Makalah Terapi

December 19, 2017 | Author: kikirais | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

terapi abk, berkebutuhan khusus...

Description

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang terlahir di muka bumi ini memiliki perbedaan karakter dan watak yang ada pada setiap diri anak, dikarenakan adanya rangsanganrangsangan pembelajaran yang diberikan oleh orangtua sejak ada di dalam kandungan. Ketika memperoleh pendidikannya tidak bisa disamakan antara satu anak dengan anak yang lain, anak yang memiliki kesempurnaan dalam perkembangannya

dengan

anak

yang

mengalami

gangguan

dalam

perkembangan atau anak berkebutuhan khusus. Sehingga akan berdampak pada perbedaan dan ketidaksempurnaan saat anak menerima pembelajaran atau materi yang akan disampaikan oleh pendidik. Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus sama halnya dengan anak normal

lainnya,

mereka

juga

memiliki

potensi-potensi

yang

bisa

dikembangkan bahkan potensi tersebut melebihi kemampuan anak normal lainnya. Sehingga agar potensi-potensi yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapatberkembang dengan sempurna diperlukan bimbingan, arahan dan pendidikan seperti halnya berupa terapi untuk mereka. Anak berkebutuhan khusus memerlukan adanya pendidikan dan layanan khusus (terapi) bagi mereka agar dapat mengembangkan potensi kemanusiaannya dan kemandiriannya sehingga kelak mereka dapat diterima ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat dipandang sebagai anak normal. Setiap orangtua pasti menghendaki agar buah hatinya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan yang diinginkan orangtuanya, baik fisik maupun mental anak, dimasa anak usia dini terdapat masa yang disebut masa golden age dimana segala aspek perkembangan anak pada masa optimalnya perlu mendapatkan bimbingan guna kelanjutannya dimasa depannya. Karena diharapkan akan menjadi pijakan dasar bagi anak dalam bertahan hidup, menjadi anak yang mandiri dan sanggup menghadapi tantangan-tantangan hidup dimasa mendatang. Bimbingan dan pendidikan maupun terapi dapat digunakan untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki anak tidak hanya diberikan oleh pendidik atau pengajar melainkan orangtua juga berperan aktif ikut serta.

Kenyataannya penerapan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus memerlukan terapi yang berguna untuk membantu agar mereka dapat lebih berkembang dalam hal fisik dan mentalnya. Terapi yang diberikan tersebut diharapkan dapat merangsang perkembangan fisik anak dengan baik supaya dapat melakukan hal-hal seperti yang dilakukan oleh anak seusia lainnya dan dapat merubah gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku yang terjadi pada anak sehingga menghasilkan yang positif dan dapat menjadi anak yang mandiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari terapi anak berkebutuhan khusus? 2. Apasajakah jenis-jenis terapi anak berkebutuhan khusus? C. Tujuan Makalah ini dibuat sebagai salah satu media yang digunakan untuk membantu mahasiswa dapat mengerti lebih jelas mengenai materi-materi yang ada pada mata kuliah anak berkebutuhan khusus. Selain itu, makalah ini di dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah anak berkebutuhan khusus.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehtan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Chaplin (2011:506) mengemukakan bahwa Therapy adalah satu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuha satu kondisi patologi. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kebutuhan

individual yang tidak bisa disamakan dengan anak normal. Pendapat James, Lynch, dalam Astati (2003) bahwa anak-anak yang termasuk kategori berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa (anak berkekurangan dan atau anak berkemampuan luar biasa), anak yang tidak pernah sekolah, anak yang tidak teratur sekolah, anak yang drop out, anak yang sakit-sakitan, anak pekerja usia muda, anak yatim piatu dan anak jalanan. Kebutuhan khusus mungkin disebabkan kelaianan secara bawaan atau dimiliki kemudian yang disebabkan masalah ekonomi, kondisi sosial emosi, kondisi politik dan bencana alam. Terapi (dalam Yunani: θεραπεία), atau pengobatan, adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Di antara psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. B. Jenis-jenis Terapi Anak Berkebutuhan Khusus 1. Senam Otak Brain Gym bagi Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder). Anak dengan ADHD memiliki karakteristik yang terlihat yaitu sifat hiperaktivitas, impulsifitas inatensinya yaitu: a) Inantensi adalah ketika anak dengan ADHD sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat-alat inderanya dan hanya dapat mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek sehingga mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungan. b) Impulsifitas merupakan suatu gangguan berupa tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran sehingga sulit memberikan prioritas kegiatan, mempertimbangkan atau memikirkan perilaku yang akan diambilnya.

c) Hiperaktivitas adalah gerakan yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan secara umum anak seusianya. Mereka tidak mampu mengontrol dan melakukan kondisi dalam aktivitas motoriknya dan gerakan tersebut dilakukan terus eneru tanpa lelah sehingga mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian. Dari karakteristik di atas, dapat terlihat bahwa anak dengan ADHD akan mengalami berbagai kesulitan belajar, kesulitan berperilaku dan kesulitan bersosialisasi. Sekitar 50-60% penderita ADHD didapatkan sedikitnya gangguan perilaku penyerta lainnya, seperti disleksia, dispraksia, gangguan menentang dan melawan, perilaku obsesif-kompulsif dll. Penanganan ideal yang dapat diterapkan pada anak dengan ADHD yaitu pemberian terapi stimulasi dan terapi perilaku yangd dilakukan secara terpadu dan berulangulang untuk menjamin keberhasilan terapi. Brain Gym merupakan salah satu penangan yang mudah dan murah. Di mana selain para terapis, orang tua juga dapat menerapkan gerakan-gerakan Brain Gym secara mudah kepada anak. Sejak awal tahun 2000, para orang tua di Indonesia telah mengenal istilah Brain Gym. Disebut senam otak lantaran gerakannya sederhana namun dapat membantu perkembangan otak secara keseluruhan. Brain Gym digunakan untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus, memori, kemampuan akademis, hubungaan, tanggung jawab diri, kemampuan organisasi dan perilaku. Keuntungan dalam Brain Gym adalah sebagai berikut: a. Memungkinan belajar dan bekerja tanpa stress. b. Dapat dilakukan denga singkat. c. Brain Gym tidak memerlukan bahan dan tempat khusus sehingga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. d. Brain Gym dapat meningkatkan kepercayaan diri. e. Hasil akan segera dirasakan dalam hal kemandirian anak dalam belajar dan seseorang dalam bekerja. f. Secara aktif meningkatkan potensi dan keterampilan dimiliki.

Brain Gym menyeimbangkan setiap bagian otak dan membuka sumbatan-sumbatan pada otak. Ada 3 dimensi otak yang yang dapat dikembangkan yaitu dimensi lateritas untuk belahan otak kanan dan kiri, dimensi pemfokusan pada bagian belakang otak bagian depan dan dimensi pemusatan yang menyeimbangkan posisi depan dan belakang (sistem limbis) serta otak besar. Dua puluh enam gerakan yang simpel dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi otak dan menenangkan. Anak-anak dan juga dewasa dapat menggunakan Brain Gym untuk membantu mengintegrasikan badan dan pikiran dengan mengembangkan saraf-saraf otak melalui gerakan. Brain gym dapat membuka bagian-bagian otak yang tertutup atau terhambat. Ketika saraf-saraf otak terbuka dan berkembang, melalui gerakan-gerakan khusus yang spesifik, sistem kerja tubuh dan pikiran individu akan menimbulkan rasa senang dan harmonis. Keadaan tersebut akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan membuka jalan bagi siswa dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Beberapa gerakan Brain Gym yang dapat dilakukan yaitu: 1) Gerakan Sakelar Otak Gerakan sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dipijat selama 20-30 detik dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang atau memijat sebelah kanan dan kiri pusar. Gerakan ini mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan

atau

sebaliknya,

meningkatkan

penerimaan

oksigen

dan

menstimulasi aliran darah agar lebih lancer ke otak. 2) Gerakan Silang Gerakan silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyberangan garis tengah bagian lateral tubuh. Gerakan ini mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, meningkatkan harmonisasi penglihatan (binocular) dan mengoptimalkan pekerjaan menulis, mendengar, membaca dan

membahami

peningkatan

pendengaran dan penglihatan.

stamina,

memperbaiki

pernapasan,

3) Gerakan Tombol Bumi Gerakan tombol bumi yaitu gerakan di mana ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Di sentuh selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan napas penuh. Gerakan ini dapat meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertical dan horizontal sekaligus tanpa keliru), mengurangi kekelahan mental (stress) dan mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan dan lain-lain. 4) Gerakan Tombol Imbang Gerakan

tombol

imbang

akan

mengembalikan

tiga

dimensi

keseimbangan tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, depan belakang.) Tekan ‘tombol imbang’ 4-5 cm ke kiri dank e kana dari garis tengah / lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk di atas tulang belakang, sementara tangan satunya menyentuh pusar, selama 30 detik.Gerakan ini dapat meningkatkan konsentrasi, pengambillan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap relaks, mengerti konsep yang tersirat (saat membaca), mengkritisi, mengrangi mabuk perjalanan dan tekanan di kuping karena perubahan ketinggian dan mengoptimalkan pekerjaan menulis laporan, memakai telepon atau komputer. 5) Gerakan Kait Relaks Gerakan kait relaks dilakukan dengan menumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling menganggem, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus ke depan dada. Pejamkan mata dan tarik napas, lidah

ditempelkan

ke

langit-langit

mulut

dan

lepaskan

saat

menghembuskan napas. Berikutnya, buka singlangan kaki dan ujungujung jari tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil mengambil nafas dalam 1 menit lagi. Gerakan ini dapat meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, pemusatan emosional, mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan bekerja dengan papan ketik dan pengendalian diri dan keseimbangan.

6) Gerakan Gajah Gerakan gajah yaitu dengan membuat belalai dengan menekuk lutut sedikit, meletakkan telinga di atas bahu dan merentangkan tangan ke depan. Kemudian membayangkan tangan menjadi belalai gajah yang menyatu dengan kepala. Fungsi dari gerakan ini yaitu membuat mata dan leher menjadi relaks dan menjadi pendengar yang baik. 7) Gerakan Abjad 8 Gerakan abjad 8 dilakukan dengan menulis abjad 8 huruf ditulis mulai dari kurva ke atas, bergerak kea rah kiri. Huruf lain ditulis dari mulai garis tegah ke atas kemudian bergerak ke kanan. Gerakan ini mempermudah mengungkapkan pikiran, menolong membedakan huruf b, p, d, q dan juga meningkatkankemampuan mengarang. 8) Gerakan Angka 8 Tidur Gerakan angka 8 tidur dilakukan sebanyak 3 kali tiap tangan kemudian 3 kali dengan kedua tangan. Gerakan ini dapat mencenggah kelupaan. 9) Gerakan Pompa Betis Gerakan pompa betis dilakukan dengan memajukan badan ke depan dan buang nafas, pelan-pelan telapak kaki belakang ke lantai kemudian angkat tumit ke atas sambil mengambil nafas. Ulangi 3 kali di setiap kaki, Semakin maju menekuk lutut ke depann, peregangan otot I betis belakang lebih terasa. Fungsi gerakan ini yaitu membantu semangat dalam belajar dan bergerak dan mampu bekerja dalam media multi dimensi dan multi arah. 10) Gerakan titik positif Gerakan titik positif dilakukan dengan menyentuh titik positif yang berupa dua tonjolan di tengah dahi. Gerakan ini berfungsi untuk menenangkan dan berbuat sesuatu untuk menuju tujuan, mengurangi rasa tegang, takut dan kuatir. 11) Gerakan putaran leher Gerakan putaran leher yaitu denga menundukkan kepala ke depan, pelan-pelan putar leher dari satu sisi ke sisi yang lain, bernafaslah untuk mengeluarkan ketegangan. Ulangi dengan bagu diturunkan kemudian

bayangkan menganggambar gari lengkug di sepanjang dada. Gerakan ini berguna untuk merelakskan badan, melindungi kemungkinan pengaruh negatif. dari peralatan elektronik Perlu diperhatikan dalam penerapan Brain Gym, anak harus dikondisikan dalam keadaan rileks dan tenang. Hal ini dimaksud untuk mengaktifkan semua dimesi otak. Ini dikarenakan keadaan tegang seseorang tidak dapat menggunakan otaknya secara maksimal sehingga pikiran menjadi kosong. Jika anak dalam keadaan rieks, tidak ada sama sekali ketegangan yang mengancam dirinya baik fisik maupun non fisik. Memberikan kenyamaan pada anak dapat mengembangkan kemampuan persepsi, atensi, ingatan, fokus pemahaman, ingatan jangka pendek dan konsentrasi. 2. Terapi Okupasi Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motoric halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang. Terapi okupasi terpusat pada pendekatan sensoria tau motoric atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan,. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar, hambatan motoric (cedera, stroke, traumatic brain injury). Terapi okupasi atau occupational

theraphy berasal

dari

kata

occupational dan theraphy, occupational sendiri berarti aktivitas dan theraphy adalah penyembuhan dan pemulihan. Eleonor Clark Slagle adalah salah satu pioneer dalam pengembangan ilmu OT atau terapi okupasi, bersama dengan Adolf Meyer, William Rush Dutton. Terapi okupasi pada anak memfasilitasi sensori dan fungsi motorik yang sesuai pada pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menunjang kemampuan anak dalam bermain, belajar dan berinteraksi di lingkungannya. Terapi okupasi adalah terapi yang dilakukan melalui kegiatan atau pekerjaan

terhadap anak yang mengalami gangguan kondisi senso ri motor (E. Kosasih, 2012). Menurut Kusnanto (dalam Sujarwanto, 2005) terapi okupasi adalah

usaha penyembuhan

terhadap

seseorang

yang

mengalami

kelainan mental, dan fisik dengan jalan memberikan suatu keaktifan kerja dimana keaktifan tersebut untuk mengurangi rasa penderitaan yang dialami oleh penderita. Keaktifan kerja yang dimaksud adalah anak mengikuti program terapi. Dengan mengikuti kegiatan aktifitas diharapkan dapat memulihkan kembali gangguan-gangguan yang ada baik dimental maupun fisik anak. Kegiatan-kegiatan

terapi

okupasi

tentunya juga menggunakan alat-alat atau permainan yang disesuaikan dengan umur anak. Sehingga dalam penyampainnya dan penerapannya terapi okupasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, seperti yang diungkapkan oleh Soeba di (1990) terapi okupasi adalah terapi yang melatih gerakan halus dari tangan dan integrasi dari gerakan dasar yang sudah dikuasai melalui permainan dan alat-alat yang sesuai”. Setelah gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik halus anak mampu

berkembang

baik,

dengan

begitu

anak

mampu

untuk

mengembangkan apa yang dimiliki oleh anak. Ketika anak mampu untuk berkembang dan berkarya diharapkan anak mampu diterima ditengah-tengah

masyarakat.

Tarmansyah (1986) menyatakan bahwa

“Terapi okupasi memberikan peluang dan kesempatan bagi anak-anak untuk

mengembangkan

bakat,

daya,

inisiatif,

daya kreatifitas,

kemampuan bercita-cita, berkarsa dan berkarya”. Sedangkan pengertian okupasi terapi menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 571 tahun 2008 adalah profesi kesehatan yang menangani pasien/klien dengan gangguan fisik dan atau mental yang bersifat sementara atau menetap. Dalam praktiknya okupasi terapi menggunakan

okupasi

mempertahankan

atau

atau

aktivitas

terapeutik dengan

meningkatkan

komponen

tujuan kinerja

okupasional (senso-motorik, pesepsi, kognitif, sosial dan spiritual) dan area kinerja okupasional (perawatan diri, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang) sehingga pasien/klien mampu meningkatkan kemandirian

fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai perannya. Tujuan Astati

(1995)

terapi

okupasi

secara

umum

menurut

adalah mengembalikan fungsi fisik, mental, sosial, dan

emosi dengan mengembangkannya seoptimal mungkin serta memelihara fungsi yang masih baik dan mengarahkannya sesuai dengan keadaan individu agar dapat hidup layak di masyarakat. Tujuan terapi okupasi menurut Martono (dalam Astati, 1995) yaitu: a. Diversional, menghindari neorosis dan memelihara mental. b. Pemulihan fungsi onal, mencakup fungsi-fungsi persendian, otototot serta kondisi tubuh lainnya. c. Latihan-latihan prevokasional

yang

memberikan

peluang

persiapan menghadapi tugas pekerjaan yang lebih sesuai dengan kondisinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan terapi okupasi yaitu memulihkan perkembangan baik fisik, mental maupun emosionalnya agar berperan seoptimal mungkin agar individu tersebut mampu berperan dalam aktivitas kehidupan kesehariannya. Dan segala potensi yang dimiliki oleh individu mampu berkembang dengan baik agar individu tersebut layak diterima di masyarakat. Terapi

okupasional

dilaksanakan

dalam

bentuk

fungsional

okupasional terapi dan supportif okupasional terapi (Kosasih, 2012): a. Fungsional terapi okupasi Fungsional okupasional

terapi

adalah

memberikan

latihan

dengan sasaran fungsi sensori motor, koordinasi, dan aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu seluruh kegiatan manusia, mulai dari kegiatan bangun tidur sampai dengan tidur kembali. b. Supportif okupasional terapi Supportif okupasional terapi adalah latihan-latihan diberikan kepada

anak

dengan

gangguan

psikososial,

yang emosi,

motivasi, cita-cita, dan kurang percaya diri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan terapi okupasi terdapat pelatihan aktivitas sehari-hari,

berkomunikasi, sensori motor (motorik halus dan kasar) selain itu dapat juga digunakan untuk pemberian motivasi, kurang percaya diri dan latihan untuk anak yang mengalami gangguang psikososial, emosional. 3. Terapi Sensori Integrasi Sensori integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan mngartikan seluruh rangsangan sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks dengan demikian efisiensi otak makin meningkat. Adapun kegunaan dari terapi sensori integrasi yaitu: a. Terapi sensori integrasi dapat meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih mampu untuk meemperbaiki struktur dan fungsinya. b. Aktivitas sensori integrasi merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar. Layanan terapi ini dapat diterapkan pada anak dengan gangguan perilaku, autism spectrum disorder (ASD), down syndrome, attention deficit hyperactivity disorder (ADD/ADHD), asperger’s syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara, gangguan perkembangan (cerebal palsy), pervasive developmental disorder (PDD) dan keterlambatan perkembangan lainnya. 4. Terapi Wicara Terapi wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan komunikasi, seperti: a. Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti). b. Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan keinginannya dalam bicara). c. Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome, tuna rungu-wicara).

d. Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap (stutttering) cadel. e. Gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalami kehilangan berbahasa (afasia). 5. Terapi Perilaku Terapi perilak, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistic dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal seluruh dunia adalah applied behavioral analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, Ph.D dari University of California Los Angeles (UCLA). Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcemen positif setiap kali anak berespon benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespon negatif (salahtidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapat reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespon positif dan mengurangi kemungkinan ia berespon negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi. Terapi ini umumna diperuntukkan untuk anak dengan gangguan perilaku, pemusatan pemikiran dan hiperaktifitas (ADHD), ADD, maupun autisme. 6. Terapi Othopegagog (remedial teacing) Orthopedagog adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar khusus pada anak. Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anak-anak usia sekolah dan bisa dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak menunjukkan beberapa gejala tertentu. Membimbing anak untuk menguasai logika dasar dan kemampuan berpikirsecara lebih optinal. Selain itu, remesial teacing

juga bermnfaat untuk mengembangkan

kemampuan membaca, menulis dan berhitung dasar. Umumnya metode ini digunakan pada anak dengan kesulitan belajar dan lamban belajar. Semua kesulitan belajar khusus ini bisa terjadi pa setiap anak, tidak tergantung pada kondisi fisik maupun intelegensi semata. Sebab terjadinya kesulitan belajar ini bermacam-macam, termasuk koordinasi pada otak, motoric halus, faktor neurologis, faktor intelegensi.

Layanan terapi ini juga dapat diterapkan pada anak dengan gangguan; disleksia, disgrafia, diskalkulia, disfasia, disortagrafia, disnomia. 7. Terapi Musik Terapi Musik adalah salah satu jenis terapi penanganan yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus. Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada serta pada gangguan perkembangan anak seperti, ADHD, Down Syndrom. Djohan (2006:24) mengemukakan bahwa terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata terapi berkaitan denga serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik dan mental. Kata “musik” dalam hal ini digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi musik bersifat nonverbal, dengan bantuan musik, pikiran dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengenang halhal yang membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan langsung mencoba menguraikan permasalahan yang dihadapi. Djohan (2006:115) mengemukakan bahwa ragam model terapi musik terbagi atas terapi music kreatif, terapi music behavior, terapi music improvisasi, dan terapi musik analitis. Terapi musik Warkwick (Djohan, 2006:165) mengemukakan bahwa perilaku sosial dan relasi intrapersonal anak-anak yang menderita autisme meningkat setelah mendapat terapi music. Penigkatan juga terjadi pada motoric, perilaku komunikasi dan kemampuan bahasa. Fokus terapi music untuk anak-anak dengan gangguan autisme secara umum berorientasi pada: a. Peningkatan koordinasi motoric kasar dan halus. b. Melatih persepsi sensorik dan integrasi sensorimotorik (auditorik, c. d. e. f. g. h.

visual, taktil, dan kinestetik). Peningkatan rentang perhatian. Pengembangan kesadaran tubuh Pengembangan konsep diri. Pengembangan komunikasi verbal dan nonverbal. Memfasilitasi belajar konsep dasar akademis dan pra-akademis. Menurunkan kecemasan, tingkat kemarahan, dan hiperaktivitas. Djohan (2006:166) mengemukakan bahwa teknik yang digunakan

untuk mencapai sasaran di atas sebagai berikut:

a. Latihan vocal (kombinasi huruf hidup, konsonan, dengan latihan pernapasan). b. Bernyanyi diiringi “body percussion”. c. Bergerak (termasuk menari, garakan kreatif,latihan ritmis, dan teknik imitasi). d. Permainan musical e. Bermain alat music menggunakan teknik imitasi atau improvisasi baik secara berkelompok maupun satu persatu f. Mendengar music.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehtan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Chaplin (2011:506) mengemukakan bahwa Therapy adalah satu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuha satu kondisi patologi. 2. Jenis-jenis terapi anak berkebutuhan khusus, yaitu; a. Brain Gym merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan kepada anak dengan ADHD. Di mana gerakan-gerakan pada Brain Gym sangat membantu anak dengan ADHD untuk mengurangi dampak ADHD mereka yaitu inantensi, hiperaktivitas dan impusilfitas. Brain Gym yang mudah dilakukan oleh siapa saja, mudah dan praktis menjadikan salah satu pilihan yang dapat diberikan kepada terapis dan orang tua. b. Terapi okupasi terpusat pada pendekatan motoric atau sensori untuk kemampuan anak merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Tetapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. c. Terapi sensori integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan mngartikan seluruh rangsangan sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Layanan terapi ini dapat diterapkan pada anak dengan

gangguan perilaku, autism spectrum disorder (ASD), down syndrome, attention deficit hyperactivity disorder (ADD/ADHD), asperger’s syndrome,

kesulitan

belajar,

keterlambatan

wicara,

gangguan

perkembangan (cerebal palsy), pervasive developmental disorder (PDD) dan keterlambatan perkembangan lainnya. d. Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan komunikasi, seperti anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti), anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan keinginannya dalam bicara), dan anakanak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome, tuna rungu-wicara). e. Terapi

perilaku,

fokus

penanganan

terletak

pada

pemberian

reinforcemen positif setiap kali anak berespon benar sesuai instruksi yang diberikan. Terapi ini umumna diperuntukkan untuk anak dengan gangguan perilaku, pemusatan pemikiran dan hiperaktifitas (ADHD), ADD, maupun autisme. f. Terapi orthopedagog adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar khusus pada anak. Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anakanak usia sekolah dan bisa dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak menunjukkan beberapa gejala tertentu. g. Djohan (2006:24) mengemukakan bahwa terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata terapi berkaitan denga serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik dan mental. Kata “musik” dalam hal ini digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. B. Saran Semoga materi dapat bermanfaat untuk semua mahasiswa(i) yang telah mempelajari materi. saran bagi pemateri selanjutnya dapat menjadikan makalah ini sebagai literature serta memanfaatkan makalah ini dengan sebaikbaiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Astati. (1995). Terapi Okupasi , Bermain, dan Musik untuk Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: Bandung. Chaplin, James. (2011). Kamus lengkap psikologi (penerjemah: Kartini Kartono). Jakarta: Rajawali Pers. Djohan. (2006). Terapi musik, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Eliasa, Eva Imania. E-journal. Brain Gym, Brain Games (Mari Bermain Otak dengan Senam Otak). Diunduh pada hari rabu tanggal 14 September 2016 Pukul

23.45

WITA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/

BRAIN_GYM_ BUDI_MULIA_YOGYAKARTA_pdf Fadhli, Aulia. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Pustaka Anggrek: Yogyakarta. Geniofam. (2010). Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Gerailmu: Yogyakarta Hong, Chia, & Howard Lynne. (2002). Occupational Therapy In Chilhood. Whurr Publishers Ltd: USA. Kosasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Yrama Widya: Bandung.

Kosasih, E.2012. Cara Bijak Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus. Yrama Widya: Bandung. Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Depdikbud: Jakarta. Suneki, Sri dk. E-Journal. Brain Gym (Senam Otak) untuk Mengatasi Problem Belajar Anak. Diunduh pada hari rabu tanggal 14 September 2016 Pukul 23.45 WITA http://download.portalgaruda.org/ Pederson, John.E-Journal. ‘ADD/ADHD and Brain Gym’. Tarmansyah. (1986). Pedoman Guru Terapi Okupasional Untuk Anak Tunadaksa. Depdikbud: Jakarta. Watson, Andrea, Ginger L. Kelso. E-Journal. ‘The Effect of Brain Gym on Academic Engagement for Children with Developmental Dissabilities’. Diunduh pada hari rabu tanggal 14 September 2016 Pukul 23.45 WITA http://klinis.wordpress.com/

penerapan-terapi-back-in-controlpada-anak-

adhd-attention-deficits-hiperactivity-disorder.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF