MAKALAH terapi bermain

April 3, 2019 | Author: diah ayu tri wartami | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Makalah terapi bermain...

Description

MAKALAH TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA TODDLER BERMAIN PUZLLE Dosen Pengampu : Ns. Isnaini Rahmawati, MAN

Disusun Oleh : Kelompok 2 ( S16C) Asri Wulandari

(S16135)

Bagas Pandhu Pramana

(S16136)

Berliana Sukmawati

(S16137)

Dedek May Elawati

(S16138)

Diah Ayu Tri Wartami

(S16139)

Dimas Pandu Dewangga

(S16140)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas  bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010). Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M.Djamil Padang diruangan anak kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (1-4 tahun) sebanyak 15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir

secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau orang Bermain

ini

menggunakan

objek

yang

dapat

melatih

kemampuan

keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telah di bongkar.

B. TUJUAN PENULISAN

Terapi bermain yang akan dilakukan bertujuan untuk : 1. Tujuan umum Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan dapat membantu tumbuh kembang anak tetap optimal walaupun sedang menjalani hospitalisasi. 2. Tujuan khusus Setelah mengikuti program bermain selama 25 menit, anak dapat : a. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan anak selama proses hospitalisasi  b. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat c. Mengembangkan aktifitas, sportifitas anak d. Dapat melanjutkan tumbuh kembang anak selama di RS sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berlanjut

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000). Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan  bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

B. TUJUAN BERMAIN PUZZLE

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selalu mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C.

FUNGSI BERMAIN PUZZLE

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik,

perkembangan

intelektual,

perkembangan

sosial,

perkembangan

kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. 1. Perkembangan Sensoris  –  Motorik  Pada

saat

melakukan

permainan,

aktivitas

sensoris-motorik

merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat  penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. 2. Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat  bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. 3. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar  berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan  prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui

kegiatan

bermain,

anak

akan

belajar

dan

mencoba

untuk

merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin  berkembang. 5. Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari  perilakunya terhadap orang lain 6. Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturanaturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang  benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media

yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat  pada keterampilan yang lebih majemuk. 4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. 5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. E. BENTUK-BENTUK PERMAINAN

Usia 1  –  4 tahun 1. Tujuannya adalah : a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak. b. Mengembangkan keterampilan berbahasa. c. Melatih motorik halus dan kasar. d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal

dan membedakan warna). e. Melatih kerjasama mata dan tangan. f. Melatih daya imajinansi. g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. 2.

Alat permainan yang dianjurkan : a. Alat-alat untuk menggambar. b. Lilin yang dapat dibentuk  c. Pasel (puzzel) sederhana d. Manik-manik ukuran besar  e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda

F.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan 2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu 3. Jenis kelamin 4. Lingkungan atau lokasi, negara, kultur 5. Alat permainan atau senang dapat menggunakan 6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain 2. Tahap Permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan 3. Tahap Bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan 4. Tahap melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana 2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis 3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien 4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien 5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak 6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

I.

HAMBATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia 2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhada p permainan 3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang  bersamaan.

J.

ANTISIPASI HAMBATAN

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama 2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain 3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan 4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan 5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

K. CARA BERMAIN PUZZLE

1. Sediakan kertas/kayu puzzel bergambar 2. Bongkar kertas/kayu puzzel tersebut 3. Pasang kembali potongan puzzel sesuai pasangannya 4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu 5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya 6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel di bongkar

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah puzzrl. Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle  berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media  puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

B. SARAN

1. Orang tua Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan. 2. Rumah Sakit Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan. 3. Mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF