Makalah Pengendalian Lalat Kelompok 3
November 6, 2018 | Author: Rita Nur Isnaini | Category: N/A
Short Description
Makalah Pengendalian Lalat...
Description
MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR LALAT
Disusun Oleh Kelompok 3: Rika Sulistya N
P07133116001
Farhan W
P07133116029
Marta Lisca F
P07133116015
Rita Nur I
P07133116030
Nur Syahidah R
P07133116018
Dina Rohmawati
P07133116033
Devi Oktariza
P07133116021
Nadia Maretta S
P07133116039
Mufida K
P07133116026
Lukman Heru D
P07133116040
REGULER A DIII KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini tanpa kendala suatu apapun. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca tentang pentingnya Pengendalian vektor Lalat. Materi yang kami sampaikan pada makalah ini sangat berguna bagi para pembaca yang ingin benar benar memahami akan cara-cara pengendalian vektor lalat. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu kami mengharapkan mengha rapkan saran dan kritik dari pembaca. Atas kritik dan saran yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI COVER ..................................................................................................... ............................................... ..................................................................... ............... 1 KATA PENGANTAR ................................................... .......................................... 2 DAFTAR ISI ................................................ ..................................................... ............................................................ ....... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakan g ............................................................ ................................. 4 B. Rumusan Masalah ................................................................................... ..... 5 C. Tujuan ..................... .................................................... ..................................................................................... ................................. 5 BAB II DASAR TEORI .............................. ....................................................... ............................................................ ..... 6 BAB III PEMBAHASAN A. Pengendalian lalat berdasarkan stadium .................................................... ............ ........................................ 15 B. Pengendalian lalat berdasarkan be rdasarkan tempat mencari makan............................. 21 C. Pengendalian lalat berdasarkan metode ...................... ............................... 25 D. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan ............................................... 26 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... .................... ............................................................................ ...................... 32 B. Saran ................................................. ..................................................... .......................................................... ..... 32 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ....... ..................................................................................... .............................. 33
3
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Gerakan masyarakat hidup sehat adalah gerakan bersama yang memiliki beberapa tujuan mulai dari menurunkan beban penyakit menular
dan
tidak
menular,
menghindarkan
terjadinya
penurunan
produktivitas, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat sakit, perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat. Germas dilakukan sebagai penguatan upaya promotif dan preventif pada masyarakat dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembangbiaknya vector penyakit. Lalat merupakan salah satu vector penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena dapat kita jumpai pada hampir semua jenis lingkungan. Lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasite pada serangga, penyebab penyakit seperti myasis, sebagai vector penyakit saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri, dan diare. Penyakit-penyakit tersebut biasanya terjadi di wilayah dengan faktor resiko, kesehatan lingkungan yang buruk sebagai tempat perindukan lalat, dan perilaku hidup bersih dan sehat masih rendah. Oleh karena demikian besar dampak dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lalat, maka perlu
4
dilakukan pengendalian lalat dengan tepat dan mendukung terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana pengendalian vector lalat?
C. TUJUAN Menjelaskan pengendalian vector lalat
5
BAB II DASAR TEORI Vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor juga menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Adang, I) dan dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector-borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Pengertian lain menurut para ahli yaitu: a. Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia (Budiman, C. 2006). b. Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya (Adi, H.S. 1993). c. Menurut WHO (2005), vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat. d. Menurut Soemirat (2005), keberadaan k eberadaan vektor penyakit dapat mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini menentukan bahwa masuknya agent baru ke dalam suatu lingkungan akan merugikan kesehatan masyarakat setempat. e. Pengertian vektor penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit dari satu hewan ke hewan h ewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor berupa serangga dikenal sebagai vectorborne disease (Chandra, 2007).
6
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai 100.000 species lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan (Depkes RI, 1991). Menurut Sigit dan Hadi (2006) menjelaskan bahwa: “Yang tergolong lalat pengganggu kesehatan adalah Ordo Diptera, Subordo Su bordo Cyclorrhapha, dan anggotanya terdiri atas lebih dari 116.000 spesies lebih di seluruh dunia”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lalat merupakan ordo diptera yang termasuk dalam klasifikasi serangga (insecta) pengganggu yang menyebarkan penyakit dan menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dengan spesies yang sangat banyak. Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan karena dapat pengganggu aktifitas dan kesehatan masyarakat. Sebagai alat transportasi yang sangat baik dalam penularan penyakit, lalat sangat menyukai tempat yang tidak berangin, tetapi sejuk dan kalau malam hari sering hinggap di semak-semak di luar tempat tinggal, lebih menyukai makanan yang bersuhu tinggi dari suhu udara sekitar dan sangat membutuhkan air (Widyati & Yuliarsih, 2002). Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan (PP No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan). Sehingga pengendalian vector lalat adalah upaya untuk mengurangi faktor resiko penyakit yang diakibatkan oleh lalat. Karakteristik Lalat rumah (Musca domestica) mempunyai ciri tubuh antara lain tubuh berwarna kelabu hitam, ukuran 6 – 6 – 7 mm, pada punggung terdapat empat garis longitudinal berwarna hitam. Sel 2 A pendek dan tidak mencapai tepi sayap, sel R 5 tertutup atau hampir tertutup, bawah permukaan sculletum biasanya tanpa rambut – – rambut lurus.
7
Umumnya mempunyai lebih dari satu rambut – rambut steropleural. Dapat ditemukan disemua tempat, biasanya sebagai hama dan vektor penyakit. Lalat ini mempunyai prombosis pendek, berdaging dan tidak menggigit. Lalat kandang (Stomoxys calcitran) menyerupai lalat rumah. Lalat ini sering memasuki kawasan rumah tangga dan sering menghisap darah manusia. Lalat kandang banyak didapat di daerah berpasir dan pada tumbuhan air. Lalat ini mempunyai peran yang penting dalam bidang kedokteran hewan karena menyebarkan penyakit surra. Lalat betina bertelur dikotoran hewan yang bercampur dengan kompos (jerami dan daun) dan keadaannya lembab sehingga berlangsung dengan baik, kebanyakan lalat hijau seukuran dengan lalat rumah atau sedikit lebih besar, dan banyak yang berwarna biru atau hijau metalik. Dari dorsal promboscis tidak tampak sehingga lalat tersebut serupa dengan lalat rumah. Lalat daging (Sarchopaga) sangat mirip dengan lalat hijau (Chrysomyia) tetapi umumnya kehitam – hitaman dengan garis – garis toraks yang kelabu dan dan mempunyai arista telanjang atau hanya separuh dasar yang plumosa. Lalat hijau biasanya mempunyai dua rambut – rambut bulu notopleura (jarang tiga), dan biasanya mempunyai empat rambut. Larva lalat ini diletakkan pada daging busuk, mukosa ataupun kulit utuh, dan ini dapat menyebabkan myasis kulit dan myasis tria. Bionomic lalat yang penting untuk kita ketahui dan menjadi dasar pengendalian adalah sebagai berikut: 1. Kebiasaan Hidup Lalat Musca Domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe alat mulut penjilat dan menghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe mulut penggigit. Lalat Musca domestica d omestica paling dominan banyak ditemukan d itemukan ditimbunan sampah dan kandang ternak. Musca domestica lebih banyak mengerumuni bahan bahan sampah yang berupa sayur-sayuran dan yang mengandung karbohidrat dan kurang menyukai bahan yang mengandung protein. Spesies Fannia ditemukan
8
lebih kecil dari Musca domestica tetapi lebih gesit dalam timbunan sampah dan kandang ternak ayam, Kerbau, sapi, dan babi. Lalat Spesies Sarchopagasangat menyukai adanya darah dalam makanan karena akan mempengaruhi produksi telur dan mempercepat maturasi seksual. Lalat hijau (Chrysomyia) adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan berkembang biak didalam bangkai, dan meletakkan telurnya pada bangkai, dan larvanya memakan jaringan-jaringan yang membusuk. Lalat buah sering dijumpai dalam buah hasil kebun. Yang menjadi busuknya buah adalah larvanya dan sering kita istilahkan dengan sindat. 2. Tempat Perindukan atau Berkembangbiak Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk. 3. Jarak Terbang Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 kmdari tempat berkembang biak. 4. Kebiasaan Makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan oleh manusia (susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai oleh lalat, pada protein lebih suka digunakan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makanan basah, sedang makanan yang kering dibasahi dahulu oleh ludahnya baru kemudian dihisap. Lalat mempunyai kebiasaan memuntahkan makanan yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi menularkan bibit penyakit pada manusia. 5. Tempat Istirahat Lalat beristirahat ditempattempat tertentu. Pada sianghari bilalalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik serta lalat menyukai tempat – tempat 9
dengan tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah. 6. Lama Hidup Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedang pada musim dingin bisa mencapai 70 hari. 7. Temperatur Lalat mulai terbang pada temperatur 150C dan aktivitas optimumnya pada temperatur 210C. Pada temperatur dibawah 7,50C tidak aktif dan di atas 450C tejadi kematian pada lalat. 8. Kelembaban Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Dimana kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak dari pada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang tinggi. 9. Sinar Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai sinar). Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban. Setelah mengetahui bionomik dan karakteristik dari lalat sebagai makhluk hidup, tentunya lalat memiliki banyak spesies. Berdasarkan pembagian spesiesnya, lalat memiliki beberapa spesies yang terpenting dari sudut kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca Domestica), lalat kandang (stomoxys calcitrans), lalat hijau (Phenisial), lalat daging (sarchopaga), dan lalat kecil (Fannia) (Depkes, 199) Lalat Rumah (Musca Domestica) menurut Sucipto (2011) bahwa: “ Lalat “ Lalat rumah termasuk family Muscidae sebarannya diseluruh dunia, berukuran sedang 10
dan panjang 6-8 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang gelap pada bagian dorsal toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal, pada mata betina terdapat celah yang lebih lebar daripada lalat jantan yang sempit, antenanya terdiri dari tiga ruas, bagian mulutatau proboscis lalat disesuaikan oleh fungsinya untuk menyerap dan menjilat makananberupa cairan, sayangnya terdapat empat garis vena yang melengkung tajam ke arah kosta mendekati vena 3, ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut”. Pada umumnya siklus hidup dan pola hidup lalat rumah yakni memerlukan suhu 30ºC untuk hidup dan kelembapan yang tinggi, tertarik pada warna terang sesuai dengan sifat fototrofiknya, ukuranya yang berkisar 12-13 mm dan seterusnya. Lalat kandang (Stomoxys calcitrans) menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang: “ (1). (1). Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah, (2). Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian bawah, (3) Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut (proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah, (4). Bagian thoraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang, (5). Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati vena 3, (6). Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan den gan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas. Siklus hidup dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup lalat pada umumnya. Yang membedakannya yakni pada lama berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada siklus pra dewasa (pupa). Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung selama 1 - 3 minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pra dewasa setelah satu minggu atau 11
lebih, dan siklus hidup berkisar 3 - 5 minggu pada kondisi optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari serta termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukan (Sucipto, 2011). Lalat hijau (Phenisial) menurut menurut Sucipto (2011) bahwa “Lalat hijau termasuk kedalam family Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang sampai besar dengan den gan ciri-ciri sebagai berikut b erikut : (1). Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap, (2). Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan dan jarang berkembang biak di d i tempat kering atau bahan buah-buahan, buah -buahan, (3). Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar, (4). Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris trichiuradan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat”. Lalat daging (Sarchopaga) menurut menurut Sucipto (2011) bahwa “Lalat daging termasuk dalam family Sarcophagidae dengan ciri - ciri sebagai berikut :(1). Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6- 14 mm panjangnya, (2). Lalat ini in i mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur, (3). Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembang biakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang membusuk, (4). Siklus hidup lalat ini berlangsung 2 - 4 hari. Lambungnya mengandung telur cacing Ascaris lumbricoides dan cacing cambuk”. Lalat kecil (Fannia), “Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia,
dan
tempat
jantan
berkeliling
menggantung”. (Sucipto, 2011). 12
di
sekitar
lampu-lampu
yang
Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola hidup dan siklus hidup yang hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu dan tempat-tempat tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri bahwa spesies-spesies lalat yang telah disebutkan diatas merupakan vektor pembawa penyakit dan merupakan hewan pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan
13
BAB III PEMBAHASAN Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu program kesehatan lingkungan dari tiap unit penyelenggara kesehatan. Kadang-kadang perlu diadakan kampanye pembasmian lalat untuk menarik perhatian dan mendapatkan kerjasama serta bantuan masyarakat seperti “Communiti fly control program ”. Program semacam ini harus direncanakan dan dipersiapkan dengan seksama seluruh masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual tidak akan berhasil karena disebabkan jarak terbang lalat yang jauh. Untuk satu community fly-control program perlu terlebih dulu dilakukan survey pendahuluan yang yan g meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Juga perlu diselidiki fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey pendahuluan ini diperlukan untuk dapat menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol maupun intensitas serta macam tindakan pemberantasan yang perlu diambil. Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus merupakan tindakantindakan pokok terpenting untuk pemberantasan lalat, karena penggunaan zat-zat kimia saja tidak dapat menggantikan usaha-usaha sanitasi. Hasil-hasil dari community fly-control program harus selalu dievaluasi dengan pemeriksaan fly dencity pada waktu-waktu tertentu untuk menentukan effektivitas dari tindakantindakan pemberantasan yang dijalankan dan untuk menentukan dimana dan apabila tindakan-tindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk menentukan fly-density harus selalu dipakai alat dan cara yang sama supaya angka - angka dapat dipakai untuk perbandingan. ”Scudder grille” dapat dipakai untuk mengukur mengukur fly density. Untuk mengukur fly-dencity scudder grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder griil itu. Disamping
14
menghitung jumlah dapat juga diperiksa jenis lalat. Kadang-kadang juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap lalat. Prinsipnya ialah lalat diumpan supaya masuk kedalam alat penangkap dan tidak bisa keluar lagi. Juga dengan cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly density) dan je nis-jenis lalat disatu daerah.
Gambar 1 Scudder Grille A. Pengendalian lalat berdasarkan stadium. a. larva lalat Penurunan populasi larva dengan cara pengelolaan sanitasi yang baik pada daerah-daerah yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan lalat. Kotoran hewan ternak apabila setiap hari diangkat dari kandang lalu segera disebarkan di atas lapangan terbuka atau ditimbun dalam tempattempat yang tertutup rapat tidak akan bisa dijangkau oleh lalat dan menjadi tempat perkembang biaknya karena dalam keadaan kering larva akan mati dan bahan-bahan organik yang kering tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur. Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP). b. Lalat dewasa a) Penyemprotan dengan 0, 1% pyrethrum dengan synergizing agents. b) Pemasangan kasa pada jendela akan tetapi jendela masih dapat dibuka dan kasa dibersihkan secara teratur. c) Ultraviolet fly traps
15
Ultraviolet fly traps salah satunya berupa alat perekat lalat dengan variasi lampu warna biru bekerja dengan memanfaatkan sistem penglihatan lalat yang sangat baik, yaitu mata majemuk yang tersusun atas lensa optik banyak sehingga lalat mempunyai sudut pandang lebar. Kepekaan penglihatan lalat 6 kali lebih besar dibandingkan manusia. Selain itu, mata lalat juga dapat mengindera frekuensifrekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tak terlihat oleh manusia. Secara umum dikatakan bahwa serangga mempunyai dua puncak warna sensitivitas yaitu pada warna biru-hijau. Penggunaan lampu dalam pengendalian lalat didasarkan pada fisiologis lalat. Banyak serangga yang mampu mendeteksi zat perangsang dalam dosis rendah dan beberapa mil dari sumber zat tersebut. Sebagaimana telah diketahui bahwa lalat mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap bau (kimia-mekanis), pendengaran, dan penglihatan. Lampu yang digunakan memancarkan sinar yang disesuaikan dengan kepekaan indera penglihatan lalat yaitu pada kisaran gelombang spektrum cahaya sekitar 245-600 nm atau kisaran warna ungu, biru, hijau. Menurut Suharyono selain memancarkan cahaya, lampu juga memancarkan sinar ultraviolet dan panas yang dapat menarik perhatian serangga. Cahaya ultraviolet dipancarkan dari lampu berwarna ungu atau biru terang. Menurut hasil penelitian, warna biru lebih efektif dalam memikat lalat. Cara membuat alat ini adalah menyiapkan 4 lembar kertas pembungkus nasi yang diberi lem perekat. Diletakkan alat perekat lalat pada tempat yang sesuai. Dihubungkan kabel rangkaian lampu TL pada stop kontak untuk menghidupkan lampu. d) Membuat perangkap lalat dari botol plastik
16
Perangkap lalat botol plastik sebaiknya digantung pada tempat untuk mempersiapkan makanan atau dekat dengan WC. Cara membuat perangkap lalat dari botol plastik adalah: a. Memotong bagian atas botol plastic b. Memasang tali atau kawat pada botol agar botol dapat digantung c. Memasukkan umpan yang rasanya manis, seperti gula atau buah, ke dalam botol. d. Memasang kembali bagian atas botol dalam posisi terbalik e. Jika botol sudah penuh, kosongkan dengan membuang isinya ke WC atau tumpukkan kompos. Pastikan semua lalat sudah mati sebelum botol dikosongkan.
17
NO
Stadium
Kebiasaan
Pengendalian
lalat
1.
Larva lalat
Racun
kontak
akan Racun kontak akan meresap ke
meresap ke dalam tubuh dalam
tubuh
binatang
lewat
binatang lewat kulit luar kulit luar dan binatang akan dan binatang akan mati mati bila tersentuh kulit luarnya. bila tersentuh kulit luarnya. Racun
kontak
Racun kontak akan masuk dalam
tubuh
dalam tubuh larva melalui kutikula kutikula sehingga apabila insektisida insektisida
akan larva
masuk melalui
sehingga
apabila
kontak
langsung
kontak pada kulit maka sedikit demi
langsung pada kulit maka sedikit molekul insektisida akan sedikit
demi
sedikit masuk ke dalam tubuh larva.
molekul insektisida akan Seiring dengan bertambahnya masuk
ke
dalam
larva.
Seiring
tubuh waktu
dengan insektisida
bertambahnya waktu maka akumulasi dari insektisida. Diduga
methyl
clavical
bekerja mengganggu kerja susunan
syaraf
larva.
Semakin
tinggi
ekstrak
kemangi yang digunakan maka semakin tinggi zat bioaktif di dalam kemangi yang
maka
bekerja
mempengaruhi
proses
ekdisis larva
18
akumulasi
dari
Musca domestica. domestica. 2.
Lalat dewasa
lalat
tertarik
pada Mengendalikan
permukaan datar berwarna mengurangi
lalat
dengan
kepadatan
lalat
putih atau kuning, serta dengan memasang perangkap bau-bauan Lalat
yang
tajam. lalat yang berwrna putih dan
tertarik
pada kuning dan berbau buah-buahan
permukaan berwama putih seperti
durian
dan
mangga.
dan bau menyengat. Indera Warna dan bau ini disukai oleh penciuman lalat (serangga)
lalat.
Dengan
terdapat pada antena dan perangkap palpus. peka
Alat
ini
sehingga
memasang
tersebut
maka
sangat banyak lalat yang akan terjerat mampu ke perangkap tersebut
mencium bau yang lemah. Zat yang mudah menguap pada suhu kamar (biasa) mudah dikenali oleh lalat. 3.
Secara
keseluruhan Untuk
mengendalikan
penemptan
impregnated kepadatan lalat dapat melakukan
cord berpengaruh terhadap pemasangan lalat
yang
perangkap
lalat
terperangkap. dengan:
Diantara
ketiga
penempatan
tali,
posisi
a. Memasang
perangkap
pada pagi hari, karena
tegak berbeda signifikan
Jumlah
dengan
posisi
lengkung,
terperangkap
tetapi
tidak
signifikan
pada pagi hari, dan terus
dengan posisi datar. Rerata
menurun pada siang dan
lalat
sore hari
pada
yang posisi
terperangkap lengkung
19
lalat
yang
terbanyak
b. Impregnated cord yang
berbeda signifikan dengan
dipasang dengan posisi
posisi
lengkung dapat menjerat
tegak dan datar. Hal ini
lalat paling banyak
menunjukkan bahwa posisi lengkung
lebih
c. Impregnated
banyak
berwarna kuning dapat
dihinggapi lalat sehingga
menjerat
lebih
banyak
banyak
cord
yang
terperangkap.
lalat
d. Impregnated
paling
cord
berwama kuning yang dipasang dengan posisi lengkung terbukti dapat menjerat
lalat
banyak
paling
dibanding
lainnya. 4.
Penggunaan minyak nilam Membuat
insektisida
alami
sebagai bahan aktif dalam dengan cara: pembuatan
insektisida Formula dupa F3 dan F4 yang
disebabkan karena adanya mengandung kombinasi bahan kandungan
senyawa aktif
limbah
penyulingan
metabolit sekunder yang minyak sereh wangi dengan bersifat
merangsang limbah
khemoreseptor tidak
penyulingan
minyak
sehingga nilam berdasarkan perbandingan
disukai
oleh 4:4
serangga.
dan
5:3
lebih
efektif
mengusir serangga lalat rumah ( Musca Musca
domestica) domestica)
dengan
persentase daya tolak masingmasing 100% pada pembakaran 2 dan 3 jam, di-tandai oleh
20
menjauhnya lalat dari dupa dan menem-pel
statis
(diam)
di
dinding Glass chamber, namun demikian lalat tidak jatuh atau mati. 5.
Membuat
larvasida
alami,
dengan cara : Minyak kemangi berfungsi
sebagai
larvasida
dengan cara kerja sebagai racun kontak (contact (contact poison) poison) melalui permukaan tubuh larva karena fenol (eugenol) mudah terserap melalui
kulit.
Fenol
dapat
menyebabkan cacat bakar dan amat beracun
B. Pengendalian Lalat Berdasarkan Tempat Mencari Makan 1) Indoor/ dalam ruangan a. Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords): Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai parathion yang tahan sampai 10 minggu, diazinon tahan sampai 7 minggu. Karena parathion sangat tosis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet.
21
Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara disetujui dengan air dan sabun. b. Menggunakan raket listrik Raket listrik adalah alat yang lebih bersih dibandingkan pemukul lalat biasa. Raket ini dapat membunuh lalat dan serangga lainnya secara instan saat bersentuhan sehingga Anda tidak perlu lagi menghancurkan tubuh lalat dan mengotori ruangan. Raket listrik pembunuh serangga ini cukup aman digunakan. Namun, bisa saja membuat Anda sedikit tersengat arus listrik. Jadi, sebaiknya jauhkan dari jangkauan hewan peliharaan dan anak-anak . c. Semprotkan piretrin ke pintu masuk Piretrin adalah insektisida alami yang bersumber dari bunga krisan dan relatif aman digunakan. Piretrin juga adalah bentuk sintetis dari
bahan
kimia
yang
ditemukan
secara
alami,
yaitu
piretroid. Menyemprotkan piretrin ke pintu masuk dapat membantu mencegah lalat masuk ke dalam rumah. Selain di pintu masuk, Anda juga bisa langsung menyemprotkan piretrin ke lalat untuk membunuhnya dengan cepat. Namun, berhatihatilah. Jangan semprotkan piretrin di sekitar makanan atau tempat Anda memasak. Meskipun relatif aman, piretrin tetap berbahaya bagi manusia dan hewan apabila tertelan atau terhirup dalam jumlah besar. Ikuti petunjuk keamanan dalam kemasannya secara saksama. d. Gunakan minyak esensial untuk membunuh dan mengusir lalat Ada banyak tanaman yang menghasilkan insektisida dan pengusir serangga alami. Minyak esensial dari tanaman-tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk membunuh dan mengusir lalat dari dalam rumah dengan aman. Minyak esensial timi, cengkih, geranium, lavendel, serai, dan pepermin semuanya bermanfaat untuk mengusir lalat dan berefek insektisida. Semprotkan minyak esensial di tempat yang sering 22
dikerumuni lalat. Tuangkan beberapa tetes minyak pengusir lalat ke dalam alat pendifusi, kemudian letakkan di ruangan yang sering didatangi lalat. e. Pasangkan kawat nyamuk pada pintu dan jendela Lalat sangat mudah masuk ke dalam rumah melalui pintu dan jendela yang terbuka. Jika Anda sering membuka pintu dan jendela agar udara segar bisa masuk, pastikan untuk memasang kawat nyamuk di sana. Dengan demikian, serangga pengganggu tidak bisa ikut masuk ke dalam rumah. Periksa adanya lubang pada kawat ini dan tamballah bagian yang rusak.
2) Outdoor/ luar ruangan a. Fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Kekurangan: Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. b. Penggunaan ekstrak tanaman babadotan Ageratum (Ageratum conyzoides) conyzoides) sebagai insektisida alami Cara pengendalian dapat menggunakan insektisida sintesis maupun nabati yang berasal dari tanaman di alam. Salah satun tanaman yang diketahui dapat dijadikan insektisida adalan tanaman babadotan ( Ageratum Ageratum conyzoides). conyzoides). Babadotan merupakan tanaman semak yang tumbuh secara liar dan sering dianggap sebagai gulma tanaman budidaya. Tumbuhan babadotan mengandung senyawa kimia dari golongan precocene, senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Dari beberapa kajian yang dilakukan pada ekstrak babadotan diketahui bahwa senyawa yang paling dominan untuk memberi efek insektisidal adalah precocene. Senyawa tersebut memiliki aktivitas antijuvenile hormon, sehingga dapat menghambat pertumbuhan serangga dari 23
stadium satu ke stadium berikutnya. Selain precocene, ekstrak babadotan juga mengandung men gandung alkaloid, triterpenoid, dan flavonoid serta saponin. Alkaloid dapat menimbulkan aksi toksik pada sistem saraf, sedangkan triterpenoid dan flavonoid berpengaruh pada sistem pencernaan.
Adapun
saponin
bekerja
mempengaruhi
sistem
pencernaan. Penggunaan ekstrak babadotan b abadotan ini mudah terurai di alam dan tidak meracuni lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan ternak. Penggunaan insektisida dari ekstrak babadotan ini dilakukan dengan metode umpan makan, dimana insektisida diteteskan pada kapas dengan menambahkan campuran larutan gula yang kemudian diumpankan pada lalat uji. c. Umpan lalat Lalat dewasa bisa juga dimatikan dengan umpan dicampur dengan insektisida. Umpan itu diletakkan di tempat-tempat dimana biasanya banyak b anyak lalat berkumpul. Sebagai umpan dipakai gula, dalam d alam bentuk kering atau basah. Yang bisa dipakai ialah: Diazinon, malathion, ronnel, DDVP, Dibrom, Bayer L 13/59. Umpan lalat tidak boleh dipakai didalam rumah. Ada banyak umpan perangkap lalat yang tersedia di pasaran. Lalat akan memakan umpan ini dan mengalami keracunan akibat kandungan senyawa insektisida di dalamnya. Umpan ini dapat dibeli dalam bentuk perangkap, pelet, maupun larutan yang dapat diberikan di tempat lalat sering berkerumun. Umpan perangkap lalat yang sering digunakan antara lain Fly Bait dan Agita. Umpan ini dapat ditaburkan pada tempat yang sering didatangi lalat seperti jalan maupun jendela. Selanjutnya, lalat akan mati apabila memakannya. Umpan perangkap lalat ini berbahaya bagi hewan peliharaan dan anak-anak. Jadi, pastikan untuk mengikuti petunjuk keamanan yang 24
tercantum dalam kemasannya serta hanya menaburkannya di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
C. Pengendalian Lalat Berdasarkan metoda a) Fisik 1) Sticky tape Adalah umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran 2) Fly trap Perangkap lalat 3) Light trap with electroculator Perangkap dan pembunuh elektronik Kekurangan : kurang efektif jika lalat dalam kepadatan tinggi, hanya
cocok pada skala kecil Kelebihan : mudah dan aman
b) Kimia menggunakan insektisida 1) Residual spraying Lalat
dewasa
sering
hinggap
di
dinding
ata
langit-langit.
Penyemprotan permukaan dapat dilakukan secara residual spraying. Insektisida yang digunakan bisa compression sprayer, wettable powder atau emulsion/flowable concentrate, tergantung dari permukaannya berpori atau tidak. Knockdown aerosol juga dapat dipergunakan untuk pengendalian sementara. Aerol ini jangan digunakan sekitar makanan atau peralatan 2) Gunakan tanah diatom untuk membunuh lalat. Tanah diatom adalah insektisida yang tidak beracun, tetapi dapat mengeringkan dan merusak eksoskeleton serangga. Cukup taburkan sedikit serbuk tanah diatom ke tanaman, tempat sampah, dan tempat yang sering dikerumuni lalat lainnya.
25
Kekurangan:
1. Hanya untuk periode yang singkat dan sangat diperlukan karena dapat menyebabkan resistensi 2. Biasanya hanya digunakan saat KLB kolera, disentri, dan trachoma c) biologi menggunakan predator alami 1) Semut phiedoloqelon affinis Memanfaatkan sejenis semut kecil berwarna hitam untuk mengurangi populasi lalat rumah ditempat sampah. Cara ini sudah diterapkan di Filipina. 2) Tanamlah herba pengusir lalat di rumah. Basil rumah. Basil , daun salam, rosemary, rosemary, dan lavendel adalah beberapa contoh tanaman yang dihindari oleh lalat. [10] Meletakkan tanaman ini di jendela dapur sangat ampuh untuk menjauhkan lalat. Di sisi lain, Anda juga bisa memanfaatkannya untuk memasak.
D. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan (Sitanggang, 2001). a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat. 1) Kandang ternak a) Kandang harus dapat dibersihkan b) Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari c) Terdapat saluran air limbah yang baik (HAKLI, 2009 ). d) Kandang ayam dan burung
26
e) Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering. f)
Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
g) Timbunan kotoran ternak Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat dan
pupa
tidak
bermigrasi
ke
tanah
sekelilingnya.
Pola
penumpukan kotoran sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoranakibat proses fermentasi (HAKLI, 2009). 2) Kotoran Manusia Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembangbiak di dalam septic tank (HAKLI, 2009). Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial untuk tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada daerah tersebut jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi syarat kesehatan, bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila
27
fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar pada jarak ± 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air bersih dengan membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk datang dan berkembang biak (DEPKES, 1992). 3) Sampah basah dan sampah organic Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 – 3 – 4 hari (DEPKES, 1992). Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal yang penting karena lalat masih dapat berkembangbiak pada tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari dengan tanah setebal 15 - 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan b iakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah penduduk (DEPKES, 1992). 4) Tanah yang mengandung bahan organik. Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, septic tank dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembangbiak lalat
28
dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan (DEPKES, 1992). b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengan a) Menjaga kebersihan lingkungan b) Membuat saluran air limbah (SPAL) c) Menutup tempat sampah d) Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat pembuang bau (Exhaust) (DEPKES, 1992). c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang oran g yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan: a) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran. b) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit mata. c) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai binatang. d) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak dengan lalat dengan: 1) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat 2)
Makanan disimpan di lemari makan
3) Membungkus makanan 29
4) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa 5) Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri 6) Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat 7) Penggunaan kelambu atau tudung saji 8) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk 9) Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (DEPKES, 1992). d. Melenyapkan atau memperbaiki semua kakus-kakus dan cara-cara pembianang excrota manusia yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, terutama yang memungkinkan lalat langsung berkotak dengan excreate manusia. e. Garbage
harus
dibuang
dalam
tempat
sampah
yang
tertutup.
Cara pembuangan sampah harus tidak memungkinkan sampai sampah menjadi sarang lalat. Cara yang baik ialah sanitary landfill dan incineration. Pada Sanitary Landfill tanah yang menutup lapisan sampah harus didapatkan supaya lalat yang keluar dari pupa yang sudah ada tidak bisa menembus keluar tanah yang padat itu. f.
Industri
dan
perusahaan-perusahaan
pada
mana
terhadap
kumpulankumpulan kotoran hewan atau zat-zat organik lain yang bisa menjadi
tempat
pembiakan lalat harus ditimbun dan membuangnya dengan cara yang mencegah pembiakan lalat didalamnya. Ini berlaku untuk abattoir, peternakan ayam, babi dan hewan lain, perusahaan-perusahaan makanan dan semua perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sisa-sisa sayuran dan
30
bahan dari hewan .Juga sewage-treatment plant harus diawasi terutama tentang cara-cara pembuangan kotoran yang tersaing dan sludge. g. Rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar merupakan tempat perlindungan untuk lalat dan membuat usaha fogging atau misting dengan insektisida kurang effektif.
Disamping
itu
rumput
yang
tinggi
dapat
menutupi
timbunantimbunan dari zat-zat organik yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Karena itu rumput harus dipotong pendek dan tumbuhan-tumbuhan
liar
dicabut
dan
dibuang
dari
pekarangan
pekarangan dan lapangan-lapangan terbuka. h. Penggelontoran saluran-saluran Bersihkan
saluran
air . Timbunan
bahan
organik
di
saluran
pembuangan dapat menarik beberapa spesies lalat. Gunakan penyedot toilet atau alat pembesih saluran air untuk menyingkirkan sumbatan di dalamnya, kemudian lanjutkan dengan menggosokkan sikat kaku. Cairan pemutih klorin dan pembersih saluran air komersial seperti Drano tidak cukup efektif untuk membersihkan sarang lalat di dalam saluran air. Jika dengan menggosok saja belum cukup, cobalah gunakan produk pembersih saluran air antibakteri seperti Bio-Clean. Pastikan untuk memilih produk yang sesuai dengan sistem pembuangan di rumah. Produk seperti ini umumnya harus digunakan beberapa kali selama beberapa minggu agar efektif. Gunakan insektisida ringan S-hidrofen (Gentrol) pada saluran air yang dapat mencegah perkembangan larva lalat menjadi lalat dewasa.
31
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pengendalian lalat merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh lalat tersebut. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal d ikenal dan dimanfaatkan manusia, prinsip dari suatu metode pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan kehidupan manusia. Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara mempersulit tempat mencari makan dan tempat berkembang biak dan juga dengan penggunaan bahan kimia ataupun secara mekanis. Jadi secara garis besar pengendalian lalat dibagi mejadi 3 metode fisik, kimia, dan biologi. B. SARAN Setelah mempelajari makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat memulai
melakukan
pengendalian
lalat
secara
sederhana
dan
dapat
mengajarkan pada orang-orang terdekat baik dengan cara-cara pengendalian menggunakan alat maupun cara pengendalian dengan perbaikan sanitasi lingkungan. Salah satu contoh perbaikan hygiene dan sarana sanitasi lingkungan dengan cara mengeliminasi tempat-tempat perindukan lalat.
32
DAFTAR PUSTAKA 1. Conant, Jeff dan Pam Fadem. 2008. A Community Guide to Environmental Health. Health. Terj. Rini, Inca dan Bachtarun. Bandung: The Eksyezet 2. Shinta dan Dyah Widiastuti. 2008. Uji Efikasi Ekstrak Daun Babadotan Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) di Laboratorium. Laboratorium. Balaba. Eds.007. No. 02 3. Prasetya, Yamtana dan Rizki Amalia. 2015. Pengaruh Variasi Warna Lampu Pada Alat Perekat Lalat L alat Terhadap Jumlah Lalat Rumah (Musca domestica) Yang Terperangkap. Terperangkap. Balaba. Vol. 11. No. 01 4. http://eprints.ung.ac.id/7601/5/2013-2-2-13201-811409126-bab226022014123217.pdf 5. Santi, Devi Nuraini. 2001. Menejemen 2001. Menejemen pengendalian lalat 6. https://id.wikihow.com/Menghilangkan-Lalat-di-Dalam-Rumah
(diakses
pada
pukul 21.54. Kamis, 9 November 2017) 7. Azwar, A. 1989. pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Keempat. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 8. Prabowo, K. 1992. Petunjuk Praktis Pengendalian Vektor dan Binatang Penggonggu. Jakarta: Depkes 9. Slamet, J.S. 2000. Kesehatan Linglrungan Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 10. Hanifah, KA. 2003. Rancangan Percoboan Teori dan Aplikasi. Edisi 3. Jakarta: PT 11. Raja Grafindo Persada. Kuat Prabowo. i992. Petunjuk Praktis Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu. Jakarta: Pendidikan Ahli Madya Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Depkes RI.
33
View more...
Comments