Makalah Seminar Akt Keuangan ( Jurnal Valuation )Ohlson

October 2, 2017 | Author: Nur Ravita Hanun | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Seminar Akt Keuangan ( Jurnal Valuation )Ohlson...

Description

ANALISIS ARTIKEL Earnings, Book Values, and Dividends in Equity valuation James A. Ohlson (1995) Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities Gerald A. Feltham dan James A.Ohlson (1995)

oleh: AJENG TITA NAWANGSARI

041424253003

TETY INDAH APRIANTI

041424253011

NUR RAVITA HANUN

041424253025

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga 2016

Earnings, Book Values, and Dividends in Equity valuation

James A. Ohlson (1995) A.

JOURNAL SUMMARY

Jurnal ini mengembangkan dan menganalisa model dari nilai pasar suatu perusahaan yang berkaitan dengan pendapatan kontemporer dan masa depan, nilai buku, dan dividen. Dalam jurnal ini dibahas hubungan penerapan surplus bersih, dan penurunan nilai buku dividen saat ini namun tidak memengaruhi laba-rugi tahun berjalan. Model yang dihasilkan dalam jurnal ini menyediakan patokan berguna ketika seseorang mengkonsepsikan bagaimana nilai pasar berhubungan dengan data akuntansi dan informasi lainnya. Secara umum, jurnal ini memberikan kontribusi terhadap literatur akuntansi sebagai model acuan yang dapat digunakan untuk konsep bagaimana nilai berkaitan dengan tiga variabel akuntansi, laba, nilai buku, dan dividen. Teori yang membahas mengenai penilaian perusahaan biasanya mengacu pada konsep teori ekonomi neoklasikal. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa nilai perusahaan adalah sebesar nilai sekarang dari dividen eskpekatian yaitu sejumlah aliran kas yang diharapkan akan diterima oleh investor di masa yang akan datang. Model penilaian ini bisa disebut dengan model Dividend Discounted Model. Persamaan yang memenuhi model DDM disajikan sebagai berikut: Dimana:

Kelemahan yang ada dalam model DDM ini adalah investor akan mempunyai keyakinan dan pilihan yang berbeda-beda mengenai saat dan jumlah dividen yang akan diterimanya di masa yang akan datang. Sedangkan untuk perbedaan preferensi investor hal tersebut akan menghasilkan perbedaan perhitungan nilai sekarang dari nilai prediksi dividen tersebut. Karena tidak adanya nilai yang objektif dari model neoklasik tersebut maka akan sangat sulit untuk mendapatkan nilai DDM yang objektif. Ohlson (1995) mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu dalam model ohlson, ekspektasi investor bersifat homogen dan investor bersifat risk neutral Sehingga discount factor akan sama dengan risk free rate-nya. Asumsi selanjutnya yang digunakan dalam model ohlson adalah adanya hubungan surplus bersih (Clean surplus relation) dimana hubungan ini menyatakan bahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal (pembagian dividen dan penambahan modal) adalah berasal dari laba perusahaan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pendistribusian kekayaan kepada pemegang saham ini akan mengurangi nilai buku dari ekuitas tetapi tidak mempengaruhi laba saat ini (leave the current earnings unchanged).

Hubungan surplus bersih ini dapat dituliskan sebagai berikut: Dimana:

dan Dimana dengan demikian persamaan (A2a) bisa dinotasikan dalam persamaan (A2b) yang mengasilkan persamaan sebagai berikut:

Dengan menggunakan asumsi hubungan Clean surplus relation fungsi dari nilai perusahaan ditentukan oleh besarnya nilai buku awal dan laba perusahaan. Dimana laba menurut CSR ini dapat dituliskan sebagai berikut: Sehingga menurut Clean surplus relation, Dividend perusahaan ini dapat dihitung sebagai berikut: Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya dividend perusahaan ini diperoleh atau merupakan fungsi dari laba perusahaan dan nilai buku ekuitas perusahaan. Dengan memasukkan model DDM yang ada dalam teori ekonomi neoklasik maka nilai perusahaan dapat diekspresikan dalam persamaan sebagai berikut:

Model penilaian Ohlson (1995) ini juga menggunakan asumsi yaitu stochastic time-series of abnormal earnings.Abnormal earnings menurut Ohlson (1995) dihitung dari laba saat ini dikurangi dengan risk free rate dikalikan dengan beginning book value of equity. Sehingga sebenarnya laba yang dimaksudkan dalam persamaan diatas merupakan laba abnormal atau abnormal earnings. Di dalam teori ekonomi, dinyatakan bahwa dalam jangka panjang perusahaan hanya akan memperoleh laba normal (mean reverting behavior) yaitu laba pada tingkat bunga bebas risikonya. Misalnya saja jika perusahaan dalam suatu industri menghasilkan laba diatas normal maka hal tersebut kemudian akan mendorong perusahaan lain masuk dalam industri dan mendorong laba abnormal tersebut turun ketingkat normalnya karena adanya persaingan. Begitu juga ketika suatu perusahaan memperoleh laba dibawah normal maka dalam jangka panjang perusahaan yang tidak mampu bertahan dalam industri akan keluar dan hal itu akan mendongkrak keuntungan perusahaan kelevel normalnya. Sedangkan untuk asumsi stochastic time-series of abnormal earnings, Ohlson (1995) menyatakan hal ini sebagai berikut: “…the dynamics specify that date t+1 expected abnormal earnings are linear in the date t abnormal earnings” Hal tersebut menyatakan bahwa sebenarnya abnormal earnings periode t akan mempengaruhi ekspektasi dari abnormal earnings pada d+1 dengan hubungan yang linear. Ohlson (1995) kemudian merumuskan sebuah model valuasi tertutup (closed-form) yang didasarkan atas asumsi perilaku time series of abnormal earnings sebagai berikut: ……. 1 …….. 2 Dalam persamaan 1 dan persamaan 2 diatas, VL merupakan dampak dari variabel lain (non akuntansi) pada nilai perusahan. VL ini mencerminkan nilai yang berasal dari transaksi atau kejadian yang mempengaruhi nilai perusahaan tetapi belum oleh akuntansi belum dibukukan. Sedangkan untuk parameter dalam persamaan 1 diatas menunjukan presistensi abnormal earnings yang menunjukan berapa persen laba abnormal dalam suatu periode akan diperoleh

kembali pada periode berikutnya. Sedangkan untuk parameter pada persamaan 2 menunjukan persistensi informasi lain (VL). Ohlson (1995) kemudian mengasumsikan bahwa nilai parameter dan adalah tetap dan diketahui. Dengan asumsi bahwa nilai rata-rata laba abnormal dalam jangka panjang adalah nol maka sebenarnya nilai kedua parameter tersebut diasumsikan berada pada batasan Linear information dynamics (LID).

perilaku tersebut dinamakan sebagai

Jika nilai perusahaan adalah sebesar nilai sekarang dari expected dividend dan asumsi hubungan surplus bersih terpenuhi maka dengan menggunakan LID assumption maka Ohlson (1995) kemudian merumuskan nilai perusahaan sebagai berikut: Dimana: = Nilai perusahaan pada periode t = Nilai buku ekuitas pada periode t = Abnormal earnings periode t = Variabel lain yang mempengaruhi nilai perusahaan periode t Dengan

Persamaan diatas menunjukan bahwa nilai perusahaan adalah sebesar nilai buku ekuitas ditambah dengan laba abnormal (abnormal earnings) dan pengaruh variabel lain dikalikan dengan kosntanta

dan konstanta

.

B. ANALISIS ARTIKEL a. What is the paper about and what do they find? Jurnal ini mengembangkan dan menganalisa model dari nilai pasar suatu perusahaan yang berkaitan dengan pendapatan kontemporer dan masa depan, nilai buku, dan dividen. Dalam jurnal ini dibahas hubungan penerapan surplus bersih, dan penurunan nilai buku dividen saat ini namun tidak memengaruhi laba-rugi tahun berjalan. Model yang dihasilkan dalam jurnal ini menyediakan patokan berguna ketika seseorang mengkonsepsikan bagaimana nilai pasar berhubungan dengan data akuntansi dan informasi lainnya. Secara umum, jurnal ini memberikan kontribusi terhadap literatur akuntansi sebagai model acuan yang dapat digunakan untuk konsep bagaimana nilai berkaitan dengan tiga variabel akuntansi, laba, nilai buku, dan dividen. Poin yang ditemukan oleh Ohlson PVED dan hubungan Surplus bersih menyiratkan bahwa nilai pasar sama dengan nilai buku ditambah dengan nilai kini dari masa depan

diharapkan pendapatan abnormal (Peasnell 1981), analisis penilaian dapat fokus pada prediksi pendapatan abnormal daripada dividen. Jurnal ini memanfaatkan dua ide sederhana : Pertama, seseorang dapat menerapkan hubungan surplus bersih untuk menggeser analisis nilai dari PVED dengan nilai buku ditambah dengan nilai saat ini dari pendapatan abnormal yang diharapkan. Kedua, asumsi bahwa pendapatan abnormal memuaskan (modified) memastikan kesederhanaan analitis. Kedua ide ini bergabung untuk menghasilkan evaluasi bentuk eksklusif dari nilai saat ini. Tanpa melanggar teori PVED, diperoleh gambaran eksplisit dan nilai dasar yang berhubungan dengan data akuntansi. Jurnal ini menyoroti peran penting dari data akuntansi ketika seseorang mencoba untuk untuk mengatasi sebuah paradoks dalam penilaian sekuritas neoklasik : nilai sekarang dividen yang diharapkan menentukan nilai perusahaan, namun prediksi urutan dividen pada dasarnya tidak relevan jika kebijakan dividen yang mendasari tidak relevan. b. How do they find it? Ohlson (1995) mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu dalam model ohlson, ekspektasi investor bersifat homogen dan investor bersifat risk neutral Sehingga discount factor akan sama dengan risk free rate-nya. Asumsi selanjutnya yang digunakan dalam model ohlson adalah adanya hubungan surplus bersih (Clean surplus relation) dimana hubungan ini menyatakan bahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal (pembagian dividen dan penambahan modal) adalah berasal dari laba perusahaan. C. Kontribusi Jurnal ini mengembangkan dan menganalisa model dari nilai pasar suatu perusahaan yang berkaitan dengan pendapatan kontemporer dan masa depan, nilai buku, dan dividen. Dalam jurnal ini dibahas hubungan penerapan surplus bersih, dan penurunan nilai buku dividen saat ini namun tidak memengaruhi laba-rugi tahun berjalan. Model yang dihasilkan dalam jurnal ini menyediakan patokan berguna ketika seseorang mengkonsepsikan bagaimana nilai pasar berhubungan dengan data akuntansi dan informasi lainnya. Secara umum, jurnal ini memberikan kontribusi terhadap literatur akuntansi sebagai model acuan yang dapat digunakan untuk konsep bagaimana nilai berkaitan dengan tiga variabel akuntansi, laba, nilai buku, dan dividen. Model ini memenuhi beberapa sifat menarik dan memungkinkan untuk realitas tertentu dalam akuntansi: teori secara langsung bersandar pada hubungan Surplus bersih dan fitur penurunan nilai buku dividen tapi laba saat ini tidak terpengaruh. D. Batasan Karena (A1) bergantung pada tingkat bebas risiko sebagai diskon faktor, teori telah didasarkan pada risiko netralitas. Aspek ini secara alami menimbulkan masalah bagaimana satu menggeneralisasi dan memodifikasi analisis untuk memasukkan risiko di urutan dividen yang diantisipasi. Tiga pendekatan yang mungkin; bagian ini secara singkat membahas kekuatan relatif mereka dan keterbatasan. Pendekatan pertama, meskipun pendekatan ini sederhana dan mungkin berguna untuk berbagai tujuan praktis, itu tidak memiliki daya tarik teoritis. Sebuah kelemahan teoritis yang jelas menyangkut silence tentang dari mana risiko berasal. Ini mungkin seharusnya tergantung pada risiko yang melekat pada abnormal earnings, nilai buku, dividen, dan sebagainya, tetapi ρ memberitahu kita apa-apa tentang hal-hal tersebut. Pendekatan kedua, analisis dalam makalah ini dapat dimodifikasi tanpa komplikasi analitis. "Biaya" dari penggunaan pendekatan ini, bagaimanapun, adalah jelas berat karena tidak

dengan sendirinya menyebabkan implikasi konkrit. Pendekatan ketiga, Sebuah batasan yang jelas menyangkut tidak adanya konsep leverage dalam model. Ia pergi tanpa mengatakan bahwa model memenuhi data akuntansi dan risiko pasar harus memisahkan risiko operasional dari risiko keuangan. E. Implikasi Jurnal ini menyoroti peran penting dari data akuntansi ketika seseorang mencoba untuk mengatasi sebuah paradoks dalam penilaian sekuritas neoklasik : nilai sekarang dividen yang diharapkan menentukan nilai perusahaan, namun prediksi urutan dividen pada dasarnya tidak relevan jika kebijakan dividen yang mendasari tidak relevan. Dengan memprediksi urutan variabel yang tidak tergantung pada kebijakan dividen, yaitu : laba abnormal masa depan. Pengamatan ini mengarah pada kesimpulan berikut : teori yang dikembangkan intinya adalah bagaimana data akuntansi tergantung pada dividen sebagai lawan dari bagaimana dividen tergantung pada data akuntansi. Dalam pandangan penulis, pentingnya titik ini tidak bisa terlalu ditekankan. Dalam pandangan penulis, pentingnya titik ini tidak bisa terlalu ditekankan sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini. KRITIK Jurnal Ohlson ini cukup menarik karena model tersebut mengakui informasi di luar laba, nilai buku, dan dividen. Memotivasi informasi tambahan dengan gagasan bahwa beberapa nilai yang relevan dengan peristiwa dapat memengaruhi perkiraan penghasilan masa depan dibandingkan dengan pendapatan saat ini, yaitu, pengukuran akuntansi menggabungkan beberapa nilai yang relevan dengan peristiwa hanya setelah penundaan waktu. Fitur ini menarik karena analisis menunjukkan bahwa data sementara akuntansi akan menjadi indikator tidak lengkap nilai, rata-rata tertimbang dari kapitalisasi laba dan nilai buku dari fungsi penilaian.

Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities Gerald A. Feltham dan James A.Ohlson (1995)

A. Journal Summary Model ohlson yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan ternyata menghasilkan nilai yang lebih rendah dari harga pasarnya hal ini diduga karena adanya konservatisma laporan keuangan. Hal lain yang mungkin saja menjadi penyebab dari hal itu adalah tidak adanya faktor pertumbuhan yang diperhitungkan dalam model ohlson (1995). Dengan alasan tersebut, Feltham dan Ohlson kemudian menyempurnakan model Ohlson (1995) dalam penelitian selanjutnya yang berjudul Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities dengan cara mempertimbangkan dua faktor yang telah disebutkan diatas. Model feltham ohlson ini juga mempunyai asumsi hubungan surplus bersih (Clean Surplus Relation) dimana asumsi hubungan ini menyatakan bahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal yaitu pembagian dividend dan atau penambahan modal perusahaan maka perubahan tersebut berasal dari laba perusahaan. Hubungan surplus bersih tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana: = Nilai buku ekuitas perusahaan pada tanggal t = Nilai buku ekuitas perusahaan tanggal t-1 = Laba (earnings) untuk periode t = Deviden untuk periode t Dalam teori surplus bersih (Clean Surplus Theory), laba diatas laba normal yang diperoleh perusahaan dinamakan sebagai laba abnormal. Dalam jangka panjang, perusahaan tentunya hanya akan memperoleh laba normal yaitu laba pada tingkat bunga bebas risiko. Jika suatu perusahaan memperoleh laba diatas normal maka hal tersebut tentu saja akan menarik perhatian para pesaing untuk masuk sehingga hal tersebut akan menurunkan laba abnormal tersebut sampai pada titik normalnya. Jika perusahaan memperoleh laba dibawah normal maka hal tersbut juga akan mendorong perusahaan-perusahaan lainnya untuk keluar dari industri sehingga laba perusahaan yang tetap bertahan dalam industri akan naik ke level normalnya. Perilaku ini disebut dengan mean reverting. Dalam jurnalnya, Feltham Ohlson (1995) menyatakan bahwa laba abnormal perusahaan yang digunakan sebagai penghitung nilai perusahaan berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Dengan demikian, Feltham dan Ohlson kemudian melakukan pemisahan antara aktivitas keuangan dan aktivitas operasi perusahaan dalam menentukan nilai perusahaan tersebut. Dalam jurnal ini, Feltham dan Ohlson (1995) mengasumsikan bahwa aset keuangan perusahaan telah dinilai berdasarkan harga pasar sehingga dari aset keuangan tersebut perusahaan hanya akan mendapatkan laba yang normal saja. Felthan dan Ohlson (1995) juga

mengasumsikan tiga hubungan lain selain dari hubungan surplus bersih (Clean Surplus relation) yang diantaranya adalah:

1. Hubungan bunga bersih Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Dimana: = pendapatan bunga bersih setelah dikurangi beban bunga = tingkat bunga bebas risiko (1+ tingkat bunga bebas risiko) = Saldo awal aset keuangan perusahaan Dalam persamaan yang ada diatas, bisa diamati bahwa Net interest relation ini menunjukan bahwa sebenarnya pendapatan bunga bersih adalah sebesar tingkat bunga bebas risiko dikalikan dengan financial assetnya. Hal ini didasari dengan asumsi bahwa aset keuangan perusahaan hanya akan memperoleh laba sebesar tingkat bunga bebas risiko sedangkan laba abnormal perusahaan sepenuhnya dihasilkan oleh aktivitas operasional perusahaan. 2. Hubungan Aset Keuangan Hubungan aset keuangan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Dimana: = Aset keuangan periode t = Aset keuangan awal periode (t-1) = Pendapatan bunga periode t = Dividen periode t = Aliran kas operasi periode t Persamaan diatas menunjukan bahwa sebenarnya aset keuangan yang dimiliki perusahaan akan bertambah dengan adanya pendapatan bunga bersih dan akan berkurang karena adanya kelebihan dividen diatas aliran kas operasi perusahaan. Atau bisa disimpulkan bahwa aset keuangan ini bertambah karena adanya pendapatan bunga dan adanya aliran kas operasi perusahaan dan berkurang karena adanya pembagian dividen ke pemegang saham. 3. Hubungan Aset Operasi

Hubungan aset operasi dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana: = Aset operasi pada periode t = Aset operasi pada periode t-1 = Laba operasi pada periode t = Aliras kas operasi bersih pada periode t Hubungan ini menunjukan bahwa aset operasi perusahaan bertambah karena adanya laba operasi perusahaan dan berkurang karena adanya aliran kas operasi bersih pada periode t. Berdasarkan ketiga hubungan yang dijelaskan diatas yaitu hubungan bunga bersih (NIR), hubungan aset keuangan (FAR) dan hubungan aset operasi (OAR) maka sebenarnya dividen perusahaan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari persamaan berikut:

Dimana: = dividen periode t = Aliras kas operasi bersih pada periode t = Aset keuangan periode t = Aset keuangan awal periode (t-1) = tingkat bunga bebas risiko (1+ tingkat bunga bebas risiko) Dengan demikian, nilai perusahaan yang diperoleh dari nilai sekarang dari deviden harapan (expected dividend) sama dengan jumlah aset keuangan ditambah dengan nilai sekarang dari aliran kas operasi bersih harapan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Persamaan diatas menunjukan bahwa nilai ekuitas perusahaan bergantung pada dua aktivitas perusahaan yang terpisah yaitu: a. Nilai dari aktivitas keuangan perusahaan (the value of firm’s financial activities) b. Nilai dari aktivitas operasi perusahaan (the value of firms’s operating activities) yang ditentukan oleh nilai sekarang dari aliran kas operasi bersih harapan Karena hubungan surplus bersih seperti yang diungkapkan diatas menyatakan bahwa:

Maka nilai perusahaan yang berasal dari nilai sekarang dari expected dividend bisa dinotasikan sebagai berikut:

CSR dan menandakan bahwa nilai sekarang dari expected dividend adalah sama dengan nilai buku ekuitas perusahaan ditambah dengan nilai sekarang dari expected abnormal earnings yang diperoleh perusahaan. Disebutkan diatas bahwa laba abnormal perusahaan berasal hanya dari aktivitas operasional perusahaan maka persamaan diatas bisa dituliskan sebagai berikut:

Nilai sekarang dari expected dividend adalah fungsi dari nilai buku ekuitas pada periode (equity book value for period t) ditambah dengan nilai sekarang dari laba operasi abnormal (expected abnormal operating earnings). Dalam jurnal Feltham Ohlson (1995) disebutkan ada variabel lain yang mempengaruhi nilai perusahaan dimana Feltham dan Ohlson (1995) membatasinya dalam 2 variabel yaitu VL1 dan VL2, model penilaian perusahaan Feltham dan Ohlson (1995) mengasumsikan adanya Linear Information Dynamics pada laba operasi abnormal, aset operasi dan dampak variabel lain yang didenotasikan sebagai berikut:

……….. 1 ………. 2 ………. 3 ………. 4 Linear information dynamics adalah asumsi mengenai perilaku laba abnormal yang bersifat time series. Dapat terlihat dalam persamaan 1 sampai dengan 4 diatas bahwa model tersebut menggunakan parameter yaitu . Dimana parameter w11 yang ada dalam persamaan tersebut merepresentasikan tingkat persistensi dari laba abnormal dimana nilai persistensi laba abnormal tersebut dibatasi antara nol dan kurang dari 1 . Nilai yang ada dalam ini disebutkan oleh Ohlson dan Feltham bahwa tidaklah mungkin nilai parameter tersebut negative. Hal itu karena oscillating persistence of abnormal earnings atau persistensi bolak balik dianggap tidak rasional. Perusahaan diasumsikan tidak akan membuku laba abnormal yang positif dan negatif secara bergantian pada setiap periodenya. Selain itu nilai parameter juga tidak boleh melebihi dari 1. Hal tersebut dikarenakan jika nilai parameter lebih dari 1 maka laba abnormal akan bertumbuh setiap waktu dimana jika diasumsikan demikian maka akan menyalahi asumsi bahwa dalam jangka panjang, laba abnormal perusahaan akan bernilai 0 atau dengan kata lain laba perusahaan akan menjadi normal kembali dalam jangka panjang.

Sedangkan untuk parameter

ini menunjukan tingkat konservatisma akuntansi. Nilai

parameter ini adalah sama dengan atau lebih dari 0 . Nilai parameter tersebut dapat diartikan bahwa laporan keuangan diasumsikan mengikuti prinsip konservatisma dan penyusunan laporan keuangan yang tidak memenuhi prinsip konsrvatisma ini tidak dipertimbangkan dalam perhitungan model Feltham dan Ohlson (1995). Sedangkan untuk parameter menunjukan adanya pertumbuhan dalam aset operasi perusahaan. Pertumbuhan ini diasumsikan terjadi secara otomatis sebagai implikasi dari penggunaan prinsip konservatisma dalam penyusunan laporan keuangan. Konservatisma ini merupakan prinsip penyusunan laporan keuangan yang cenderung menyajikan angka akuntansi yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya. Dalam jangka panjang, disebutkan oleh Feltham dan Ohlson (1995) bahwa kesalahan pencatatan akibat prinsip konservatisma tersebut akan terkoreksi dengan sendirinya. Misalnya saja ketika perusahaan menyajikan persediaan dengan prinsip LOCOM. Nilainya akan dibandingkan mana yang lebih rendah antara kos dan harga pasarnya namun ketika persediaan tersebut dijual akan terjadi semacam pertumbuhan karena persediaan ini akan dicatat pada saat dijual sebesar harga pasarnya. Nilai parameter pertumbuhan yang terjadi karena konservatisma ini adalah sebesar . Jika diperhatikan batas bawah dalam parameter konservatisma ini adalah 1. Hal ini dilakukan untuk dapat menghilangkan kemungkinan perusahaan bangkrut dan terlikuidasi dimasa yang akan datang. Untuk parameter dan ini digunakan untuk menunjukan persistensi dampak dari informasi yang lain terhadap nilai perusahaan. Feltham dan Ohlson (1995) menyebutkan bahwa dampak dari informasi lain ini sampai dengan tak terhingga. Nilai absolut parameter tersebut adalah . Nilai parameter tersebut digunakan karena Feltham dan Ohlson (1995) berasumsi bahwa dalam jangka panjang nilai parameter tersebut adalah 0. Feltham dan Ohlson (1995) juga menyetakan bahwa informasi lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah noise yang bersifat konvergen dalam memprediksi laba abnormal dan aset operasi perusahaan. Dengan menggunakan asumsi Linear information dynamics (LID) maka nilai perusahaan bisa di tuliskan sebagai berikut:

Dimana persamaan tersebut menggambarkan bahwa nili perusahaan ini diperoleh dari nilai buku ekuitas ditambah dengan laba abnormal dari aktivitas operasi ditambah dengan saldo aset operasi perusahaan ditambah variabel lain 1 dan variabel lain 2 dimana masing-masing dari variabel pembentuk nilai perusahaan itu dikalikan dengan konstanta yaitu:

B. Analysis of The Article a. What is the paper about and what do they find? Jurnal Feltham dan Ohlson ini merupakan jurnal yang berisi mengenai model valuasi nilai perusahaan dimana model tersebut adalah model pengembangan dan penyempurnaan dari model Ohlson (1995). Poin yang ditemukan oleh Feltham dan Ohlson diantaranya adalah: - Model penilaian mengasumsikan adanya hubungan surplus bersih (clean surplus relation) - Selain itu Feltham dan Ohlson juga mengasumsikan 3 hubungan lain yaitu hubungan net interest income, hubungan aset keuangan, dan hubungan aset operasi sebagai komponen pembentuk nilai perusahaan - Feltham dan Ohlson (1995) menyebutkan bahwa dalam model penilaian perusahaan ini mengasumsikan adanya efek konservatisme dan pertumbuhan dimana feltham dan Ohlson juga memprediksi adanya persistensi pada abnormal earnings, growth, dan konservatisma akuntansi. - Terdapat 2 variabel lain yang mempengaruhi nilai perusahaan b. How Do thet Find It? Feltham dan Ohlson memodelkan secara matematis bentuk penilaian perusahaan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan diatas untuk dapat mendapatkan model akhir dari penilaian perusahaan c. What are the paper shortcoming? Menurut Ahmed, Morton dan Schaefer (2000) disebutkan bahwa model Feltham dan Ohlson ini masih mengandung kesalahan spesifikasi dalam perhitungan dampak konservatismenya. Lundhlom (1995) dalam jurnalnya yang berjudul A Tutorial on The Ohlson and Feltham Ohlson Models: Answer to Some Frequently Asked Question menyebutkan bahwa kesalahan spesifikasi perhitungan dampak konservatisme itu disebabkan karena beberapa hal yang diantaranya adalah: - Feltham dan Ohlson terlalu sederhana dalam mendefinisikan konservatisme. Feltham dan Ohlson (1995) menyebutkan bahwa laporan keuangan dinyatakan konservatif bila nilai buku lebih kecil dari nilai pasar. Jika seiring berjalannya waktu nilai buku dapat mengungguli nilai pasar maka hal tersebut mengindikasikan tidak konservatifnya laporan keuangan (atau disebut juga unbiased). Dikatakan sebelumnya bahwa jika dalam jangka panjang dampak konservatisme ini akan cancel out dan jika sebuah aset perusahaan dijual maka dampak konservatisme pada pencatatan aset akan hilang (karena saat dijual aset dinilai berdasarkan harga pasarnya) maka laporan keuangan dikatakan konservatif jika adanya pertumbuhan terus menerus pada aset operasinya. - Model Feltham dan Ohlson ini belum bisa meng-capture keseluruhan jenis konservatisma yang sebenarnya mempunyai pengaruh yang berbeda pada perhitungan laba perusahaan (earnings) dan pada perhitungan laba abnormal (abnormal earnings). d. What are its strong points? Lundholm (1995) menyatakan sebagai berikut: “ The ohlson and Feltham (1995) are landmark works in financial accounting. The papers provide a logically consistent framework for thinking about the valuation and income together in the same valuation model properly rather than in ad hock fashion; they show how

the valuation model can be used to capture different properties of different asset classes such as financial and operating asset” e. What is the Follow up Topic Related to this Journal for future Research? Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan mengenai beberapa faktor-faktor selain konservatisme dan pertumbuhan (yang disebabkan karena konservatisme) yang menyebabkan hasil valuasi dengan menggunakan model Feltham Ohlson lebih rendah dari harga pasarnya. f. Primary Theoritical Dalam penelitian Feltham dan Ohlson ini teori yang digunakan adalah teori surplus bersih yang dibahas pada jurnal Ohlson (1995) sebelumnya.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF