Makalah Parasit dan Penyakit Ikan.doc
March 7, 2018 | Author: felishagita | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Parasit dan Penyakit Ikan.doc...
Description
Makalah Parasit dan Penyakit Ikan Lecithocirium sp. Cardicola sp. Opistorchis sp.
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan Disusun oleh : Kelompok 11 Dea Febrian
230110130061
Dehan Ahmadi
230110130130
Anggi Permana
230110130136
Nabila Dwi Yasti
230110130143
Refki Aditya Y
230110130160 Perikanan B
PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Lecithocirium sp., Cardicola sp., Opistorchis sp.”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Sebagai sebuah karya, makalah ini akan terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian makalah ini disusun yang disesuaikan dengan format yang diberikan. Semoga dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya bagi semua pihak.
Jatinangor, Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI Bab
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................... iii
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2 1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lecithocirium sp......................................................................... 3 2.2 Cardicola sp. ............................................................................. 6 2.3 Opistorchis sp. ......................................................................... 7
III.
KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan ................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
ii
No. 1. 2. 3. 4.
Judul
Halaman
Distribusi Cacing Parasitik pada Organ Pencernaan..................................4 Cardicola sp. ................................................................................................7 Opistorchis viverrini......................................................................................8 Opistorchis felineus.......................................................................................9
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya
perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur. Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik. Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama, parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit, parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan
1
cacing dan udang renik. Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang tidak terawat. Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti. 1.2
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana klasifikasi dari cardicola, opstorchis, lecithocirium ? 2. Bagaimana siklus hidup dari cardicola, opstorchis, lecithocirium? 3. Bagaimana morfologi dari cardicola, opstorchis, lecithocirium ? 4. Bagaimana gejala-gejala terserang parasit ? 5. Bagaimana cara penanggulangannya?
1.3
Tujuan Tujuan khusus dibuatnya makalah ini yaitu sebagai tugas mata kuliah Parasit
dan Penyakit Ikan. Adapun tujuan umum lainnya adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Mengetahui klasifikasi dari cardicola, opstorchis, lecithocirium Mengetahui siklus hidup dari cardicola, opstorchis, lecithocirium Mengetahui morfologi dari cardicola, opstorchis, lecithocirium Mengetahui gejala-gejala terserang parasit tersebut Mengetahui cara penanggulangan apabila terserang parasit tersebut
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lecithocirium sp. Lecitochirium sp. termasuk kedalam Famili Hemiuridae dan merupakan jenis cacing parasitik dengan daerah penyebaran yang luas dan dengan inang beragam. Parasit ini memiliki lebih dari 100 spesies dengan morfologi yang kompleks. Faktor ekologi, fisiologi, dan adaptasi parasit menyebabkan variasi morfologi yang kompleks. Lecithochirium imocavum pernah ditemukan di teluk Tonkin Vietnam tahun 1970 dan L. Magnaporum, L. Microstomum, dan L. Monticelli di laut Cina Selatan. Pernah juga ditemukan cacing L. magnaporum pada ikan tongkol oleh Fischthal dan Kuntz tahun 1964 di Palawan Filiphina. Di Indonesia, ditemukan pada ikan Caranx sp. oleh Yamaguti di Makassar pada tahun 1952 dengan nama L. lobatum. Ciri-ciri parasit Lecithochirium sp. : a. Endoparasit, berbentuk pipih. b. Ukuran 1 – 2,6 x 0,2 – 0,8 mm. c. Mempunyai dua alat penghisap di anterior dan bagian ventral. Struktur dan fungsi Digenic Trematoda (Lecithochirium sp.) yaitu : a. b. c. d.
Cacing dewasa punya 2 batil isap untuk menempel pada hospes. Batil isap (bi) mulut di bagian anterior mengelilingi mulut. Perut / bi ventral di posterior, bi mulut di ventral. Permukaan tubuh disebut tegumen, absorbtif dan kadang berspina. Otot ada di bawah tegumen, tidak punya rongga tubuh, organ-organ dalam di
bungkus oleh parenchym. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut : Kingdom: Animalia Subkingdom: Bilateria Phylum: Platyhelminthes Subphylum: Neodermata
3
Class: Trematoda Subclass: Digenea Order: Azygiida Suborder: Hemiurata Family: Hemiuridae Genus: Lecithochirium Spesies: Lecithochirium sp. Saluran pencernaan merupakan microhabitat bagi cacing Lechitocladium angustonum, Lecitochirium sp., Prodistomum sp., dan Anisakis sp. yang merupakan sumber bahan organik yang juga merupakan makanan yang siap diserap oleh tubuh cacing parasitik. Hal ini karena cacing parasitik digenea dan nematoda tidak dapat merombak bahan organik yang belum disederhanakan. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Gambar 1. Distribusi Cacing Parasitik pada Organ Pencernaan (Sumber : www.google.com) Sistem pencernaan pada Lecitochirium sp. dimulai dari mulut — pharynx — esophagus — usus yang bercabang – cabang (intestinal caeca) dan berakhir buntu. Material yang tidak terdigesti biasanya diregurgitasi. Pada umumnya proses pencernaan makanan melalui darah, debris jaringan —› ditelan —› masuk caeca —› dicerna dan diabsorbsi. Metabolisme secara anaerob. Sistem ekskresi pada Lecitochirium sp. terdiri atas banyak flame cell yang bersilia yang akan membuang sampah produk metabolik melalui sistem seperti
4
pipa keluar tubuh. Sistem syaraf pada Lecitochirium sp. terdiri atas sepasang traktus longitudinal yang dihubungkan dengan bagian anterior oleh 2 ganglia. Sistem reproduksi Lecitochirium sp. pada umumnya hermaprodit, bisa terjadi fertilisasi sendiri atau fertilisasi sendiri atau fertilisasi silang. Organ reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis —› masing-masing dilanjutkan oleh vas deferens —› kantong sirus yang berisi vesicula seminalis dan cirus —› primitive penis yang berakhir pada genital opening. Sedangkan organ reproduksi betina mempunyai ovarium tunggal —› oviduct —› ootype (tempat ovum menerima yolk (kuning telur) dari sekresi glandula vitelina dan membentuk cangkang —› telur menuju uterus (cangkang mengeras) —› keluar melalui porus genitalis. Reproduksi seksual dari digenea akan menghasilkan telur-telur cacing yang akan keluar bersamaan dengan feses ikan dan hidup bebas di perairan hingga menemukan inang antara yang sesuai. Cacing parasitik famili Hemiuridae umumnya menginfeksi pada bagian anterior sistem pencernaan seperti lambung, seperti halnya infeksi Genarchopsis dasus (Digenea: Hemiuridae) pada Channa punctatus di wilayah MymensinghIndia yang 72,8% terdapat pada lambung, 6,6% pada anterior usus, 9,0% pada pertengahan usus dan 11,6% pada posterior usus. Cacing parasitik digenea terakumulasi di dalam lambung dan akan berpindah ke usus bila sudah dewasa. Cacing parasitik digenea umumnya memiliki dua inang dalam melengkapi siklus hidupnya. Semua digenea mempunyai alat penghisap oral (anterior) di sekitar mulut dan terdapat alat penghisap ventral di tengah tubuhnya. Infeksi cacing parasitik dari kelompok digenea hanya sedikit atau bahkan cenderung tidak menimbulkan kerusakan berat pada sistem pencernaan ikan. Hal ini dikarenakan cacing parasitik digenea berukuran kecil (dengan panjang sekitar 1-2 mm), bergerak dan tidak menimbulkan bekas luka, juga tidak menempel terlalu dalam pada organ tubuh inang. Digenea yang telah diketahui mendekati 400 genera dan sedikitnya 4000 spesies yang menyerang ikan. Parasit ini memperlihatkan inang spesifisitas yang tinggi terutama pada inang antara yang pertama dan pada inang akhir. Organ yang
5
diserang pada inang akhir adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan organ yang berdekatan seperti hati dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta saluran darah. Jenis ikan yang diserang yaitu ikan kakap, yang berasal dari Lecithochirium sp. Dan pseudometadena celebensis. Cacing jenis ini menyerang pada bagian usus. Infestasi pada digenea agen kausatif: Bucephalus, Lecithochirium, Pseudometadena, transversotrema, Stellantchasmus, Haplorchis, Procerovum, Prosorhynchus, Hemiurus dan Gonapodasmius. Biasa menyerang otot daging, lambung dan usus ikan bandeng, kakap putih, kerapu, beronang dan belanak. Gejala klinis apabila teserang parasit Lecitochirium sp. yaitu : a. Adanya kista kecil berwarna putih kekuningan atau kecoklatan pada kulit, sirip dan insang. b. Perut ikan menggembung Efek pada inang apabila terserang Lecitochirium sp. yaitu : a. Menghambat pertumbuhan dan mengganggu fungsi organ vital. b. Pada insang, dydymozoid menyebabkan hiperplasia epitel. c. Bila dikonsumsi manusia dapat menyebabkan diare, gangguan jantung dan komplikasi yang parah. Pencegahan apabila terserang Lecitochirium sp. yaitu inang intemediet (moluska) yang diketahui sebagai pembawa larva parasit sebaiknya dimusnahkan dari tempat pemeliharaan. Sedangkan upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm dalam air tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit. 2.2 Cardicola sp. Cardicola sp. merupakan spesies parasit sejenis cacing isap yang ditemukan pada insang ikan tuna. Penelitian dilakukan pada tuna sirip biru di Australia selatan. Adapun klasifikasi dari cardicola antara lain: Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum : Platyhelminthes Subphylum : Neodermata Class : Trematoda Subclass : Digenea
6
Ordo Subordo Family Genus Spesies
: Strigeidida : Strigeata : Sanguinicolidae : Cardicola : Cardicola sp.
Gambar 2. Cardicola sp. (sumber : www.google.com) Penyakit ikan yang disebabkan oleh plathyhelminthes ini tidak ada gejala visual yang jelas,namun ikan yang terinfeksi akan berenang terus-menerus ke permukaan untuk mendapatkan oksigen, dan terjadin pembelahan lamella insang, dan hyperlasia. Wilayah yang terinfeksi apablia terserang yaitu sistem sirkulasi. Jika parasit ini tidak cepat diatasi maka akan berdampak buruk terhadap organ dalam pada tubuh tuna tersebut terutama bagian sistem sirkulasi ikan dan jantung. Maka dari itu perlu penanganan khusus terhadap parasit ini agar tidak membahayakan populasi ikan tuna pada umumnya. 2.3 Opistorchis sp. a.
Opisthorchis viverrini Habitat dari Opisthorchis viverrini yaitu pada saluran empedu dan saluran
pankreas. Opisthorchis viverrini berukuran 7 – 12 mm. Batil isap mulut lebih besar daripada batil isap perut. Telur Opisthorchis viverrini mirip telur Clonorchis
sinensis, tetapi lebih langsing. Siklus hidup dari Opisthorchis viverrini mirip dengan Opistorchis felinus hanya berada dalam ukuran yang lebih besar. Gambar 3. Opistorchis viverrini (Sumber: www.commons.wikimedia.org) Infeksi terjadi dengan makan ikan mentah yang mengandung metaserkia. Di daerah Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan hepatoma pada penderita opistorkiasis. Hal ini juga karena ada peradangan kronik 7
saluran empedu dan selain itu berhubungan dengan cara pengawetan ikan yang menjadi hospes perantara Opistorchis viverrini. Penyebaran geografis thematoda Opisthorchis viverrini ini tersebar daerah Asia Tenggara dan Thailand, Vietnam, Kamboja sebagai daerah endemi. Adapun klasifikasinya sebagai berikut: Kelas
: Trematoda
Ordo
: Prosostomata
Famili
: Opistorchoidae
Genus
: Opistorchis
Species
: Opistorchis viverrini
Cacing dalam jumlah sedikit tidak akan menimbulkan gejala, kadangkadang timbul gejala berupa diare, kurang nafsu makan,perut kembung atau dyspepsia, nyeri perut di bagian atas kanan, anoreksia, mual, muntah, demam tinggi. Perasaan tidak enak di epigastrium, nyeri di kuadran kanan atas dapat juga timbul disertai hepatomegali, ikterus, suhu naik 38,5°C. Selanjutnya jika jumblah telur mencapai 10-50 butir per mg tinja, penyakit berat dan jika lebih dari 50 butir, penyakit sangat berat. Cara mendiagnosis penyakit ini pada dasarnya yaitu dengan menemukan telur dalam tinja atau dari drainase duodenum. Sedangkan pengobatan yang cukup baik apabila terserang penyakit ini yaitu dengan pemberian obat klorokuin. Praziquantel
: 25 mg/kg BB dalam tiga kali sehari.
Efek samping
: mual,muntah,sakit kepala,rasa tidak nyaman pada perut.
Health education : tidak memakan ikan yang tidak dimasak sampurna untuk mencegah infeksi ulang. Pencegahan penularan cacing Clonorchis sinensis pada manusia juga dapat dilakukan dengan cara memutus rantai hidup cacing ini, meliputi : 1. Tindakan pengendalian Industri; pembuangan ekskreta dan air limbah atau khusus kotor yang aman untuk mencegah kontaminasi pada air sungai, pengolahan air limbah untuk keperluan akua kultur, iradiasi ikan air tawar, pembekuan dingin, perlakuan panas, misalnya pengalengan.
8
2. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga; memasak ikan air tawar sampai benar-benar matang. Konsumen harus menghindari konsumsi ikan air tawar b.
yang mentah atau kurang matang. Opistorchis felineus Cacing hati kucing Opistorchis felineus berfamili dekat dengan Clonorchis
sinensis. Siklus hidupnya pada keong air sebagai hospes perantara pertama dan ikan air tawar sebagai hospes perantara kedua (hospes pembantu), yakni kebanyakannya keong jenis Bitthynia leachi dan ikan mas (Cyniprus carpio family Cyprinidae). Daerah penyebarannya hampir bersamaan dengan Clonorchis sinensis terbatas pada sungai dan danau tertentu. Daerah yang terkenal sebagai sumbernya ialah daerah teluk laut timur, sepanjang Weichel, provinsi baltik di daerah donau di Rusia terutama di Siberia utar, Japang, India.
Gambar 4. Opistorchis felineus (Sumber: www.commons.wikimedia.org) Cacing ini sesuai dengan namanya sering berparasit pada kucing, tetapi berkembang juga pada manusia, anjing, dan beberapa hewan pemakan ikan seperti anjing laut. Adapun klasifikasinya adalah : Kingdom : Animalia Kelas
: Trematoda
Ordo
: Prosostomata
Famili
: Opistorchoidae
Genus
: Opistorchis
Species
: Opistorchis felineus
Cacing ini berukuran 8–12 mm, berbentuk cacing pipih memanjang, transparan dan bagian posterior membulat. Dengan integument tidak berduri, batil isap kepala sedikit lebih besar dibandingkan batil isap perut dan terletak pada 1/3 9
anterior tubuh. Perbedaan dengan cacing Clonorchis sinensis yaitu pada testis yang seperti sobekan kain (perca) yag juga terletak di seperempat bagian badan belakang. Telur cacing Opistorchis felineus lebih ramping erukuran 30 x 12 µ dan operculum yang lebih jelas dari telur Clonorchis sinensis. Manusia terinfeksi karena memakan ikan air tawar contoh makanan yang mentah atau kurang matang yang mengandung terlibat dalam KLB larva berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna, larva cacing akan terbebas dari dalam kista dan bermigrasi melalui duktus koledokus ke dalam percabangan empedu. Telur yang terletak dalam saluran empedu diekskresikan ke dalam tinja. Telur dalam tinja mengandung mirasidium yang sudah berkembang lengkap. Kalau telur ini dimakan oleh siput yang rentan, telur akan menetas dalam usus siput, menembus jaringan tubuhnya dan secara aseksual menghasilkan larva (serkaria) yang bermigrasi ke dalam air. Jika mengenai pejamu perantara yang kedua, serkaria akan menembus tubuh pejamu dan membentuk kista, biasanya dalam otot dan terkadang di bawah sisik. Siklus hidup cacing Opistorchisyang lengkap mulai dari siput, ikan sampai manusia memerlukan waktu sedikitnya 3 bulan. Ikan yang mengandung metaserkaria akan termakan oleh manusia jika ikan tersebut tidak dimasak dengan matang. Metaserkaria dalam bentuk kista masuk ke dalam sistem pencernaan, kemudian berpindah ke hati melalui saluran empedu dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa juga dihidup dalam saluran empedu, jarang ditemukan dalam pangkreas. Prepaten terletak antara 3–4 minggu. Kerusakan karena cicing ini tergantung pada beratnya infeksi. Beberapa cacing umumnya tidak mengalami gejala, tetapi dapat juga menimbulkan pembesaran hati, pembengkakan saluran dan kandung empedu. Pada infeksi kronis kadang-kadang menyebabkan karsinoma saluran empedu dan pangkreas. Penyebaran geografis cacing Opistorchis felineus yaitu ditemukan di Eropa Tengah, Siberia, dan Jepang. Parasit ini ditemukan pada Prusia, Polandia dan Siberia ditemukan di Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis. Kasus
10
infeksi terjadi pada imigran atau memakan ikan segar mentah yang mengandung metaserkaria. Patologi dan gejala klinis apabila terserang parasit cacing Opistorchis felineus yaitu cacing Opistorchis felineus umumnya tidak mengalami gejala, tetapi dapat juga menimbulkan pembesaran hati, pembengkakan saluran dan kandung empedu. Pada infeksi kronis kadang-kadang menyebabkan karsinoma saluran empedu dan pangkreas. Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya penebalan epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu. Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati. Diagnosa laboratorium Opitorchis felineus didasarkan pada isolasi feses telur Opitorchis felineus bersama dengan adanya tanda-tanda pankreatitis atau primary. Beberapa kucing mungkin menunjukkan penyakit kuning dalam kasuskasus lanjutan dengan parasit beban berat. Sejumlah cacing hati lain yang mempengaruhi kucing, seperti Viverrini opisthorchis , dan Clonorchis sinensis , dapat dibedakan dengan pemeriksaan miscoscopic atau yang lebih baru tes PCR. Pengobatan penyakit Opitorchis felineus dapat diberikan klorokuin difosfat dosis 250 mg 3 kali sehari selama 6 minggu. Pengobatan ini sering gagal disertai optic neuropati, sehingga perlu dicari obat lain yang lebih baik. Praziquantel lebih efektif dan lebih aman. Pencegahan penyakit Opitorchis felineus dengan melakukan pengobatan pada penderita, menghindarkan penularan melalui ikan dengan memasak sempurna, pengasinan, pendinginan atau pemberian cuka bagi ikan yang akan dimakan, selain itu diperlukan pendidikan yang berhubungan dengan sanitasi. Pencegahan penularan cacing Opitorchis felineus pada manusia juga dapat dilakukan dengan cara memutus rantai hidup cacing ini, meliputi : 1. Tindakan pengendalian Industri; pembuangan ekskreta dan air limbah atau khusus kotor yang aman untuk mencegah kontaminasi pada air sungai,
11
pengolahan air limbah untuk keperluan akua kultur, iradiasi ikan air tawar, pembekuan dingin, perlakuan panas, misalnya pengalengan. 2. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga; memasak ikan air tawar sampai benar-benar matang. Konsumen harus menghindari konsumsi ikan air tawar yang mentah atau kurang matang.
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai , maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Lecitochirium sp. merupakan jenis cacing parasitik dengan daerah penyebaran yang luas dan dengan inang beragam. 2. Lecitochirium sp. umumnya menginfeksi pada bagian anterior sistem pencernaan seperti lambung. Pencegahan apabila terserang Lecitochirium sp. yaitu inang intemediet (moluska) dimusnahkan dari tempat pemeliharaan. 3. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm dalam air tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit. 12
4. Cardicola sp. merupakan spesies parasit sejenis cacing isap yang ditemukan pada insang ikan tuna. Cardicola sp. disebabkan oleh plathyhelminthes 5. Ikan yang terinfeksi Cardicola sp. akan berenang terus-menerus ke permukaan untuk mendapatkan oksigen, dan terjadin pembelahan lamella insang, dan hyperlasia. Wilayah yang terinfeksi apablia terserang yaitu sistem sirkulasi. 6. Infeksi Opistorchis sp. terjadi dengan makan ikan mentah yang mengandung metaserkia. 7. Opistorchis sp. menimbulkan pembesaran hati, pembengkakan saluran dan kandung empedu. Pengobatannya dapat diberikan klorokuin difosfat dosis 250 mg 3 kali sehari selama 6 minggu.
13
DAFTAR PUSTAKA http://agoestnaidi.blogspot.com/2012/05/penyakit-parasiter-pada-organismelaut.html (diakses pada tanggal 01 Maret 2015 pukul 10.43) http://zharifaflower.blogspot.com/2011/03/spesies-parasit-monogenea-dandigenea.html (diakses pada tanggal 01 Maret 2015 pukul 10.47) Indaryanto, Forcep Rio. dkk. 2014. Struktur Komunitas Cacing Parasitik pada Ikan Kembung (Rastrelliger Spp.) di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Ratu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia https://www.academia.edu/7680033/Daftar_Penyakit_Pada_Budidaya_Ikan_Laut _di_Indonesia (diakses pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 21.29) http://www.katsanakes.com/2014/02/trematoda-hati-opistorchis-felineus.html (diakses pada tanggal 2 maret 2015 pukul 22.00)
iv
View more...
Comments