Makalah Osteoporosis

October 25, 2017 | Author: gennipridata | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

eptm...

Description

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KONSEP EPIDEMIOLOGI DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH KELOMPOK 7 WALINA

(1511211011)

ARINI PUTRI

(1511211029)

IVANI RADHA

(1511211033)

M.IBNU DZAKY

(1511211043)

YUTHIA TRI WAHYU

(15112110)

RIO FIKRUL IRSYAD

(1511211072)

DOSEN PENGAMPU:

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentangPenyakit Tuberkolosis. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Dengan terselesaikannnya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku pembimbing yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan semua anggota kelompok yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini. Kami berusaha menyajikan makalah ini dalam bahasa yang mudah dimengerti. Kami menyadari bahwasanya kesempurnaan bukanlah milik manusia. Mungkin terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan sebagai bahan revisi untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membawa hasanah pengetahuan bagi kita semua.

Padang, November 2016 penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang.......................................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah..................................................................................................4

1.3

Tujuan........................................................................................................... ........5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Pengertian Penyakit Osteoporosis.........................................................................6

2.2

Epidemiologi Penyakit Osteoporosis....................................................................7

2.3

Klasifikasi Penyakit Osteoporosis........................................................................8

2.4

Etiologi Penyakit Osteoporosis..............................................................9

2.5

Patofisiologi Penyakit Osteoporosis...................................................................10

2.6

Faktor Resiko Penyakit Osteoporosis..................................................................11

2.7

Gejalan Penyakit Osteoporosis.........................................................................

2.8

Pemeriksaan Penunjang Penyakit Osteoporosis.................................................

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan.........................................................................................................15

3.2

Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun prevelensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun bedasarkan penelitian ditemukan bahwa pravelensi kejadian osteoporosis pada pria meningkat dibandingkan sebelumnya.Osteoporosis atau keropos tulang itu sendiri adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases). Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. 1.2 Rumusan Masalah 1.Apa yang dimaksud dengan penyakit osteoporosis? 2.Bagaimana epidemiologi penyakit osteoporosis? 3. Bagaimana klasifikasi penyakit osteoporosis? 4.Bagaimana etiologi penyakit osteoporosis? 5.Bagaimana patofisiologi penyakit osteoporosis? 6.Apa saja faktor resiko penyakit osteoporosis? 7.Apa saja gejala penyakit osteoporosis? 8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit osteoporosis?

1.3 Tujuan 1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit osteoporosis. 2.Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit osteoporosis. 3.Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi penyakit osteoporosis. 4

4.Untuk mengetahui bagaimana etiologi penyakit osteoporosis. 5.Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit osteoporosis. 6.Untuk mengetahui apa saja faktor resiko penyakit osteoporosis. 7.Untuk mengetahui apa saja gejala penyakit osteoporosis. 8.Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit osteoporosis. .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penyakit Osteoporosis Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang yang ditandai dengan adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur pada jaringan tulang yang menyebabkan kerentanan 5

tulang meningkat disertai kecenderungan terjadinya fraktur, terutama pada proksimal femur, tulang belakang dan tulang radius. Kata osteoporosis berasal dari bahasa Yunani yang artinya ‘tulang’ dan ‘lubang’, menunjukkan pada kita bahwa tulang yang terkena menjadi berlubanglubang pada strukturnya. Meskipun ukuran tulang ini tetap sama dan dari luar tampak normal, kecuali pada vertebra yang hancur, sebenarnya bahan tulang sudah berkurang di dalam komposisinya. Ini membuat tulang menjadi rapuh dan mudah patah (Lane,2003). 2.2 Epidemiologi Penyakit Osteoporosis Osteoporosis merupakan masalah kesehatan utama global yang menyebabkan lebih dari 200 juta patah tulang osteoporosis di seluruh dunia setiap tahun, termasuk 1,6 juta fraktur panggul. Di Amerika Serikat pada tahun 2005, ada sekitar dua juta patah tulang diperkirakan terkait osteoporosis, termasuk sekitar 547.000 patah tulang belakang, 297.000 patah tulang pinggul (hip), 397.000 patah tulang pergelangan tangan, 135.000 patah tulang panggul (pelvic), dan 675.000 patah tulang di tempat lain. Meskipun hanya sekitar seperempat atau sepertiga dari patah tulang belakang yang terbukti secara klinis, ini dapat menyebabkan hilangnya tinggi badan. 2.3 Klasifikasi Penyakit Osteoporosis 1.

Osteoporosis Primer Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang terjadi akibat penuaan. Jenis ini ada dua tipe, yaitu osteoporosis post menopause dan osteoporosis senilis.

a. Tipe I (Osteoporosis Post Menopausal) Pada masa menopause, fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormone estrogen dan progesterone juga menurun. Estrogen berperan dalam proses mineralisasi tulang. Ketika

6

kadar hormone estrogen dalam darah menurun, proses pengeroposan tulang dan pembentukan tulang mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang menjadi dominan. b. Tipe II (osteoporosis senilis pada pria) Seperti halnya osteoporosis tipe I, pada tipe II juga disebabkan oleh berkurangnya hormone endokrin, dalam hal ini hormone testosteron. Testosterone dilaporkan mempunyai peranan untuk meningkatkan densitas masa tulang. 2.

Osteoporosis Sekunder. Osteoporosis sekunder terjadi karena adanya penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Contohnya yaitu kanker, penyakit saluran pencernaan yang menyebabkan absorbsi zat gizi ( kalsium, fosfor, vitamin D, dan lain-lain) menjadi terganggu, gaya hidup yang tidak sehat ( merokok, minum minuman beralkohol, kurang olah raga, dan lain-lain). 2.4 Etiologi Penyakit Osteoporosis Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keadaan tulang. Semua hal yang mengurangi kekuatan tulang akan turut berperan dalam terjadinya osteoporosis, antara lain: 1. Peningkatan Usia Di atas usia sekitar 35 tahun, kepadatan tulang menurun. Osteoporosis terutama dialami oleh pria dan wanita diatas usia 50 tahun. 2. Menopause. Saat kadar estrogen menurun setelah menopause, kepadatan tulang juga menurun. Wanita pascamenopause mewakili kelompok terbesar orang dengan osteoporosis.

3. Kadar testosterone rendah.

7

Pada pria, hormone testosterone memperlambat resorpsi tulang dengan cara yang sama seperti estrogen pada wanita. Kadar testosterone yang rendah pada pria dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan dapat menyebabkan osteoporosis. 4. Kecenderungan Genetik. Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan resiko mengalami osteoporosis. Orang dari ras kaukasia dan asia lebih beresiko mengalami osteoporosis. 5. Penyakit lain. Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang normal sehingga meningkatkan resiko osteoporosis 6. obat-obatan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat mempengaruhi regenerasi tulang sehingga menyebabkan osteoporosis (misalnya hormone steroid dan hormone tiroid) 7. Berat badan rendah. Orang yang sangat kurus memiliki khusus kecenderungan osteoporosis 8. Pola Makan Buruk Kurang mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D misalnya susu, keju, ikan berminyak) dalam pola makanan dapat berperan dalam osteoporosis. 9. merokok/menkonsumsi alkohol secara berlebihan kedua faktor ini mempengaruhi kekuatan tulang dan berpotensi menyebabkan osteoporosis.

10. Kurang Olah Raga

8

Tulang harus diberikan tekanan dengan memberikan latihan beban, terutama saat tulang tumbuh, untuk memperoleh kekuatan tulang. Gaya hidup yang tidak aktif meningkatkan resiko osteoporosis 2.5 Patofisiologi Penyakit Osteoporosis Struktur tulang pada penderita osteoporosis menjadi rapuh. Pengeroposan terjadi baik pada tulang kompak maupun tulang spons. Kerja osteoklas ( sel penghancur struktur tulang) melebihi osteoblas (sel pembentuk tulang) sehingga kehilangan massa tulang tidak dapat dihindari dan kepadatan tulang menajdi berkurang. Akibatnya tulang menjadi keropos, tipis dan mudah mengalami patah, terutama pada tulang pergelangan, tulang belakang, dan lain sebagainya. Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari adanya massa puncak tulang (massa tulang bertambah dan mencapai puncak) yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, sedangkan faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses penuaan, menopause, faktor lain seperti obat obatan atau aktifitas fisik yang kurang. Akibat massa puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang menyebabkan densitas tulang menurun yang merupakan faktor resiko terjadinya fraktur. Kejadian osteoporosis dapat terjadi pada setiap umur kehidupan. Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan bone turn over yang terjadi sepanjang kehidupan. insidensi osteoporosis pada wanita jauh lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini di duga berhubungan dengan adanya fase masa menopause dan proses kehilangan pada wanita jauh lebih banyak. Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang. Kehilangan massa tulang menjadi cepat pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan akan menetap pada beberapa tahun

9

kemudian pada masa postmenopause. Proses ini terus berlangsung pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis. Percepatan osteoporosis tergantung dari hasil pembentukan tulang sampai tercapainya massa tulang puncak. Massa tulang puncak ini terjadi sepanjang awal kehidupan sampai dewasa muda. Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjadi solid. Pada usia rata–rata 25 tahun tulang mencapai pembentuk massa tulang puncak. Walaupun demikian massa puncak tulang ini secara individual sangat bervariasi dan pada umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Massa puncak tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi risiko terjadinya fraktur pada kehidupannya. Apabila massa puncak tulang ini rendah maka akan mudah terjadi fraktur, tetapi apabila tinggi maka akan terlindung dari ancaman fraktur. Faktor faktor yang menentukan tidak tercapainya massa tulang puncak sampai saai ini belum dapat dimengerti sepenuhnya tetapi diduga terdapat beberapa faktor yang berperan, yaitu genetik, asupan kalsium, aktifitas fisik, dan hormon seks. 2.6 Faktor resiko penyakit osteoporosis Faktor resiko osteoporosis digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu resiko yang tidak dapat dikendalikan dan resiko yang dapat dikendalikan. 1. a.

Faktor resiko yang dapat tidak dikendalikan

Jenis kelamin Wanita mempunyai resiko osteoporosis lebih besar dari pada pria. Sekitar 80% diantara penderita osteoporosis adalah wanita. Secara umum, wanita menderita osteoporosis empat kali lebih banyak dari pada pria. Satu dari tiga wanita memiliki kecenderungan osteoporosis. Hal ini terjadi antara lain Karena masa tulang wanita lebih kecil disbanding dengan pria (hanya sekitar 800 gram lebih kecil dibandingkan pria yaitu sekitar 1.200 gram)

10

b.

Umur Semakin tua umur seseorang, resiko terkena osteoporosis semakin besar. Proses densitas tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, kondisi tulang akan konstan hingga usia 40 tahun. Setelah umur 40 tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan.

c.

Ras Semakin terang kulit seseorang maka resiko terkena osteoporosis menjadi semakin tinggi. Ras kaukasia dan Asia memiliki insiden terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan dengan ras Afrika –Amerika. Antara masa tulang dan masa otot terdapat kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormone estrogen ras Afrikaamerika lebih tinggi dari ras yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua dari pada kuliit putih. Pigmentasi kulit dan tempat tinggal juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Wanita Afrika bekulit gelap dan bertempat tinggal dekat dengan garis khatulistiwa memiliki resiko osteoporosis yang lebih rendah dari pada wanita berkulit putih yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa. d.

Riwayat Keluarga Bila salah seorang anggota keluarga memiliki massa tulang rendah atau mengalami osteoporosis maka ada kecenderungan seseorang mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama

e.

Tipe Tubuh Semakin kecil rangka tubuh maka semakin besar resiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang mempunyai tubuh kurus cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis dari pada yang mempunyai berat badan lebih besar.

11

f.

Menopause Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan progesterone menurun. Hormone tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan masa tulang. 2.

Faktor Resiko yang Dapat Dikendalikan 1. Kurang aktivitas. Semakin rendah aktivitas fisik, semakin besar resiko terkena osteoporosis. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik (olah raga) dapat membangun tulang dan otot menjadi lebih kuat, juga meningkatkan keseimbangan metabolisme. 2. Diet yang Buruk Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat massa tulang. 3. Merokok Pada wanita perokok ada kecenderungan kadar estrogen dalam tubuhnya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok. Asap rokok dapat menghambat kerja ovarium. Di samping itu, nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap dan menggunakan kalsium. 4. Minum minaman beralkohol. Alcohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum minuman beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum minuman beralkohol menyebabkan tubuh kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah.

12

5. Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sanga tpenting, wanita-wanita pada masa pasca menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause. 6.Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif. 7.Esterogen Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbs kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

13

2.7 Gejala Penyakit Osteoporosis Mengungkapkan gejala terjadinya osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab penyakit osteoporosis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh baru disadari setelah timbul dampak seperti: a. tinggi badan berkurang b. tiba-tiba terjadi rasa nyeri pada tulang c. sakit punggung d. sakit pinggang yang parah e. kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh bungkuk (kyposis) 2.8 Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis 1. Pemeriksaan Radiologik Pada Pemeriksaan radiologic ini digunakan X-ray konvensional sehingga osteoporosis baru akan terlihat apabila massa tulang sudah berkurang hingga 30% atau lebih. 2. Pemeriksaan Radioisotop Pemeriksaan ini menggunakan sinar foton radionuklida yang dapat mendeteksi densitas tulang dan kekebalan korteks tulang. 3. Pemeriksaan Quantitative Computerized Tamography (QCT) Salah satu cara yang dipakai untuk mengukur mineral tulang karena dapat menilai secara volumetric trabekulasi tulang radius, tibia, dan vertebra. 4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Cara ini mengukur striktur trabekuler tulang dan kepadatannya. 5. Quantitative Ultra Sound (QUS) Cara ini menggunakan kecepatan gelombang suara ultra yang menembus tulang

6. Densitometer 14

Menggunakan radiasi sinar X rendah. Pengukuran dilakukan pada tulang yang kemungkinan muudah patah seperti tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan 7. Tes Darah dan Urine Tes ini masih mungkin dilakukan untuk mengetahui dan melihat kondisi lain yang terkait dengan hilangnya massa tulang.

15

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tuberkulosis (TB atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. . Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan penyakit TB sebagai penyakit endemik yang sulit dihilangkan. Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TB di Indonesia. 3.2 Saran Demikian yang dapat kelompok paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

16

DAFTAR PUSTAKA  

http://penyakitTB.org/ diakses pada hari Sabtu, 5 November pukul 13.20 WIB https://kekeanisa20091995.wordpress.com/2014/03/17/epidemiologi-penyakit-



tuberkulosis-TB-2/ pada hari Sabtu, 5 November pukul 13.35 WIB http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/respirasi-kedokteran-



klinis/etiologi-tuberkulosis/ pada hari Sabtu, 5 November pukul 13.50 WIB http://www.dautic.com/penyebab-gejala-dan-cara-penularan-dari-penyakit-TB/



pada hari Sabtu, 5 November pukul 14.15 WIB http://definisipenyakit.obatherbalTBkelenjar.com/cara-menanggulangipenyakit-TB/ pada hari Sabtu, 5 November pukul 14.35 WIB

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF