan.

B. Fungsi-fungsi manajerial Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni

planning

(perencanaan),

organizing

(pengorganisasian),

actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) : 1. Planning (Perencanaan) Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatifalternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. a) Proses Perencanaan Proses perencanaan berisi langkah-langkah:  Menentukan tujuan perencanaan;  Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;  Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;  Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan  Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya. b)

Elemen Perencanaan Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana (plan). 

Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran

10

memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. 

Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaanya.

c)

Unsur-unsur Perencanaan Suatu perencanaan yang baik harus menjawab enam pertanyaan yang tercakup dalam unsur-unsur perencanaan yaitu:  Tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi segala sesuatu yang akan dilakukan  Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, yaitu merumuskan faktor-faktor penyebab dalam melakukan tindakan  Tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau lokasi;  Kapan

tindakan

tersebut

dilakukan,

yaitu

menentukan

waktu

pelaksanaan tindakan  Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, yaitu menentukan pelaku yang akan melakukan tindakan; dan  Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu menentukan metode pelaksanaan tindakan. d)

Klasifikasi perencanaan Rencana-rencana dapat diklasifikasikan menjadi:  Rencana pengembangan. Rencana-rencana tersebut menunjukkan arah (secara grafis) tujuan dari lembaga atau perusahaan;  Rencana laba. Jenis rencana ini biasanya difokuskan kepada laba per produk atau sekelompok produk yang diarahkan oleh manajer. Maka seluruh rencana berusaha menekan pengeluaran supaya dapat mencapai laba secara maksimal;  Rencana pemakai. Rencana tersebut dapat menjawab pertanyaan sekitar cara memasarkan suatu produk tertentu atau memasuki pasaran dengan cara yang lebih baik; dan  Rencana anggota-anggota manajemen. Rencana yang dirumuskan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan anggotaanggota manajemen menjadi lebih unggul (Terry, 1993: 60).

11

e)

Tipe-tipe Perencanaan Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut:  Perencanaan jangka panjang (Short Range Plans), jangka waktu 5 tahun atau lebih  Perencanaan jangka pendek (Long Range Plans), jangka waktu 1 s/d 2 tahun  Perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan menentukan komprehensif yang telah diarahkan  Perencanaan operasional, kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut  Perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi berulang kali (terus-menerus)  Perencanaan sekali pakai, digunakan hanya sekali untuk situasi yang unik.

f)

Dasar-dasar Perencanaan yang Baik Dasar-dasar perencanaan yang baik meliputi:  Forecasting, proses pembuatan asumsi-asumsi tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang  Penggunaan skenario, meliputi penentuan beberapa alternatif skenario masa yang akan datang atau peristiwa yang mungkin terjadi  Benchmarking, perbandingan eksternal untuk mengevaluasi secara lebih baik suatu arus kinerja dan menentukan kemungkinan tindakan yang dilakukan untuk masa yang akan datang  Partisipan dan keterlibatan, perencanaan semua orang yang mungkin akan mempengaruhi hasil dari perencanaan dan atau akan membantu mengimplementasikan perencanaan perencanaan tersebut dan  Penggunaan staf perencana, bertanggung jawab dalam mengarahkan dan mengkoordinasi sistem perencanaan untuk organisasi secara keseluruhan atau untuk salah satu komponen perencanaan yang utama.

g)

Tujuan Perencanaan  Untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non-manajerial  Untuk mengurangi ketidakpastian  Untuk meminimalisasi pemborosan; dan 12

 Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya. h)

Sifat Rencana yang Baik Rencana dikatakan baik jika memiliki sifat sifat-sifat sebagai berikut:  Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas;  fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya  stabilitas, setiap rencana tidak setiap kali mengalami perubahan, sehingga harus dijaga stabilitasnya;  ada dalam pertimbangan; dan  meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.

C. Organizing (Pengorganisasian) Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82). Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumbersumber

yang

diperlukan,

termasuk

manusia,

sehingga

pekerjaan

yang

dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. a) Ciri-ciri Organisasi Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut:  mempunyai tujuan dan sasaran;  mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati  adanya kerjasama dari sekelompok orang; dan  mempunyai koordinasi tugas dan wewenang. b)

Komponen-komponen Organisasi Ada empat komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan kata “WERE” (Work, Employees, Relationship dan Environment).  Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan berasal dari sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.  Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan bagian tertentu dari seluruh pekerjaan.  Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam organisasi. Hubungan antara pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antara satu pegawai dengan pegawai lainnya dan unit kerja lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal yang peka. 13

 Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang mencakup sarana fisik dan sasaran umum di dalam lingkungan dimana para pegawai melaksanakan tugas-tugas mereka, lokasi, mesin, alat tulis kantor, dan sikap mental yang merupakan faktor-faktor yang membentuk lingkungan. c)

Tujuan organisasi Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk dicapai pada waktu yang akan dating melalui kegiatan-kegiatan organisasi (Handoko, 1995: 109).

d)

Prinsip-prinsip organisasi Williams (1965: 85) mengemukakan pendapat bahwa prinsipprinsip organisasi meliputi :  Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas  Prinsip skala hirarki  Prinsip kesatuan perintah  Prinsip pendelegasian wewenang  Prinsip pertanggungjawaban  Prinsip pembagian pekerjaan  Prinsip rentang pengendalian  Prinsip fungsional  Prinsip pemisahan  Prinsip keseimbangan  Prinsip fleksibilitas  Prinsip kepemimpinan.

e)

Manfaat pengorganisasian Pengorganisasian bermanfaat sebagai berikut:  Dapat lebih mempertegas hubungan antara anggota satu dengan yang lain  Setiap anggota dapat mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab  Setiap anggota organisasi dapat mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisinya dalam struktur organisasi  Dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam organisasi secara tegas, sehingga setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang  Akan tercipta pola hubungan yang baik antar anggota organisasi, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan dengan mudah. 14

D. Actuating (Pelaksanaan) Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62). E. Controlling (Pengawasan) Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. a) Tahap-tahap Pengawasan Tahap-tahap pengawasan terdiri atas:  Penentuan standar;  Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;  Pengukuran pelaksanaan kegiatan;  Pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa  Penyimpangan; dan  Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan. b) Tipe-tipe Pengawasan  Feedforward Control dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah dan penyimpangan dari standar tujuan dan memungkinkan koreksi sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan.  Concurrent Control merupakan proses dalam aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu sebelum suatu kegiatan dilanjutkan atau untuk menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.  Feedback Control mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.

15

3.2

Analisis SWOT Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan. Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi perusahaan (strategic planning) sehingga literatur mengenai metode ini banyak berkaitan dengan aspek penerapan di dunia bisnis meskipun pada beberapa analisa ditemukan pula penggunaan SWOT untuk kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif dan belum/tidak

menghubungkan

dengan

strategi-strategi

yang

mungkin

bisa

dikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.

16

Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang mempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi. Dengan analisa SWOT akan didapatkan karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan. Dari analisa tersebut potensi dari suatu institusi untuk bisa maju dan berkembang dipengaruhi oleh : bagaimana institusi memanfaatkan pengaruh dari luar sebagai kekuatan tambahan serta pengaruh lokal dari dalam yang terdapat empat langkah utama yang harus dilakukan, yaitu : 1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya. Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkan kebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eskternal yang ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipegang institusi. 2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi dan masih mungkin terjadi di masa mendatang. 3. Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan perubahan lingkungan yang ada. 4. Menentukan katagorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan di masa mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi kekuatan/peluang, dan sudah tidak sesuai merupakan kelemahan. A. Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara umum terdapat keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari faktor lingkungan yang berada di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal mendapatkan prioritas lebih dalam penentuan strategi karena pada umumnya faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi (exogen) sementara faktor internal merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluang dan ancaman. a) Strength; faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian, atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier. b) Weakness; faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap, 17

kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran dan citra perusahaan. c) Opportunity; faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan persaingan, perubahan teknologi dan perkembangan hubungan supplier dan buyer. d) Threat; faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power daripada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru.

Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar. Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan dengan membandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisa internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan : a)

Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga kecil.

b)

Moderate : jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian kecil atau sebaliknya.

18

c)

Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar. Ancaman

adalah

segala

sesuatu

yang

terjadi

akibat

trend

perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya (serousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga dapat dikatagorikan : a)

Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa contingency planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.

b)

Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil

c)

Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.

Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan bahwa : a)

Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki major opportunity yang besar dan major threats yang kecil

b)

Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat yang sama

c)

Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat

d)

Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats.

Tujuan penetapan visi antara lain adalah : a)

mencerminkan apa yang akan dicapai

b)

memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c)

menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik

d)

memiliki orientasi terhadap masa depan.

Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya adalah a)

Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi

b)

Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi

c)

Memungkinkan untuk dicapai

d)

Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis

e)

Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman

f)

Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi. 19

Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai visi. Secara konseptual cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif akan terlihat dalam strategi. B. Metode Survey Untuk mendapatkan informasi dari berbagai narasumber melalui analisis SWOT di atas digunakan metode survey dengan frame sample pihak-pihak (stakeholders) yang bisa memberikan penilaian aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu institusi atau lembaga. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut: Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan gambaran awal dari peta permasalahan yang ada di institusi. FGD harus dilakukan dengan komprehensif artinya melibatkan seluruh stakeholders sehingga peta yang terbentuk telah mewakili seluruh kepentingan stakeholders. Karena sifatnya yang bersumber dari informasi kualitatif pemilihan responden yang credible sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisa SWOT sehingga hendaknya harus dilakukan dengan beberapa kualifikasi. Pembuatan kuesioner SWOT berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dalam FGD. Secara umum kuesioner ini memiliki katagorisasi penilaian sebagai berkut: 1.

Penilaian faktor internal dan eksternal. Di sini responden membrikan preferensi opini terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari institusi pada saat ini dan perkiraan di masa mendatang.

2.

Penilaian urgensi. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor tersebut untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan pembangunan yang tercermin melalui faktor-faktor yang dinilai.

Faktor inilah yang kemudian terkatagori sebagai kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman (dari analisa eksternal). 1.

Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya) disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan ”peluang” pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman” pada analisa eksternal.

20

2.

Membentuk suatu kuadran faktor pembangunan, yaitu suatu blok yang menjelaskan

posisi

dari

kombinasi

faktor

internal

dan

eksternal

pembangunan, dengan kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatanancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T). Sebelum menentukan kuadran pembangunan, harus dilihat terlebih dahulu uji konsistensi dari pengolahan kuesioner SWOT. 3.

Membuat pola strategi pembangunan berdasarkan Indeks Penilaian Kuadran. Prioritas strategi pembangunan berdasarkan skenario ini ditetapkan dengan menjalankan kombinasi kebijakan dengan indeks nilai paling kecil berurutan ke yang paling besar. Dengan kata lain, daerah akan berusaha untuk mengatasi seluruh faktor yang paling lemah yang dimiliki untuk kemudian beralih pada kombinasi strategi yang telah memiliki indeks baik/tinggi. Dari contoh di atas strategi pembangunan yang dilakukan institusi akan bergerak dari WT_ ST_ WO_ SO.

C. Fungsi SWOT Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.

21

 Korelasi

Antara Kekuatan Dan Kelemahan Dengan Peluang Dan

Ancaman. KONDISI INTERNAL

Peluang

Kekuatan 1

…..

Kekuatan N

(Weaknesses)

Kekuatan N

(Strengths)

…….

2

Kelemahan

Kekuatan 1 1

Kekuatan

3

4

5

6

7

8

9

Peluang 1

xxx

…………

xx

KONDISI EKSTERNAL

(Opportunuties) Peluang N Ancaman 1

X

XXX xxx

xxx

Ancaman (Threats)

………. Ancaman N

Xxx xxx

KETERANGAN : 1. Narasi “Peluang 1”,”…”dan “Peluang n” diganti dengan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh institusi. 2. Narasi “Ancaman 1”,”…”dan”Ancaman n” diganti dengan ancaman yang harus dihadapi oleh institusi. 3. Narasi “Kekuatan 1”,”…”dan “kekuatan n” diganti dengan kekuatan yang dimiliki institusi 4. Narasi “Kelemahan” 1”,”…”dan”Kelemahan n”diganti dengan kelemahan yang dimiliki oleh institusi. 5. Kolom 4 s/d 9 diisi dengan : xxx atau xx atau x, yang menunjukkan tingkat korelasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut dengan peluang dan ancaman xxx = sangat terkait dan x = kurang/sedikit terkait. 22

Tingkat korelasi harus dilihat dari 2 sisi/arah, baik dari sisi kondisi internal maupun dari sisi kondisi eksternal. Tingkat korelasi dilihat dari : (1) adanya ketergantungan satu dengan lainnya, (2) adanya keterkaitan satu dengan lainnya. Setelah table 4 selesai disusun, maka perlu dilakukan analisa lagi untuk identifikasi program-program yang dapat diusulkan untuk di impementasikan.untuk itu diperlukan pembuatan table 5.



Program2 Atau Strategi Yang Dapat Direncanakan Untuk Pengembangan Institusi. KONDISI INTERNAL Kekuatan

Kelemahan

(Strengths)

(Weaknesses)

 Kekuatan

3

Peluang

EKSTERNAL

KONDISI

(Opportunities)

Ancaman (Threats)

 Kekuatan 1

4

 ……………..

 ………………

 Kekuatan N

 Kelemahan N

 Peluang 1

1

 ……………  Peluang N

5

6

7

8

 Ancaman 1

2

 ………………  Ancaman N

KETERANGAN A. Kotak Nomor 1,diisi dengan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh institusi. B. Kotak nomor 2, diisi dengan ancaman yang dihadapi oleh oleh institusi C. Kotak nomor 3, diisi dengan ancaman yang dimiliki oleh institusi D. Kotak nomor 4, diisi dengan kelemahan yang dihadapi oleh oleh institusi. E. Kotak nomor 5, diisi strategi yang dipresentasikan dalam bentuk program2 pengembangan yang dapat dipakai memanfaatkan peluang dengan mendaya gunakan kekuatan yang dimiliki.

23

F. Kotak nomor 6, diisi strategi yang dipresentasikan dalam bentuk program2 pengembangan yang dapat dipakai untuk mengurangi kelemahan dengan melihat peluang yang ada. G. Kotak nomor 7, diisi strategi yang dipresentasikan dalam bentuk program2 pengembangan yang dapat dipakai untuk mengurangi dan mengantisipasi ancaman dengan mendaya gunakan kekuatan yang dimiliki. H. Kotak nomor 8, diisi strategi yang dipresentasikan dalam bentuk program2 pengembangan yang dapat dipakai untuk mengurangi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. I. Pencantuman program2 pengembangan pada kotak 5,6,7 dan 8, harus diurutkan berdasarkan prioritas. 3.3

Konsep MPKP A. Pengetian Model praktik keperawatan profesional adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP). B. Tujuan Model Keperawatan 1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan 2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawata. 3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan. 5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan. C. Komponen MPKP Ada lima komponen MPKP : 1. Nilai professional 2. Pendekatan manajemen 3. Metode pemberian asuhan keperawatan 4. Hubungan professional 5. System penghargaan dan kompensasi

24

D. Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini : 1. Metode fungsional. Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut : a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter. b. Perawat staf, tugasnya : -

Melakukan askep langsung pada pasien

-

Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan

c. Perawat Pelaksana, tugasnya : Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL). d. Pembantu Perawat, tugasnya : Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih. e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya : Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obatobatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan. Kerugian metode fungsional: -

Pasien mendapat banyak perawat.

-

Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

-

Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.

-

Pelayanan terputus-putus

-

Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai



Kelebihan dari metode fungsional :

-

Sederhana

-

Efisien.

-

Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu. 25

-

Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

-

Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.

-

Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

Contoh metode fungsional Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien 2. Metode

penugasan

pasien/metode

kasus

Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan

contohnya

di

ruang

isolasi

dan

ICU.

Kekurangan metode kasus : -

Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas

sehingga

tidak

mampu

memberikan

asuhan

secara

menyeluruh -

Membutuhkan banyak tenaga.

-

Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.

-

Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.

Kelebihan metode kasus: -

Kebutuhan pasien terpenuhi.

-

Pasien merasa puas.

-

Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.

-

Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

3. Metode penugasan tim Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta 26

memiliki pengetahuan dalam bidangnya.Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien. Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari tim ini terdiri dari : -

Ketua tim

-

Pelakaana perawatan

-

Pembantu perawatan

Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia. Kelebihan metode tim: -

Saling memberi pengalaman antar sesama tim.

-

Pasien dilayani secara komfrehesif

-

Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

-

Tercipta kerja sama yang baik .

-

Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

-

Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode tim: -

Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

-

Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.

-

Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.

-

Akontabilitas dalam tim kabur.

27

4. Metode Perawatan Primer Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan

dan

mengkoordinasikan

askep

selama

pasien

dirawat.

Tugas perawat primer adalah : -

Menerima pasien

-

Mengkaji kebutuhan

-

Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.

-

Mengkoordinasi pelayanan

-

Menerima dan menyesuaikan rencana

-

menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar : -

Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

-

Ada otonomi

-

Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan : -

Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.

-

Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat

-

Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

-

Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai asisten.

Kepala bangsal : -

Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer

-

Orientasi dan merencanaka karyawan baru.

-

Menyusun jadwal dinas

-

Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer: -

Mendorong kemandirian perawat.

-

Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

-

Berkomunikasi langsung dengan Dokter

-

Perawatan adalah perawatan komfrehensif

-

Model

praktek

keperawatan

profesional

dapat

dilakukan

atau

diterapkan. -

Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

-

Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

28

Kelemahan dari metode perawat primer: -

Perlu kualitas dan

-

kuantitas tenaga perawat,

-

Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

-

Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik) Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang. Keuntungan dan Kerugian Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer. Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya. E. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Model Praktik Keperawatan Profesional Kelebihan model praktek keperawatan professional : a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim d. bila

diimplementasikan

di

RS

dapat

meningkatkan

mutu

asuhan

keperawatan e. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar f. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing Kekurangan model praktek keperawatan professional : a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk. b. Akuntabilitas pada tim. c. Konsep beban kerja tinggi d. pendelegasian tugas terbatas e. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien tugas F.

Karakteristik MPKP 1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan 2. Penetapan jenis tenaga keperawatan 3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan 29

4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

G. Perencanaan Dalam MPKP Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masingmasing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Tanpa ada proses perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai tujuan orgnisasi. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff, dan dengan tugas-tugas ini seorang pimpinan akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-tugasnya. Perencanaan adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku satu sampai dengan lima tahun dan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing.

1. Kegiatan Perencanaan di ruang MPKP Kegiatan di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan standar kerja. a. Perumusan visi, misi, filosofi, Kegiatan di ruang MPKP meliputi perumusan filosofi, visi, misi, dan tujuan. 1) Filosofi

30

Filosofi adalah statemen yang mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi dari suatu organisasi. Filosofi memuat seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dalam institusi atau organisasi. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu yang mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktek keperawatan. Idealnya seluruh personal pegawai keperawatan harus berpartisipasi dalam menyeleksi suatu teori atau kerangka kerja konseptual dan filosofi untuk kepentingan praktek. Setelah hal ini disepakatai, para manajer dan seluruh spsesialis keperawatan mulai menyusun suatu pernyataan visi dan misi untuk mengarahkan dan mengintegrasikan aktifitas-aktifitas kelompok. Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan. 2) Visi

Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu hal yang dicita-citakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk mengilhami dan memotivasi karyawan

untuk

mencapai suatu kondisi yang diinginkan. Visi

ini

dirumuskan

memperhatikan

bersama

masukan-masukan

oleh dari

kepala

ruang

stakeholders

dengan dan

visi

seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing. 3) Misi

Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat

menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian

sumberdaya ke segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya 31

menjadi tolok ukur dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk memutuskan misi diruangan keperawatan

para

perencana

harus

terlebih

dahulu

menilai,

lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan. Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalahmasalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan para anggota staf keperawatan. Setelah misi ditentukan para pimpinan keperawatan dan staff harus mengemukakan suatu pernyataan keyakinan untuk mendukung serta mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit, lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilai-nilai yang tersebar diantara karyawan menpunyai pengaruh yang lebih besar terhadap keberhasilan organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi. 4) Tujuan Tujuan adalah pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan dicapai dan filosofi atau keyakinan berlangsung. Tujuan harus hidup yang memuat pernyataan konkret yang menjadi standar agar kinerja dapat diukur. Tujuan dalam keperawatan ini diperlukan dalam semua area dimana pelayanan keperawatan berlangsung. Tujuan memberikan abonement dari produk perawatan kesehatan yang diperlukan oleh pasien. Setelah filosofi, visi dan misi bagian keperawatan dimunculkan, tujuan departemen harus dikembangkan untuk memenuhi visi dan misi yang dipilih sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dinyatakan oleh kelompok. Jika semua perawat telah menyetujui maka pernytaan-pernyataan visi, misi ini didistribusikan kesemua karyawan keperawatan dan dipasang disetiap unit keperawatan. Para manajer keperawatan berkewajiban menyebarkan visi dan misi akan dikenal luas untuk meningkatkan kreativitas serta membuat para karyawan terfokus pada upaya-upaya kearah pencapaian visi. 32

Hubungan selanjutnya dalam rantai perencanaan adalah setiap kepala perawat atau coordinator harus mengarahkan para perawat profesionalnya untuk mengembangkan pernyataan tentang filosofi, visi, misi dan tujuan unit keperawatan. Sebagai contoh jika filosofi

organisasi

mengacu

kepada

keyakinan

agama,

maka

pernytaan visi, misi dan tujuan juga mencerminkan keyakinan yang sama. Jika visi departemen menyatakan maksud untuk menyiapkan maksud untuk menyiapkan pasien kearah perawatan diri , maka pernyataan visi, misi dan tujuan unit harus jiga menyebutkan maksudmaksud yang sama. b. Menyusun Kebijakan, Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi, jenjang karir dan lain-lain. c. Penyusunan Standart Kinerja, Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian ialah perumusan berbagai ketentuan formal yang harus ditaati oleh semua orang dalam organisasi. Secara popular sering dikatakan bahwa ketentuan formal itu berperan sebagai peraturan permainan yang harus ditaati, Beberapa contoh ketentuan formal adalah standart hasil pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu hasil pekerjaan yang harus dipenuhi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan disiplin organisasi yang merupakan salah satu kewaiban yang harus ditunaikan oleh semua organisasi. Disiplin organisasi menyangkut banyak hal antara lain keterikan pada norma-norma moral danetika, keberadaan ditempat tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku dalam organisasi, kesediakan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban melapor kepada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, kesediaan ditempatkan. Dimanapun organisasi beroperasi dan dalam hal tertentu disiplin berpekaian.

33

Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisa jadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar tentang

apa

yang

harus

dilakukan

dan

seberapa

baik

harus

melakukannya. Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh. Standart yang harus ada di ruang MPKP antara lain adalah SAK (standar asuhan keperawatan), SOP (standar operasional prosedur) dan Protap (prosedur tetap). d. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit menjadi faktor penting untuk meningkatkan pelayanan sekaligus penghematan bagi rumah sakit dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah "rumah sakit". Otomatisasi/komputerisasi

sistim

pelayanan

dan

sistim

informasi

manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga kesehatan dan rumah sakit telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini. SIM Rumah Sakit adalah solusi yang tepat untuk rumah sakit anda. Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini. 34

H. Jenis Perencanaan yang diterapkan di MPKP Jenis perencanaan yang diterapkan diruang MPKP adalah perencanaan jangka pendek yang terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan. 1. Rencana Harian Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference. a. Rencana harian kepala ruangan Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan. Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi : b. Asuhan keperawatan c. Supervisi Katim dan perawat pelaksana d. Supervisi tenaga selain perawat e. Kerja sama dengan unit yang terkait b. Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim antara lain: a. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di tim nya b. Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job tranning yang dirancang. c. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam. c. Rencana perawat pelaksana

35

Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah klien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebgai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditunjukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana catatan harian perawat pelaksana/assosiet pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. 2. Rencana Bulanan Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. a. Rencana Bulanan Kepala Ruangan Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana. Kegiatan yang termasuk rencana bulanan karu - Membuat jadual dan memimpin case conference - Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga - Membuat jadual dinas - Membuat jadual petugas TAK - Membuat jadual memimpin rapat bulanan perawat - Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan - Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana - Melakukan audit dokumentasi - Membuat laporan bulanan 36

b. Rencana Bulanan Ketua Tim Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam timnya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit

asuhan keperawatan serta

melakukan perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah: - Mempersentasikan kasus dalam case conference - Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga - Melakukan supervisi perawat pelaksana c. Rencana tahunan Setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup : a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang dilakukan dari 4 pilar praktek profesioanal) serta evaluasi mutu pelayanan b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim c) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaianya yang bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkanya dimasa mendatang d) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melajutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. I.

Pengorganisasian Pengorganisasin

adalah

rangkaian

kegiatan

manajemen

untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan 37

mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah

rumah

pemerintahan

sakit, dan

puskesmas,

lain

sebuah

sebagainya.

perkumpulan,

Kedua,

merujuk

badan-badan pada

proses

pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerjasama dapat dilihat, antara lain 1) Ada komunikasi antara orang yang bekerjasama; 2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama; 3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya manusia, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut harus diorganisasikan. Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing. Pengorganisasian diruangan perawatan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode antara lain adalah pembuatan struktur organisasi, daftar dinas dan daftar pasien.

1.

Struktur organisasi Pengorganisasian

diruangan

MPKP

menggunakan

pendekatan

sistem/metode penugasan tim. SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10. Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala 38

ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.

Uraian tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah : a. Kepala ruangan -

Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

-

Mengorganisir pembagian tim dan pasien

-

Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

-

Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

-

Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,

-

Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya,

-

Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya,

b. Ketua tim/perawat primer: -

Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

-

Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,

39

-

Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,

-

Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan,

-

Melakukan

kolaborasi

dengan

tim

kesehatan

lainnya

dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan, -

Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,

-

Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,

c. Uraian tugas perawat pelaksana: -

Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya.

-

Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan keluarganya

-

Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

2. Daftar Dinas Ruangan disusun berdasarkan tim Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur. 3. Daftar Pasien Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas berikutnya. 4. Klasifikasi Pasien 40

Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien : 1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam 2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam 3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut: 1) Kategori I : Perawatan mandiri/self care Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana. 2) Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi. 3) Kategori III : Perawatan total/intensive care Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus. Petunjuk

penetapan

jumlah

berdasarkan

derajat

ketergantungan : a. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.

41

b. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria) c. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total. d. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.

Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan

pada

pagi,

sore

dan

malam

tergantung

pada

tingkat

ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut. JUMLA

KLASIFIKASI PASIEN

H

MINIMAL

PASIE

PARSIAL

TOTAL

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

1

0.17

0.14

0.30

0.27

0.15

0.07

0.36

0.30

0.20

2

0.34

0.28

0.20

0.30

0.30

0.14

0.72

0.60

0.40

3

0.51

0.30

0.30

0.45

0.45

0.21

1.08

0.90

0.60

N

dst

Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah

J.

Pengarahan Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya 42

adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action. Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi dan komunikasi efektif 1) Program motivasi Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota. 2) Manajemen konflik, MPKP

merupakan

pendekatan

baru,

maka

kemungkinan

menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution. 3) Supervisi Pengawasan

merupakan

hal

yang

penting

dilakukan

untuk

memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang 43

belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan. Pengawasan

biasanya

dilakukan

oleh

perawat

yang

lebih

berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat,

dan

kepala

ruangan.

Pengawasan

terhadap

perawat

pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Supaya hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan

pengetahuan

atau

keterampilan,

promosi

untuk

tahap

kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Terkait dengan kemampuan pengelolahan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan, sedangkan untuk perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervise dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka perlu disusun standart dan jadual pasti dalam supervise.Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan. 4) Pendelegasian 44

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut : a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas f)

Jika

bawahan

tidak

mampu

melaksanakan

tugas

karena

menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang etrjadi g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda perawat pelaksana. Pendelegasian

dilakukan

melalui

mekanismepelimpahan

tugas

dan

wewenang. Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil. a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah : -

Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu

-

Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif

45

-

Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.

b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir , sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut : -

Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang

-

Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim

-

Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.

Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah : -

Pendelegasian

tugas

harus

menggunakan

format

pendelegsaian -

Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang berkompetemn dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya

-

Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis

-

Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi

46

-

Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya

5) Komunikasi efektif Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan. Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr conferen dan post conferen: a) Operan Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan

yang

diberikan

kepadanya,

serta

membantu

menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu. b) Pre conferen Pre

conference,

yaitu

komunikasi

katim

dan

perawat

pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000 47

c)

Post conferen Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

d) Ronde Keperawatan Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain: -

Klien dilibatkan secara langsung

-

Klien merupakan fokus kegiatan

-

Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama

-

Kosuler memfasilitasi kreatifitas

-

Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah

Tujuan : -

menumbuhkan cara berfikir secara kritis

-

Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien

-

Meningkatkan vadilitas data klien

-

Menilai kemampuan justifikasi

-

Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

-

Meningkatkan

kemampuan

untuk

memodifikasi

rencana

perawatan. Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain : -

Menjelaskan keadaan dan data demografi klien 48

-

Menjelaskan masalah keperawatan utama

-

Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

-

Menjelaskan tindakan selanjutnya

-

Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

Peran perawat primer lain dan atau konsuler -

Memberikan justifikasi

-

Memberikan reinforcement

-

Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional

-

Mengarahkan dan koreksi

-

Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

K. Fungsi Pengendalian Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terusmenerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpanganpenyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalankegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai. Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa adanya

perencanaan,

pengorganisasian

dan

penggerakan

sebelumnya.

Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus diperhatikan yaitu: 1. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam system Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. 2. Agar standar pengawasan berfungsi efektif maka harus dipahami dan diterima oleh setiap anggota organisasi sebagai bagian integral, misalnya sistem standar kendali mutu harus dianggap normal dan perlu. 3. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. 49

Ada dua tujuan pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk mencapai standar yang sulit mungkin

dapat

membangkitkan

semangat

yang

lebih

besar

untuk

mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar yang mudah. Namun demikian, jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi, malah menurunkan prestasi 4.

Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangan dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job discription).

5. Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan

terlampau

sering,

ada

kecenderungan

mereka kehilangan

otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan. 6. Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi

dan

kehormatan

manajerial

tetapi

fleksibel,

artinya

sistem

pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil. 7.

Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.

8. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan

masalah,

penanggulangan,

menemukan

melakukan

penyebab,

perbaikan,

membuat

mengecek

hasil

rancangan perbaikan,

mengecek timbulnya masalah yang serupa. Dalam

bidang

keperawatan

pengendalian

merupakan

upaya

mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan

agar

memenuhi

keinginan

(standar)yang

telah

ditetapkan.

Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit 50

dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi : 1) Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja 2) Melakukan pengukuran prestasi kerja 3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart 4) Mengambil tindakan korektif

Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu : 1) Audit struktur Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator diukur dengan mengunakan cek list. 2) Audit proses Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen

pelaksanaan

dokumentasi.

asuhan

Concurent

keperawatan

adalah

melalui

mengobservasi

pemeriksaan

saat

kegiatan

keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. 3) Audit hasil

51

Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran : 1) Indikator mutu umum a) Penghitungan lama hari rawat (BOR) BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %. Rumus Perhitungan BOR: Jumlah Harian Perawat Rumus :

X 100% Jumlah tempat tidur X Jumlah harian persatuan waktu

Keterangan : -

Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu

-

Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut

b) Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS) ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Rumus penghitungan ALOS : Jumlah hari perawatan pasien keluar Rumus :

X 100% Jumlah pasien keluar (hidup+mati 52

Keterangan : -

Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu

-

Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu

c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI) TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Rumus penghitungan TOI : (Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS Rumus :

X 100% Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Keterangan : -

Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki

-

Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati

-

Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal

2) Indikator mutu khusus a) Kejadian infeksi nosokomial Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit. b) Kejadian cedera Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera 3) Kondisi pasien

53

a) Audit dokumentasi asuhan keparawat Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. b) Survey masalah baru Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart Nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan). c) Kepuasan pasien dan keluarga Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. 4) Kondisi SDM -

Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter)

-

Penilaian kinerja perawat

Keempat fungsi manajemen ini merupakan suatu rangkaian (proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai atau masih ada kesenjangan pihak manajemen harus mampu menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan untuk menilai hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada penyimpangan dan jika ada

L.

Langkah-langkah implementasiMPKP Tahap persiapan : 1. Pembentukan team Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP 54

2. Rancangan penilaian mutu Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien. 3. Presentasi MPKP Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi. 4. Penetapan tempat implementasi Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga perawat apakah ada staf baru. 5. Identifikasi jumlah klien Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total) 6. Penetapan tenaga keperawatan 7. Penetapan jenis tenaga a. kepala ruang rawat b. clinical care manager c. perawat primer d. perawat asociate 8. Pengembangan standar asuhan keperawatan Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan 9. Penetapan format dokumentasi keperawatan 10. Identifikasi fasilitas a. Badge atau kartu nama tim b. Papan nama c. Papan MPKP Tahap pelaksanaan : 1. Pelatihan MPKP 2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi 3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA 4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra 5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien 6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim 7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA 8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan Tahap evaluasi : 1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang 55

2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian 3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat 4. Penilaian rata-rata lama hari rawat

56

BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan Manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsifungsi

perencanaan

(planning),

pengorganisasian

(organizing),

pelaksanaan

(actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan. Model praktik keperawatan profesional adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.

57

DAFTAR PUSTAKA David, Fred R., 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Akdon.

2007.

Strategic

Management

For

Educational

Management (

Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan ). Bandung : Alfabeta. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/05/. Diakses tanggal 31 maret 2010.

Depkes RI, (2001). Standart Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI

Depkes RI, (2002). Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI

Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan

Nawawi, H. (1990). Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta : Haji Masagung

Nitisemito, A.S. (1991). Manajemen Personalia. Cetakan ke-8. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC

58

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF