Makalah Om 1 (Saliva)
November 19, 2017 | Author: deziliachi | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Om 1 (Saliva)...
Description
MAKALAH ORAL MEDICINE 1 KELENJAR SALIVA
Kelas C Kelompok 2 1. Aam Purnama
(2010-11-001)
18. Harumi Rut Tiur
( 2011-11-158)
2. Aidia Yuriko
(2010-11-009)
19. Annissa Dhania
(2011-11-160)
3. Alfin Firmansyah
(2010-11-012)
20. Dewi Putri
(2011-11-161)
4. Stanley Aditya
(2010-11-128)
21. Elly Indra S
(2011-11-163)
5. Taris Rifqi
(2010-11-132)
22. Jundiana Hanifati
(2011-11-167)
6. Wahyu Pradipta
(2010-11-147)
23. Yi Cheong Mi
(2011-11-169)
7. Rizky Randa
(2010-11-167)
24. Trias Ambar
(2011-11-170)
8. Yuliana Puspita Rini
(2011-11-133)
25. Ilma Faizah
(2011-11-172)
9. Yuliarini Debby Saputri
(2011-11-134)
26. Paramitha Tjipta
(2011-11-173)
10. Yunita Ambarwati
(2011-11-135)
27. Annisa Dezilia
(2011-11-181)
11. Ghea Anggita
(2011-11-138)
28. Retno Ayu Fitriani
(2011-11-183)
12. Laras Roro Ningtias
(2011-11-142)
29. Shafira Aulia
(2011-11-184)
13. Saveria Adella
(2011-11-143)
30. Nesya Wantania
(2011-11-185)
14. Nadia Maulidina
(2011-11-145)
31. Junia Nataline
(2011-11-188)
15. Dian Irnawati
(2011-11-154)
32. Qurotta Ayuni
(2011-11-191)
16. Dita Anggraini
(2011-11-155)
33. Nanda Indah
(2011-11-192)
17. Siti Sintia Nur
(2011-11-156)
34. Nys Marsya
(2011-11-195)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) 2013
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Oral medicine dan membahas tentang kelenjar saliva, selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak. Didalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan suatu panduan. Baik yang berasal dari buku-buku bacaan, internet, dosen dan masih banyak lagi. Dengan adanya panduan-panduan tersebut maka proses belajar akan menjadi lebih mudah. Oleh karena itu kami berusaha untuk menyuguhkan sebuah makalah yang kami harapkan dapat membantu pembaca dalam belajar tentang kelenjar saliva. Di dalam makalah yang kami buat ini, mengambil bahan dari beberapa jurnal yang ada di internet dan refrensi sehingga data yang kami sajikan ini merupakan data-data terbaru. Untuk mempermudah memahami kami membuat kata-kata yang sederhana dalam penulisan makalah ini. Selain itu makalah ini kami buat dengan mengambil bagian-bagian yang penting saja. Untuk semua pihak yang ikut serta dalam upaya penyelesaian makalah ini saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terutama dosen pengajar Oral Medicine dan bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kami terima untuk penyempurnaan makalah ini.
Jakarta, 25 September 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
BAB II ISI
2.1 DEFINISI
Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit, mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.
2.1.1 KELENJAR SALIVA
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah. Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber.
2.1.1.1 KELENJAR SALIVA MAYOR
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus kelenjar
ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular.
2.1.1.2 KELENJAR SALIVA MINOR
Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjarkelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.
2.2. KOMPOSISI SALIVA
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
2.2.1. Komponen Anorganik
Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik αamilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.
2.2.2. Komponen Organik
Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva: 1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida mudah dicernakan. 2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem penolakan bakterial. 3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan darah. 4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya. 5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.
6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.
2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA
Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui cara-cara berikut: 1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet. 2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas. 3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis. 4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva. 5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
2.4. FUNGSI FISIOLOGI
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan
pada permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
2.4.1.Perlindungan Permukaan mulut
Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan remineralisasi, aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut. Pengaruh bufer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam rongga mulut terutama dari makanan yang asam. Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas berkumurkumur menyebabkan mikro-organisme kurang mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi di dalam rongga mulut. Selain itu lapisan protein pada elemen gigi geligi (acquired pellicle) memberi perlindungan terhadap keausan permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh kekuatan pengunyahan normal. Kalsium dan Fosfat memegang peranan penting dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi dalam lingkungan asam (demineralisasi), sedangkan ion-ion ini memungkinkan terjadinya remineralisasi pada permukaan gigi yang sedikit terkikis. Di dalam saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik yang mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat, laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin. Agregasi mikro-organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh komponen-komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif kelompok darah dan musin. Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan terhalang dan selanjutnya dapat diangkut ke lambung.
2.4.2.Pengaturan kandungan Air
Sekresi saliva sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air. Apabila terjadi gejala kekeringan, sekresi saliva yang dihasilkan menjadi rendah dan timbul rasa dahaga. Pembasahan permukaan mulut diperlukan untuk menghindari dari gejala mulut kering atau disebut xerostomia. Gejala ini timbul akibat produksi saliva yang kurang di dalam rongga mulut.
2.4.3.Pengeluaran Virus dan Hasil Pertukaran Zat
Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum seperti alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus. Beberapa dari zat-zat ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan makanan. Diketahui bahwa virus hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva pasien, sehingga para dokter gigi dan perawat gigi mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi hepatisis B. Hal yang sama pada prinsipnya juga berlaku juga untuk virus HIV pada penderita AIDS, meskipun kelihatannya infeksi melalui saliva jarang ditemukan.
2.4.4.Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan
Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada pencernaan makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang mengandung tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya di dalam saliva dan mengangkutnya.5 Di samping itu terdapat juga enzim-enzim lain yaitu Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini berperan dalam proses pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam saliva berfungsi dalam proses pengecapan makanan. Musin dan air berperan untuk membentuk makanan menjadi bolus sebelum makanan ditelan.
2.4.5.Diferensiasi dan Pertumbuhan Syaraf (NGF) dan Epidermal (EGF)
Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan oleh glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga menghasilkan faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang berperan pada perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-geligi. Kedua protein saliva tersebut diresorpsi melalui saluran usus lambung, atau langsung diteruskan pada peredaran darah. Selajutnya sebagai hormon dapat bekerja pada sel-sel sasaran.
2.4.6. Fungsi Non-Fisiologi
Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk menghidari kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen pembersih untuk memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva disapukan pada lukisan untuk membuang kotoran yang melekat pada lukisan tersebut.
2.5 SEKRESI SALIVA
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit.Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut . Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu . Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1) refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakantindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran Saliva melalui refleks ini .
Gambar 1 : Kontrol sekresi saliva
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom di tempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis, di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya selama keadaan saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stress. Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferior batang otak .Obyek-obyek lain dalam mulut dapat menggerakkan refleks saliva dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau inervasi pada lidah dipantau oleh nervus kranial VII, IX,
atau X. Stimulasi parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga menghasilkan produksi saliva dalam jumlah banyak.
Gambar 2 : Pengaturan sekresi saliva melalui saraf
2.6 GANGGUAN FUNGSI KELENJAR SALIVA
Gangguan fungsi kelenjar saliva ada 2 yaitu Sialorhea dan Asialorhea. Sialorhea merupakan gangguan fungsi kelenjar saliva dimana sekresi kelenjar ludah berlebihan sehingga menyebabkan hipersalivasi. Asialorhea merupakan gangguan fungsi kelenjar ludah dimana sekresi kelenjar saliva yang berkurang sehingga menyebabkan Xerostomia.
a. Sialorhea
Sialorhea bukan suatu penyakit tetapi merupakan suatu simtom. Sialorhea menyebabkan hipersalivasi. Air ludah yang berlebihan dapat menyebabkan angular cheilosis, nausea, muntah. Faktor- faktor penyebab : 1.
Fisiologis - Erupsi gigi pada bayi - Melihat/mencium bau makanan - Insersi protesa/alat ortodonsi - Lapar
2.
Bentuk akut stomatitis - Herpetik gingivostomatitis akut - ANUG - Metalik stomatitis - Pemfigus
3.
Penderita epilepsi dan mental defisiensi
4.
Obat-obatan - Pilocarpine - Iodida - thiouracil
b. Asialorhea
Asialorhea bukan suatu penyakit tetapi merupakan simtom. Asialorhea menyebabkan xerostomia. Faktor- faktor penyebab : 1.
Obat-obatan : - Atropin - Anti Histamin - Belladona
2.
Penyakit sistemik : - Tifus - DM tidak terkontrol - Hipertiroid
3.
Fisiologis : - Menopause - Lanjut usia
4.
Pemakai gigi palsu
5.
Psikis: - Ketakutan - Gelisah - Gembira
6.
Kerusakan kelenjar ludah : - Gangguan congenital - Radiasi kepala dan leher.
Gejala :
-
Mukosa mulut kering
-
Mudah terkena iritasi sehingga bisa menyebabkan luka
-
Fisur sakit / pecah-pecah, mudah berdarah bila terjadi trauma
-
Sukar mengunyah dan menelan makanan kering
-
Akibat radiasi mulut kering
2.7 KELAINAN KELENJAR SALIVA
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar salivayang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkanpembengkakan atau nyeri.Terdapat beberapa kelainan pada kelenjar saliva antara lain; mucocele, ranula,sialadenitis, sjorgen syndrome.
1. Mucocele
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkanoleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak disekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucoceledapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, 3iopsy, dan enzim. Ludahdikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct (pembuluh).Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Padaumumnya mucocele didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluranludah (duct) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.
Gambar 3 : Mucocele
Etiologi
Umumnya disebabkan oleh trauma, misalnya bibir yang sering tergigit pada saat sedang makan, atau pukulan di wajah. Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus (saluran) kelenjar liur minor. Mucocele Juga dapatdisebabkan oleh obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis
- Batas tegas - Konsistensi lunak - Warna transluscent - Ukuran biasanya kecil - Tidak ada keluhan sakit - kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi
Diagnosis
Diagnosis mukokel bisa secara langsung dari riwayat penyakit, keadaan klinis dan palpasi.Langkah-langkah cara mendiagnosis mukokel adalah : -
Melakukan anamnesa dengan lengkap dan cermat
-
Secara visual
-
Bimanual palpasi intra & extraoral
-
Aspirasi
-
Melakukan pemeriksaan laboratories
-
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media
-
Pemeriksaan mikroskopis,
-
Pemeriksaan PA
Perawatan
Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi dari beberapahari hingga beberapa minggu, dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan membutuhkan pembedahan eksisi. Pada saat dieksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat semua kelenjar liur minor yang berdekatan,dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menegaskan Biopsydan menentukanapakah ada kemungkinan tumor kelenjar liur. Selain dengan pembedahan, mucocele juga dapat diangkat dengan laser. Beberapa dokter saat ini ada juga yangmenggunakan menggunakan injeksi Kortikosteroid sebelum melakukan pembedahan,ini terkadang dapat mengempiskan pembengkakan. Jika berhasil, maka tidak perlu dilakukan pembedahan. Penatalaksanaan mukokel biasanya dilakukan dengan eksisi mukokel dengan modifikasi teknik elips. yaitu setelah pemberian anesthesilokal dibuat dua insisi elips yang hanya menembus mukosa, kemudian lesi dipotongdengan teknik gunting lalu dilakukan penjahitan.
2. Ranula
Etiologi dan Patogenesis
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang membesar atau terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya aliran liur yang sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler (duktusWharton), sehingga melalui rupture ini air liur keluar menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur, ranula bisa juga terjadi karena traumadan peradangan. Ranula mirip dengan mukokel tetapi ukurannya lebih besar.Bilaletaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranulaSuperfisialis. Bila kistamenerobos dibawah otot milohiodeusdan menimbulkan pembengkakansubmandibular, ranula jenisini disebut ranula Dissecting atau Plunging.
Gambar 4 : Ranula
Gambaran Klinis
-
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar (Rana=Kodok)
-
Dinding sangat tipis dan mengkilap
-
Warna translucent
-
Kebiru-biruan
-
Palpasi ada fluktuasi
-
Tumbuh lambat dan expansif
Diagnosis
Langkah-langkah cara mendiagnosis ranula adalah : •
Melakukan anamnesa dengan lengkap dan cermat
•
Secara visual
•
Bimanual palpasi intra & extraoral
•
Punksi dan aspirasi
•
Melakukan pemeriksaan laboratories
•
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media
•
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan PA
Perawatan
Penatalaksanaan ranula biasanya dilakukan dengan caramarsupialisasi ranulaatau pembuatan jendela pada lesi.Biasanya menggunakan anestesi blok lingualditambah denganinfiltrasi regional. Di sekitar tepi lesi ditempatkan rangkaianjahitanmenyatukan mukosa perifer dengan mukosa lesi danjaringan dasar lesi.Kemudiandilakukan juga drainase denganpenekanan lesi. Setelah itu dilakukan eksisi pada ataplesisesuai dengan batas penjahitan kemudian lesi ditutup dengan tampon.
3. Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanyadisebabkan oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses inflamasiyang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor etiologi. Proses inidapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat unilateral atau bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik merupakan akibat
dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal atau mungkin spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan imunologi .
Gambar 5 : Sialadenitis
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau salurantetapi dapat berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar utama pada rongga mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular, dansublingual. Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, pada pasien sakit kronis denganxerostomia, pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada mereka yang melakukan terapiradiasi pada rongga mulut. Remaja dan dewasa muda dengan anoreksia juga rentanterhadap gangguan ini. Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus; organisme lain meliputi Streptococcus,koli, dan berbagai bakteri anaerob.
Gejala Umum
Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah, demam,menggigil dan malaise (bentuk umum rasa sakit).
Perawatan
Perawatan awal harus mencakup hidrasi yang memadai, kebersihan mulut baik, pijat berulang pada kelenjar, dan antibiotik intravena. Evaluasi USG ataucomputed tomography (CT) akan menunjukkan apakah pembentukan abses telah terjadi. Sialography merupakan kontraindikasi.Insisi dan drainase paling baik dilakukan dengan mengangkat penutup parotidectomy standar dan kemudianmenggunakan hemostat untuk membuat beberapa bukaan ke dalam kelenjar, tersebar di arah umum dari syaraf wajah. Sebuah saluran kemudian ditempatkan di ataskelenjar dan luka tertutup. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk melakukan aspirasi jarum yang dipandu CT atau USG-pada abses parotis, yang dapat membantumenghindari prosedur operasi terbuka. Hal ini juga untuk diingat bahwa fluktuasikelenjar parotis tidak terjadi sampai fase sangat terlambat karena beberapa investasifasia dalam kelenjar. Jadi, adalah mustahil untuk menentukan adanya pembentukanabses awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja.
4. Sialolitiasis
Sialolitiasis atau sering disebut batu saliva (kalkulus) merupakan salah satu keadaan patologis yang terjadi pada kelenjar ludah akibat tersumbatnya duktus maupun kelenjar saliva. Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular dan hanya 10-20% terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat kecil terdapat pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah penyebab yang paling sering pada penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi. Kadang disertai juga dengan gout, diabetes dan hipertensi.
Gambar 6 : Sialolitiasis
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada batu kelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan membentuk nidus, lalu menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi. Kelenjar submandibular lebih rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan kelenjar parotid karena duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali dalam saliva yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli submandibular secara primer mengandung kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium yang tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada foto Rontgen. Kalkuli parotid adalah lebih jarang radiopak. Kira-kira 75%, satu batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut. Jika obstruksi tidak ditangani, maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi asinar.
Gejala dan Tanda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan eksaserbasi apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur. Obstruksi yang lama dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang semakin berat dan eritema pada kelenjar tersebut.
Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir di rongga mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering dapat dipalpasi pada dua pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar mulut biasanya dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar untuk di palpasi.
Gambaran Radiologis
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu radiopak tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih membantu. Sialografi adalah metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi kalkuli. Sialografi dapat dikombinasi dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan sangat sensitive terhadap garam kalsium. Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.
5. Parotitis / MUMPS
Mumps atau yang lebih dikenal dengan parotitis ialah penyakit virus akut yang disebabkan oleh paramyxovirus dan biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Gejala khas yang biasa terjadi yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah.
Gambar 7 : MUMPS
Patogenesis
Masa inkubasi 12 sampai 24 hari dengan rata-rata 17-18 hari, kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organorgan lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju kekelenjar ludah dan parotis.
Terapi
Terapi yang digunakan yaitu : •
Simptomatik
•
OH baik
•
Istirahat
•
Analgetik
•
Diet makanan lunak
6. Sjorgen Syndrome
Sjorgen syndrome merupakan suatiupenyakit auto imun yang ditandai oleh produksi abnormal dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering
Diagnosis
Peradangan kelenjar saliva dapat dideteksi dengan radiologic scan, juga dapatdilihat dengan berkurangnya kemampuan kelenjar saliva memproduksi air liur. Dapat juga didiagnosis dengan cara biopsi. Untuk mendapatka sampel biopsi, biasadiunakan pada kelenjar dari bibir bawah.
Prosedur biopsi kelenjar saliva bibir bawahdiawali dengan anastesi lokal kemudian dibuat sayatan kecil dibagian dalam bibir bawah.
Gejala
Gejala dari sjorgen syndrome antara lain; mulut kering, kesulitan menelan,kerusakan gigi, penyakit gingiva, mulut luka dan pembengkakan, dan infeksi padakelenjar parotis bagian dalam pipi.
Perawatan
Mulut yang kering dapat dibantu dengan minum air yang banyak dan perawatan gigi yang baik untuk menghindari kerusakan pada gigi.Kelenjar dapat dirangsang dengan menghisap tetesan air lemon tanpa gula atau gliserin pembersih.Perawatan tambahan untuk gejala mulut kering adalah obat resep untuk menstimulasiair liur seperti pilocarpine dan ceuimeline. Obat-obatan ini harus dihinari oleh orangyang berpenyakit jantung, asma, dan glukoma.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, ada dukungan ilmiah yangmenyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor genetik yang dapat memicu terjadinya sjorgen syndrome, karena penyakit ini kadang-kadang penyakit ditemukan pada anggota keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit autoimun lainnya seperti lupus eritematoussistemik, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dan lain-lain.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Yuditha, Solva. 2012. Kelenjar Ludah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Hartono, Dewi Martinda, dkk. 2012. Laporan Tutorial Kelainan Kelenjar Saliva. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Nasution, Dona sari. 2002. Skripsi : Dukungan Radiografi dalam Menegakkan Diagnosa Sialolitiasis pada Anak-Anak. Medan : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Sualang,Rain1Noel.Kelainan1Kelenjar1saliva. http://www.scribd.com/doc/61510799/Keleinan-Kelenjar-Saliva . Diakses pada tanggal 26 September 2013, pukul 12.00 WIB.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bb1-Digesti.pdf . Diakses pada tanggal 26 September 2013 , pukul 20.00 WIB.
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-228-317184243-bab %20ii.pdf .Diakses pada tanggal 26 September 2013, pukul 13.30 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20097/3/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2013, pukul 20.35 WIB.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu_Kesehatan_Anak/Parot itis%20Epidemica.pdf . Diakses pada tanggal 26 September 2013 , pukul 22.00 WIB. http://www.dokterirga.com/mumps-parotitis/ . Diakses pada tanggal 26 September 2013 , pukul 23.00 WIB.
View more...
Comments