Makalah Roda Gigi kerucut
April 9, 2017 | Author: Juritno Ahmad | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Roda Gigi kerucut...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu mesin terdiri dari elemen-elemen yang jumlahnya relatif besar mencapai lebih dari ribuan. Kesemuanya itu saling mendukung untuk menghasilkan suatu gerak yang terpadu. Untuk terjadinya kesinambungan antar komponen mesin tersebut haruslah direncanakan terlebih dahulu. Hal yang perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan adalah kesesuaian antar komponen, faktor keamanan, umur, efisiensi, dan biaya serta ketahanan komponen tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada tugas perencanaan elemen mesin ini, kami mengambil
judul “Perencanaan Roda Gigi
Kerucut Pada Mesin parut es balok ”. Roda gigi adalah suatu komponen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya yang besar dari roda gigi ke roda gigi yang lain untuk digerakkan dengan melalui motor. Dalam ilmu elemen mesin dikenal beberapa cara pembuatan roda gigi atau penggabungan dua atau lebih komponen mesin yang terpisah. Pada dasarnya roda gigi terbagi atas beberapa terminologi utama, yaitu : a. Adendum yaitu jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran puncak. b. Dedendum yaitu jarak radial dari bidang bawah (bottom land) dengan lingkaran puncak. c. Circular Pitch (JarakLengkungPuncak)adalahjarak yang diukurpadalingkaranpuncak, darisatutitikpadasebuahgigikesatutitik yangberkaitanpadagigisebelahnya. Jadi, roda gigi termasuk juga pada jenis sambungan tidak tetap, karena roda gigi merupakan pemindah daya dari putaran poros roda gigi yang dihasilkan oleh motor penggerak ke motor yang digerakkan dan juga sebagai alat yang berfungsinya menghentikan roda gigi yang digerakkan meskipun motor penggerak tetap bekerja. Mesin Gerinda Tangan merupakan satu alat dari beberapa alat yang menggunakan perencanaan roda gigi kerucut dengan pengerjaan mekanik. Dikatakan sebagai roda gigi kerucut Spiral karena bentuk visualnya yang mirip dengan kerucut dan alur giginya yang berbentuk spiral. Selain itu
pada mesin gerinda parut es, ini bila ditinjau dari letak poros roda giginya adalah termasuk roda gigi dengan poros berpotongan dengan sudut porosnya sebesar 90°.
B. Tujuan dan Manfaat 1.
Tujuan Penulisan a. Untuk memenuhi kurikulum mata kuliah Elemen Mesin III b. Untuk menerapkan kajian teoritis yang diperoleh dari kuliah ke dalam bentuk rancangan elemen mesin. c. Untuk menghitung bagian-bagian roda gigi dan mengetahui cara kerjanya.
2.
Manfaat Penulisan a. Melatih kami mendalami dan memahami fungsi dan karakteristik dari suatu elemen mesin. b. Mampu merencanakan elemen mesin (roda gigi) yang berdasarkan atas perhitunganperhitungan yang bersumber dari literatur.
C. Pembatasan Masalah Dalam tugas perencanaan elemen mesin III ini kami hanya akan membahas mengenai roda gigi kerucut Spiral (hipoid) pada mesin gerinda tangan.
D. Metode Penulisan Pada tugas perencanaan ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan literatur dan buku-buku yang memuat data serta rumus-rumus yang berkaitan dengan masalah yang kami bahas.
BAB II PEMBAHASAN
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada kelilingnya salah satu diputar, maka yang lainnya akan ikut berputar pula. Alat yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek. Hal ini untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat. Namun untuk menghasilkan daya yang besar dan putaran yang tepat, kedua roda gesek ini harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilkukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut disebut roda gigi. A.
Klasifikasi Roda Gigi
Klasifikasi Roda Gigi No.
1.
2.
3.
Letak Poros
Roda Gigi
Roda gigi lurus (a) Roda gigi miring (b) Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda (c) Roda gigi luar poros sejajar Roda gigi dalam dan pinyon (d) Batang gigi dan pinyon (e) Roda gigi kerucut lurus (f) Roda gigi kerucut spiral (g) Roda gigi dengan Roda gigi kerucut Zerol Roda gigi kerucut miring poros berpotongan Roda gigi kerucut miring ganda Roda gigi permukaan dengan poros berpotongan (h) Roda gigi dengan Roda gigi miring silang (i) poros silang Batang gigi miring silang Roda gigi cacing silindris (j) Roda gigi cacing selubung ganda (globoid) (k) Roda gigi cacing samping
Keterangan (Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi) Arah putaran berlawanan Arah putaran sama Gerakan lurus dan berputar
(Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi)
Kontak titik Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi hiperboloid Roda gigi hipoid (l) Roda gigi permukaan silang
Tabel 1. Klasifikasi Roda Gigi
Gambar 1. Klasifikasi Roda Gigi Roda gigi pada umumnya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
a. Roda gigi lurus (Spurs gear)
Roda gigi lurus, yaitu suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus daya dan putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi slip, dimana sumbu kedua poros tersebut terletak saling sejajar. Roda gigi ini bersifat tetap yang mana dalam artinya tidak dapat dilepas pada saat mesin dalam keadaan berputar.
b. Roda gigi miring (Helical) Roda gigi miring yaitu elemen mesin yang mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pda siloinder jarak bagi, berfungsi sebagai penghubung antara roda gigi yang digerakkan dengan roda gigi penggerak dengan putaran dan daya yang sama serta dapat dilepaskan dari kedua. c. Roda gigi Cacing Roda gigi ini meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang besar.Tetapi untuk beban yang besar roda gigi cacing dapat dipergunakan dengan perbandingan sudut kontak yang lebih besar.Roda gigi ini meliputi roda gigi cacing slindris,selubung ganda(globoid), roda gigi cacing samping. d. Roda gigi kerucut Merupakan roda gigi yang paling sering dipaka tetapi roda gigi ini sangat berisik dengan perbandingan kontak yang kecil,macam-macam roda gigi ini meliputi roda gigi kerucut lurus, spiral, miring, Zerol.
B.
Tata Nama Roda Gigi Terminologi dari roda gigi digambarkan pada (Gambar 2). Lingkaran Puncak (pitch
circle) dari sepasang roda gigi yang berpasangan adalah saling bersinggungan satu terhadap yang lain.
Pinyon adalah roda gigi yang terkecil diantara dua roda gigi yang berpasangan. Yang lebih besar sering disebut Roda Gigi (Gear). Jarak Lengkung Puncak (circular pitch), p adalah jarak yang diukur pada lingkaran puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke suatu titik yang berkaitan pada gigi di sebelahnya. Jadi jarak lengkung puncak adalah sama dengan jumlah tebal gigi (tooth-thickness) dan lebar antara (width of space).
d m N p jarak lengkung puncak d diameter puncak (mm) N jumlah gigi m mod ule (mm) p
Modul (module), m adalah perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah gigi. Modul adalah indeks dari ukuran gigi pada standar SI. d N m mod ule m
Puncak diametral (diametral pitch), P adalah perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dengan diameter puncak. Atau kebalikan dari module. Puncak diametral dinyatakan dalam jumlah gigi per inci (dalam satuan Inggris).
N d P puncak diametral ( gigi per inci ) P
maka: pP
Addendum a adalah jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran puncak. Dedendum b adalah jarak radial dari bidang bawah (bottom land) ke lingkaran puncak. Tinggi keseluruhan (whole depth) ht adalah jumlah addendum dan dedendum. Lingkaran kebebasan(clearance circle) adalah lingkaran yang yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut. Kebebasan (clearance), c adalah anpunggung (bock-lash) adalah besaran yang diberikan oleh lebar antara dari satu roda gigi kepada tebal gigi dari roda gigi pasangannya diukur pada lingkaran puncak. A.
Roda Gigi Kerucut Roda gigi yang termasuk dasar adalah roda gigi dengan poros sejajar, dan dari jenis ini yang paling dasar adalah roda gigi lurus. Namun, bila diingini transmisi untuk putaran tinggi, daya besar dan bunyi kecil antara dua poros sejajar, pada umumnya roda gigi yang dipakai adalah roda gigi miring. Sedangkan untuk roda gigi kerucut biasanya dipakai untuk memindahkan gerakan antara poros yang berpotongan. Dengan sudut perpotongan antara kedua poros sebesar 90°. Namun roda gigi bisa dibuat untuk semua ukuran sudut. Giginya bisa dituang, dimilling, atau dibentuk. Jarak Kebebasan pada roda gigi kerucut adalah merata (Uniform Clearance). Roda gigi kerucut lurus adalah jenis roda gigi kerucut yang mudah dan sederhana pembuatannya dan memberikan hasil yang baik dalam pemakaiannya bila dipasangkan secara tepat dan teliti. Sama halnya dengan roda gigi lurus, roda gigi ini menjadi bising pada harga kecepatan garis puncak yang tinggi.
1
Profil Roda Gigi Kerucut Lurus Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat diwakili oleh dua bidang kerucut dengan titik puncak yang berhimpit dan saling menggelinding tanpa slip. Kedua bidang kerucut ini disebut “kerucut jarak bagi”. Besarnya sudut puncak kerucut merupakan ukuran bagi putaran
masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut yang alur giginya lurus dan menuju ke puncak kerucut dinamakan “roda gigi kerucut lurus”. Keterangan lebih lanjutnya dapat dilihat pada (Gambar 3).
Gambar 3 : Nama Bagian-bagian Roda Gigi Kerucut Sumbu poros pada roda gigi kerucut biasanya berpotongan dengan sudut 90°. Bentuk khusus dari roda gigi kerucut dapat berupa “roda gigi miter” yang mempunyai sudut kerucut jarak bagi sebesar 45° dan roda gigi mahkota dengan sudut kerucut jarak bagi sebesar 90°. Dimana diperlihatkan pada (Gambar 4).
Gambar 4 : Roda Gigi Kerucut Istimewa Sudut puncak pada roda gigi kerucut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : N tan P NG
dan
tan
NG NP
dim ana : P pinyon G roda gigi ( gear )
sudut puncak pinyon sudut puncak roda gigi Berikut ini adalah gambar roda gigi dan pinyon kerucut lurus :
Gambar 5 : Roda Gigi Dan Pinyon Kerucut Lurus Gigi lurus standar dari roda gigi kerucut dipotong dengan menggunakan sudut tekan 20°, addendum dan dedendum yang tidak sama, dan kedalaman gigi yang penuh. Hal ini menambah perbandingan kontak, menghindari kurang potong, dan menambah kekuatan dari pinyon. Pada suatu pemasangan roda gigi kerucut yang khas yaitu satu diantara luar dari bantalan. Ini berarti bahwa lendutan poros bisa lebih nyata dan mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada persinggungan gigi tersebut. Kesulitan yang timbul dalam memperkirakan tegangan pada gigi roda gigi kerucut adalah bahwa gigi ini berbentuk tirus. Jadi untuk mendapatkan persinggungan garis yang sempurna melalui pusat kerucut gigi tersebut haruslah melentur yang lebih besar dibandingkan pada ujung yang kecil. Untuk mendapatkan kondisi ini memerlukan adanya keseimbangan yang lebih besar pada ujung yang besar. Karena variasi beban di sepanjang muka gigi ini, maka dianjurkan untuk lebar muka sedikit pendek. 2. Cara Kerja Alat Pemarut Es
Cara pengoperasian alat pemarut es mekanik adalah dengan cara menghubungkan motor dengan sumber arus, motor tersebut menghasilkan daya yang kemudian dittansmisikan ke pully alat pemarut es melalui sabuk. Daya yang ditransmisikan oleh sabuk pemutar poros horizontal.Roda gigi kerucut yang dipasang pada poros tersebut akan ikut berputar dan akan mengerakkan pinyon yang terhubung dengan roda gigi. Pada diameter dalam dari pinyon dimasukkan batang penekan dan diberi pasak. Batang penekan berulir memutar turun karena diberi pasangan, yaitu roda gigi miring yang letaknya di atas pinyon dan dikunci oleh baut pengunci roda gigi miring. Batang penekan berulir turun sambil memutar balok es. Pada landasan tempat balok es tersebut diputar terdapat mata pisau bergigi pada suatu tempat dan diberi lubang persegi empat untuk menurunkan potongan-potongan es.Balok es yang berputar akan menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian akan turun melalui lubang ke tempat penadah. Jika balok es sudah menjadi tipis, maka pedal gas akan dilepas untuk menghentikan kerja dari alat tersebut. Kemudian baut pengunci dari roda gigi dikendurkan dan dengan memutar roda kemudi yang dihubungkan dengan roda gigi miring pada pinyon sehingga akan memutar batang penekan berlawanan arah kerja tadi, maka batang penekan berulir akan naik ke atas ke posisi semula.
Gambar 6 : Alat Pemarut Es Mekanik Keterangan gambar pemarut es mekanik adalah : 1. Roda gigi miring 5. Poros 2. Batang tekan 6. Pasak 3. Pinyon kerucut 7. Bantalan 4. Roda gigi kerucut
PERHITUNGAN A.
Perencanaan Roda Gigi
Pada perencanaan roda gigi ini dipakai dua buah roda gigi kerucut lurus, dimana satu roda gigi berfungsi sebagai roda gigi penggerak (gear) dan yang lainnya sebagai roda gigi yang digerakkan (pinyon). Adapun bahan dari roda gigi dan pinyon adalah besi cor FC 18 dengan kekuatan lentur 4,0 kg/mm2. Data perencanaan adalah : 1. Putaran motor (nc)
=
1500 rpm
2. Daya motor (P)
=
0,24 kW
3. Reduksi transmisi
=
5
4. Reduksi roda gigi kerucut
=
1,5
5. Faktor koreksi (fc)
=
1 (untuk daya nominal)
6. Jumlah roda gigi kerucut (Ng)
=
27
7. Jumlah roda gigi pinion (Np)
=
18
8. Puncak diametral (P)
=
3 gigi/in
9. Sudut tekan (α)
=
20o
Maka daya penggeraknya (Pd) adalah : Pd
= P x fc = 0,24 x 1 = 0,24 kW
Dari harga reduksi puli dan sabuk yang telah diketahui, maka putaran roda gigi kerucut dapat diketahui pula, yaitu :
I
dimana :
nc ni
nc = putaran motor listrik = 1500 rpm ni = putaran roda gigi kerucut
I = reduksi puli = 5 Sehingga : 5
1500 ni
ni 300 rpm
Reduksi pada roda gigi kerucut : Z1 1,5 Z2
Z 1 n1 Z 2 n2 Dimana : n1 = putaran roda gigi kerucut n2 = putaran pinion Maka :
1,5 = n1/n2 n2 = 300 x 1,5 n2 = 450 rpm
Torsi pada roda gigi kerucut : T = 9,74 x 105 x Pd/n1 Sehingga :
T = 9,74 x 105 x 0,24/300 = 97,79 kg mm
1. Sudut puncak pinion tan-1δ1 = Np/Ng = 18/27 δ1 = 33,6 2. Sudut Puncak roda gigi
tan-1δ2 = Ng/Np = 27/18 δ2 = 56,3 3. Diameter puncak pinion (dp) Dp
= Np/P = 18/3 = 6 in = 152,4 mm
4. Diameter puncak roda gigi (dg) dg
= Ng/P = 27/3 = 9 in = 228,6 mm
5. Lebar muka gigi (F) F
= 10/P = 10/3 = 3,33 in = 84,67 mm
6. Faktor perubahan kepala (X1 dan X2) X1
= 0,46 [1-(18/27)2] = 0,46 [1-0,4] = 0,276
X2
= - 0,276
7. Untuk pinion Tinggi kepala (Adendum) hk1 = (1 + X1) m Dimana : m = modul = dp/Np = 152,2 /18 = 8,46 mm hk1 = (1 + 0,276) 8,46 = 10,8 mm Tinggi kaki (dedendum) hf1 = (1 – 0,276) m + Ck Dimana : Ck = kelonggaran puncak
Ck =
=
0,188 P 0,0508 mm 0,188 3 0,0508 mm
= 0,11 mm hf1 = (1 – 0,276) x 8,46 + 0,11 = 6,23 mm 8. Untuk roda gigi Tinggi kepala (adendum) hk2 = (1 – X1) m = (1 – 0,276) 8,46 = 6,12 mm Tinggi kaki (dedendum)
hf2 = (1 + X1) m + Ck = (1 + 0,276) 8,46 + 0,11 = 10,9 mm 9. Diameter lingkaran kepala pinion dp1 = dp + 2hk1 cos δ1 = 152,4 + 2 .10,8 cos 33,6 = 170,3 mm 10. Diameter lingkaran roda gigi dg2 = dg + 2hk2 cos δ2 = 228,6 + 2 . 6,12 cos 56,3 = 235,33 mm 11. Jarak dari puncak kerucut sampai puncak luar gigi untuk pinion X1 = (dp/2) – hk1 sin δ1 = (152,4/2) – 10,8 sin 33,6 = 70,26 mm 12. Jarak kerucut (R) R = dp/2 sin δ1 = 152,4/2 sin 33,6 = 138,5 mm 13. Pemeriksaan keamanan terhadap tegangan dan kekuatan lentur Wt = 60 . 103 . H/π dn H = P . fc = 0,25 kW Wt = 60 . 103 . 0,25/3,14 . 12 . 1500
= 0,26 kN
14. Diameter puncak rata-rata dari roda gigi besar dav = dg – F sin δ2 = 228,6 – 84,67 sin 56,3 = 158,16 mm = 6,23 in 15. Kecepatan garis puncak pada puncak rata-rata V = dav . π . n/12 = 6,23 . 3,14 . 300/12 = 489,06 ft/menit 16. Faktor kecepatan
Kv =
50 / 50 V 50 / 50 489,56
= = 0,693 17. Tegangan lentur pada roda gigi σ = Wt . P/kv . F . J J = 0,22 ; untuk faktor geometri
0,22.3 gigi / in.1 / 25,4.10 3 0,693.84,67.0,22.10 3 σ= = 0,698 kPa 18. Tegangan yang diizinkan : σa = 4 kg/mm2
=
4 x 9,81 kg 1.10 6 m 2
= 3,924 . 104 kPa Karena σ < σa maka roda gigi dalam keadaan sangat aman. A.
Perencanaan Poros dan Pasak Puli
D = 100 mm I =5 Dimana : D = diameter puli I = reduksi puli Maka : d = D/I = 100/5 = 20 Sehingga : V = π . d . n/(60x1000)
=
3,14 x 20 x1500 60000
= 1,57 m/s
F1 F 2V Po =
102
Dimana : Po = Daya yang direncanakan Po = 0,25 kW V = kecepatan
F1 F 21,57 Maka : 0,25 =
102
F1-F2 = 16,24 Sabuk
Panjang sabuk (L) dipilih panjang 1016 mm Jarak sumbu C dapat diketahui dengan menggunkan persamaan sebagai berikut :
C=
b b 2 8 D d 8
2
Dimana : b = 2L – π(100 + 20) b = 2L – π(100 + 20) = 2(1016) – 3,14(120) = 2032 – 376,8 = 1655,2 Maka :
C=
b b 2 8 D d 8
1655,2
=
2
1655,2 2 8100 20 2 8
= 411,85 Besarnya sudut kontak adalah : 57(D d) C 57(100 20) θ 180 o 411,85 θ 180 o
θ 168,93 o
θ ≈ 169o Maka : F1/F2 = eμ.θ Dimana : μ = koefisien gesek = 0,2 F1/F2 = eμ.θ F1/F2 = e0,2.169 F1/F2 = e33,8 F1 = 4,78 F2 16,24 = F1 – F2 16,24 = (4,78 F2 – F2) 16,24 3,78 F2 4,30 kg F2
F1 20,54 kg
Sehingga jumlah sabuk yang diperlukan adalah :
N
Pd Po .K
N
0,25 0,25 x 0,97
N 1,03 1 buah
Dengan jenis sabuk yang dipakai adalah sabuk V dengan tipe sabuk sempit 3 V.
1.
Perencanaan Poros Wt = T/rav
Dimana rav = dav/2
=
=
dp F sin 1 2 152,4 84,67 sin 33,6 2
= 52,77 mm Wt = 811,6/52,77 = 15,4 kg Wa = Wt tan Ф sin γ = 15,4 tan 20 sin 33,6 = 3,10 kg Wr = Wt tan Ф cos γ = 15,4 tan 20 cos 33,6 = 4,67 kg
Momen di titik C F1 . CD + Wr . AC + Rby . BC = Wa . AE
Rby = Wa . AE – Wr . Ac – F1 . CD
Rby =
3,10 x5,277 4,67 x14 18,64 x32 9
= - 12,07 kg
Σfy = 0 Wr + Rby + Rcy = Ftot Rcy = 18,64 – 4,67 + 12,07 = 26,04 kg ΣMcz = 0 Rby . BC = Wt . AC
Rbz =
15,4.14 9
= 24 kg
ΣFz = 0 Rby + Rcz = Wt Rcz = 15,4 – 24 = -8,6 kg
ΣT = 0 T = Wt . AE (dimana AE = rav) = 15,4 . 52,77 = 804,96 kg.mm
Rby 2 Rbz 2
Rb =
12,07 2 24 2 = = 26,8 kg Rcy 2 Rcz 2
Rc =
26,04 2 8,6 2 = = 25,5 kg
W=
Wt 2 Wr 2
= 16,09 kg
Selanjutnya : Wt = T/rav T = 811,6 kgmm = 70,46 lb.in n = 2,6 (233,5) 2 (770) 2 804,63 kg.mm 69,93 Ib.in
Mtot = Dengan perencanaan : Bahan G 10500 AISI 1050 ditarik dingin Sut = 100 kpsi Sy = 84 kpsi Ka = 0,75 Kb = 0,865 Kc = 0,868 , faktor keandalan 95 %
Kd = Ke = 1 Kf = 1,33 Se = 0,5 Sout = 50 kpsi Se = KaKbKcKdKeKfSe = 0,75.0,865.0,868.1.1.1,33.50 = 37,45 kpsi
48n T S
2
y
ds =
M Se
1/ 3 2 1/ 2
48x2,6 / 3,1470,46 / 84x10
3 2
=
69,93 / 37,45 x 10 3
2 1/ 2 1/ 3
= 0,43 in = 10,92 mm ≈ 11 mm
2.
Perencanaan Pasak Dalam pasak poros transmisi baja karbon AISI 1010 diroll panas σut = σB = 47.000 psi σB = 33,06 kg/mm2 diameter poros 11 mm penampang pasak b x h = 3mm x 3mm tegangan geser yang diijinkan pada pasak σ ka = σ b/ Sfk 1 . Sfk 2 Sfk 1 = 6 Sfk 2 = 2,5 ; untuk tumbukan ringan σka = 33,06/(6.2,5) = 2,2 kg/mm2
Panjang pasak (li) berdasarkan tegangan geser pasak yang diizinkan T = 811,6 kg.mm F = T/r = 2T/d = 811,6 . 2 / 11 =147,56 kg σka ≥ F/li . b 2,2 ≥ 147,56 / li . 3 li ≥ 22,4 mm panjang pasak (l2) berdasarkan tekanan permukaan yang diizinkan : 2
Pa = 8kg / mm t1 = 2,5 mm F l .t1
Pa ≥ 8 ≥ 147,56 / l2 . 2,5 l2 ≥ 7,4 mm Maka dapat diambil ketentuan a. Ukuran pasak = b x h = 5 x 5 (mm) b. Lebar pasak adalah = 5 mm c. Panjang pasak yang dipakai adalah L = 15 mm Lk/ds = 13/11 = 1,2
B.
Perencanaan Bantalan
(0,75
View more...
Comments