makaLah pemeriksaan gLukosa

April 18, 2017 | Author: Christiannaftali1995 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download makaLah pemeriksaan gLukosa...

Description

“PEMERIKSAAN GLUKOSA” BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glukosa

merupakan

golongan

karbohidrat

yang

merupakan

sakarida. Glukosa diserap oleh hati dan sebagian disimpan sebagai glikogen atau asam – asam lemak sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan dalam batas normal 80 – 120 mg/dL atau 3,0 – 7,0 mmol/L. Pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glucagon dapat menaikkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah tinggi dalam waktu yang lama akan menyebabkan diabetes melitus. Selain itu, dalam catatan klinis ada beberapa nilai yang disyaratkan. Oleh karena itu, pemeriksaan glukosa sangat penting dilakukan untuk mengetahui berapa batas atau nilai normal kadar glukosa darah dan kadar glukosa darah yang tinggi. I.2 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara – cara pemeriksaan kadar glukosa darah. I.3 Tujuan Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan glukosa darah dengan alat Humalyzer dengan metode enzimatik. I.4 Prinsip Percobaan Pengukuran kadar glukosa darah secara oksidasi enzimatik dengan adanya glukosa oksidasi menggunakan specimen serum darah yang dilakukan dengan probandus diukur glukosa puasa (12 jam) secara TTGO diberikan glukosa 75 % dan dengan pengambilan serum darah 2 jam setelah pemberian glukosa 75 %.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Teori Umum A. Karbohidrat Hidratarang merupakan bahan bakar utama bagi tubug kita, yang di dalam

makanan

terdapat

sebagai

monosakarida,

disakarida

dan

polisakarida. Minimal 50-100 g karbohidrat diperlukan agar eritrosit berfungsi baik. Jika tidak tersedia, kebutuhan ini dipenuhi dengan jalan mengubah protein otot menjadi glukosa (gluconeogenesis). Semua jaringan dapat membakar asam lemak dan senyawa keton untuk mensuplai energy. (1:831) Karbohidrat (hidratarang) tersebar luas dalam tumbuhan serta hewan, tempat zat ini melangsungkan peran structural sekaligus metabolic. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon dioksida serta air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati dan diubah menjadi selulosa kerangka tumbuhan. Hewan dapat menyintesis sebagian karbohidrat dari lemak dan protein, tetapi jumlah terbesar karbohidrat dalam jaringan tubuh hewan berasal dari tumbuhan. (3:138) Tergantung pada ada-tidaknya 1,2 atau lebih molekul gula tunggal, hidratarang dapat dibagi dalam mono, di, dan polisakarida. (1:833) a. Monosakarida : glukosa, fruktosa, dan galaktosa terdapat terutama dalam buah-buahan. Zat-zat ini berkhasiat osmotis (menarik air), maka terlampau banyak monosakarida dalam pangan dapat menimbulkan diare. Glukosa (dextrose, gula anggur) dan fruktosa (levulosa, gula

buah) terdapat dalam madu dengan daya manisnya masing-masing 0,5 dan 1,5 kali dari gula putih. Galaktosa merupakan komponen dari laktosa dan dari banyak polisakarida Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Bentuk monosakarida ini dapat dibagi lebih lanjut menjadi triosa, tetrosa, pentose, heksosa, heptosa atau oktosa menurut jumlah atom karbon yang dimiliki; dan sebagai aldosa atau ketosa, bergantung pada apakah gugus aldehid atau keton yang dimiliki. (3:138) b. Disakarida : sukrosa (sakarosa, gula putih dari 1 mol glukosa + I mol fruktosa, laktosa (gula susu) = 1 glukosa + 1 galaktosa, dan maltose (gula malt) = 2 molekul glukosa. Dalam usus, zat-zat ini dihidrolisa oleh enzim

menjadi

monosakarida,

misalnya

laktosa

oleh

lactase.

Kekurangan enzim dapat menyebabkan diare fermentasi. Disakarida menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda kalau dihidrolisis. Sebagai contoh adalah maltose yang menghasilkan dua molekul glukosa, serta sukrosa yang menghasilkan satu molekul glukosa dan satu mlekul fruktosa. (3:138) c. Oligosakarida menghasilkan dua hingga sepuluh unit monosakarida pada hidrolisis. Contoh : maltrotriosa. (3:138) d. Polisakarida : Pati (amylum), yang terdiri dari rantai molekul glukosa) dan glikogen yakni bentuk timbunan hewani dari glukosa. Begitu pula serat nabati yang tak dapat dicernakan oleh enzim usus : selulosa, hemiselulosa, lignin, pectin, dan gom.  Pati, merupakan komponen utana produk-produk gandum, kentang, tales, ubi, sagu, singkong, roti, bakmi, bihun, dan macaroni. Dalam

saluran cerna, pati diubah oleh maltase menjadi berturut-turut 

dekstrin, maltose dan akhirnya glukosa. Glikogen, merupakan ekivalen hewani dari pati dan terdapat terutama dalam hati dan otot; fungsinya adalah sebagai sumber



cadangan glukosa. Serat-serat nabati : katu/dedek, bran, zemelen. Secara kimiawi merupakan kompleks galaktosa, dan monosakarida lain (selulosa, hemiselulosa), dan lignin dan pectin. Zat ini terdapat khusus di dalam dinding sel dari padi-padian, sayuran, buncis (beans) dan buah-buahan (terutama pectin). Hemi (selulosa) dan pectin (= rantai asam galaturon) tahan terhadap enzim pencernaan, maka tidak dapat dicernakan. Namun sebagian dirombak oleh kuman colon dengan menghasilkan gas dan asam lemak terbang. Lignin sama sekali tidak diuraikan. Serat yang berasal dari padi, misalnya katul, mengandung banyak hemiselulosa dan dianggap terbaik karena kadar asam fytatnya tinggi.

B. Glukosa Darah Glukosa diserap oleh hati dan sebahian disimpan sebagai glikogan atau

asam-asam

lemak

sehingga

kadar

glokosa

darah

dapat

dipertahankan dalam batas normal 80-120 mg/dL atau 3,0-7,0 mmol/L. pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glokagon dapat menaikkan kada glokosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan diabetes mellitus. (2:35)

Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia berkisar antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat , kadar tersebut dapat naik hingga 6,5-7,2 mmol/L. Di saat puasa, kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol/L. Kadar glukosa darah berkurang. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menimbulkan serangan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis indulin, karena ketegantungan otak secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progresif. Pembentukan Glukosa (3:200-201) Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa

glukogenik

yang

mengalami glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan instilah yang digunakanuntk mencakuo mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen.

Substrat

utaman

glukoneogenesis

adalah

asam

amino

glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Hati dan ginjal merupakan jaringan utama yang terlibat, Karen kedua organ tersebut mengandung komplemen lengkap enzim-enzim yang diperlukan. Glukosa juga dibentuk dari glikogen hati melauli glikogenolisis. Glikogen disintesis dari glukosa dan precursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahannya terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang

dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot yang masing-masing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa-6-fosfatase. Mekanisme metabolic dan hormonal glukosa darah (3:201-203) Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupaka salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme dengan hati, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut mengambil bagian. 

Glukoinase. Glukokinase, yang mempunyai Km yang lebih tinggi (afinitas lebih rendah) untuk glukosa daripada nilai Km heksokinase, meningkat aktivitasnya melebihi kisaran kadar glukosa yang fisiologik, dan enzim ini agaknya mempunyai hubungan khusus dengan ambilan glukosa ke hati pad konsentrasi lebih tinggi yang ditemukan pada vena porta hati



sesudah memakan makanan yang mengandung karbohidrat. Insulin Disamping pengaruh langsung hiperglikemia dalam meningkatkan ambilan glukosa baik ke hati maupun jaringan perifer, hormone insulin juga mempunyai peranan sentral dalam mengatur konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel B pada pulau-pulau Langerhans pancreas sebagagi reaksi langsung terhadap keadaan hiperglikemia. Insulin mempunyai efek segera meningkatkan ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adipose dan otot. Kerja insulin ini

disebabkan oleh peningkatan transport glukosa dari bagian dalam sel 

ke membrane plasma. Glukogon Glukagon merupakan hormone yang dihasilka oleh sel-sel A pada pulau-palau Langerhans pancreas. Sekkresi hormon ini dirangsang oleh keadaan hipoglikemia. Pada saat mencapai hati (lewat vena porta)

hormone

glucagon

menimbulkan

glikogenolisis

dengan

mengaktifkan enzim fosforilase. Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau monosakarida dan unit kimia yang kompleks seperti disakarida atau polisakarida. Karbohidrat yang kita makan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi (glukosa termasuk di dalamnya). Jadi pembentukan glukosa berasal dari monosakarida atau suatu unit kompleks karbohidrat yang lain. Setelah diabsorbsi kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula, jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang

digunakan

oleh

jaringan-jaringan

perifer

bergantung

pada

keseimbangan beberapa hormone yaitu : hormone yang merendahkan kadar glukosa darah dan hormone yang meningkatkan kadar glukosa darah. C. Diabetes Melitus (4:1852-1868) Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Merupakan suatu

penyakit kronik yang disifati oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak yang biasanya telah berlangsung beberapa lama akan disertai dengan berbagai komplikasi vaskuler. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tipe penyakit Diabetes Melitus 1. Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit. 2. Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalamdarah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap

insulin,

diantaranya

faktor

kegemukan

(obesitas).

Pada

penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan. Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2 Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik. Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 8090% penderita mengalami obesitas.

90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga 3. Diabetes Gestational Diabetes Gestasional adalah diabetes yang

timbul selama

kehamilan. Suatu toleransi karbohidrat baik yang ringan maupun berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat kehamilan berlangsung. Ini meliputi 2 – 5 % daripada seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Kadar glukosa dalam darah Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Diagnosis Diabetes Mellitus Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula

darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi. Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL) Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes  Puasa < 110 110-125 > 126  Sewaktu < 110 110-199 > 200 Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini untuk mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Terapi Farmakologi Ada beberapa jenis obat untuk penderita kencing manis tipe 2, yaitu: Sulfonylureas, Meglitinida, Biguanida, Alpha-Glucosidase Inhibitors,

dan Thiazolidinedione. Ke empat jenis obat ini menggunakan nama umum yaitu oral hypoglicemic agents ( OHA). 1. Sulfonylureas Obat yang berbentuk tablet ini bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Obat ini juga membantu sel-sel dalam tubuh menjadi lebih baik dalam mengelola insulin. Pasien yang paling baik merespon sulfonylurea adalah pasien DM tipe 2 berusia di bawah 40 tahun, dengan durasi penyakit kurang dari lima tahun sebelum pemberian obat pertama kali, dan kadar gula darah saat puasa kurang dari 300 mg/dL (16,7 mmol/L). Adapun beberapa nama dagang dari jenis obat ini antara lain: Diabinese, Daonil/ Euglocon, Diamicron, Gilbenese/ Minodia, Glurenom, Tolanase, Rastinon. Obat ini sebaiknya diberikan 20-30 menit sebelum makan. Beberapa jenis obat yang mengandung sulfonylurea antara lain chlorpropamide (Diabinese), tolazamide (Tolinase), acetohexamide, glipizide (Glucotrol), tolbutamide (Orinase),

glimepiride

(Amaryl),

glyburide

(DiaBeta,

Micronase),

glibenclamide, dan gliclazide. Kebanyakan pasien bisa menerima sulfonylurea

dengan

baik

selama

7

hingga

10

tahun

sebelum

efektifitasnya menurun. Untuk meningkatkan manfaatnya, sulfonylureas bisa dikombinasikan dengan insulin dalam jumlah kecil atau dengan obat diabetes lain seperti metformin atau thiazolidinedione. Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau menyusui, dan pasienpasien yang elergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping utama obat ini adalah kenaikan berat badan, dan retensi air. Meskipun

sulfonylurea memiliki risiko hipoglikemia lebih rendah dibandingkan insulin,

namun

hipoglikemia

yang

diakibatkan

sulfonylureas

bisa

berlangsung lama dan berbahaya. 2. Meglitinida Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Yang termasuk golongan Meglitinides adalah repaglinida (Prandin), nateglinida (Starlix), dan mitiglinida. Mekanisme aksi dan profil efek samping repaglinida hampir sama dengan sulfonylurea. Agen ini memiliki onset yang cepat dan diberikan saat makan, dua hingga empat kali setiap hari. Repaglinida bisa sebagai pengganti bagi pasien yang menderita alergi obat golongan sulfa yang tidak direkomendasikan sulfonylurea. Obat ini bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan metformin. Harus diberikan hati-hati pada pasien lansia dan pasien dengan gangguan hati dan ginjal. Efek samping umum golongan meglinitide adalah diara dan sakit kepala. Sama dengan sulfnylurea, repaglinida memilki risiko pada jantung. Jenis yang lebih baru, seperti nateglinida, memiliki risiko sama namun lebih kecil. 3. Biguanida(Biguanida) Jenis obat ini telah digunakan lebih dari 50 tahun, dan yang dikenal antara lain metformin. Obat ini mampu mengurangi penyerapan zat gula dari usus dan mempunyai pengaruh yang rumit pada hati. Karena itu mereka yang punya masalah dengan hati tidak boleh makan obat ini. Penderita dengan gangguan ginjal sebaiknya juga tidak mengkonsumsi obat ini.

Tak perlu khuatir jika tingkat gula darah menjadi turun drastis setelah

minum

metformin,

karena

obat

ini

tidak

merangsang

dikeluarkannya insulin. Biasa diberikan pada orang dengan berat badan lebih, karena mencegah rasa lapar dan tidak menambah berat badan. Efek samping obat ini antara lain; masalah pada gastrointestinal termasuk neusa dan diare.. 4. Alpha-Glucosidase Inhibitors Alpha-glucosidase inhibitor, termasuk di dalamnya acarbose (Precose, Glucobay) dan miglitol (Glyset) memilki cara kerja mengurangi kadar glukosa dengan menginterfensi penyerapan sari pati dalam usus. Acarbose cenderung menurunkan kadar insulin setelah makan, yang merupakan keuntungan khusus obat ini, karena kadar insulin yang tinggi setelah makan berkaitan dengan pengingkatan risiko penyakit jantung. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah produksi gas dalam perut dan diare, khususnya setelah konsumsi makanan tinggi kandungan karbohidrat yang menyebabkan sepertiga pasien berhenti menggunakan obat ini. Medikasi obat ini dilakukan saat makan. Obat ini juga kemungkinan mempengaruhi penyerapan zat besi. 5. Thiazolidinedione Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali diberikan secara kombinasi dengan

sulfonylurea,

insulin,

atau

metformin.

Beberapa

studi

menunjukkan thiazolidinediones mengakibatkan berbagai efek baik pada jantung, termsuk penurunan tekanan darah dan peningkatan trigliserida dan kadar kolesterol (termasuk peningkatan kadar HDL, yang dikenal sebagi kolesterol baik). Obat ini juga meredam molekul yang disebut 11Best HSK-1 yang berperan penting pada sindrom metabolik (kondisi pre diabetes, termasuk tekanan darah tinggi dan obesitas) dan diabetes melitus tipe 2. Rosiglitazone (Avandia) dan pioglitazone (Actos) adalah obat dari golongan thiazolidinedione yang sudah disetujui. Salah satu studi meyakini rosiglitazone bisa memperbaiki fungsi sel beta dan membantu mencegah progresivitas diabetes. Tetapi, di balik manfaatnya yang besar, efek samping obat golongan ini pun mengkhawatirkan. Thiazolidinediones bisa menyebabkan anemia dan bersama obat diabetes oral lainnya bisa menaikkan berat badan meski masih dalam skala moderat. Obat ini juga meningkatkan risiko peningkatan cairan yang akan memperburuk gagal jantung. Faktanya, troglitazone (Rezulin), agen pertama golongan ini ditarik dari pasaran setelah ditemukan laporan gagal jantung, gagal hati, dan kematian. Tetapi thiazolidinedione saat ini tidak menunjukkan efek yang sama pada hati meskipun ada beberapa laporan liver injury. D. Pemeriksaan Glukosa Darah Metode pemeriksaan gula

darah

meliputi

metode

reduksi,

enzimatik, dan lainnya. Yang paling sering dilakukan adalah metode enzimatik,

yaitu

heksokinase.

metode

glukosa

oksidase

(GOD)

dan

metode



Metode Glukosa Oksidase Metode GOD banyak digunakan saat ini. Akurasi dan presisi yang baik (karena enzim GOD spesifik untuk reaksi pertama), tapi reaksi kedua rawan interferen (tak spesifik). Interferen yang bisa mengganggu antara lain bilirubin, asam urat, dan asam askorbat. Pengukuran khusus untuk Beta D-glukosa berdasarkan pada reaksi berikut : Beta D-glukosa + O2 glukosa oksidase > Asam glutamate + H2O2 Reaksi ini dapat dipasangkan dengan reaksi indicator peroksidase H2O2 + Kromogen tereduksi peroksidase > Kromogen teroksidase + H2O Atau dapat diukur melalui pengukuran penggunaan dengan



menggunakan electrode oksigen. Metode heksokinase Metode heksokinase juga banyak digunakan. Metode ini memiliki akurasi dan presisi yang sangat baik dan merupakan metode referens, karena enzim yang digunakan spesifik untuk glukosa. Metode ini menghitung kadar glukosa melalui dua reaksi, yakni : Glukosa + ATP heksokinase Mg2+ > GGPO4 + ADP GGPO4 + NADP+ GGPO > G-Phospat + Glikonat + NADPH + H+ Kenaikan pada absorbs NADPH yang diukur pada panjag gelombang 310 nm setara dengan kadar glukosa. Reaksi heksokinase dapat dipasangkan dengan indicator dan diukur dengan adaya perubahan



warna pada hasil reaksi. Metode Glukosa Dehidrogenase Enzim glukosa dehidrogenase (β D-glukosa : NAD oksidoreduktase) mengkatalisa oksidasi glukosa menjadi glukonolakton Glukosa + NAD+ glukosa dehidrogenase > D-glukonolakton + NADH + H+

BAB III METODE KERJA

I.1

Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah human

analyzer, tourniquet, mikro pipet, spoit3cc, kuvet, tabung senrifuge, rak tabung, dan sentrifuge.

II.2

Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air pro

injeksi (API), kapas alcohol

70%, tip, specimen darah, reagen,

glukosadan larutan standar glukosa.

II.3

Cara Kerja

A.

Pengambilan specimen darah 3cc pada probandus yang berpuasa (spesmen 1) Penyipan specimen darah sewaktu (spesimen 2) Pengukuran specimen darah 3cc, 2 jam setelah probandus minum

B.

larutan glukosa 75% (spesimen 3) Pengukuran kadar glukosa, puasa, sewaktu dan OGTT(Oral Glucose test Tolerance) 1. Dinyalakan alat humananalyzer dan diset untuk pemeriksaan glukosa. 2. Dibiarkan reagen yang dari refrigerator pada suhu 37 0C. 3. Dibuat larutan : - Blanko : 1000µl reagen + 50µl API - Standar : 1000µl reagen + 50µl larutan standar - Sampel 1 : 1000µl reagen + 50µl serum1

- Sampel 2 : 1000µl reagen + 50µl serum 2 - Sampel 3 : 1000µl reagen + 50µl serum 3 4. Diinkubasi masing-masing larutan di atas selama 5 menit pada

C.

370C. 5. Dijalankan sesuai prosedur dihuman analyzer. 6. Dibaca hasil pengukuran. Pemisahan serum dari sampel darah dengan cara disentrifuge 15 menit pada 300rpm.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Hasil Pengamatan Kelompok 1

GS (mg/dL) 82,6

GP (mg/dL0 149,4

TTGO (mg/dL) 108,1

Keterangan : GS

: Glukosa Sewaktu

GP

: Glukosa Puasa

TTG

: Tes Toleransi Glukosa

Nilai Normal Glukosa Sewaktu Glukosa Puasa Tes Toleransi Glukosa

80 – 120 mg/dL 70 – 99 mg/dL < 140 mg/dL

BAB V PEMBAHASAN

Karbohidrat merupakan senyawa hidrat karbon. Penggolongan karbohidrat

berdasarkan

jumlah

molekulnya

yaitu

monosakarida,

disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh kerana merupakan sumber energy utama. Karbihidrat dalam jumlah tertentu barguna, namun dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan penyakit. Karbohidrat yang dicerna oleh manusia seperti maltose, sukrosa, dan laktosa akan diubah menjadi monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan

galaktosa.

Semua

jenis

karbohidrat

diserap

dalam

bentuk

monosakarida. Glukosa dan galaktosa masuk ke aliran darah melalui transport aktif sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah dalam bentuk glukosa karena galaktosa dan fruktosa diubah terlebih dahulu sebelum memasuki pembuluh darah. Glukosa diserap oleh hati dan sebagian disimpan sebagai glikogen atau asm-asam lemak sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan dalam batas normal 80 – 120 mg/dL atau 3,0 – 7,0 mmol/L. Pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glucagon dapat menaikkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu yang lama akan menyebabkan diabetes mellitus.

Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan glukosa untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat dalam spesimen relawan apakah terdapat gangguan matabolisme karbohidrat atau tidak. Pertama-tama dilakukan flebotomi untuk pengambilan spesimen darah lalu darah ditampung dalam tabung sentrifuge lalu disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk mendapatkan serum yang akan diperiksa selanjutnya. Pengerjaan selanjutnya dibuat larutan blanko yang berisi 1000 µL reagen ditambah 10 µL aqua pro injeksi, larutan standar yang berisi 1000 µL reagen ditambah 10 µL reagen standar, dan larutan sampel yang berisi 1000 µL reagen ditambah 10 µL larutan sampel. Kemudian diukur absorbansinya di humalyzer junior, dan dari percobaan akan diperoleh hasil kadar glukosa dalam specimen tersebut. Berdasarkan pengamatan didapatkan kadar glukosa untuk glukosa sewaktu sebesar 82,6 mg/dL dan nilai normal glukosa sewaktu 80 – 120 mg/dL. Jadi untuk kadar glukosa pada specimen relawan masih memenuhi syarat normal glukosa sewaktu karena nilainya masuk pada range. Sedangkan glukosa puasa sebesar 149,4 mg/dL dan nilai normal glukosa puasa 70 – 99 mg/dL. Jadi, untuk kadar glukosa pada specimen relawan tidak memenuhi syarat normal glukosa puasa karena nilainya diatas dari nilai normal. Ini dikarenakan pada praktikum specimen darah untuk

glukosa

sewaktu

mengalami

hemolisis

sehingga

dilakukan

pengambilan darah ulang setela pemberian glukosa dimana penyerapan glukosa telah terjadi sehingga glukosa darahnya meningkat.

Prinsip metode yaitu glukosa diukur setelah perubahan gluconate6-phosphate

dengan

heksokinase

oleh

glucose-6-phosphate

dehydrogenase dengan adanya ATP dan NAD. Kenaikan absorbans sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam sampel. Prinsip reaksi : Glukosa + ATP  glucose-6-phosphate + ADP Glucose-6-phosphate + NAD+  gluconate-6-phosphate + NADH + H+

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan diperoleh bahwa nilai glukosa sewaktu sebesar 82,6 mg/dL masih memenuhi syarat normal glukosa sewaktu sedangkan nilai glukosa puasa sebesar 149,4 mg/dL tidak memenuhi syarat normal nilai glukosa puasa dikarenakan oleh satu dan lain hal dan untuk nilai TTGO sebesar 108,1 mg/dl masih memenuhi syarat normalnya.

VI.2 Saran Alat dan bahan dapat dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. “Obat-Obat Penting”.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2002. 2. Kasim, Syahruddin. “Penuntun Praktikum Kimia Klinik” Makassar : Fakultas Farmasi UNHAS. 2010. 3. Murray, Robert, dkk. “Biokimia Harper” Jakarta : EGC. 2003 4. Sudoyo, Aru W, dkk. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III”. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. 2007.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF