Makalah Teori Pembentukan Batubara (Teknologi Eksplorasi Batubara) 2

May 13, 2019 | Author: ridho | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Teknik Eksplorasi Batubara...

Description

MAKALAH TEORI PEMBENTUKAN BATUBARA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Eksplorasi Batubara Dosen : Aprind Pirantawan ST.,MT

Disusun Oleh : Anggi Dwi Rizki

DBD 113 053

Muhamad Ridho

DBD 113 102

Rudy Cahyono

DBD 113 160

Astika Putri Roshinta

DBD 114 004

 Nurul Azizatul Hasanah

DBD 114 007

 Noor Rizal Fahliani

DBD 114 010

Ivana Yolanda Umar

DBD 114 012

Ridho Romadhon

DBD 114 014

Fajria Maulida

DBD 114 019

Saffitri Angraini Puspa

DBD 114 023

UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas karunia-Nya, tim  penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul yang berjudul “Teori “Teori Pembentukan Batubara”. Batubara”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Eksplorasi Batubara. Di samping itu, tim penulis juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa pada khususnya dan pihak lain pada umumnya. Dengan terselesaikannya makalah ini, tim penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam  perbuatan makalh ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari k ata sempurna. Oleh karena itu, tim penulis berharap kritik serta saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi semua, kami ucapkan terimakasih.

Palangkaraya, Maret 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................... ........................ i DAFTAR ISI ................................................ ........................................ ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... ..... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................... ..... 2 1.3. Tujuan Penulisan .................................................. .............. 2 1.4. Manfaat Penulisan ................................................ .............. 2 BAB II. PEMBAHASAN ....................................................... .............. 3 2.1. Pengertian Batubara ............................ ............................... 3 2.2. Jenis-Jenis Batubara ...................................................... ..... 4 2.3. Teori Pembentukan Batubara ............................................. 5 2.4. Proses Pembentukan Batubara ......................................... 12 2.5. Materi Pembentukan Batubara ......................................... 16 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Batubara .................. 17 BAB III. PENUTUP ........................................................................... 20 3.1. Kesimpulan.................................................. ..................... 20 3.2. Saran ................................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Formasi Insitu ................................................... ..... 6 Gambar 2.2 Model Formasi Drift.......................................................... 8 Gambar 2.3 Skema Pembentukan Batubara ........................................ 14 Gambar 2.4 Proses Pembentukan Batubara ........................................ 15

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu  bara coklat)’ –   Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘sub bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung  hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses  pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Tingkatan biokimia (atau biogenetik) daripada metamorfisme organik adalah aksi orgasnisme hidup, khususnya dominan bakteri. Bakteri yang  berperan yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob serta jamur, Bakteri aerobmenguraikan unsur karbon (C), nitrogen (N) dan karbon dioksida (CO2).

1

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian batubara. 2. Apa jenis batubara. 3. Apa teori pembentukan batubara. 4. Bagaimana proses pembentukan batubara. 5. Apa materi pembentukan batubara. 6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi batubara.

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui penegertian dari batubara. 2. Mengetahui jenis batubara. 3. Mengetahui teori pembenntukan batubara. 4. Mengetahui proses pembentukan batubara. 5. Mengetahui materi pembentukan batubara. 6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi batubara.

1.4

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai sarana pengetahuan tentang teknologi ekslporasi batubara dan sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa  pertambangan pada khususnya, tentang teori-teori pembentukan batubara.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

PENGERTIAN BATUBARA

Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses  pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Tingkatan biokimia (atau biogenetik) daripada metamorfisme organik adalah aksi orgasnisme hidup, khususnya dominan bakteri. Bakteri yang  berperan yaitu bakteri aerob  dan bakteri anaerob  serta jamur, Bakteri aerob menguraikan unsur karbon (C), nitrogen (N) dan karbon dioksida (CO2) pada material tumbuhan, sedangkan bakteri anaerob menguraikan unsur hidrokarbon (CH), asam (acid) serta alkohol (C2H5OH) pada material tumbuhan, proses ini  berlangsung di bawah permukaan. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam  berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9 NS untuk bituminus dan C240H90O4 NS untuk antrasit. Fase geokimia didominasi oleh pengaruh peningkatan temperatur dan tekanan, disebabkan oleh peningkatan kedalaman penimbunan unsur organik di  bawah tutupan sedimen ( sedimentary overburden). Pada tahapan geokimia, terjadi peningkatan rank pada batubara mulai dari lignite sampai pada tahap anthracite, seiring dengan kenaikan rank, maka terjadi  pula kenaikan unsur karbon, nilai reflectan (Rmax) dan CV (Caloric Value) atau nilai kalori, serta terjadi penurunan kandungan air (H2O), Vollatil Matter (VM), Hidrogen (H) dan Oksigen (O).

3

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batubara) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu  pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut  berubah menjadi lignite (batubara muda) atau brown coal (batubara coklat), ini adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan  batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara ‘sub bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

2.2

JENIS-JENIS BATUBARA

Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut dise but sebagai ‘tingkat mutu’ batu bara. Berdasarkan tingkat  proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. 1. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86%  –   98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.Biasanya digunakan untuk proses sintering bijih

4

mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap. 2. Bituminus mengandung 68 –   86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia. Dan  batubara ini masih dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Batubara ketel uap atau batubara termal atau yang disebut steam coal, banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembakaran umum seperti pada industri bata atau genteng, dan industri semen  b. Batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal ) digunakan untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia. 3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan  bituminus. 4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. 5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang  paling rendah.

2.3

TEORI PEMBENTUKAN BATUBARA

Teori pembentukan batubara berdasarkan tempat terbentuknya terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Teori Insitu

Teori ini menyatakan bahwa bahan - bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh - tumbuhan asal itu berada. Lingkungan tempat tumbuhnya pohon-pohon kayu pembentuk batubara itu adalah pada daerah rawa atau hutan basah. Kejadian pembentukannya diawali dengan tumbangnya pohon-pohon kuno tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor, 5

seperti angin (badai), dan peristiwa alam lainnya. Pohon-pohon yang tumbang tersebut langsung tenggelam ke dasar rawa. Air hujan yang masuk ke rawa dengan membawa tanah atau batuan yang tererosi pada daerah sekitar rawa akan menjadikan pohon-pohon tersebut tetap tenggelam dan tertimbun. Dengan demikian setelah tumbuhan mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.

Gambar 2.1 Model Formasi insitu

Demikianlah seterusnya, bahwa semakin lama semakin teballah tanah  penutup pohon-pohonan tersebut. Dalam hal ini pohon-pohon tersebut tidak menjadi busuk atau tidak berubah menjadi humus, tetapi sebaliknya mengalami  pengawetan alami. Dengan adanya rentang waktu yang lama, puluhan atau  bahkan ratusan juta tahun, ditambah dengan pengaruh tekanan dan panas, pohon-

6

 pohonan kuno tersebut mengalami perubahan secara bertahap, yakni mulai dari fase penggambutan sampai ke fase pembatubaraan.

Ciri : a. Penyebaran luas dan merata.  b. Kualitas lebih baik, contoh Muara Enim, Sumatra Selatan.

2. Teori Drift

Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang  bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus ( splitting ), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan  batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan) Tahap penggambutan ( peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air  pada kedalaman 0,5 - 10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara

7

dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub  bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit. Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan  berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.

Gambar 2.2 Model Formasi Drift

Ciri : a. Penyebaran tidak luas tetapi banyak.  b. Kualitas kurang baik (mengandung pasir pengotor), contoh pengendapan delta `di aliran sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Selain teori pembentukan berdasarkan tempat pembentukannya, adapun teori-teori pembentukan batubara lainnya, antara lain :

8

1. Teori Pembentukan Peat (Gambut)

Lapisan batubara umumnya berasal dari peat(gambut) deposit di suatu rawa. Faktor-faktor penting dalam pembentukkan peat: a. Evolusi perkembangan flora Batubara tertua yang berumur Hurorian Tengah dari Michigan berasal dari alga dan fungi. Sedangkan pada jaman Devon Bawah dan Atas, batubara kebanyakan berasal dari Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana (lower devon)). Kebanyakan batubara dari jaman ini memiliki rata-rata lapisan yang tipis(3-4m) dan tidak punya nilai ekonomis. Pada

Carbon Atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai

ketinggian lebih dari 30m namun belum seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasi

oleh:

Lepidodendron,

Sigillaria,

Leginopteris

oldhamia,

Calamitea. Jaman Upper Carboniferous dikenal sebagai perioda bituminous coal Lapisan penting batubara berumur Perm terdapat di USSR, dominan terbentuk dari Gymnosperm cordaites. Pada jaman Mesozoic terutama Jura dan Cretaceous Bawah, Gymnosperm(Ginkcophyta,

Cycadophyta

dan

Cornifers)

merupakan

tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama di Siberia dan Asia Tengah. Pada rawa-rawa berumur Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm tumbuh dengan pesat di N. America, Europe, Japan dan Australia. Jika dibandingkan dengan tumbuhan pada masa Carbon, tumbuhan pada  jaman Mesozoic terutama jaman Tersier lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan deposit peat yang tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya. Perkembangan dan evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman  jenis dan tipe batubara yang dihasilkan.

9

 b. Iklim Pada iklim yang lebih hangat dan basah tumbuhan tumbuh lebih cepat dan beragam. Lapisan-lapisan kaya batubara berumur Carbon Atas, Cretaceous Atas dan Tersier Awal diendapkan pada iklim seperti ini. Namun  pada hemisphere selatan dan Siberia juga terdapat endapan batubara yang kaya yang diendapakan pada iklim yang sedang hingga dingin, contohnya  batubara inter-post glacial PermoCarbon Gondwana

(dari Ganganopteris

glossopteris) dan batubara umur Perm dan Jura Bawah dari Angara konitnen. Lapisan batubara yang diendapkan pada iklim hangat dan basah  biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang diendapkan pada iklim basah.

c. Paleogeografi dan Tectonic Requirement Formasi lapisan tergantung pada hubungan paleogeografi dan struktur  pada daerah sedimentasi. Pembentukan peat(gambut) terjadi pada daerah yang depresi permukaan dan memerlukan muka air yang relatif tetap sepanjang tahun diatas atau minimal sama dengan permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul pada flat coastal area dimana banyak rawa yang berasosiasi dengan  persisir pantai. Selain itu rawa-rawa juga muncul di darat(shore or inland lakes). Tergantung pada posisi asli geografinya, endapan batubara paralic(sea coast) dan limnic(inland) adalah berbeda. Paralic coal swamps memiliki sedikit pohon atau bahkan tanpa pohon dan terbentuk diluar distal margin pada delta. Pembentukkannya merupakan akibat dari regresi dan transgresi air laut. Banyak coastal swamps besar yang  berkembang dibawah perlindungan sand bars dan pits sehingga dapat menghasilkan endapan batubara yang tebal. Back samps terbentuk dibelakang tanggul alam sungai besar. Pada b ack swamps, peats(gambut) kaya dengan mineral matter akibat banjir yang sering terjadi. Peat deposits hanya dapat terawetkan pada daerah subsidence. 10

Akibatnya endapan yang kaya batubara banyak berhubungan dengan daerah ini, seperti yang sering muncul pada foredeep pada suatu pegunungan lipatan yang besar. Sikuen sediment yang tebal dimana didalamnya terdapat lapisan tipis  batubara( ± 800C). Proses ini berlangsung pada kedalaman satu sampai sepuluh meter dibawah permukaan.

15

2. Fase Geokimia (Metamorfisma)

Fase geokimia (fase ini tidak ada lagi aktivitas organism seperti bakteri, tetapi didominasi oleh pengaruh peningkatan temperatur dan tekanan, disebabkan oleh peningkatan kedalaman penimbunan unsur organik di bawah tutupan sedimen ( sedimentary overburden). Batas dari fase tersebut yaitu pada kedalaman lebih dari sepuluh meter, tetapi bisa dikatakan reaksi berakhir pada tingkat gambut dan aksi geokimia menjadi agen utama pada tingkat brown-coal  dan hard-coal . Pada tahapan geokimia, terjadi peningkatan rank pada batubara mulai dari lignite sampai pada tahap anthracite, seiring dengan kenaikan rank, maka terjadi  pula kenaikan unsur karbon, nilai reflectan (Rmax) dan CV (Caloric Value) atau nilai kalori, serta terjadi penurunan kandungan air (H2O), Vollatil Matter (VM), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat  batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin tinggi nilai kalorinya. Pada  batubara yang sama Nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu. Semakin tinggi moisture atau abu, semakin kecil nilai kalorinya. Kandungan karbon secara sesuai pada rank batubara yaitu: Gambut (55% C), Lignite (60% C), Sub-bituminous (70%), Bituminous (80% C) dan Anthracite (95% C).

2.5

MATERI PEMBENTUKAN BATUBARA

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: 1. Alga Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.

16

2. Silofita Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini. 3. Pteridofita Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama  pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. 4. Gimnospremae Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung

kadar

getah

(resin)

tinggi.

Jenis

Pteridospermae

seperti

gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. 5. Angiospermae Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang  bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

2.6

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN BATUBARA

Batubara terbentuk dengan cara yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Faktor yang berpengaruh pada pembentukan batubara, yaitu : 1. Posisi Geotektonik 

Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-gaya tektonik lempeng. Posisi ini mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan  pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. 17

2. Morfologi (Topografi)

Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.

3. Iklim

Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Tergantung pada posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik. 4. Penurunan

Dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal. 5. Umur Geologi

Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangannya secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Makin tua umur  batuan makin dalam penimbunan yang tejadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur  perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.

6. Tumbuhan

Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. P ertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu, merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai type  batubara.

18

7. Dekomposisi

Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan  bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati.

Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara  berbitumen. Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang  berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam  bentuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan  bertambah. Kecepatan pembentukan gambut tergantung pada kecepatan  perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi  proses disintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan  penguraian oleh mikrobiologi.

19

BAB III PENUTUP 3.1

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa batubara adalah salah satu  bahan bakar fosil, yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, yaitu dari sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Batubara terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan yang mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh kimia, fisika dan geologi. Teori pembentukan batubara berdasarkan tempat terbentuknya batubara, yaitu : 1. Teori In-situ Teori In  –   situ menyatakan batubara terbentuk dari tumbuhan atau  pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan  berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik. 2. Teori Drift Teori Drift menyatakan batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus ( splitting ), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan

20

abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan) Tahap penggambutan ( peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 –  10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan  NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses  biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi an trasit, antrasit, hingga meta antrasit.

3.2

SARAN

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan dimohon agar pembaca dapat memperbaiki dan dapat saling melengkapi data-data yang kurang demi mendapatkan hasil yang bagus. Dalam makalah ini membahas tentang teori  pembentukan batubara, yang menjelaskan teori-teori yang menjelaskan  pembentukan batubara dari awal pembentukannya. Teori-teori yang kami bahas dalam makalah ini adalah teori In-situ dan teori drift, mungkin pembaca mengetahui lebih banyak lagi tentang teori-teori pembentukan batubara, oleh sebab itu kami sangat berharap saran dan masukan dari pembaca. 21

DAFTAR PUSTAKA

“ Proses Pembentukan Batubara Ganesa”.Tambang UNP. Web. 24 Maret 2016 pukul 15.34 WIB “ Proses Terbentuknya Batubara”.Setyawan887. Web 24 Maret 2016 pukul 15.02 WIB. “ Proses Pembentukan Batubara”.Minerity Sriwijaya. Web. 24 Maret 2016 pukul 15.24 WIB. “ Proses Pembentukan Batubara”.Aulia Asyarifah. Web. 24 Maret 2016 pukul 15.42 WIB. “ Pembentukan Batubara”.Achmadin Blog.Web. 24 Maret 2016 pukul 15.16 WIB. “Terbentuknya Batubara”.Tana Angga.Web. 24 Maret 2016 pukul 15.40 WIB. “ Makalah Pembentukan Batubara”.Dokumen Tips. Web. 24 Maret 2016 pukul 15.21 WIB.

22

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF