Makalah Resep Dan Copy Resep

November 2, 2018 | Author: Kharis Mustofa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

n...

Description

MAKALAH RESEP DAN COPY RESEP

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Resep dapat diartikan sebagai Permintaan Tertulis dari seorang Dokter maupun Dokter

Hewan terhadap sejumlah Obat atau Alat Kesehatan kepada seorang Apoteker di Apotek. Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter , dokter gigi atau dokter hewan yang diberi izin  berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian gigi dan mulut dengan cara injeksi/parenteral atau cara pakai lainnya. Sedangkan pembiusan atau patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi sesuai surat edaran dari Depkes RI No. 19/Ph/62 2 Mei 1962. Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat yang digunakan khusus untuk hewan. Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)formulae do kter)formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter) Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penlis resep, penderita yang bersangkutan,  petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurutperaturan perundangan-undangan yang berlaku.  b. Rumusan masalah Permasalahan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Apa saja bagian-bagian dari resep dan copy resep? 2. Apa saja ketentuan resep, copy resep dan apoteker? 3. Bagaimana Komponen Resep Menurut Fungsi, Penyimpanan Resep dan copy resep,pelayanan apotek terhadap resep,permasalahan terkait dengan resep di apotek dan cara membaca resep? 4. Apa aturan dari pengulangan copy resep dan bahaya dari pengulangan copy resep? c.

Tujuan

Berikut tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari resep dan copy resep 2. Untuk mengetahui resep, copy resep dan apoteker  3. Untuk mengetahui Komponen Resep Menurut Fungsi, Penyimpanan Resep dan copy resep,pelayanan apotek terhadap resep,permasalahan terkait dengan resep di apotek dan cara membaca resep 4. Untuk mengetahui aturan dan bahaya dari pengulangan copy resep BAB II PEMBAHASAN A. Definisi resep dan copy resep Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan. Umumnya resep ditulis dalam  bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter  penulis resep tersebut. Resep ditulis dalam bahasa latin : -

Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science

-

Menjaga kerahasiaan

-

Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker) Resep asli tidak boleh diberikan setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resep. Resep asli tersebut harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:

1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya. 2. Pasien yang bersangkutan. 3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa, serta 4. Yayasan atau lembaga lain yang menggung biaya pasien. Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat penderita penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundangundangan yang berlaku. (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara). B. Bagian-bagian dari resep dan copy resep 1. 

Resep harus memuat :  Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.



Tanggal penulisan resep (superscriptio/inscriptio)



Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat (invocatio/inscriptio)



 Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio)



Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)



Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)



Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan



Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis.

2.

Salinan resep memuat :

-

Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli

-

Nama dan alamat apotek 

-

Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek 

-

Tanda tangan atau paraf APA

-

Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur untuk obat yang belum diserahkan

-

Nomor resep dan tanggal peresepan C. Ketentuan resep, copy resep, dan apoteker  Ketentuan resep



Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.



Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib menanyakan kepada penulis resep.



Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.



Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab sepenuhnya dipikul oleh dokter yang bersangkutan (dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep).



Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang berbahaya dan tidak dapat menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat ditunda.



Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.



Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.



Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberikan tanda ” cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in mora (berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan resep, dan harus didahulukan dalam pelayanannya.



Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.



Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama



Resep yang mengandung narkotika :

-

harus ditulis tersendiri

-

tidak boleh ada iterasi (ulangan)

-

dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/usus

propius (untuk pemakaian

sendiri) -

alamat pasien ditulis dengan jelas

-

aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus cognitus (sudah tahu aturan pakai) ketentuan copy resep



Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh apoteker  pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan).



Resep/salinan resep harus dirahasiakan.



Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat  penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan apoteker 



Apoteker = sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan per-UU yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.



Apoteker pengelola apotek (APA) = apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA=surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu).



Apoteker pendamping = apoteker yang bekerja di apotek disamping APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.



Apoteker supervisor = apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari satu hari sampai tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat ijin  pengelola apotek dan dapat berupa APA pada salah satu apotek lain.



Apoteker pengganti = apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Iin Kerja dan tidak  bertindak sebagai APA di apotek lain. D. Komponen resep menurut fungsinya Menurut fungsi bahan obatnya, komponen resep terbagi atas : 1). Remidium Cardinal , adalah bahan atau obat yang berkhasiat utama

2). Remidium Ajuvans, adalah bahan atau obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama 3). Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau dari obat utama. Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut : a.

CorrigensActionis,

digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama. Contohnya

pulvis

doveri

terdiri

dari

kalii

sulfas,

ipecacuanhae radix, dan opii pulvis. Opii pulvis sebagai zat  berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja opii pulvis tsb.  b.

CorrigensOdoris,

digunakan untuk memperbaiki bau dari obat. Contohnya oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.

c.

CorrigensSaporis,

digunakan

untuk

memperbaiki

rasa

obat.

Contohnya

saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang  pahit rasanya. d.

CorrigensColoris,

digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk

diminum. e.

CorrigensSolubilis,

digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama. Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat KI / NaI

4). Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. E. Penyimpanan resep dan copy resep 

Resep yang telah dikerjakan diatur menurut tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan minimal tiga tahun.



Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.



Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek, dan harus dibuat berita acara pemusnahan.



Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi  jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.



Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.



Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama apabila  pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.

F. Pelayanan apotek terhadap resep 

Apotek wajib melayani resep dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.



Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab APA.



Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.



Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.



Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker wajib  berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.



Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk  pelayanan resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.



Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk  pelayanan langsung tanpa resep khusus untuk obat bebas dan bebas terbatas.



Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk  pelayanan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. G. Permasalahan terkait dengan resep di apotek  Resep palsu



Sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, terutama para pengguna narkotika dan psikotropika.



Beberapa ciri resep berisi narkotika/psikotropika palsu : -

-

pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika menyerahkan resep.

perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna narkotika/psikotropika (ex. dari mulut pasien keluar aroma alkohol, mata merah dan pandangan tidak fokus).

-

penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi obat.

-

dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani penyakit yang disebutkan.

-

Isi/obat dalam resep tidak rasional (ex. untuk psikotropika tertentu ditulis dalam jumlah sangat  banyak)

-

Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan resep aslinya tidak disimpan oleh apotek yang bersangkutan.



Perlu diwaspadai juga jenis obat lain yang sering disalahgunakan, ex. CTM, DMP. Pelayanan resep oleh bidan



Menurut Permenkes No.922 th 1993, Kepmenkes No. 1332 th 2002 (Ketentuan dan tata cara  pemberian izin apotek) dan Kepmenkes No.1027 th 2004 (Standar pelayanan kefarmasian di apotek), resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita/pasien sesuai per-UU yang berlaku.



Menurut Kepmenkes No.900 th 2000 (Registrasi dan praktek bidan), bidan boleh menuliskan  permintaan

kepada

apoteker

tentang

menggunakan lembaran permintaan obat.

kebutuhan

obat

tertentu

untuk

pasien

dengan

Keterangan gambar : 1.

Sebuah Resep yang Lengkap diantaranya Harus Mencantumkan Nama Dokter dan Alamat Prakteknya, seperti terlihat dibagian atas Resep ini.

2.

Harus menyertakan Tanda R/ di resepnya. Tanda R/ ini singkatan dari Bahasa Latin yakni Recipe artinya Ambilah.

3.

Di bagian R/ yang pertama terlihat ada beberapa obat dalam satu R/. Sudah bisa ditebak, bahwa Obat ini akan diracik. Obat yang terdapat didalam R/ yang pertama terdiri dari : CTM, Efedrin, Aminophyline, Laktas Calsium, Glyceril guaicolate. Jumlah Miligram (mg) atau Tablet (tab) disamping obat, adalah jumlah obat yang dibutuhkan.

4.

Masih diresep R/ pertama, ada perintah Cara Pembuatan dengan kata-kata seperti ini : ” m.f.  pulv. dtd No. XC da in caps”. Ini adalah singkatan dalam Bahasa Latin yakni “Misce Fac Pulvis Da Tales Dosis Numero XC, Da In Capsule”. m.f = Misce Fac = Buatlah  pulv = Pulvis = Serbuk  dtd = Da Tales Dosis = Sesuai Dosis  No. XC = Nomero XC = Banyaknya 90 da in caps = Da In Capsule = Buat dalam bentuk Kapsul

5.

Masih di R/ yang pertama. Tertulis “S. 3 dd caps I”. Ini dapat diartikan : Signa Tre De Die Capsule Uno. Artinya : Tandailah 3 Kali Sehari Satu Kapsul.

6.

Beralih di R/ yang kedua. Tertulis “Salbutamol 2mg tab No VL”. Artinya : Obat Salbutamol 2mg Berbentuk Tablet Sebanyak 45 Tablet. Setelah itu tertulis juga : “S. 3 dd ½”, artinya “Pakailah Salbutamol 2mg itu, 3 kali sehari 1/2 Tablet sekali minumnya”

7.

Beralih ke R/ yang ke tiga. Tertulis “Interhistin tab No XXX”. Sama dengan R/ yang kedua, O bat Interhistin diminta sejumlah 30 tablet. Dan dibawahnya tertulis aturan pakainya : “S. 2 dd 1″, artinya Minumlah 2 Kali sehari masing-masing 1 tablet.

8.

Masuk ke R/ ke empat. Disana tertulis “OBH Syr fl. I”. Bahasa latinnya : “OBH Sirup Flesh Uno”. Artinya : “OBH Sirup sebanyak 1 Botol. Dibawahnya tertulis aturan pakai nya “S. 3 dd C I”. Bahasa Latinnya : “Signa Thre De Die Cochlear Uno”. Artinya : “Minum OBH Sirup 3 Kali Sehari Satu Sendok Makan”.

9.

Setelah pembahasan semua jumlah obat, tidak kalah pentingnya, bahwa Nama Pasien, Umur dan Alamat. Jangan terima jika resep bila Nama Pasien Anda tidak jelas atau lengkap (Bagi Petugas Apotek).

10. No. RM = Nomer Rekam Medik. Artinya Pasien Tn Sodikin sedang menjalani Rawat Inap di RSAL Mintohardjo. *Resep untuk pengobat segera* Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda : -

Cito : segera

-

Urgent : penting

-

Statim : penting

-

P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda. Pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk resep antidotum. Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep baru. I.



Aturan pengulangan copy resep

Pertama, kopi resep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas dapat diulang dengan ketentuan penderita memperoleh informasi yang jelas, baik tertulis (dalam kemasan asli yang dilengkapi brosur) maupun secara lisan dari apoteker.



Kedua, kopi resep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku lagi bila kopi tersebut telah diketahui dan disetujui kembali oleh dokter yang berangkutan. Akan tetapi, hal ini sekarang  jarang terjadi.



Ketiga, untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada tanda iter. Obat jenis ini selalu memerlukan resep baru, kecuali bila baru diambil sebagian. Dalam hal ini resep terdapat beberapa pengaturannya, sebagai berikut: a.) Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker   b.) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu 3 tahun

c.) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau merawat  penderita, penderita bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut undang-undang yang berlaku.

J. 

Bahaya pengulangan copy resep

Sering mengulang kopi resep yang mengandung kortikosteroid (misal deksametason, prednison) dalam jangka waktu lama akan menimbulkan full moon face. Wajah menjadi bulat, bengkak seperti bulan karenaedema akibat retensi natrium. Kortikosteroiddeksametosan memang sering disalahgunakan untuk menambah nafsu makan. Padahal, obat ini sebenarnya untuk penyakit alergi, gatal-gatal kulit, asma, dll. Gemuknya badan bukan karena deposit protein, melainkan karena air yang timbul dari edema. Dampak lain adalah timbulnya penyakit mag karena sekresi asam lambung meningkat dan timbulnya luka di lambung, keropos tulang, serta hiperglikemia yang mirip diabetes mellitus.



Pengulangan kopi resep yang mengandung antibiotik tetrasiklin secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan gigi pada anak-anak (gigis), bercak-bercak hitam, dan nefrotoksik.



Kopi resep bahkan ada yang dipinjamkan kepada tetangga. Celakanya, baru setelah dikonsumsi, ketahuan bahwa orang tersebut alergi terhadap obat itu. Begitu dicek, ternyata obat tersebut adalah ampisilin (golongan penisilin).



Kopi resep untuk anak kecil yang digunakan untuk kakaknya, tentu kurang menyembuhkan. Sebaliknya, bila kopi resep si kakak yang digunakan untuk mengobati si adik, bisa terjadi keracunan akibat kelebihan dosis.



Mengulang kopi resep lama karena mengira cocok dengan keluhan pasien, padahal ternyata  penyakitnya berbeda. Maka “kopi” resep masih berlaku apabila:



Obatnya belum diberikan sama sekali atau telah diberikan sebagian.



Dokternya menghendaki obatnya boleh diulang (iter = iteratur). Tanda iter dapat diketahui dari resep asli dokter dan harus ditulis kembali pada kopi resep yang ditulis oleh apoteker. Pada kasus pertama, mungkin pasien belum mempunyai uang atau obatnya baru diambil sebagian dan apotek memberikan kopi resep untuk mengambil sisanya di lain waktu. Kenyataannya, banyak orang mengira setiap kopi resep bisa diulang seterusnya. Ada  banyak faktor yang mendorong pasien mengulang kopi resep secara terus menerus. Selain faktor uang tadi, masih ada faktor lain seperti jauhnya tempat tinggal pasien dengan dokter; anggapan  pasien, kalau kontrol obat yang diresepkan sama dengan resep sebelumnya; biaya dokter akan  bertambah kalau harus ke dokter lagi; obat dirasakan sudah cocok dan tanpa efek sampingan;  perlunya pengobatan jangka panjang; pengulangan kopi resep yang sudah tidak berlaku lagi memang diperbolehkan oleh pihak apotek atau karena pasien kenal baik dengan petugas apotek; kemungkinan obat sudah menyebabkan ketergantungan pada pasien.

Maka sebaiknya kita bijak dalam menyikapi kopi resep. Konsultasikan dulu dengan dokter atau apoteker. Dokter dan apoteker pun sudah saatnya menginformasikan kepada pasien untuk tidak begitu saja mengulang kopi resep yang sudah tidak berlaku lagi. Sebaiknya apotek  juga menambahkan label ne iter atau tidak dapat diambil lagi kecuali dengan resep baru dokter. ( Intisari)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF