Makalah Tektonik Ntt Kelompok 3
May 6, 2019 | Author: Hakiem Arif Rachman | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Tektonik Ntt Kelompok 3...
Description
TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas mata kuliah tektonik Indonesia Yang dibimbing oleh Hendro Nugroho Suaidi Ahadi
Disusun oleh : Arif Rachman Hakim
(13.09.2078)
Benedhicta .C. Rumbiak
(13.08.1873)
Relly Margiono
(13.08.1888)
Martin P.J. Nababan
(13.09.2086)
AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA JURUSAN GEOFISIKA JULI 2011
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… .
1
1.1.
LATAR BELAKANG...................................................................................
1
1.2.
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..
2
1.3.
TUJUAN…………………………………………………………………….
2
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
3
II.1
KONDISI GEOLOGI………………………………………………………
3
II.2
KONDISI GEOMORFOLOGI…………………………………………….
4
II.3.
PROSES PEMBENTUKAN TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR…
7
II.4
PATAHAN DAN SESAR NUSA TENGGARA TIMUR………………….
9
II.5
GUNUNG-GUNUNG YANG BERADA PADA NUSATENGGARA TIMUR… 12
BAB II
BAB III KESIMPULAN………………………………………………………………………..
13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4.
LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan tektonik indonesia yang merupakan bagian dari lempeng mikro sunda diawali dengan pemisahan benua raksasa Gondwana yang berada di belahan bumi selatan yang dilanjutkan dengan pergeseran-pergeseran pada akhir jura 126 juta tahun lalu. Selanjutnya pada akhir kapur 65 juta lalu mulai terlihat bentuk lepeng mikro sunda yang merupakan gabungan dari sumatra, semenanjung malaka, sebagian besar kalimantan dan sebagian jawa. Lempeng mikro sunda ini sejak awal merupakan bagian dari benua asia. Indonesia dikenal sebagai wilayah yang mempunyai tatanan geologi yang unik dan rumit. Keunikan dan kerumitan kondisi geologi ini sudah banyak diuraikan oleh para peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan konsep tektonik klasik. Konsep tektonik klasik adalah konsep yang berpandangan bahwa terbentuknya geosinklin sampai pegunungan terjadi pada tempat yang tetap ( Sudrajat, 1997 ). Namun pada dasarnya konfigurasi tektonik indonesia saat ini merupakan reperenstasi dari hasil pertemuan konvergen tiga lempeng sejak zaman Neogen. Pulau-pulau di Nusatenggara sering disebut sebagai kepuluan sunda kecil. Evolusi setiap pulau di Nusatenggara cukup komplek dan sering menjadi perdebatan para ahli geologi, ada yang berpendapat bahwa sumba berasal dari sundaland dan yang lain berpendapat sumba berasal dari Australia. Pulau-pulau di Nusatenggara harus dibedakan antara pulau-pulau oseanik dan pulau-pulau kontinental. Pulau-pulau oseanik merupakan pulau-pulau yang mucul dari kerak samudra yang terisolasi dari kerak kontinen sebagai hasil subduksi oseani ke oseanik.
1.2.
1.3.
RUMUSAN MASALAH 1.
Kondisi Geologi dan Morfologi Nusatenggara Timur
2.
Proses pembentukan Tektonik Nusatenggara Timur
3.
Patahan dan Sesar Nusatenggara Timur
4.
Gunung-gunung yang berada pada Nusatenggara Timur
TUJUAN Tujuan penulisan ini dilakukan untuk mengetahui proses pembentukan tektonik
Nusatenggara Timur dan juga untuk mengetahui sesar – sesar yang berada pada kepulaun tersebut. Juga untuk mengetahui seluruh kondisi tektonik Nusatenggara Timur
BAB II PEMBAHASAN
II.1
KONDISI GEOLOGI Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri
dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia. Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volkanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic. Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya
tabrakan dari Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi. Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia. Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan nonvolkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu. Nusa Tenggara Bagian Timur Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut orogene timor dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa Tenggara bagian timur ini agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum Australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sitem Pegunungan Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut nndan sebagiannya, menurut Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem penggelombangan masa tersier dari pegunungan Sunda. II.2
KONDISI GEOMORFOLOGI Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang
merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut
bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda. Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara. Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut dangkal di selat Madura. Busur Dalam Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Struktur umum Lombok di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif Rinjani (zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis. Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan Jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang masih aktif, menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur Tertier Ulu Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pulau Nusa Panida (529
m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier ini. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda. Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi terpencil dari zone Solo. Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut. Palung Antara dengan Sumba Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara. Busur Luar Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois. Palung Depan Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 30004000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan Sahul. II.2.
PROSES PEMBENTUKAN TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR Proses pembentukan Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari proses pembentukan
tektonik indonesia secara keseluruhan. Pada 40 juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau pulau lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga bagian utara dari Kalimantan belum muncul. Pada 30 juta tahun yang lalu, lengan utara sulawesi ulai terbentuk bersamaan dengan jalur oviolit jamboles. Sedangkan jalur ofiolit sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan. Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan dengan jalur ofiolit sulawesi timur, dan laut maluku membentuk sebagai bagian dari laut filipina. Laut cina selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara serawak-sabah mulai aktif. Selnjutnya Australia dan papua bergerak mendorong ke arah utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau di indonesia timur berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam.
Pada 10 juta tahun yang lalu, benua mikro ukang besi – Buton bertumbukan dengan jalur ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan laut serawak terbentuk di utara kalimantan. Sulawesi terbentuk yang merupakan gabungan dari setidaknya tiga unsur dari lokasi berbeda. Kemudian di ikuti dengan terbentuknya pulaupulau di daerah laut banda dan halmahera. Kalimantan menjadi utuh dengan menyatunya bagian utara yang berasal dari unsur di utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke indonesia. Pada 5 juta tahun yang lalu, benua mikro banggai-sula bertumbukan dengan jaalur ofiolit sulawesi timur, dan mulai aktif tunjangan miring di antara papua nugini. Sulawesi yang merupakan pulau besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti sekarang sejak lima juta tahun yang lalu. Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang berarahbarat – timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.
Gambar.2. peta Nusa Tenggara Timur “Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona
penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia. II.3
PATAHAN DAN SESAR NUSA TENGGARA TIMUR Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan bagian dari
kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di mana keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng IndoAustralia, menyusup ke bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan (oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah selatan Pulau Timor yang dikenal sebagai Timor through. Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic arc).
Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tunjaman balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua (arc-continent collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar naik ini. Back arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor. Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji mengingat sangat aktifnya dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan tersebut. Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh aktivitas penyusupan lempeng. Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari timur laut Bali sampai dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempa- gempa merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan. Sesar ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan gempa Flores yang diikuti gelombang pasang tsunami yang menewaskan 2.100 orang. Sesar ini juga diduga sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan 1.500 orang pada tanggal 21 Januari 1917. Sesar segmentasi timur dikenal sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau Romang (Gambar 2). Struktur ini pun tak kalah berbahaya dari Flores Thrust dalam "memproduksi" gempa- gempa besar dan merusak di kawasan NTT, khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang menewaskan ratusan orang.
Berdasarkan tinjauan aspek seismisitas dan tektonik tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingginya aktivitas seismik daerah Kepulauan Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit oleh dua generator sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan lempeng Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar aktif busur belakang (Wetar Thrust). Adapun gempa Alor yang terjadi 12 November 2004 besar kemungkinan disebabkan oleh aktivitas Wetar Thrust. Di samping karena episenternya yang memang berdekatan dengan Wetar Thrust, gempa tersebut juga memiliki kedalaman normal (dangkal). Gempa dangkal adalah salah satu ciri utama gempa akibat aktivitas sesar aktif. Faktor pendukung lain adalah hasil analisis solusi bidang sesar yang menunjukkan sesar naik (thrust
fault),
yang
juga
merupakan
ciri
mekanisme
gempa
back
arc
thrust.
Gambaran seismisitas dan kerangka tektonik di atas kiranya cukup memberikan gambaran yang menyeluruh bahwa Kepulauan Alor dan sekitarnya sangat rawan terhadap bencana kebumian, seperti gempa bumi dan tsunami. Bagi masyarakat Alor, kondisi alam yang kurang "bersahabat" ini adalah sesuatu yang harus diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik. II.4
GUNUNG-GUNUNG YANG BERADA PADA NUSATENGGARA TIMUR Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik
pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini "mengikat" lempengan-lempengan tersebut.Dengan sifat tersebut,pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi. NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri atas tiga pulau besar yakni Flores, Sumba dan sebagian Pulau Timor serta pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Komodo, Kepulauan Alor dan Solor, Roti, Sabu, dll. Wilayah ini merupakan wilayah vulkanis memiliki alam yang berbukit- bukit dengan iklimnya yang kering. Di Provinsi NTT terdapat 20 gunung api aktif yang tersebar di pulau Flores,Lomblen, adonara, komba, pantar yaitu:
a. GUNUNG WAI SANO b. GUNUNG RANAKAH c. GUNUNG INIERIE d. GUNUNG INIELIKA e. GUNUNG IYA f. SUKARIA CALDERA g. GUNUNG KELIMUTU h. GUNUNG EGON i.
GUNUNG ILIMUDA
j.
GUNUNG LEWOTOBI
k. GUNUNG LEROBOLENG l.
GUNUNG RIANG KOTANG
m. GUNUNG PALUWEH n. GUNUNG ILIBOLENG o. GUNUNG ILILABALEKAN p. GUNUNG LEWOTOLO q. GUNUNG ILIWERUNG r. GUNUNG BATU TARA s. GUNUNG SIRUNG t.
GUNUNG POCO LEOK SUBREGION
BAB III KESIMPULAN Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan nonvolkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu. Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang berarahbarat – timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya. Daerah Nusa Tenggara termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di mana keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan (oceanic trough).
DAFTAR PUSTAKA Ibrahim,G ; Subardjo; Sendjaja,P (2010). Tektonik dan Mineral di Indonesia, Badan Meteorologi dan Geofisika. http://one.blogspot.com/struktur grologi. http://nttprov.go.id/geologi daerah http://psg.bgl.esdm.go.id/189-dinamika-cekungan-tanimbar.htm http://www.slideshare.net/armstrong/peta-gunung-api-dan-potensi-geothermal-bali-ntb-nttarmstrongunima http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/11/03/144190-tiga-gunungapi-ntt-menunjukkan-peningkatan-aktivitas http://sbelen.wordpress.com/2011/Benarkah Pulau Flores bisa tenggelam, seperti jatuh ke dalam laut « Sbelen’s Weblog.htm http://www.petantt.com/profil-peta-nusa-tenggara-timur/ http://gurugeobandung.blogspot.com/2010_11_01_archive.html
View more...
Comments