Makalah Terapi Lingkungan - Jiwa 3 - A1.docx

May 14, 2018 | Author: NikenAriskaPrawesti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Terapi Lingkungan - Jiwa 3 - A1.docx...

Description

MAKALAH JIWA III TERAPI LINGKUNGAN

Fasilitator : Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns. M.Kep

Disusun oleh oleh : Kelompok Kelompok 1 /A1

1. Latansa Hayyil Islam

131411131001 131411131001

2. Devi Wahyu Dwi O

131411131004 131411131004

3. Nia Husninda Hawari

131411131007 131411131007

4. Siti Sholihah

131411131013 131411131013

5. Lailaturohmah Kurniawati

131411131016 131411131016

6. Yuni Natilia

131411131019 131411131019

7. Mardhatillah Syauqina P

131411131022 131411131022

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi “Terapi Lingkungan” Lingkungan ” tepat pada waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Jiwa III ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari  berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns. M.Kep selaku fasilit ator 2. Teman-teman Angkatan 2014 kelas A1 yang telah memberikan motivasi dalam  penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, 30 September 2016

Penulis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi “Terapi Lingkungan” Lingkungan ” tepat pada waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Jiwa III ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari  berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns. M.Kep selaku fasilit ator 2. Teman-teman Angkatan 2014 kelas A1 yang telah memberikan motivasi dalam  penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, 30 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................. .................................................................... ............................................. ........................ .. ..........i Daftar Isi ............................................. .................................................................... ............................................. ................................... ............. ..........ii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .............................................................. ............................................................................... ................. ..........1 1.2 Rumusan Masalah Masala h ............................................ .................................................................. ............................ ...... ..........2 1.3 Tujuan ............................................ ................................................................... ............................................. ........................ .. ..........2 1.4 Manfaat ........................................... .................................................................. ............................................. ........................ .. ..........2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terapi Lingkungan ................................................ .......................................................... .......... ..........3 ..........3 2.2 Tujuan Terapi Lingkungan .......................................... ........................................................... ................. ..........3 2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan ................................................ .................................................. .. ..........4 2.4 Bentuk Terapi Lingkungan........................................... ............................................................ ................. ..........5 2.5 Macam –  Macam – Macam Macam Terapi Lingkungan .......................... ........................................... ................. ..........7 2.6 Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan.......................................... ................................................ ...... ..........8 2.7 Kondisi Pasien Pada Terapi Lingkungan ..................................... ..................................... ..........11 2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan.................................. .................................. ..........12 ..........12 2.9 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan............................... Lingkungan..................................... ...... ..........13 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ............................................. ................................................................... ....................................... ................. ..........15 ..........15 3.2 Analisa Data ........................................... ................................................................. ....................................... ................. ..........20 3.3 Diagnosa keperawatan ....................................... ............................................................. ............................ ...... ..........21 3.4 Pohon masalah ........................................... .................................................................. .................................... ............. ..........21 3.5 Rencana tindakan keperawatan ..................................................... ..................................................... ..........22 ..........22 3.6 Terapi Lingkungan ........................................................... ........................................................................ ............. ..........24 BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan .......................................... ................................................................. ............................................. ........................ .. ..........26 BAB V PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................. ................................................................... ....................................... ................. ..........28 4.2 Saran ............................................ .................................................................. ............................................ ............................ ...... ..........28 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawata n yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi  pasien dengan gangguan fisik dan gangguan mental. Ada kecenderungan lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi pasien. Oleh karena itu perhatian lingkungan sangat penting. Perawatan klien pada rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang lama mengkibatkan klien mengalami penurunan kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri dan kehilangan hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan layanan keperawatan psikiatrik salah satunya dengan penerapan terapi lingkungan di rumah sakit. Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Menurut (Suliswati, 2005) terapi lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat membantu pemulihan dan pemulihan klien. Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%. Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner. Diperhatikan adanya jenis dan penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari terapi lingkungan ? 2. Apa tujuan dari terapi lingkungan ? 3. Apa karakteristik dari terapi lingkungan ?

4. Bagaimana bentuk dari lingkungan ? 5. Apa saja macam - macam terapi lingkungan ? 6. Apa saja jenis kegiatan terapi lingkungan ? 7. Bagaimana kondisi pasien pada saat terapi lingkungan ? 8. Apa saja komponen fungsional terapi lingkungan ? 9. Bagaimana peran perawat dalam terapi lingkungan ? 10. Bagaimana terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien harga diri rendah ?

1.3 Tujuan 1.3.1

Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi lingkungan dan cara untuk menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa. 1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan 2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan 3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan 4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan 5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan 6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan 7. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pasien pada saat ter api lingkungan 8. Mahasiswa dapat memahami komponen fungsional terapi lingkungan 9. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi lingkungan 10. Mahasiswa dapat mengerti terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien

1.4 Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai terapi lingkungan 2. Mengetahui bagaimana terapi lingkungan pada asuhan keperawatan p asien dengan gangguan jiwa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Terapi Lingkungan

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Milieu therapy merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008). Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan  perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

2.2 Tujuan Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. (Schultz danVidebek, 1989) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan terapeutik akan memberi kesempatan untuk berfokus pada pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: 1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. 2. Mengajarkan keterampilan psikososial. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Menurut  Stuart dan Sundeen tujuan terapi lingkungan antara lain:

1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri. 2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain 3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain 4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan 5. Mencapai perubahan yang positif Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu ditekankan  penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial. 1.

Orientation Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realitayang lebih baik. Orientasi tersebut  berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.

2.  Asertation Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat. 3.  Acupation Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas dalam bentuk  positif dan disukai klien, misalnya melukis, bermain musik, merangkai bunga dan lain sebagainya. 4.  Recreation Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan, contoh menebak kata, senam dan jalan-jalan.

2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan

Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik untuk mendorong terjadinya  proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang paripurna. Lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik, antara lain: 1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan 2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan

3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi 4. Lingkungan rumah sakit yang bersih 5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien 6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons adanya stress 7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan kesempatan pada pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru.

Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi agar tercapai tujuannya menurut (Minde et al,2006) adalah : 1. Pengurangan dominasi : keluarga memberikan kebebasan pasien untuk memilih, mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien merasa bahwa dia juga mempunyai otonomi sendiri 2. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun lingkungan sosial  pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik 3. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal pengkajian sampai dengan evaluasi 4. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien 5. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan tempat mereka dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari Adaptasi lingkungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien akan menemukan lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan menerima pasien kembali yaitu keluarga dan masyarakat dapat menerima dan memperlakukan pasien sama seperti manusia normal lainnya dan tidak menganggap bahwa pasien dengan gangguan jiwa tidak layak kembali bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh. 2.4 Bentuk Lingkungan A. Lingkungan Fisik

Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi : 1. Bentuk dan struktur bangunan. 2. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit. Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:

1. Lingkungan fisik yang tetap

Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi. Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan. Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan. 2. Lingkungan fisik semi tetap

Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien. 3. Lingkungan fisik tidak tetap

Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya. B. Lingkungan Psikososial

Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan  pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien: 1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien. 2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku  partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.

3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan. 4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien. 5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan. 2.5 Macam - Macam Terapi Lingkungan

Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik. 1. Model terapi moral

Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan dengan  pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruknya yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperan melawan penyalahgunaan narkoba. 2. Model terapi sosial

Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial. Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosail yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok. 3. Model terapi psikologis

Model ini diadabtasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa  perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepas beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi

model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam  pusat rehabilitasi maupun terapi pribadi. 4. Model terapi budaya

Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut. . (Videbeck, 2008) 2.6 Jenis Kegiatan Dari Terapi Lingkungan 1. Terapi Rekreasi

Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar  pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga mengembangkan kemampuan hubungan social. Contohnya, kegiatan yang banyak mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada  pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).

2. Terapi Kreasi Seni

Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa diantaranya adalah :

a.  Dance therapy/ menari; Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien. identifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya dilakukan sebelum masuk rumah sakit.  b. Terapi music Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Bahkan terapi musik ini dapat merelaksasikan otot-otot dan meningkatkan kuantitas hormon endorfin dalam tubuh

Gambar : Terapi Musik c. Terapi menggambar/melukis Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan. d. Literatur/biblio therapy Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel,  buku-buku, majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh  para pasien. milieu terapi jenis ini juga akan meningkatkan keterikatan dengan  peer grup, sehingga dapat meningkatkan pula kemampuan pasien berinteraksi.

3. Pet therapy

Pet therapy  bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering kali digunakan pada  pasien anak dengan autistic. Binatang yang digunakan adalah juga binatang yang sudah familiar dengan pasien serta pasien mengetahui bagaimana cara merawat binatang  peliharaan dengan benar. hal ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang dalam memelihara binatang. Sehingga diharapkan dengan binatang yang dititipkan tersebut pasien dapat mengambil keputusan terutama apa yang harus

dilakukan untuk binatang peliharaannya tersebut. Gambar : Pet Therapy 4.

Plant therapy

Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu  pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan. Senada dengan pet teraphy hanya obyek yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan, dapat menjadi alternatif bagi  pasien yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap binatang. Namum pada

 prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa tanggung jawab dan kasih sayang. (Towsend, 2010).

2.7 Kondisi Pasien Khusus Pada Terapi Lingkungan Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression)  bunuh diri (suicide)  :

A. Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Ruangan aman dan nyaman 2. Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri. 3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci 4. Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau 5. Tata ruangan menarik; menempelkan poster yang cerah warna dinding cerah, ada bacaan yang ringan, lucu dan memotifasi hidup

6. Warna dinding cerah 7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup 8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi 9. Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien B. Lingkungan sosial: 1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin. 2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya. 3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan. 4. Meningkatkan harga diri pasien. 5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.

6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan  pasien sendiri terlalu lama di ruangannya. Pasien dengan amuk :

a. Lingkungan Fisik: 1) Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup. 2) Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah. 3) Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci. 4) Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan  pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.  b. Lingkungan Psikososial: 1) Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati. 2) Observasi pasien tiap 15 menit. 3) Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang. 4) Penuhi kebutuhan fisik pasien. 5) Libatkan keluarga.

2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan A. Containment

Fungsi : mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa. Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan percaya Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan. Aktifitas : memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri dan orang lain. B. Support

Fungsi : membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi kecemasan. Tujuan : meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien. Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan sikap empati edukasi. Aktifitas : meningaktkan hubungan dan interaksi. C. Struktur

Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi ad aptif.

Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur. Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation. Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. D. Involvement

Fungsi : mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan keterlibatan sosial. Tujuan : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan keterampilan. Bentuk terapi : terapi kelompok. Aktifitas : melakukan aktifitas kelompok. E. Validation

Fungsi : membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang lebih besar dan menyatu identitasnya. Tujuan : membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senang. Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi. Aktifitas : bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi reinforcemen.

2.9 Peran Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan tersebut. (Copel,2007) mengatakan adapun  peran perawat dalam milieu terapi adalah : 1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.

Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien dan keluarga. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau  perawat. Menciptakan suasana yang nyaman di lingkungan tempat pasien akan kembali. Mengkondisikan bahwa lingkungan yang akan di tinggali pasien telah kondusif

2. Penyelenggaraan proses sosialisasi Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu menghilangkan stigma negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa, sehingga tercipta suasana masyarakat yang stabil 3. Sebagai teknis perawatan, fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut. Mengevaluasi dan mengontrol keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dan memotivasi untuk melakukan kegiatan yang disukai serta dengan tetap melanjutkan interaksinya dengan masyarakat 4. Sebagai leader atau pengelola. Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar, dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien. Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat mileu terapi adalah 1. Berkomunikasi dengan jujur 2. Mempunyai rasa empati 3. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berelbihan 4. Dapat memecahkan masalah secara mandiri 5. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih 6. Mudah beradaptasi untuk berubah 7. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi 8. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan 9. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien 10. Mempecayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya (Kaiser and Roberts, 2013)

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KASUS :

Sudah 3 tahun berjalan Ny. T bekerja di sebuah perusahaan swasta, namun tiba  –  tiba ada PHK di tempat perusahaan itu dan Ny. T juga mengalami phk tersebut. Semenjak di phk  Ny. T sempat melamar ke berbagai perusahaan namun ditolak. Sudah 1 tahun Ny. T belum  juga mendapatkan pekerjaan, sehingga membuatnya bingung karena tidak tahu harus  bekerja apa lagi terlebih di usianya yang menjelang tua dan dia juga belum menikah, dan sekarang keseharian Ny. T hanya mengurung diri di kamar, karena dia malu sudah lama tidak bekerja dan iri melihat saudaranya dengan mudah memiliki barang yang dia inginkan dengan uang mereka sendiri. Selama mengurung diri Ny. T terkadang berbicara sendiri seolah –   olah dia sedang mengobrol dengan teman kerjanya dan sering juga mengamuk, memecah barang-barang perabotan rumah, membakar kasur dan surat-surat serta tertawa sendiri. Melihat hal tersebut ibu Ny. T kemudian membawanya ke Rumah Sakit Jiwa. 3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 September 2016 pukul 10.00 WIB di Ruang Kresno. A. Identitas

a. Identitas Pasien :  Nama : Ny. T Umur : 30 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : tidak bekerja Agama : Islam Alamat : Surabaya Suku / bangsa : Jawa, Indonesia Status perkawinan : Belum kawin  No. RM : 074151 Diagnosa Medis : Skizofrenia Katatonik Tanggal masuk : 10 Juli 2016 Tanggal pengkajian : 28 September 2016  b. Identitas Penanggung Jawab  Nama : Ny. R Umur : 54 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Surabaya Hubungan dengan pasien : ibu kandung B. Alasan Masuk  Mengamuk, memecah barang-barang perabotan rumah, membakar kasur dan suratsurat serta tertawa sendiri. C. Faktor Predisposisi 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu 2. Pengobatan sebelumnya : Klien tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya. 3. Masalah penganiayaan : Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan kekerasan dalam rumah tangga. 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti pasien. 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan adalah di phk dari pekerjaannya Masalah keperawatan : berduka disfungsional D. Pemeriksaan Fisik

TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt BB : 46 kg  N : 80 x/mnt TB : 165 cm E. Psikososial

1. Genogram

Keterangan : : laki-laki : Perempuan : Klien

- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini - Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuan ya dan pengambil keputusan dalam keluarga adalah ibunya. 2. Konsep diri a) Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya  b)

Identitas : klien adalah anak perempuan dan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Klien tidak senang karena klien merasa orang tuanya pilih kasih.

c) Peran : klien merasa tidak berguna karena sudah lama tidak bekerja. d) Ideal diri : klien ingin bekerja yang nyaman dan menginginkan semua seperti yang dimiliki saudaranya. e)

Harga diri : klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya.

Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Hubungan sosial a) Orang terdekat : ibunya, kakak laki-lakinya, dan adik laki lakinya.  b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat Sejak 6 bulan terakhir klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat di daerahnya

dan tidak pernah keluar rumah, klien mengaku malu ketika

 bertemu orang –  orang selalu di tanya sedang bekerja dimana. c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien terus –  menerus di dalam rumah dan merasa malu untuk keluar rumah dan ketika di tanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak bisa memulai pembicaraan. Klien selama ini hanya diam Klien hanya bicara dengan orang lain di saat ada keperluan dengan dirinya. Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri 4. Spiritual 1)  Nilai dan keyakinan : Klien adalah seseorang yang beragama Islam. 2) Kegiatan ibadah : Klien jarang menjalankan ibadah. F. Status Mental 1) Penampilan :

Pakaian klien rapi, sisir rambut rapi dan kondisi badan tidak bau. Masalah keperawatan : tidak ada masalah

2) Pembicaraan .  Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal dan verbal (jika “ya” cuma mengangguk -angguk, jika “tidak” Cuma  menggeleng) dan tidak mampu memulai pembicaraan. Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal. 3) Aktivitas motorik Klien kelihatan lesu dan pasif dalam melakukan aktivitas motorik. Semua ADL diarahkan. Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas. 4) Alam perasaan Sikap klien malu, sedih dan putus asa terhadap kondisinya yang tidak bekerja seperti saudaranya. Masalah keperawatan : harga diri rendah. 5) Afek Afek klien datar, tidak bicara dan berinteraksi jika tidak ada yang mengajak  bicara. Masalah keperawatan :kerusakan interaksi sosial. 6) Interaksi selama wawancara Selama wawancara kontak mata klien kurang atau jarang menatap lawan bicara. Jika menatap hanya sekilas lalu menunduk dan melihat sekitarnya saat diajak  bicara. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah 7) Persepsi Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara atau bayangan bayangan yang menyuruh klien melakukan sesuatu perbuatan. Masalah keperawatan : tidak ada 8) Isi pikir Isi pikir klien realistis dan tidak mengalami gangguan isi pikir. Masalah keperawatan : tidak ada 9) Proses pikir Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya sampai pada  jawaban sebenarnya. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.

10) Tingkat kesadaran Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang. Masalah keperawatan : tidak ada. 11) Memori Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka pendek. Klien masih ingat penyebab dia masuk RSJ karena klien mengamuk dan membanting barang-barang serta membakar kasur dan surat-surat. Masalah keperawatan : tidak ada. 12) Tingkat konsentrasi dan berhitung Saat dikaji tingkat konsentrasi cukup baik, klien bisa berhitung berurutan dari 1 sampai dengan 10, dan dapat berhitung mundur dengan baik mulai dari angka 10 sampai dengan 1. Masalah keperawatan : tidak ada. 13) Kemampuan penilaian Klien mengalami gangguan penilaian ringan dan tidak dapat mengambil keputusan sendiri. Masalah keperawatan : perubahan proses pikir. 14) Insight (tilikan) Klien mengatakan kalau dirinya tidak sakit jiwa dan menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan kondisi seperti ini. G. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan : Pasien belum mampu menyiapkan makanan dan membersihkan alat-alat makan, 2. BAK/ BAB : Pasien tidaak mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempat wc. 3. Mandi : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk mandi 4. Berpakaian : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk berpakaian, menyisir rambut. 5. Istirahat tidur : Pasien mengatakan istirahat tidurnya kurang nyenyak, pasien istirahat siang hari 1 jam, malam 6-7 jam. 6. Penggunaan obat : Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter (frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberiaan) secara rutin dengan bimbingan perawat.

7. Mekanisme koping : Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah, pasien sering memendamnya (tidak mau menceritakan pada orang lain) dan sa at dilakukan  pengkajian klien tampak menyendiri Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri 8. Masalah psikososial dan lingkungan : Selama di Rumah Sakit pasien tidak mempunyai masalah dalam hubungan sesama pasien. 9. Pengetahuan : Pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit jiwa dan kurang bisa menggunakan kopingnya. H. Terapi

a. Therapi per oral : Clozapine 2 x 50 mg  b. Therapi ECT : 6 kali selama 2 minggu c. Rehabilitasi d. Rawat inap

3.2 ANALISA DATA NO. 1

DATA DO: Klien sering berpaling dalam interaksi, kontak mata kurang,  pembicaraan berbelit-belit, suara pelan,  pandangan menunduk, klien bicara jika ada yang mengajak  bicara.

MASALAH Harga Diri Rendah.

DS: klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya 2.

DO: Klien kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman. - Klien tidak bisa memulai pembicaraan. - Kontak mata klien kurang saat  berkomunikasi DS: - Klien mengatakan lebih suka menyendiri - Klien mengatakan sulit bila memulai pembicaraan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

3

DO: - Klien merasa tidak berguna karena sudah lama tidak  bekerja.

Peran diri tidak efektif

DS: - Klien mengatakan dirinya sudah lama tidak bekerja

3.3 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Gangguan konsep diri : harga diri rendah B. Isolasi sosial : menarik diri C. Peran diri tidak efektif. 3.4 POHON MASALAH

3.5 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No

1

Tanggal

Dianosa keperawatan 28 – 09 - 2016 Harga Diri Rendah

Tujuan

Tindakan Keperawatan

TUM : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah atau klien akan meningkat harga dirinya setelah dilakukan 6 kali  pertemuan. TUK : 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya

a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,  jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).  b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang  berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.  b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis. c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

TUK 3.Klien dapat menilai a) Diskusikan kemampuan dan kemampuan yang aspek positif yang dimiliki dapat digunakan.  b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah  pulang ke rumah TUK 4. Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 2.

28 – 09 - 2016 Isolasi sosial : Menarik diri

a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan  b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

TUM : klien dapat  berinteraksi dengan orang lain TUK : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya

Klien dapat membina hubungan saling percaya : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teurapetik.

TUK : 2.Klien dapat menyebutkan  penyebab menarik diri

TUK : 3.Klien dapat menyebutkan keuntungan  beinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak  berinteraksi dengan orang lain.

a) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.  b) Perkenalkan diri bengan sopan c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 1) Kaji pengetahuan klien 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau  bergaul. 3) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan  perasaannya. 1) Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman 2) Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain 3) Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 4) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan  perasaan tentang keuntungan  berinteraksi dengan orang lain 5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain 6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak  berinteraksi dengan orang lain 7) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 8) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan  perasaan tentang kerugian tidak  berinteraksi dengan orang lain

3.6 TERAPI LINGKUNGAN

a. Lingkungan secara psikologis 1. Menciptakan ruangan yang nyaman bagi klien dan ruangan tersebut harus mudah untuk di pantau dan letaknya strategis 2. Dalam ruangan yang klien tinggal hanya terdapat barang –  barang yang dibutuhkan klien dan terhindar dari barang tajam yang dapat melukai klien. 3. Tata ruang di dalamnya di tempelkan poster atau gambar yang klien suka, misal  poster doraemon, cat dinding ruangan berwarna biru muda. 4. Di dalam ruangan juga di beri bahan bacaan untuk klien seperti buku cerita atau dongeng tidak lupa juga ada dvd dan kaset film komedi yang bisa membuat klien tertawa.  b. Lingkungan sosial 1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa klien sesering mungkin. 2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya. 3. Meningkatkan harga diri klien. 4. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap. 5. Membantu klien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 6.

Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan klien sendiri terlalu lama di ruangannya.

c. Jenis kegiatan terapi lingkungan 1. Terapi rekreasi : mengajak klien untuk bermain bulu tangkis atau bisa melakukan aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau area sekitar rumah sakit, agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa melibatkan keluarga dalam  proses asuhan keperawatan. 2. Terapi musik : ketika klien sendiri atau berada dalam ruangannya bisa di putarkan musik gembira yang bisa membuat klien menari kecil, agar klien tidak murung dan  bisa membuat hati senang. 3. Terapi menggambar atau melukis : terapi ini bisa di lakukan bersamaan dengan terapi rekreasi, atau saat klien berada di sekitar taman rumah sakit tentu banyak  pemandangan luar yang bisa di lihat dan di gambar. Bekali klien dengan buku gambar dan pensil, lalu klien bisa menggambar apa yang mereka liat ketika

 bertamasya. Atau bisa juga dengan memberikan buku yang sudah ada gambar di dalamnya sehingga klien hanya mewarnai saja. 4. Literatur therapy : berikan beberapa buku di dalam ruangan klien supaya ketika di dalam ruangan klien bisa mengisi waktunya dengan membaca, lebih bagus lagi apabila buku tersebut termasuk buku yang di sukai oleh klien, atau penulis yang di sukai klien.

BAB IV PEMBAHASAN

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Pada bab tentang asuhan keparawatan, kelompok menggunakan konsep Milieu therapy yang merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008). Tujuan terapi Milieu menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah a. Meningkatkan pengalaman positif pasien gangguan mental/psikologis.  b. Membantu individu dalam meningkatkan harga diri. c. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat dan mencapai perubahan kesehatan yang  positif/optimal. Karakteristik terapi lingkungan disesuaikan dengan masalah kejiwaan yang dialami oleh klien. Pada asuhan keperawatan di bab sebelumnya, kami mengangkat kasus harga diri rendah. Tujuan terapi lingkungan untuk kasus tersebut sebagai upaya untuk membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan. Terapi lingkungan yang diberikan berfokus pada pengembangan harga diri dan berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain sehingga klien dapat mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Menciptakan ruangan yang aman dan nyaman bagi klien memiliki tujuan agar klien merasa betah berada pada ruangan tersebut. Hindarkan benda-benda tajam untuk menghindari upaya bunuh diri pada klien. Sediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh klien, berikan suasana ruangan menyenangkan dengan cat ruangan berwarna cerah dan bahan bacaan atau tontonan yang menarik sehingga dapat meningkatkan aktivitas klien. Mendiskusikan masalah klien dengan perawat secara rutin dan bertahap diharapkan dapat meningkatkan harga diri klien sehingga klien dapat melakukan interaksi dengan perawat atau petugas yang lain. Menyertakan keluarga dalam proses asuhan keperawatan juga dapat dilakukan agar pasien tidak merasakan kesepian, dan dapat meningkatkan hubungan sosial klien secara bertahap.

Terapi kegiatan yang diberikan kepada klien diharapkan dapat menambah aktivitas dan meningkatkan interaksi social klien dengan orang disekitarnya. Memberikan music berirama bahagia dan menyenangkan diharapkan dapat memberikan rasa senang pada klien. Ada beberapa jenis terapi lingkungan yang bisa diberikan kepada klien dengan kasus harga diri rendah, yaitu : 1. Terapi rekreasi Menurut kelompok kami, terapi rekreasi dapat mengajak klien untuk bermain bulu tangkis atau bisa melakukan aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau area sekitar rumah sakit, agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa juga melibatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan. Klien juga dapat melatih diri untuk lebih terbuka dan mampu mengutarakan apa yang selama ini klien rasakan. Ter api rekreasi juga dapat memberikan rasa fresh pikiran klien sehingga klien dapat merasa beban klien sedikit terangkat. 2. Terapi musik Menurut kelompok kami, terapi musik juda dapat memberikan kesempatan kepada klien dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Musik klasik atau musik jazz bisa kita berikan untuk memberikan suasana hati klien menjadi tenang, nyaman dan bisa memberi kesenangan bagi klien dan memberikan ketenang fikiran bagi klien, atau mungkin klien juga bisa mendengarkan musik diiringi dengan tarian kecil hal ini bisa digunakan sebagai bentuk ekspresi non ver bal dengan gerakan tubuh dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan klien. 3. Terapi melukis Menurut kelompok kami, terapi melukis dapat memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan ketegangan dan klien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan. 4. Literatur therapy Menurut kelompok kami, literatur therapy juga dapat memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya dengan melalui membaca  buku yang sesuai dengan keadaan klien saat ini, atau klien dapat membaca buku yang klien suka dengan orang-orang disekitar klien seperti perawat atau teman teman klien, keluarga klien sehingga klien bisa sharing tentang buku yang meraka baca dan melatih klien untuk  bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

BAB V PENUTUP 4.1 KESIMPULAN

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif dan mengajarkan keterampilan psikososial. Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi kreasi seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi, ada juga pet therapy dan plant therapy. Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses sosialisasi

4.2 SARAN

Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku perilaku yang ditujukan oleh pasien.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF