Makalah Puasa Wajib Dan Sunnah
September 21, 2018 | Author: ANDRE AS | Category: N/A
Short Description
knmn...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari bujuk rayu setan. Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah. Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak langsung telah diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan mempunyai tingkah laku yang baik. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Puasa 2. Untuk mengetahui tentang Macam - Macam Puasa 3. Untuk mengetahui tentang Waktu Niat Puasa 4. Untuk mengetahui tentang Syarat–Syarat Puasa 5. Untuk mengetahui tentang Rukun Puasa 6. Untuk mengetahui tentang Perkara yang Membatalkan Puasa 7. Untuk mengetahui tentang Hikmah Puasa
1
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Puasa Puasa “Saumu” menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.” Firman Allah Swt :
وكلواوشرباواحتىي يتبين لكم الخيط البايض من الخيط الساو دمن الفجر “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”(Al-baqarah:187). B. Macam - Macam Puasa Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa sunah sering disebut dengan puasa Tathawu’ artinya apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa macam puasa sunah yang waktu pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain; 1. Puasa Syawal, Yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di bulan Syawal setelah tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh secara berturut-turut dan boleh selang-seling yang penting sejumlah enam hari. Nabi Muhammad saw. bersabda ;
صاَضر ن اس ععلعنيسسضه عوعساسسللعم صسسللىَّ ه ضعي اه ععننهه أعلن عرهسانوعل اضسس ع ب نالع نن ع ي عر ض ععنن اعضباي اعيَينو ض صسسعياَهم السسلد نهسسضر )رواه صاَعم عرعم ع عمنن ع:عقاَعل ضاَعن ثهسسلم أعتلبعععسسهه ضساسس تتاَ ضمسسنن عشسسلوالل عكسساَعن عك ض (مسلم
2
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawal, maka ( pahalanya ) bagaikan puasa setahun penuh.” ( H.R Muslim)1 2. Puasa hari Arafah, Puasa sunah hari arafah adalah puasa sunah yang pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 9 Dzuhijjah. Puasa sunah hari arafah dapat menghapus dosa selama 2 (dua) tahun, yakni setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Nabi Muhammad saw. bersabda ;
ب عععلىَّ اضسس أعنن يهعكففسسعر أعنحتعضس ه:صعياَهم يعنوضم عععرفععة قعاَعل عرهسانوهل اض ع ض:صللىَّ اه ععلعنيضه عوعساللعم ( )رواه مسلم. . . اللسنعةع اللضتىَّ قعنبلعهه عواللسنعةع اللضتىَّ باعنععدهه Artinya : “ Puasa hari Arafah itu dihitung oleh Allah dapat menghapus ( dosa ) dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR Muslim ). 3. Puasa Asyura, Puasa sunah pada bulan Asyura, ada tiga tingkatan, yaitu : a. Berpuasa tiga hari yaitu, tanggal 9, 10 dan 11 di bulan Syura atau Muharam. b. Berpuasa dua hari yaitu, tanggal 9 dan 10 di bulan Syura atau Muharam. c. Berpuasa satu hari yaitu, tanggal 10 Syura atau Muharam. Bulan Syura adalah bulan kemenangan nabi Musa as dan Bani Israil dari musuh, barang siapa berpuasa As Syura dihapus ( dosanya ) satu tahun yang lalu. Nabi Muhammad saw. bersabda ;
(ب عععلىَّ ا أعنن يهعكفضعر اللسنعضة اللضتىَّ قعنبلعهه )رواه مسلم أععحتضس ع:صعياَهم يعنوعم ععاَهشنوعراضء ض Artinya : “ Puasa pada hari As Syura menghapus ( dosa ) selama satu tahun yang lalu.” ( H.R. Muslim). 4. Puasa bulan Sya’ban 1 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, Hlm 220
3
Puasa di bulan Sya’ban ini tidak ada ketentuan, apabila dalam mengerjakan puasa di bulan Sya’ban lebih banyak daripada di bulan lain adalah lebih baik. Nabi bersabda :
(صنوهم عشنععباَضن اضلل قعلضنيلت )أخرجه البخاَرى عكاَعن يع ه,صنوهم عشنععباَعن هكللهه كاَ ععن يع ه Artinya : “ Rasulullah pernah berpuasa penuh di bulan sya’ban, juga pernah berpuasa di bulan sya’ban tidak penuh (dengan tidak berpuasa pada hari-hari yang sedikit jumlahnya)” (H.R. Bukhari) 5. Puasa hari Senin dan Kamis Allah Swt pada setiap Senin dan kamis mengampuni dosa-dosa setiap muslim, supaya kita diampuni dosanya oleh Allah, maka berpuasalah. Rasulullah saw. bersabda ;
ب َس عفسسأ ععح ي تهنععر ه:صللىَّ اه ععلعنيضه عوعساللعم عقاَعل عرهسانوهل اض ع ض نالع نععماَضل هكلل انثنعنيضن عو عخضمني ض (صاَضئم )رواه أحمد والترمذى ض عععمضلىَّ عواععناَ ع اعنن يهنععر ع Artinya : “ Rasulullah saw. bersabda : Ditempatkan amal-amal umatku pada hari Senin dan Kamis, dan aku senang amalku ditempatkan, maka aku berpuasa.” (HR Ahmad dan Tirmidzi ). Hadis diriwayatkan dari Aisyah, Nabi SAW. bersabda:
ضعي اه ععننعهاَ عقاَلع ن صسسعياَهم عكاَعن النلبضيَي ع:ت صللىَّ اه ععلعنيضه عوعساللضم يعتععحسسلرى ض ععنن ععاَئضعشةع عر ض (س )رواه الترمذى ناضل نثنعنيضن عوانلعخضمني ض Artinya : “Dari Aisyah ra. Ia berkata: Bahwasanya Nabi SAW selalu memilih puasa hari senin dan hari kamis.” (H.R. Tirmidzi) 6. Puasa pada pertengahan bulan Qomariyah Puasa pertengahan bulan ini dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15 Qamariyah. Sabda Rasulullah saw.
4
صاَعم اللد نهعر هكللسسهه )اخرجسسه احمسسد صاَعم ثعلع ثعةع اعلياَلم ضمنن هكفل عشنهلر فعقعند ع ععنن اعضباىَّ عذرر عمنن ع (والترمذى Artinya : “ Dari Abu Dzar, : Barang siapa puasa tiga hari setiap bulannya maka sungguh ia telah puasa selama satu tahun penuh.” ( HR Ahmad dan Tirmidzi ) Hadis Abu Dzar yang lain menjelaskan:
صنم ه صسلم ثعلع ع س عععشسعرةع ت ضمسسعن اللشسسنهضر ثلع ثعسسةع فع ه اضعذا ه ث عععشسعرةع عواعنرعباسعع عععشسعرةع عوعخنمس ع ()اخرجه احمد والترمذى وابان حباَن Artinya : “Ketika kamu ingin puasa setiap bulan tiga hari maka puasalah setiap tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya. (H.R. Ahmad,Tirmidzi dan Ibnu Hiban) 7. Puasa Daud Puasa Daud yaitu puasa yang dilakukan dengan cara sehari berpuasa sehari berbuka ( tidak berpuasa ). Nabi SAW. bersabda :
ب عوأععحسس ل,صعياَهم عداهوعد اضلن أععح ل:صللىَّ اه ععلعنيضه عوعساللضم ب ال ف عقاَعل عرهسانوهل اض ع صعياَضم اضعلىَّ اض ض عكاَعن يععناَهم نض ن:صلعةه عداهوهد ععلعنيضه اللسلعضم عويععناَهم, عويعقهنوهم ثعلعثعهه,ف الللنيضل ال ل ص ع صلعضة اضعلىَّ اض ع (صنوهم يعنوتماَعويهنفضطهر يعنوتماَ )اخرجه البخاَرى عوعكاَعن يع ه,هساهدعساهه Artinya : “Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya puasa (sunah) yang paling disenangi oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan salat (sunah) yang paling disenangi oleh Allah adalah salat Nabi Dawud, Nabi Dawud tidur separuh malam, lalu salat sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam, dan beliau berpuasa sehari lalu berbuka sehari (selang-seling)” (H.R. Bukhari) 2 C. Waktu Niat Puasa 2 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, Hlm. 640-641
5
Sebagaimana diketahui, bahwa niat itu adalah salah satu rukun dri puasa, namun bukan saja puasa, tetapi semua ibadah harus dimulai dengan niat yang ikhlas kepada Allah. Nabi bersabda:
( )رواه البخاَرى ومسلم...... اءنماَال عماَ ل بااَ لنياَ ت “sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat…” (HR. Bukhari, muslim). Waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunah, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur. Kembali ke persoalan, seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah terbit fajar atau pagi harinya? Ada beberapa pendapat mengenai waktu niat puasa menurut 4 madzhab : 1. Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk
semua
jenis
puasa
wajib
yang
sifatnya
menjadi
tanggungan/hutang (seperti puasa qadha, puasa kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu' dan qiran --sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya. Karena, menurut mazhab ini, puasapuasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dhuhur. 2. Mazhab Malikiyah : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.
6
3. Mazhab Syafi'iyah : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadha, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. 3 Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada 'Aisyah: 'Apakah kamu mempunyai makanan?'. Jawab 'Aisyah: 'Tidak punya'. Terus Nabi bilang: 'Kalau begitu aku puasa'. Lantas 'Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: 'Adakah sesuatu yang bisa dimakan?'. Jawab 'Aisyah: 'Ada'. Lantas Nabi berkata: 'Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa'. 4. Mazhab Hanbaliyah : Tidak beda dari Syafi'iyah, mazhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah, berbeda dari Syafi'iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar). D. Syarat–Syarat Puasa 1. Syarat Wajib Puasa a. Berakal, orang yang gila tidak wajib Puasa. b. Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib puasa. c. Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa. 2. Syarat Sah Puasa a.
Islam, orang yang bukan islam tidak sah puasa.
b.
Mumayiz (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik).
3 M.uhammad Nasir , Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, Hlm. 223
7
c.
Suci dari darah haid (kotoran) ataupun nifas(darah sehabis melahirkan).
Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib mengqada (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya. d. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang pada dua hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-12-13)] E. Rukun Puasa 1.
Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan. Yang dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke barat)
2.
Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.4
F. Perkara yang Membatalkan Puasa 1. Makan dan Minum Firman Allah Swt :
وكلواوشرباواحتىي يتبين لكم الخيط البايض من الخيط الساو دمن الفجر “ Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.”(Al-baqarah : 187) Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah dilakukan dengan sengaja. Kalau tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa. Sabda Rasulullah Saw : Artinya : “
Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa,
kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinga, hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan 4 Ibid., hal. 225
8
minum, artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alas an dengan qias, diqiaskan (disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu tidak membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum. Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi tidak membatalkan puasa, begitu juga memasukkan obat melalui lubang badan selain mulut, suntik, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa karena yang demikian tidak dinamakan makan atau minum. 2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam. Muntah yang tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa. Sabda Rasulullah Saw : Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, telah berkata, “ Barang siapa terpaksa muntah,
tidaklah
wajib
mengqada
puasanya,
dan
barang
siapa
yang
mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqada puasanya. “ Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban). 3. Bersetubuh Firman Allah Swt : احل لكم ليلة الصياَ م الرفث ال نساَ باكم “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu.” (Al-baqarah :187) Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari dibulan Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar kafarat. Kafarat ini ada 3 tingkat : a. Memerdekakan hamba b. Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturutturut. c. Kalau
tidak
kuat
puasa
bersedekah
dengan
makanan
yang
mengenyangkan kepada enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang ¾ liter. 4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sejabis melahirkan). “ Dari Aisyah. Ia berkata, “ Kami disuruh oleh Rasulullah Saw. Mengqada puasa, dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat. “ (Riwayat Bukhari)
9
5. Gila, jika gila itu dating waktu siang hari, batallah puasa. 6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau lainnya). Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar mani karena bermimpi, mengkhayal, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa. Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada Bulan Ramadhan adalah sebagai berikut : 1.
Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa, atau apabila berpuasa maka sakitnya akan bertambah parah atau akan melambatnya sembuhnya menurut keterangan yang ahli dalam hal itu. Maka orang tersebut boleh berbuka, dan ia wajib mengqada apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah sehabis bulan puasa nanti.
2.
Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib mengqada puasa yang ditinggalkannya itu.
3.
Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau karena memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka, dan ia wajib membayar Fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau yang sama dengan itu (makanan yang mengenyangkan) kepada fakir dan miskin.
4.
Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut, kalau takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh berbuka, dan mereka wajib mengqada sebagaimana orang yang sakit. Kalau keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat terhadap anaknya (takut keguguran atau kurang susu yang dapat menyebabkan si anak kurus), maka keduanya boleh berbuka serta wajib qada dan wajib Fidyah (memberi makan fakir miskin, tiap-tiap hari ¾ liter).
G. Hikmah Puasa Ibadah puasa mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai berikut :
10
1. Tanda terimakasih kepada Allah Swt karena semua ibadah yang mengadung arti terimakasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya. Firman Allah Swt :
َوان تعدوا نعمت ا لتحصوها “ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidak dapat kamu menghinggakannya.”(Ibrahim: 34) 2. Didikan kepercayaan Seorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala larangan-Nya. 3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan dan suka menolong fakir miskin. 4. Guna menjaga kesehatan5
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah yang bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani, puasa sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah. 5 Ibid., hal. 230
11
Puasa haruslah dilakukan pada selain hari-hari yang telah diharamkan dan dalam menjalankannyapun harus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa.diantaranya muntah dengan sengaja,ragu, berubah niat, danlain sebagainya. Puasa mengandung banyak hikmah baik dalam segi kejiwaan seperti membiasakan sabar dan berprilaku baik. Dalam segi social seperti sikap saling tolong menolong.dalam segi kesehatan seperti, membersihkan usus. Maupun dalam segi rohani yaitu selalu berdzikir kepada allah.
B. Saran Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan pastisipasinya
DAFTAR PUSTAKA Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, Muhanmad Nasir, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo,
12
13
View more...
Comments