January 18, 2018 | Author: A A Ichsan Cr | Category: N/A
PERANAN METODE GEOFISIKA DALAM EKSPLORASI GAS METANA BATUBARA (COAL BED METHANE )...
PERANAN METODE GEOFISIKA DALAM EKSPLORASI GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE)
Eddy Ibrahim*) *) Guru Besar Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Prabumulih, OI, Palembang, E-mail :
[email protected]
Abstrak CoalBed Methane (CBM), dikenal juga sebagai gas karbon batubara, adalah gas alam dengan rantai karbon tunggal (metana) yang diproduksi dari batu bara. CBM sama seperti gas alam yang dikenal saat ini, namun perbedaannya adalah diperoleh dari suatu situasi geologi yang berbeda, yaitu terbentuk dan tersimpan dalam reservoar batubara. Sedangkan gas alam yang kita kenal saat ini, diproduksi dari reservoar pasir, gamping maupun rekahan batuan beku. Eksplorasi CBM pada umumnya merujuk dari pengetahuan geologi dari daerah tersebut dan melakukan pengeboran langsung pada daerah yang disinyalir kaya CBM dengan kenampakan di permukaannya (ada semburan gas). Namun pada umumnya untuk mengeksplorasi keberadaan CBM ini biasanya dilakukan pengeboran langsung, hal ini disamping kurang efisien juga menimbulkan biaya yang relatif mahal. Karena diketahui untuk memproduksi gas metana dari reservoar batubara harus diawali dengan kegiatan rekayasa untuk membangun permeabilitas sampai gas metana dapat mengalir ke lubang bor dimana kegiatan rekayasa ini membutuhkan waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan metoda eksplorasi tidak langsung (geofisika) untuk membantu penentuan lebih akurat keberadaan batubara penghasil gas metana, porositas, arah retakan, permeabilitas, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori. Dari tingkat akurasi yang tinggi tersebut sangat membantu dalam eksploitasi (penentuan posisi bor, rekayasa permeabilitas dan posisi seam batubara serta peringkat batubara) dari gas metan yang ada dibawah permukaan.
PENDAHULUAN Gas Metana Batubara (GMB) atau yang populer dikenal dengan CoalBed Methane (CBM), merupakan campuran gas-alam seperti halnya gas bumi yang diperoleh pada suatu situasi geologi tertentu pada lapisan batubara. CBM adalah gas alam yang mengandung metana (CH4), diproduksi dengan metode yang non tradisional namun karena karakternya seperti gas alam biasa, maka bisa dijual dengan cara konvensional gas biasa. CBM timbul karena proses biokimia sebagai akibat dari aktifitas mikrobiologi atau dari proses termal akibat penambahan panas sebanding kedalaman dari batubara. Pada umumnya CBM ini terdapat dalam keadaan batubara yang terendam (jenuh) air. Seringnya seam batubara tersaturasi oleh air ini yang menyebabkan timbulnya kandungan metana (CH4) dalam batubara. Padahal batubara yang tersaturasi dalam air pada umumnya merupakan batubara kualitas rendah. Sumber dari ESDM menyebutkan bahwa cadangan CBM di tanah air sekitar 2-3 kali dari cadangan gas nasional. Selain itu, pemanfaatan gas metana menjadi sebuah pertimbangan karena beberapa hal sebagai berikut: 1. CBM merupakan energi alternatif yang dihasilkan di luar MIGAS dari fosil. 2. Pemanfaatan CBM sebagai sumber energi menjadi alternatif menarik karena kadar polutannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi.
3. Biaya eksploitasi untuk CBM sendiri cukup rendah karena sumur-sumur eksploitasi yang digunakan untuk mengambil CBM tidak membutuhkan biaya tinggi dalam pengeborannya. 4. Gas mempunyai tingkat penggunaan dengan energi yang luas, dan dengan krisis energi yang terjadi saat ini serta harga bahan bakar yang relatif sangat tinggi pengembangan akan sumber daya energi alternatif ini sewajarnya mendapat perhatian serius. Indonesia memiliki potensi CBM yang cukup besar pada 11 coal basin yang ada dengan sumber daya gas sekitar 453,30 Tcf (Migas dan ADB, 2003). Potensi sebesar ini hanya tersebar di dua pulau saja, yaitu pulau Sumatera dan Kalimantan. Pulau-pulau lainnya tidak significant. Cekungan Sumatera Selatan merupakan peringkat pertama dengan potensi sumber daya (resources) CBM sebesar 183 Tcf. Sumber daya adalah undiscovered reserves atau cadangan yang belum ditemukan, yang ditentukan (dihitung) berdasarkan perkiraan teoritis dengan memakai informasi geosain. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan status dari sumber daya (resources) menjadi cadangan. Peningkatan status dapat dilakukan dengan cara pemetaan kondisi bawah permukaan menggunakan metode geofisika dimana lokasi masing- masing sumber daya yang diperkirakan ada. Setelah memperoleh kepastian mengenai keberadaan, kuantitas, dan kualitasnya, sumber daya ini berubah tingkatnya menjadi cadangan. Cadangan ini kemudian akan merupakan cadangan terbukti (proven reserves), apabila cukup buktibukti mengenai volume dan kapasitas produksi (dan karakteristik fisik lingkungan pengendapannya), serta cara penambangannya dan tingkat komersialitasnya (mineable). Cadangan terbukti ini dapat berkurang karena diproduksikan atau adanya revisi negatif. Sebaliknya, dapat bertambah karena adanya penemuan baru atau revisi positif.
Gambar 1. Sebaran Sumber daya Gas Metana Batubara Eksplorasi CBM pada umumnya merujuk dari pengetahuan geologi dari daerah tersebut dan melakukan pengeboran langsung pada daerah yang disinyalir kaya CBM dengan kenampakan di permukaannya (ada semburan gas). Namun karena umumnya untuk mengeksplorasi keberadaan CBM ini biasanya dilakukan pengeboran langsung, hal ini disamping kurang efisien juga menimbulkan biaya yang relatif mahal. Oleh karena itu diperlukan metode-metode eksplorasi yang paling efektif dan efisien untuk memetakan keberadaan CBM di bawah permukaan tanah beserta penghitungan cadangannya. Untuk mendapatkan metode-metode tersebut diperlukan tahap-tahap kegiatan yang dimulai dari : 1. Mempelajari genesa batubara yang menghasilkan metane beserta CBM geologi play di sekitar Sumatera Selatan.
2. 3.
4. 5. 6.
Menentukan strategi pendeteksian CBM dibawah permukaan dengan seismik fisika batuan. Pada beberapa keadaan reservoar (temperatur, fluida, tekanan pori). Menentukan strategi pendeteksian CBM dibawah permukaan dengan resistivitas fisika batuan (real resitivity, imajiner resistivity, complex resistivity, frekuensi response) pada beberapa keadaan reservoar (temperatur, saturasi fluida). Menentukan standard petrofisika well-logging untuk seam batubara penghasil CBM. Melakukan uji pengukuran lapangan seismik pantul dan pembuatan bor eksplorasi pada lapangan penghasil CBM, karakterisasi CBM dengan data seismik pantul. Melakukan uji pengukuran lapangan geolistrik dan pembuatan bor eksplorasi pada lapangan penghasil CBM, karakterisasi CBM dengan data geolistrik.
Metoda Geofisika yang prospek digunakan untuk eksplorasi gas metana batubara (CBM) antara lain : A. Metoda Seismik Fisika Batuan Penggunaan metoda ini bertujuan untuk mempelajari perilaku gelombang elastik pada batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan karakter perambatan gelombang (frekuensi, kecepatan, atenuasi, dan bentuk gelombang) pada batubara penghasil gas methana. Sehingga dapat dipelajari teknik-teknik estimasi distribusi CBM, kandungan CBM, peringkat batubara melalui seismik. Perilaku-perilaku fisis yang diungkap adalah relasi perambatan gelombang elastik dan sifat fisika batubara pada beragam kondisi, yaitu: temperatur, tekanan overburden, tekanan pori, tekanan efektif, pada batubara penghasil gas methana, terutama pada lapangan Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan bagian Timur sebagai deposit CBM terbesar di Indonesia. Hasil ini akan sangat berguna untuk dijadikan panduan eksplorasi CBM di suatu daerah, sehingga biaya eksplorasi CBM dapat lebih efektif dan efisien. Hasil semua pengukuran akan disimpan dalam sebuah Database Seismic Rock Physics. Upscalling data dari skala laboratorium selanjutnya dikorelasikan dengan data dan skala lapangan agar hasil kegiatan ini bisa dimanfaatkan dalam persoalan yang lebih makro. Namun hubungan antara keberadaan gas metana (CBM) dengan gelombang seismik belum diteliti secara detil oleh peneliti domestik maupun di luarnegeri. Maka dengan kegiatan ini seismik dapat berperan sebagai pendeteksi gas metana batubara bawah permukaan secara tak langsung. Dengan demikian, menjadikan kegiatan ini dapat dipakai untuk mereduksi biaya eksplorasi dan meluaskan jangkauan eksplorasi, sehingga untuk menjadikan potensi CBM menjadi potensi terukur yang lebih pasti dan tentunya tidak memerlukan banyak lobang bor.
Gambar 2. Skema pengukuran sampel batubara dalam temperatur dan tekanan reservoar
Semua akuisisi data harus dapat merekam secara baik dengan ketelitian yang tinggi untuk analisa spektrum frekuensi dan atenuasi gelombang saat melewati medium dengan berbagai perubahan parameter fisis sampel dan sifat kimia fluidanya. Diagram alir pengukuran pada kegiatan ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Diagram Alir Pengukuran B. Metoda Resistivitas Fisika Batuan Penggunaan metoda ini bertujuan untuk mempelajari perilaku perambatan (arus) listrik di batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan sifat kelistrikannya (hambatan jenis DC, hambatan jenis bergantung frekuensi dan hambatan jenis kompleks) pada batubara penghasil gas metana. Perilaku-perilaku yang akan diungkap dari kegiatan ini adalah relasi resistivitas dan sifat fisika batubara pada beragam kondisi, yaitu: temperatur, tekanan overburden, tekanan pori, tekanan efektif, pada batubara penghasil gas metana, terutama pada lapangan Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan bagian Timur sebagai deposit CBM terbesar di Indonesia. Hasil ini akan sangat berguna untuk dijadikan panduan eksplorasi CBM di suatu daerah, sehingga biaya eksplorasi CBM dapat lebih efektif dan efisien sekaligus murah. C. Metoda Well-Logging Fisika Batuan
Kegiatan ini akan mempelajari perilaku sifat fisika batubara penghasil CBM, mulai dari: gamma ray spectroscopy, density, sifat listrik, sifat sonic, sifat hamburan neutron, sifat magnetisasi di batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan CoalBed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungannya dengan keadaan reservoar seperti: porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori pada batubara penghasil gas methana. Diharapkan kegiatan ini menghasilkan persamaan-persamaan petrofisika empiris yang bisa dipakai sebagai persamaan standard untuk memprediksi keberadaan CBM dalam seam batubara. Kegiatan ini didukung oleh perangkat well-logging serta perangkat spectroscopy gamma dan laboratorium rock physics. D. Metoda Seismik Pantul Pengukuran data lapangan seismik pantul dilakukan pada lapangan prospek CBM, dari kegiatan ini akan dapat diketahui mulai dari penyusunan konfigurasi, pengolahan hingga karakterisasi lapisan penghasil CBM dengan gelombang seismik. Topik kegiatan pada bidang ini adalah: 1. Pembuatan dan riset tentang sumber seismik (baik untuk metode yang eksplosive maupun yang non eksplosive) 2. Standarisasi workflow processing untuk pencitraan batubara 3. Kegiatan untuk pencitraan seismik 3 D untuk konfigurasi mini 4. Kegiatan karakterisasi reservoar CBM dengan gelombang seismik
Gambar 4. Konfigurasi Pengukuran Seismik Pantul Untuk Eksplorasi CBM
Gambar 5. Citra Seismik Untuk Lapisan Batubara Gambar 5 memperlihatkan citra seismik untuk lapisan batubara, bagaimana kita mendapatkan informasi bahwa batubara tersebut mempunyai kandungan CBM atau tidak, hal tersebut harus dijawab dalam kegiatan ini untuk penentuan strategi-strateginya melalui: 1. Inversi impedansi akustik (Inversi AI). 2. AVO dan inversi AVO. E. Metoda Geolistrik Resistivitas Pengukuran geofisika dengan menggunakan metoda Geolistrik Tahanan Jenis memanfaatkan fenomena sifat listrik batuan. Setiap batuan memiliki nilai resistivitas yang berbeda, bergantung pada jenis mineral, densitas, porositas, temperatur, dan kandungan air di dalamnya. Metoda Geolistrik memanfaatkan arus listrik sebagai sumber tegangan untuk memperoleh informasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan. Dengan menggunakan 4 elektroda logam (konvensional) yang ditanam pada tanah, 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial, arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui elektroda arus, selanjutnya 2 elektroda potensial akan menangkap respon beda potensial batuan bawah permukaan antara dua titik pada datum di kedalaman tertentu.
Informasi nilai arus, beda potensial, jarak spasi pengukuran dan tipe pengukuran akan diproses lebih lanjut untuk mendapatkan sebaran nilai resistivitas lapisan batuan di bawah permukaan. Beberapa teknik pengambilan data dapat dilakukan dengan cara 1 D maupun 2 D seperti gambar 6. Hasil yang didapat akan digabungkan dengan analisa resistivitas rock physics seperti terlihat pada gambar 7,8.
Gambar 6. Ilustrasi Pengambilan Data Geolistrik 2D, Posisi Elektroda, Jarak Spasi Dan Posisi Datum Point
Gambar 7. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik Untuk Eksplorasi Batubara Pada Kondisi Lapangan Yang Berbeda (Ibrahim, E, 2007) Berikut dibawah ini adalah contoh geolistrik 2D untuk pembedaan Variasi Kadar Air pada Lapisan Batubara :
Gambar 8. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik Untuk Perbedaan Variasi Kadar Air Dan Komposisi Pada Lapisan Batubara sama (Ibrahim, E, 2008) Untuk Eksplorasi Gas Metana Batubara atau CBM , hasil awal telah diperoleh seperti pada gambar 9 dimana asumsi awalnya adalah tiga seam setelah dilakukan pengukuran Geolistrik 2 D diperoleh lebih dari tiga seam batubara (enam Seam) pada formasi Muara Enim dengan kedalam lebih kurang 800 m
Gambar 9. Penampang 2D Hasil Inversi Geolistrik Untuk Eksplorasi Gas Metana Batubara atau CBM (Ibrahim, E, 2010, dkk) F. Metoda Elektromagnetik (GPR) GPR (Ground Penetrating Radar) merupakan salah satu metode geofisika bersifat nondestructive berdasarkan prinsip- prinsip teori elektromagnetik dengan rentang frekuensi
gelombang radio antara 1 sampai 1000 MHz (Annan, A.P, 2001). Sistim GPR terdiri dari dua antena yang digunakan untuk mentransmisikan dan menerima sinyal-sinyal radar. Pengaktif sinyal melalui antena pemancar akan memancarkan sinyal dan masuk kedalam tanah dan sinyal tersebut akan dipantulkan oleh masing-masing lapisan. Sinyal yang kembali ke permukaan membuat citra lapisan pemantul diterima oleh antena penerima. Aplikasi GPR fokus utamanya untuk memetakan struktur dalam tanah dimana selanjutnya digunakan untuk struktur non- logam. Penyelidikan GPR pertama kali adalah untuk memetakan ketebalan dari lembaran- lembaran es dan ketebalan glasier di Arctic dan Antartika (Annan, A.P, 2001). Aplikasi GPR untuk batubara diawali dengan melakukan simulasi 2 D dan 3 D secara numerik ( Ibrahim E, 2007a, 2007 b) dilanjutkan percobaan dalam skala laboratorium (Ibrahim E, dkk, 2006b) dan implementasi pada lapangan ( Ibrahim E dkk, 2003a, 2004a, 2004b, 2004c, 2006a, 2008, 2010). Dimana dari hasil- hasil penelitian tersebut dapat menghasilkan informasi geometri, rekahan- rekahan dan kadar air pada lapisan batubara serta informasi adanya noise yang bisa menimbulkan kesalahan dalam penafsiran tentang informasi yang sebenarnya dari target beserta lingkungannya.
Gambar 10. Hasil Simulasi 2D Untuk Posisi Batubara di dalam Lempung
Gambar 11. Hasil Simulasi 3D Untuk Variasi Orientasi Antena Pada Rekahan Batubara
Gambar 12. Implementasi GPR Dengan Variasi Orientasi Antena Pada Singkapan Batubara Lapangan
Gambar 13. Implementasi GPR Untuk Eksplorasi Batubara Dengan Kondisi Lapangan Yang Berbeda Hasil Penelitian lain yang telah dilakukan dan diperoleh adalah kemampuan metode GPR untuk membedakan secara lapangan variasi peringkat batubara berdasarkan kadar air ( Ibrahim, E, 2005).
Gambar 14. Implementasi GPR Untuk Eksplorasi Batubara Pada Peringkat Batubara secara Lateral Berbeda
Gambar 15. Visualisasi Implementasi GPR Untuk Eksplorasi Batubara Pada Peringkat Batubara secara Lateral Berbeda
Gambar 16. Analisis Spektrum Frekuensi Untuk Membedakan Batubara dengan Bukan Batubara
Gambar 17. Crossplot Amplitudo Membedakan Variasi Kadar Air pada Lapisan Batubara Yang Sama
Gambar 18. Crossplot Sudut Phase Membedakan Variasi Komposisi dan Struktur pada Lapisan Batubara Yang Sama
PENUTUP Dapat disimpulkan dari hasil- hasil penelitian yang telah saya lakukan baik secara teoritik maupun empirik maka dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan metoda eksplorasi Gas Metan Batubara (CBM) dapat dilakukan dengan beberapa hal yang antara lain : 1. Perlunya dipelajari hubungan antara peringkat batubara, struktur mikro dan kelakuan aliran gas didalam reservoar batubara 2. Pelunya dipelajari perilaku gelombang elastik pada batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan Coal Bed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan karakter perambatan gelombang (frekuensi, kecepatan, atenuasi, dan bentuk gelombang) pada batubara penghasil gas metana. Sehingga dapat dipelajari teknik-teknik estimasi distribusi CBM, kandungan CBM, rank batubara melalui seismik. 3. Perlunya dipelajari perilaku perambatan (arus) listrik di batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada lapisan Coal Bed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sifat fisis (porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi pori) dan sifat kelistrikannya (hambatan jenis DC, hambatan jenis bergantung frekuensi dan hambatan jenis kompleks) pada batubara penghasil gas metana. 4. Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terhadap pengunaan metoda geolistrik dengan dilakukan simulasi baik 2 D maupun 3D pada kondisi yang bervariasi (ada gas dan tidak ada gas metana) pada lingkungan yang sebenarnya dan selanjutnya dilakukan percobaan pengukuran skala laboratorium dengan berbagai konfigurasi hingga diperoleh desain akuisisi optimal yang hasilnya dapat digunakan untuk akuisisi lapangan secara riil pada kondisi yang bervariasi dan informasi yang akurat terhadap keberadaan kandungan gas metana batubara (CBM). 5. Untuk metode GPR karena frekuensi yang digunakan antara 10 MHz sampai 1000 MHz perlu dilakukan modifikasi peralatan sehingga bisa digunakan untuk eksplorasi CBM yaitu dibawah 1 MHz sehingga penetrasi kedalaman pengukuran bisa mencapai 300 M lebih. Oleh karena itu perlu dikembangkannya pemodelan 2D dan 3 D untuk metode elektromagnetik (GPR) yang telah termodifikasi tersebut dengan cara melakukan pengukuran secara laboratorium konstanta dielektrik batubara dengan berbagai kandungan kuantitas gas metana pada berbagai peringkat batubara. Perolehan hasil pemodelan baik 2D maupun 3D dapat memberikan informasi posisi secara tegas berdasarkan signature-nya (bentuk gelombang) dengan lingkungan tempat pengukuran. Pengaruh arah polarisasi listrik dari antena dipole terhadap arah bidang-bidang pecah (dimana gas metana terjebak) didalam lapisan batubara perlu diperhitungkan. Artinya posisi antena akan menentukan informasi apa yang yang akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Gautier, D.L., Dolton, G.L., Takahashi, K.I., and Varnes, K.L., eds., (1996, 1995)., National Assessment of United States Oil and Gas Resources— Results, methodology, and supporting data: U.S. Geological Survey Digital Data Series DDS–30, release 2, oneCD-ROM. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Handayani. G and Fauzi. U and Islam.S. (2003a), Determination study of coal seams thickness by using GPR method and presented a oral presentation at Joint Convention Jakarta 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI annual convention and exhibition, Proceedings. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G and Islam. S. (2003b), Estimation study of total moisture variability in coal seams laterally by using GPR method and presented a oral presentation at Joint convention Jakarta 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI annual convention and exhibition, Proceedings. Ibrahim. E and Parnadi. W.W. (2004b), Analysis of absorption and dispersion from GPR data., and presented a oral presentation (code : A321GCX7HP) in session T25.03, “ground penetrating radar” at 32nd International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded abstract, August 23, 2004. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G. (2004c), Measurements study of antenna height variations in GPR records : case study of field experiments at Bukit Asam coal mining field, and presented a poster presentation (code : A321GCPC55) in session T32.02, “application of remote sensing in geological prospecting” at 32nd International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded Abstract, August 25, 2004. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G (2004d), Influence of application of different frequency antenna to quality data by GPR (evaluation by experiment at data coal seams outcrop and presented a poster presentation (code: A321GCJKC5) in session T08.04, “Magnetotellurics” at 32nd International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded Abstract, August 27, 2004. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani. G and Islam. S. (2004e), Determination of geometry and bedding plane orientation in coal seam use of GPR method and presented a poster presentation (code: A321GC47TN) in session T08.04, “Magnetotellurics” at 32nd International Geological Congress, Florence, Italy, Expanded Abstract, August 27, 2004 Ibrahim.E. (2004f), Studi penentuan perbedaan sifat fisik secara lateral pada satu lapisan batubara menggunakan metoda GPR., Proseding Temu Profesi Tahunan XIII PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) 2004, hal 167- 179. Ibrahim, (2005)., Studi penggunaan GPR multi konfigurasi pada tahap eksploitasi batubara (studi kasus pada tambang batubara Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan), Disertasi Doktor (S-3), Program Studi Fisika, FMIPA, ITB.
Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani G. (2006a) Layered coal characterization using Multi-configuration Antenna and presented a oral presentation (code : Jakarta06-PNS-01) at Jakarta 2006 (SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI) International Geosciences Conference and Exhibition, Expanded Abstract, August 14-16, 2006, Jakarta. Ibrahim. E and Hendrajaya. L and Fauzi. U and Handayani G. (2006b) Laboratory Experiments for Coal Rank Characterization Using 1 GHz GPR Antenna and presented a oral presentation (code : Jakarta06-OT-58) at Jakarta 2006 (SEG-HAGI-IPA-IATMIIAGI) International Geosciences Conference and Exhibition, Expanded Abstract, August 14-16, 2006, Jakarta. Ibrahim, E (2006c), CBM Alternatif Solusi Pasokan Energi , Pemakalah pada Pidato Ilmiah untuk pelepasan Sarjana Baru Fakultas Teknik UNSRI di Dekanat FT UNSRI, Indralaya. Ibrahim, E (2006d), Alternatif Solusi Pasokan Energi di Sumatera Selatan, pada Kolom OPINI, Sumatera Ekspres, Senin, 24 Juli 2006 Ibrahim, E, Basri, H, Nurhandoko. B, Endang, WDH., (2007a). Studi Pengembangan Metoda Eksplorasi Batubara Penghasil Gas Metana (CBM), Workshop Gas Metana Batubara, The Westin Resort, Nusa Dua-Bali, 25-26 Januari 2007. (Binder Makalah) Ibrahim, E, Iskandar, S.A, Basri, H (2007b). Penggunaan Metode GPR dan Geolistrik Pada Eksplorasi Batubara, and presented a oral presentation at Seminar Nasional XIII FTI-ITS , Surabaya, 6-7 Maret 2007 Ibrahim, E (2007c). Pemodelan Kedepan 2D Ground Penetrating Radar (GPR) Untuk Batubara, Dipresentasikan secara Oral pada Seminar Nasional Pasca Sarjana VII- 2007, 2 Agustus 2007, ITS, Surabaya. Ibrahim, E (2007d). Pemodelan Kedepan 3D Ground Penetrating Radar (GPR) Untuk Batubara Dan Lempung, Dipresentasikan secara Oral pada TPT XVI 2007 PERHAPI, 57 September 2007, Makassar. Ibrahim, E (2007e). Estimasi Peringkat Batubara Berdasarkan Kandungan Air Total Menggunakan Cara Refleksi Profil, Prosiding TPT XVI 2007 PERHAPI, 5-7 September 2007, Makassar. Ibrahim, E and W.W. Parnadi., (2008) A New Perspective in Imaging of Coal Seams using Multi-Configuration GPR for environmentally-Save Excavation Purposes, and presented a oral presentation in the International Conference on Environmental Research and Technology 2008 (ICERT 2008), Parkroyal, Penang, Malaysia Ibrahim. E and Wahyudi W.P (2010), GPR acquisition and processing design to delineation and mapping of shallow layered coal at Tanjung Enim, South Sumatera,
Indonesia (IGCE10-OP-57) and Presented a oral Presentation at the Bali International Convention Centre 19-22 Juli 2010 (Proceeding Bali 2010, International Geosciences Conference & Exposition) and Accepted paper on Jurnal HAGI 2010 Ibrahim E,., Hasjim, M, Bahrain, D., Parnadi, W.,(2010). Karakterisasi Reservoir CBM Menggunakan Geolistrik di Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan, Penelitian Unggulan Kompetitif UNSRI, Bidang Energi Baru Terbarukan, Lembaga Penelitian UNSRI. Kuuskraa, V.A., and Brandenberg, C.F., (1989), Coalbed methane sparks a new energy industry: Oil and Gas Journal, v. 87, no. 41, p. 49–56. Migas dan ADB, (2003), Daerah Penghasil Batu Bara di Indonesia, Direktorat batu bara, Departemen Energi dan Sumber Daya Alam Daerah Penghasil Coal Bed Mathane di Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Alam Nurhandoko, B. E. B., Condronegoro, R., Supriyanto, B. E., Nashrudin, M., (2005), Pore pressure measurement using seismic wave parameter and AVO parameter, Indonesian Journal of Physics. Nurhandoko, B.E.B, (2004), Pore, fracture and fluid imaging of subsurface using seismic wave, Seminar held by Ministry of Res. And Technology. Nurhandoko, B. E. B., (2005), Karakterisasi reservoar hidrokarbon secara kuantitatif melalui gelombang seismik dengan seismic rock physics: dari pengembangan perangkat ke aplikasi lapangan, Seminar Riset Unggulan ITB 2005. Rice, D.D., (1997), Coalbed methane—An untapped energy resource and an environmental concern: U.S. Geological Survey Fact Sheet FS–019–97. (Available only on the web at http://energy.usgs.gov/ factsheets/Coalbed/coalmeth.html) Yusup. M dan Ibrahim. E. (2004c). Penggunaan georadar (GPR) untuk penyelidikan batubara. Proseding Temu Profesi Tahunan XIII PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) 2004, hal 180-192.