Makalah Pemicu 4 Blok 15
September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Pemicu 4 Blok 15 ...
Description
LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK 15 PEMICU 4 “Anni berlibur dengan Romma ke Penang” Penang”
KELOMPOK 8 DOSEN PEMBIMBING: Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc Rehulina Ginting, drg., M.Si Astrid Yudith, drg., MSi
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENYUSUN
KETUA
: Zuraida Ulfah Ritonga
(160600077)
SEKRETARIS
: Astri Suryani Pasaribu Saruksuk
(160600076)
ANGGOTA
:
1. Saskia Nadila Utami
(160600070)
2. S.R. Sabrina
(160600071)
3
Silfa Salsabilla
(160600072)
4
Ristia Eka Putri
(160600073)
5. Lily Tri Anggraini
(160600074)
6. Suri Hidayatun
(160600075)
7. Henniza Rahmi
(160600078)
8. Afifah Febriani Siregar
(160600079)
9. Ismi Putri Chairunnisa
(160600080)
10. Dwi Ovie Violita
(160600081)
11. Duta Asroru Siregar
(160600082)
12. Nursyafitri Siregar
(160600084)
13. Nisa Khairima
(160600085)
14. Rafidah Aqilah Harahap
(160600086)
15. Fajariah Riski Chairiah Harahap
(160600088)
16. Febri Yolanda Silaban
(160600089)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada rongga mulut yang menyerang jaringan keras gigi seperti email, dentin dan sementum, ditandai dengan adanya proses demineralisasi akibat interaksi antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Larutnya mineral email karena terganggunya keseimbangan email dan jaringan disekitarnya disekitarn ya oleh karena terbentuknya te rbentuknya asam mikrobial dari substrat sehingga s ehingga timbul komponen-komponen organik yang nantinya akan menyebabkan terbentuknya suatu kavitas pada gigi. karies merupakan penyakit yang multifaktorial, maka untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkannya interaksi dari keempat macam faktor, yaitu faktor host, mikroorganisme, substrat dan waktu. Keempat faktor tersebut harus bekerja secara bersamaan untuk dapat terjadinya proses karies.
Terdapat teori mengenai terjadinya karies gigi, yaitu teori asidogenik, teori proteolitik, teori proteolisis kelasi dan teori demineralisasi - remineralisasi.
a. Teori Asidogenik
Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat
dapat
mendekalsifikasi
dentin,
menurut
teori
ini,
karbohidrat,
mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam proses pembentukan karies.
b. Teori Proteolitik
Gottlieb (1944) mempostulasikan bahwa karies merupakan suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras gigi dan produk bakteri. Mikroorganisme
menginvasi jalan organik seperti lamela email dan sarung batang email, serta merusak bagian-bagian organik ini. Proteolisis juga disertai pembentukan asam. c. Teori Proteolisis Kelasi
Teori ini diformulasikan oleh Schatz (1955). Kelasi adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan kovalen koordinat yang menghasilkan suatu kelat. Teori ini menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email lainnya, terutama keratin. Ini menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada PH netral atau basa.
d. Teori Demineralisasi dan Remineralisasi Remineralisasi
Menurut Steinberg et al. (1992), proses kimia yang terjadi pada permukaan email setelah gigi erupsi adalah peristiwa demineralisasi dan remineralisasi. Ion kalsium (Ca+²) merupakan faktor utama yang berperan dalam peristiwa tersebut. Pada keadaan normal (pH normal) garam kalsium ini berada dalam suatu keseimbangan dinamik antara email, air liur dan plak. Reaksi kimia dari siklus demineralisasi dan remineralisasi sebagai berikut.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.
1.2. Deskripsi Topik
Seorang ibu membawa anak perempuannya Anni (6 tahun) ke RSGM FKG USU untuk memeriksa gigi anaknya yang banyak berlubang, karena minggu depan Anni akan berlibur bersama keluarga Romma ke Penang, agar gigi Anni tidak sakit pada saat liburan. Anni tidak pernah mengeluh sakit gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan radiologi tidak ada gigi yang mengenai pulpa, pulpa, namun banyak banyak karies dentin. Gigi Gigi 55 karies dentin pada bagian mesio oklusal, gigi 64 karies dentin hanya pada dataran oklusal, gigi 75 karies dentin yang luas mencakup mesial, oklusal dan distal serta kehilangan 1 tonjol mesial lingual. Gigi 85 karies dentin pada pit dan fisur. Gigi 53 karies dentin pada daerah servikal,52, 51,61, kaies dentin pada daerah mesial dan distal mencapai insisal, 62 karies email pada daerah 1/3 tengah mahkota gigi bagian bukal pada daerah 1/3 tengah mesial dan distal. Gigi 63 karies dentin pada daerah 1/3 tengah mahkota gigi bagian bagian mesial.
Pertanyaan : 1. Jelaskan mengapa ultra struktur gigi sulung lebih mudah terkena karies, bandingkan
dengan gigi permanen! 2. Jelaskan mengapa Anni tidak pernah mengeluhkan sakit gigi meskipun karies sudah mencapai dentin! 3. Jelaskan histopatologi gigi yang mengalami karies dentin! 4. Sebutkan diagnosis dan rencana perawatan pada kasus yang telah disebutkan serta jelaskan rencana kunjungan 5. Sebutkan bahan-bahan dental material yang tersedia untuk melakukan penambalan pada gigi sulung dan permanen mudah. Jelaskan kekurangan dan kelebihanny kelebihannya. a. 6. Jelaskan indikasi dan kontra indikasi pemilihan bahan tambalan pada semua kasus tersebut! 7. Jelaskan tahapan preparasi pada gigi 75,85, 53, dan 63 serta penggunaan bur (bur untuk preparasi yang digunakan 8. Jelaskan bagaimana: a) Cara pemilihan ssc, b) preparasi, c) pemasangan ssc pada pasien anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ultra struktur gigi sulung lebih mudah terkena karies, bandingkan dengan gigi permanen!
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan normal dari anak. Masalah kesehatan mulut dapat mempengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan tubuh secara umum dan juga berdampak negatif terhadap kualitas hidup. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi
pada anak-anak yaitu yaitu karies gigi. gigi. Karies dapat dapat
mengenai gigi sulung dan gigi tetap, tetapi gigi sulung lebih rentan terhadap karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap.
MORFOLOGI GIGI SULUNG
MAHKOTA GIGI SULUNG 1. Anatomi oklusal gigi sulung groovenya lebih sedikit daripada gigi permanen. 2. Bidang oklusal lebih sempit. 3. Mahkota lebih pendek daripada gigi permanen 4. Mahkota mengecil ukurannya di bagian servikal dan lebih cembung. 5. Lapisan enamel dan dentin lebih tipis. 6. Enamel rod pada 1/3 gingival sedikit ke arah oklusal, pada gigi permanen berjalan ke arah apikal. 7. Daerah kontak antara gigi molar sulung lebar dan datar. 8. Warna gigi sulung lebih muda
PULPA GIGI SULUNG
1. Pulpa pada gigi sulung lebih besar dari gigi permanen jika dibandingkandengan ukuran mahkotanya. 2. Tanduk pulpa lebih dekat dengan permukaan gigi. 3. Tanduk pulpa bagian mesial terletak lebih dekat ke permukaan daripadabagian distal.
4. Ruang pulpa molar sulung bawah lebih besar daripada ruang pulpa molarsulung di rahang atas. 5. Bentuk ruang mengikuti bentuk permukaan mahkota gigi. 6. Biasanya tanduk pulpa berada di bawah tiap – tiap – tiap tiap cups (tonjol).
AKAR 1. Akar gigi sulung anterior lebih sempit arah mesio distal. 2. Akar gigi sulung posterior lebih panjang dan ramping dibandingkan ukuran mahkota. 3. Akar molar sulung lebih lebar waktu mendekat apikal.
Perbedaan Struktur Gigi Decidui dan Permanen
1. Bagian enamel gigi decidui lebih tipis daripada gigi permanen. Hal ini dikarenakan pada enamel gigi-gigi decidui terbentuk pula membrane dari Nasmyth, yaitu merupakan gabungan gabungan dari primary enamel cuticle yang dibentuk ameloblast sebelum erupsi dan secondary enamel cuticle yang dibentuk oleh reduced enamel epithelium (lapisan sel-sel kubis sisa dari enamel organ) pada waktu erupsi. Membrane dari Nasmyth ini akan hilang karena digunakan untuk mengunyah. Hal ini akan mengurangi ketebalan enamel pada gigi-gigi decidui. 2. Bagian fosa oklusal dari dinding pulpa gigi decidui lebih tebal daripada gigi permanen. 3. Servikal ridge (tonjolan kecil dan memanjang pada permukaan gigi bagian servikal) gigi decidui lebih menonjol. Hal ini menandakan kalsifikasi enamel pada gigi decidui tidak merata/tidak halus. 4. Enamel rod pada bagian lereng serviks gigi decidui menuju ke arah oklusal, sedangkan pada gigi gigi permanen menuju ke ke arah gingiva. Hal ini menandakan arah pembentukan enamel yang berbeda. berbeda. 5. Gigi decidui memiliki leher yang lebih kecil. 6. Akar gigi decidui lebih panjang dan ramping dibanding dengan ukuran mahkota giginya. 7. Akar gigi decidui lebih mekar pada bagian di dekat serviks. 8. Tanduk pulpa gigi decidui lebih tinggi dan rongga pulpanya lebih besar. Hal ini terjadi karena pada usia muda (saat gigi decidui b belum elum terganti dengan gigi permanen), tidak ada pembentukan dentin sekunder yang dapat mempersempit rongga
pulpa pada gigi decidui normal (jika tidak terjadi terja di kerusakan/terkena jejas/trauma pada gigi). 9. Bagian apikal saluran akar gigi decidui lebih besar sedikit. Hal ini karena saat erupsi, saluran akar gigi ini, tepatnya pada bagian foramen apikal, belum sepenuhnya mengecil membentuk lubang (masih dalam keadaan terbuka). Selain itu, penumpukan sementum di sekitar akar gigi tidak terjadi pada waktu muda. Penumpukan sementum ini bisa terjadi jika usia semakin tua. 10. Ruang dentin bagian insisal gigi decidui lebih sempit (dentin gigi decidui lebih tipis daripada dentin gigi permanen).Saat usia masih muda, pembentukan dentin sekunder sedikit/tidak ada. Pembentukan dentin sekunder ini akan bertambah seiring usia.
2.2 Jelaskan mengapa Anni tidak pernah mengeluhkan sakit gigi meskipun karies sudah mencapai dentin!
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan dentin delitubular desidui yang lebih tebal dibandingkan dengan gigi permanen. Menurut teori hidrodinamika, tubulus dentin yang terbuka dan terpapar oleh suatu stimulus seperti perubahan temperatur dan tekanan osmotik akan menyebabkan pergerakan cairan intratubuler. Hal ini dapat menstimulasi baro reseptor yang selanjutnya mempengaruhi saraf A deltadan menimbulkan rasa nyeri. Struktur dentin dari gigi sulung memiliki diameter dan kerapatan tubular yang lebih kecil daripada dentin permanen, akibatnya memiliki permeabelitas yang lebih sedikit (tergantung pada usia gigi)
2.3 Jelaskan histopatologi gigi yang mengalami karies dentin!
Sama halnya dengan email, dentin juga mengalami karies. Hal ini disebabkan karena dentin memiliki struktur anorganik berupa kristal hidroksi apatit meski tidak sebanyak pada email. Dentin tersusun dari tubulus-tubulus dentin yang dibangun oleh struktur organik berupa serat kolagen. Akibat struktur yang demikian, membuatnya jauh lebih rentan terhadap kerusakan.
Ada 5 zona yang terbentuk selama karies dentin, yaitu: 1. Zona Dentin reaktif Zona dentin reaktif merupakan suatu zona yang terbentuk diantara dentin dan pulpa, berfungsi sebagai suatu reaktif pertahanan terhadap rangsangan yang terjadi di daerah perifer. Pada zona ini, sudah mulai terbentuk sistem pertahanan nonspesifik dari pulpa yang teraktivasi untuk menghambat kerusakan sehingga tidak berlanjut ke pulpa 2. Zona Sklerotik Zona sklerotik merupakan suatu perlindungan yang terbentuk apabila rangsangan sudah mencapai dentin untuk melindungi pulpa. Pada zona ini terjadi suatu proses peletakan mineral kedalam lumen tubulus dentin peritubuler. Peletakan mineral ini membuat berkurangnya daya permeabilitas jaringan, sehingga dapat mencegah penetrasi asam dan toksin-toksin bakteri. Zona ini disebut juga zona translusen. Namun maksud translusen disini adalah terjadinya peningkatan ppada email dimana zona translusen disebabkan oleh adanya penurunan kadar mineral dalam email 3. Zona Demineralisasi Sesuai dengan namanya, pada zona ini terjadi demineralisasi sehingga mineral yang ada pada dentin semakin berkurang. Namun, pada zona inibelum dimasuki oleh bakteri 4. Zona invasi bakteri Sudah semakin banyak mineral pada dentin yang hilang, sehingga materi organiknya pun sudah terlarut. Bakteri sudah masuk kedalam kedalam tubuli dentin 5. Zona Destruktif Zona destruktif atau zona nekrosis nekrosis merupakan
suatu zona dimana dentin sudah
dihancurkan oleh bakteri. Materi organik sudah semakin banyak yang hilang dan mulai terlihat adanya karies dentin.
2.4 Sebutkan diagnosis dan rencana perawatan pada kasus yang telah disebutkan serta jelaskan rencana rencana kunjungan kunjungan
1. Diagnosis gigi 51
Karies Dentin
Site 2, size 2
D5 Rencana perawatan : Restorasi klas IV
2. Diagnosis gigi 52
Karies Dentin
Site 2, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas IV
3. Diagnosis gigi 53
Karies Dentin
Site 3, size 2 D5
Rencana perawatan : Restorasi klas V
4. Diagnosis gigi 61
Karies Dentin
Site 2, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas IV
5. Diagnosis gigi 62 Karies superfisial Site 2, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas III
6. Diagnosis gigi 63
Karies Dentin
Site 2, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas III
7. Diagnosis gigi 64 Karies Dentin
Site 1, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas I
8. Diagnosis gigi 75
Karies Dentin
Site 2, size 4 D6
Rencana perawatan : Pemasangan SSC
9. Diagnosis gigi 85
Karies Dentin
Site 1, size 2
D5
Rencana perawatan : Restorasi klas I
Rencana kunjungan 1. Pemerikasaan lengkap, profilaksis, DHE 2. Restorasi gigi 51, 52, 53, dan 85 3. Restorasi gigi 61,62,63 4. Restorasi gigi 64 dan pemasangan ssc gigi 75 5. Konsultasi dan evaluasi pemeriksaan resiko karies
2.5 Sebutkan bahan-bahan dental material yang tersedia untuk melakukan penambalan pada gigi sulung dan permanen mudah. Jelaskan kekurangan dan kelebihannya 1. Amalgam
Kelebihan:
Tahan lama
Kekuatan terhadap tekanan kunyah paling baik
Biaya paling murah
Kekurangan:
Tidak estetis
Rasa sensitif terhadap panas atau dingin setelah gigi ditumpat Struktur gigi yang diambil lebih banyak
Tidak bersifat adhesif terhadap jaringan gigi
Perlekatan dengan jaringan gigi hanya bersifat mekanis
Mudah korosi
Permukaan restorasi kasar
2. GIC Kelebihan:
Estetis
Kekuatan terhadap tekanan kunyah paling babersifat adhesif terhadap jaringan gigi
Tidak iritasi terhadap pulpa
Mengandung ion flour untuk mencegah karies lebih lanjut
Sifat penyebaran panasnya kecil
Daya larut rendah
Perlekatan dengan jaringan gigi bersifat fisika dan kimiawi Bersifat antibakteri
Kekurangan:
Rentan abrasi dan erosi
Bersifat porus dan sulit dipoles
Translusensi lebih rendah dari pada RK
Kekuatan tekanan dan kekerasan rendah
3. Resin Komposit
Kelebihan: Estetika paling baik (translusensi tinggi)
Kekuatan lebih baik dari pada GIC
Tidak berbahaya
Kekurangan:
Tidak sensitif
Waktu untuk menumpat lebih lama
Mahal
Memerlukan isolasi optimal
4. KOMPOMER
Kelebihan:
Estetis
Porus yang sederhana dan cepat, bahannya lembut, tidak lengket, tidak membutuhkan pengadukan kedalam kavitas.
Adhesive
Melepas flour Kekurangan:
Kekerasan, compressive strength, flexural strength dan modulus elastisitas yang rendah dari bahan ini mengakibatkan bahan ini terbatas dalam penggunaannya, hanya hanya pada klas 3, klas 5 dangigi posterior decidui.
Terjadi aus yang signifikan
Menyerap air
5. SSC
Kelebihan: Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari logam
Kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah tersedia sesuai dengan ukuran dan betuk gigi
SSC dapat diselesaikan dalam 1 kali kunjungan, hal ini sangat baik terutama untuk anak-anak.
Melindungi dan mendukung struktur gigi yang tersisa
Kekurangan:
Estetis kurang baik, dimana warna mahkota SSC tidak sesuai dengan warna gigi asli.
Memerlukan kooperatif sipasien
2.6 Jelaskan indikasi dan dan kontra indikasi pemilihan pemilihan bahan tambalan pada semua semua kasus tersebut! 1. SSC
Indikasi
Kerusakan yang meluas pada gigi susu. Finn (1973) menyatakan pemakaian SSC sangat efektif untuk perawatan karies rampan atau frekwensi kariesnya tinggi, dimana gigi sudah banyak
kehilangan struktur mahkota, sehingga tidak dapat ditambal dengan bahan tambalan biasa. SSC merupakan restorasi mahota penuh, menutupi gigi secara keseluruhan sehingga kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil.
Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Kelainan hipoplastik akan merusak permukaan oklusal dari gigi molar satu susu jika dijumpai adanya adanya gangguan sistemik. Misalnya Misalnya pada kasus amelogenesis imperfekta dan dentinogenesis imperfekta akan merubah morfologi
gigi. gigi.
Pemakaian
gigi
yang yang
berlebihan
merupakan faktor
predisposisi terjadinya abrasi pada bagian oklusal. Kelainan ini menyebabkan gigi mudah terkena karies, oleh karena permukaan oklusal menjadi kasar yang dapat merupakan retensi dari plak. Lokasi dan perluasan dari kerusakan hipoplastik tidak memungkinkan dibuat tambalan amalgam, pemakaian SSC perlu dipertimbangkan.
Gigi sesudah perawatan saluran akar. Hilangnya struktur gigi sesudah perawatan endodontik yang meluas sampai di bawah perlekatan epitel, maka SSC merupakan indikasi. Pada gigi molar sulung setelah pulpotomi dan perawatan saluran akar, yang yang terbaik adalah dibuatkan restorasi dengan mahkota logam. Hal ini disebabkan karena tidak hanya struktur jaringan gigi yang umunya sudah rusak, tetapi dentin pada gigi yang non vital lebih rapuh dan dapat menjadi fraktur oleh karena tekanan oklusal dari kekuatan kekuatan pengunyahan. pengunyahan. Untuk mencegah kegagalan perawatan sebaiknya digunakan restorasi mahkota logam. Hal ini disebabkan karena pada umumnya gigi sulung dengan indikasi perawatan pulpa kemungkinan besar
telah memerlukan mahkota sebagai restorasi. Sebagai pegangan dari space maintainer atau protesa. SSC digunakan sebagai pegangan untuk space maintainer akar jika gigi pegangan itu merupakan indikasi untuk untuk pembuatan SSC.
Pada kasus – kasus bruxism yang berat. Gigi
mungkin
mengalami
abrasi
sehingga
SSC
dibutuhkan
untuk
mengembalikan vertikal dimensi dan mencegah kerusakan pulpa akibat trauma
Kontra Indikasi
Jika pada pemeriksaan radiografi ditemukanadanya kelainan periapikal, maka pemasangan ssc merupakan kontraindikasi kelainan periapikal harus dirawat dan disembukan terlebih dahulu.
Pada pasien dengan alergi nikel atau hipersensitivity
Pada pasien yang tidak dapat bekerjasama dengan pengobatan
Sebagai restorasi permanen untuk gigi permanen Gigi sulung dengn resorpsi akar lebih besar dari 1/ 2 panjang akar
Gigi anterior. Apabila terpaksa demi kepentingan estetik, ssc dapat di beri facing dibagian fasial sehingga menutupi warna logam
2. GIC
Indikasi
Untuk pasien dengan indeks karies tinggi
Untuk pasien anak-anak yang hipersalivasi
Untuk restorasi klas Vatau penumpatan pada servikal gigi
Restorasi karies klas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau palatinal belum melibatkan bagian lingual
Restorasi pada lesi erosi atau abrasi tanpa preparas kavitas
Restorsi gigi decidui
Resorasi pit dan fisure oklusal
Kontra Indikasi
Tidak bisa pada restorasi yang melibatkan lebi dari 2 permukaan
Kavitas yang ketebalannya kurang
Kavitas yang terletak pada daerah yang memerlukan tekanan tinggi
Lesi karies klass IV atau faktor insisal Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor
estetika.
3. Amalgam
Indikasi
Preparasi klas I yang moderat sampai besar
Preparasi klas II
Preparasi klas V
Preparasi klas VI Preparasi klas III
Kontra Indikasi
Penggunaan amalgam tidak boleh pada gigi yang membutuhkan estetis
Preparasi klas I dan II yang kecil sampai sedang harus direstorasi dengan komposisi dari amalgam
2.7 Jelaskan tahapan preparasi pada gigi 75,85, 53, dan 63 serta penggunaan bur (bur untuk preparasi yang digunakan
1. Preparasi Preparasi Gigi 75 (SSC) (SSC)
Pengukuran materi gigi
Pembuangan seluruh jaringan karies
Mengurangi permukaan oklusal
Mengurangi permukaan proksimal
Mengurangi permukaan bukal dan lingual
2. Preparasi Preparasi Gigi 53 (klas (klas V GIC) Preparasi dibuat melengkung, 1 sampai 2mm
Sejajar dengan garis servikal
Dasar kavitas konveksi sesuai dengan kontak gigi, sudut kavitas membulat
Retensi mekanik undercut sepanjang tepi kavitas dengan bur inverted
Membuat bevel pendek sekeliling kavitas
Tumpat dengan GIC
3. Preparasi Preparasi Gigi 85 (RMGIC)
Sama seperti Gic TAHAP Preparasinya, namun hanya saja ekskavasi dilakukan pada
bagian oklusal 4. Preparasi Preparasi Gigi 63 (Klas 3 GIC)
Buang sejajar jaringan karies dengan bur bulat melalui bagian fasial dan membebaskan titik kontak dengan gigi tetangga
Membuat lock dilabial dengan perluasan lock kurang dari ½ labial
Membuat bevel pendek (0,5mm) diseluruh tepi kavitas dengan tempared diamond yang halus atau bur finishing bentuk flame
Irigasi kavitas, kemudian keringkan.
2.8 Jelaskan bagaimana: b) Cara pemilihan ssc, b) preparasi, c) pemasangan ssc pada pasien anak a. Cara pemilihan SCC
Pemilihan ukuran SSC SSC dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi susu sebelum preparasi. Jika jarak mesio-distal dari gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga tet angga sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral pada satu rahang. Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan disisi pkan diantara gigi di bawah gingival margin dan dan sedikit bisa berotasi
b. Preparasi
Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi susu untuk mendapatkan adapatasi,stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi susu dilakukan d e n g a n t u j u a n p e m b u a n g a n jar jarin inga gan n kar karie ies, s, memb membeb ebas aska kan n tit titik ik ko kont ntak ak de deng ngan an gi gigi gi tetangga dan pengurangan struktur gigi pada seluruh ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba SSC sudah berhasil baik.
Teknik preparasi gigi meliputi : Preparasi gigi anterior
1. Pengukuran materi gigi
Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio-distal diukur dengan kapiler, tujuannya untuk memilihukuran SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya gigi asli. 2. Pembuangan seluruh jaringan karies dengan menggunakan ekskavator atau round bor padakecepatan rendah. 3. Mengurangi permukaan proksimalSebelum melakukan preparasi permukaan proksimal, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor a t a u s t e e l m a t r i k b a n d . Permukaan
proksimal
dikurangi
0 , 5 – – 1 , 0
mm
dengan
bur
d i a m o n d tapered, tapered, dinding dinding proksimal proksimal bagian bagian distal distal dan dan mesial mesial dibuat dibuat sejajar. sejajar. Permukaan proksimal diambil d iambil jika masih berkontak dengan gigi tetangga dibuang sampai kontak tersebut bebas. 4. Mengurangi permukaan insisal B a g i a n i n s i s a l d i k u r a n g i 1 – – 1 , 5 m m s e h i n g g a n a n t i n y a c r o w n sesu ai d en g an p an jan g g ig itetan g g a. 5. Mengurangi permukaan palatal Preparasi permukaan palatal 0,5 mm dan dilakukan jika permukaan tersebut berkontak dengangigi antagonis. Jika pada kasus open bite untuk gigi anterior atas, permukaan palatal tidak perludipreparasi 6. Mengurangi permukaan labialP e r m u k a a n
labial
dipreparasi
0 , 5 – –
1 , 0 m m c u k u p d e n g a n m e m b u a n g k a r i e s d a n t i d a k me membuang undercut. 7. Penghalusan pinggir – pinggir yang tajamPinggir – pinggir yang tajam bagian proksimal mengakibatkan crown sukar beradapatasi dengangigi. Bagian pinggir yang tajam dari preparasi harus dibulatkan Preparasi gigi posterior
1. Pengukuran materi gigi Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio distal diukur dengan kaliper. Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya gigi. 2. Pembuangan seluruh jaringan karies Dengan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan ekskavator. 3. Mengurangi permukaan oklusal Fisur – fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1 – 1 – 1,5 1,5 mm dengan tapered diamond bur.
4. Mengurangi permukaan proksimal Sebelum melakukan preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor atau suatu steel matrik band. Tempatkan tapered diamond bur berkontak dengan gigi pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi sudut kira – kira 20˚dari ver tikal tikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan dengan suatu gerakkan bukolingual mengikuti kontour proksimal gigi. Untuk mengurangi resiko kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring, maka slicing dilakukan lebih dahulu dari lingual ke arah bukal atau sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival
c. pemasanga pemasangan n ssc pada pasien anak Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan diisolasi dengan gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap kering dan bebas dari saliva. Gunakan adhesif semen misalnya polikarboksilat, diaduk sampai konsistensi seperti krim dan dialirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga hampir penuh.
SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai posisi yang tepat. Pengisian mahkota dengan semen tersebut.
Jika semen telah mengeras, bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada celah gingiva dan daerah interdental papil dengan menggunakan skeler. Semen yang berlebihan dapat mengakibatkan inflamasi gingiva dan ketidaknyamanan. Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan dianjurkan untuk membersihkan celah gingiva dan daerah interdental papil dengan dental floss.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Baum, 1997, Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC. 2. Annusavce, kenneth J. 2003. Philip’s Science of Dental Material 11th Edition. Saunders Company, Pennsylvania 3. Batubara, f. 2011. Klasifikasi dan evaluasi klinis GIC, Medan : USU 4. McCabe, jhon F., Walls, angus W. 2008 Applied Dental Material 9th edition. Blackwell publishing, Oxford.
View more...
Comments