Makalah Makna Dan Hakikat Naqd Terjemah

March 28, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Makna Dan Hakikat Naqd Terjemah...

Description

MAKNA DAN HAKIKAT NAQD AL-TARJAMAH

Dosen Pengampu: Nur Qomari, M.Pd.

Disusun oleh: Muhammad Firdaus Imaduddin

14310001

Isma Nida Aulia

14310051

Aimy Enen Nur Ichsan

12310039

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG TAHUN 2017

1

Kata Pengantar Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Naqd Al-Tarjamah yang membahas mengenai makna dan hakikat Naqd Al-Tarjamah. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Naqd AlTarjamah, juga untuk memperkaya wawasan pembaca khususnya mengenai makna dan hakikat Naqd Al-Tarjamah. yang kami sajikan berdasarkan pengkajian pustaka. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dalam memahami Naqd AlTarjamah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, khususnya dari dosen pengampu mata kuliah Naqd Al-Tarjamah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Malang, Februari 2017

Penulis

i

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................

i

Daftar Isi...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kritik Tarjamah………………………………………….... 5 2.2 Fungsi dan Tujuan Kritik Tarjamah ….................................................. 6 2.3 Objektivitas dan Subjektivitas dalam Kritik Tarjamah.......................... 7 2.4 Hakikat Kritik Tarjamah……............................................................... 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12 3.2 Saran....................................................................................................... 12 Daftar Pustaka............................................................................................... 13

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahasa Arab telah menjadi bahasa Internasional sehingga kebutuhan untuk memahami bahasa Arab tidak terelakkan. Gerakan penerjemahan bahasa arab ke bahasa-bahasa lain menjadi langkah awal dari perkembangan budaya intelektual. Dalam perkembangannya, gerakan penerjemahan ini mengalami kemajuan dari masa kemasa sehingga melahirkan ilmu-ilmu baru sekaligus muncul permasalahan-permasalahan dalam penerjemahan yang menarik untuk dijadikan kajian. Permasalahan-permasalahan dalam penerjemahan ini dikaji dari berbagai aspek baik dari segi kebahasaan murni maupun hubungannya dengan sosial masyarakat. Permasalahan-permasalahan ini dikaji melalui kajian kritik terjemah ( ‫ )نقد الترجمة‬atau translation critism. Melihat urgensitas penerjemahan yang baik dan perannya di tengah perkembangan peradaban umat manusia, maka kritik terjemah hadir menjadi penghubung antara teori terjemah dan praktik terjemah. Dengan adanya ilmu kritik terjemah yang baru dikaji pada paruh abad ke XX inilah penulis akan membahas tentang “Makna dan Hakikat Kritik Terjemah”. Makalah ini berusaha memaparkan tentang makna kritik terjemah, tujuan dan fungsi, subjektivitas dan objektivitas dalam kritik terjemah dan hakikat kritik terjemah.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kritik terjemah? 2. Apa fungsi dan tujuan dari kritik terjemah? 3. Bagaimana objektivitas dan subjektivitas dalam sebuah kritik terjemah? 4. Apa hakikat dari kritik terjemah? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui makna dari kritik terjemah 2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari kritik terjemah 3. Untuk mengetahui objektivitas dan subjektivitas dalam kritik terjemah 4. Untuk mengetahui hakikat dari kritik terjemah

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kritik Terjemah Menurut Wellek, pengertian kritik berasal dari krities yang dalam Bahasa Yunani kuno berarti hakim, atau berakar dari kata krinein yang berarti menghakimi, membanding, menimbang. Maka orang-orang yang melakukan pertimbangan disebut krites yang kemudian diambil kata kritik1. Secara etimologis, kritik berarti: 1) membedakan yang baik dari yang jelek, dan 2) cacat dan kurang (M. ‘Abd al-Mun’im Khafaji, 1995:9). Sedangkan secara terminologi, menurut Ahmad al-Syayib, kritik adalah:

‫النقههد دراسههة اليشههياء وتفسههيرها وتحليلههها وموازنتههها بغيرههها‬ ‫المشابهة لها أو المقابلة ثم الحكم عليها ببيان قيمتها ودرجتههها‬ ‫يجري هههذا فهي الحسهيات والمعنويههات وفههي العلهوم والفنهون‬ .‫وفي كل يشيء متصل بالحياة‬ Kritik adalah usaha mempelajari, menafsirkan, mengenalasis, dan membandingkan sesuatu dengan lainnya, baik yang dianggap setara maupun tidak, kemudian menetapkan penilaiannya terhadap hal-hal yang konkrit dan abstrak, baik yang terkait dengan ilmu pengetahuan, bidang-bidang seni, maupun yang terkait dengan kehidupan2. M.H. Abrams juga menegaskan bahwa kritik adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan (pengklasan), penguraian (analisis), dan penilaian (evaluasi). Terjemah menurut Larson adalah (1)

mempelajari leksikon, struktur

gramatikal, situasi komunikasi dan konteks bahasa sumber; (2) menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknannya; (3) mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya. Sementara itu, Peter Newmark mengatakan bahwa menerjemah adalah mengalihkan makna teks kedalam bahasa yang lain sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh pengarang atau penulis teks3. 1

Sudarya Permana, “Sekilas Kritik Terjemahan” diakses dari https://stomatarawamangun.wordpress.com/2015/11/01/sekilas-kritik-terjemahan/ pada 04/02/2017 pukul 12.29 WIB 2 Akhmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, (Malang: UIN Press, 2011) hlm. 64 3 Faisol Fatawi, Seni Menerjemah (Malang: UIN Press, 2009), hlm.4

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa secara terminologi kritik terjemah adalah upaya menentukan nilai terjemahan dalam bentuk memaparkan kelebihan dan kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistemik. Kritik terjemah juga dapat diartikan sebagai pertimbangan tentang baik buruknya suatu karya terjemahan ditinjau dari aspek diterimanya dalam masyarakat bahasa sasaran baik dari segi kebahasaan murni maupun aspek sosial kebudayaan. Menurut sumber yang lain mengatakan bahwa kritik terjemahan adalah mengkritik hasil terjemahan dari dua orang berbeda dengan teks asli yang sama dan merupakan jembatan penghubung antara teori terjemahan dan praktik terjemahan4.

2.2 Fungsi dan Tujuan Kritik Terjemah Keberadaan kritik terjemah memiliki fungsi dan peranan penting dalam pemerolehan informasi dan perkembangan dunia keilmuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa mengkritik sebuah terjemahan berarti menganalisa dan mengapresiasi sebuah karya terjemahan. Dalam hal ini seorang kritikus akan menganalisa sebuah terjemahan dari berbagai aspek sehingga akan tampak kelebihan dan kekurangan dari teks terjemahan tersebut. Disamping itu, seorang kritikus akan mengapresiasi terjemahan dengan memberikan penilaian yang detail terhadap terjemahan sehingga dapat mengarahkan kepada penemuan-penemuan Fbaru dan meminimalisir adanya kesalahan-kesalahan dalam penerjemahan di kemudian hari. Seorang kritikus terjemah bukanlah pembaca biasa. Ia memiliki wawasan yang tinggi dan mampu menganalisis dan mengapresiasi sebuah karya terjemahan, hal tersebut sangat membantu pembaca dalam memahami maksud dari sebuah karya terjemahan. Adapun tujuan dari kritik terjemah adalah adanya perbaikan mutu terjemahan yang bersangkutan. Karena semua terjemahan pada dasarnya bersifat

4

Sudarya Permana ,Op.cit.

nisbi, dalam artian bisa diperdebatkan bergantung pada ideologi yang dianut oleh penerjemah.

2.3 Objektivitas dan Subjektivitas dalam Kritik Terjemah Pada dasarnya, kritik terjemah harus dilakukan dengan metode ilmiah dan objektif tanpa disertai unsur-unsur yang bersifat subjektif agar dapat memberi dampak perubahan dan kemajuan dalam bidang penerjemahan. Penggunaan kata kritik telah memberikan kesan bahwa sebuah terjemahan mengandung hal-hal negatif yang harus diperbaiki. Namun para kritikus terjemah modern memaparkan bahwa kritik tidak hanya fokus pada hal-hal negatif tapi juga hal-hal yang positif5. Ketika seorang kritikus melakukan kritik terjemah, ia menganalisa teks dengan kemampuan kognitif sehingga objektivitas seorang kritikus dan penguasaan kritikus dalam teori dan praktik penerjemahan sangat dituntut dalam hal ini. Banyak aspek yang terlibat dalam membuat sebuah kritik terjemah. diantaranya adalah sikap seorang kritikus. Sikap seorang kritikus adalah tidak terlalu melihat kepada seberapa bagus terjemahan tersebut, tapi lebih melihat kepada mengapa seorang penerjemah menerjemahkan ke dalam bentuk yang lebih netral dan seorang penerjemah yang lain menerjemahkan ke dalam bentuk yang lebih emotif6. Adapun aspek yang diperhatikan dalam kritik terjemah; sikap kritikus, analisa fenomena dalam terjemahan (metode terjemah, prosedur penerjemahan, tujuan penulis, kelompok pembaca dan sebagainya). 1. 2. 3. 4.

5

Menurut Newmark, terjemahan dipandang dari 4 sifat, yaitu : Science (Ilmu) Art (Seni) Craft (Kiat) Taste (Selera)

Kamyar Soleimani,”Translation Critism”, diakses dari https://www.academia.edu/18052611/translation_criticism pada 04/02/2017 pukul 13.45 WIB 6 M.Zafrialdi ,”Kritik Terjemahan: Sebuah Pengantar Pendek”. Humaniora. Vol. 1 No.1, April 2010,117.

Translation as a Science. Dalam pandangan ini, sebuah terjemahan salah atau benar berdasarkan kriteria kebahasaan sehingga bersifat objektif dan mutlak. Translation as an art. Terjemahan sebagai proses penciptaan. Cara pandang ini biasanya terkait dengan penerjemahan sastra atau tulisan yang bersifat liris. “Penciptaan” ini dilakukan dengan mencari kata-kata yang lebih mengena. Translation as a craft. penerjemahan sebagai suatu kiat. Dalam hal ini, hanya bisa dikatakan, sebuah terjemahan mempunyai tingkat keterbacaan yang lebih baik dari yang lain. Translation as a taste. terjemahan dipandang sebagai pilihan berdasarkan selera. Dengan demikian, pada kasus cara pandang pertama benar atau salah dapat dikatakan "pasti", namun dalam hal cara pandang yang lain, kita harus menanyakan alasan penerjemah memilih terjemahannya 7. Di samping objektivitas terjemahan, pada kasus tranlation as a taste kerap kali ditemukan pula subjekivitas terjemahan dalam sejumlah terjemahan. Subjektivitas ini timbul karena adanya latar belakang yang meliputi penerjemah. Sebagai contoh adalah penelitian yang dilakukan terhadap tiga orang yang memiliki latar belakang yang berbeda yang diminta untuk menerjemahkan sebuah kalimat yang berbunyi: “Tsunami has killed millions”. Teks tersebut ia dapatkan dari sebuah majalah internasional terkenal. Kemudian ketiga orang tersebut menerjemahkan teks tersebut dan segera menyerahkan terjemahannya kepada si mahasiswa. Setelah membaca tiga terjemahan tersebut, si mahasiswa merasa heran karena ternyata terjemahan dari ketiga orang tersebut berbeda satu dengan lain. Berikut adalah terjemahan mereka. Teks Asli: Tsunami has killed millions Teks Terjemahan: (orang 1): Tsunami telah membawa korban jutaan nyawa manusia.

7

Ayup Purnawan, “Hubungan Penilaian “Benar-Salah” dalam Penerjemahan”, Adabiyyāt, Vol. 7, No. 1, Juni 2008, 119.

(orang 2): Musibah Tsunami telah menghilangkan jutaan jiwa manusia. (orang 3):Tsunami telah membunuh jutaan jiwa Yang paling menjadi perhatian si mahasiswa adalah bagaimana masingmasing orang menerjemahkan verba “killed” dengan padanan yang berbeda. Di tengah keheranannya, si mahasiswa kemudian menanyakan kepada ketiga orang tersebut mengapa mereka menerjemahkan dengan cara yang berbeda. Setelah mendengar penjelasan dari ketiga orang tersebut, maka si mahasiswa akhirnya mengerti mengapa terjemahan mereka bisa berbeda. Orang

pertama

adalah

seorang

wartawan

paruh

waktu.

Dia

menerjemahkan kalimat Bahasa Inggris tersebut dengan: 'Tsunami telah membawa korban jutaan nyawa manusia'. Dia menerjemahkan verba “killed” dengan bentuk “membawa”. Dia menjelaskan bahwa bentuk “membawa” merupakan pilihan kata yang paling tepat karena dianggap paling netral. Sangat sesuai untuk teks yang bertujuan untuk memberikan informasi. Penerjemah kedua adalah seorang agamawan. Terjemahannya adalah: 'Musibah Tsunami telah menghilangkan jutaan jiwa manusia'. Dia mengatakan bahwa dia sengaja menambahkan kata “Musibah” sebelum kata “tsunami” dan menerjemahkan verba 'killed' dengan bentuk 'menghilangkan' karena menurutnya tak ada kejadian di dunia ini bisa terjadi tanpa seijin Tuhan. Dia yang menyusun hukum alam dan Dia yang memberi ijin hukum itu berjalan. Sekelompok semut bisa berhasil membangun sebuah sarang karena ada ijin dari Dia. Apalagi sebuah Tsunami hebat, tak mungkin terjadi jika Tuhan tak menghendaki. Dia mengijinkan dan menghendaki dengan cara yang unik. Dia mengijinkan dalam menghendaki dan Dia menghendaki dalam mengijinkan. Dia Maha Besar dan Maha Kuasa. Demikian agamawan tersebut berfilsafat tentang Tuhan dan peristiwa alam. Oleh karena itu ia berpandangan bahwa terlalu dangkal jika memandang tsunami hanya sebuah peristiwa alam semata. Tsunami adalah 'musibah' dan itu adalah ujian dari Tuhan. Dan menurutnya, sungguh sangat tidak pantas di dalam sebuah ujian dari Nya ada yang disebut dengan 'korban'. Oleh karena itulah ia tidak memunculkan kata 'korban' dalam terjemahannya. Dan bisa diduga, ini membawa kepada

konsekuensi logis berikutnya yaitu penggunaan bentuk 'menghilangkan' untuk menerjemahkan verba 'killed'. Sekarang tibalah orang ketiga memberikan penjelasan. Dia adalah seorang pujangga dan dia menerjemahkan dengan bentuk 'Tsunami telah membunuh jutaan jiwa'. Yang menarik di sini adalah dia menerjemahkan bentuk 'killed' dengan padanan 'membunuh'. Menurutnya, bentuk 'membunuh' harus dan wajib dimunculkan dalam teks terjemahan demi mempertahankan vitalias dan muatan emosi yang ada pada teks asli. Dia beranggapan bahwa penulis sengaja memilih bentuk metafora 'killed' dibandingkan bentuk-bentuk lain dengan makna yang sama karena penulis ingin memberikan vitalitas dan greget pada teks. Penulis tidak hanya ingin memberikan informasi, akan tetapi juga ingin memberi dampak emotif kepada pembaca. Ini harus dipertahankan dalam teks terjemahannya. Ia beranggapan bahwa dalam menerjemahkan sebuah teks, tidak hanya informasi yang harus ditransfer, tetapi soal rasa juga harus dipertimbangkan. Ia berkata demikian karena selama ini ia terbiasa bermain di area rasa bahasa. Maklumlah, ia seorang pujanga. Selain menulis puisi, ia juga sering menerjemahkan puisipuisi yang ditulis dalam bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Jadi sangatlah bisa diterima jika dia menerjemahkan dengan cara demikian8. Menilai terjemahan dan mengkritik terjemahan adalah dua hal yang sangat berbeda tetapi saling ketergantungan. Menilai terjemahan itu menjadi dasar dari pembuatan kritik terjemah. Menilai berarti menyampaikan kebenaran dan kesalahan, baik yang bersifat referensial maupun yang bersifat linguistik. Kesalahan referensial adalah kesalahan yang berhubungan dengan fakta, adapun kesalahan linguistik adalah kesalahan dalam mengartikan karena lemahnya penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Tahap-tahap dalam melakukan kritik terjemahan adalah; 1.

Menganalisis teks, mencakup didalamnya tujuan, kategori dan jenis teks, karakter kelompok pembaca, analisis skala stilistika dan lain-lain.

8

M.Zafrialdi, Op.Cit, hal 117.

2.

Melihat tujuan penerjemah dengan cara melakukan wawancara dengan penerjemah. Hal tersebut dilakukan agar kritikus dapat mendalami fikiran

3. 4.

penerjemah. Membandingkan teks asli dan teks terjemahan Melakukan evaluasi

2.4 Hakikat Kritik Tarjamah Kritik terjemah hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan penerjemahan yang berdampak pada meningkatnya kualitas terjemahan. Melalui kritik terjemahan, penerjemah dan kritikus terjemahan sama-sama belajar bagaimana mengembangkan kemampuan penerjemahannya. Penerjemah mendapatkan feedback yang terkadang berupa suatu kesalahan yang ada dalam terjemahan tidak terlihat oleh dirinya. Sementara kritikus terjemahan juga belajar dari keunggulan-keunggulan yang terkandung dalam terjemahan yang barangkali ketika dia yang menerjemahkan luput dari perhatiannya selama proses menerjemahkan. Dapat dikatakan bahwa dalam kritik terjemahan terhadap pemberdayaan penerjemahan. Dalam hal ini, baik penerjemah maupu kritikus terjemahan menjadi berkembang9.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kritik terjemah adalah upaya menentukan nilai terjemahan dalam bentuk memaparkan kelebihan dan kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistemik. Kritik terjemah sebagai jembatan penghubung antara teori terjemah dan praktik terjemah, berfungsi sebagai evaluator bagi teori 9

Sudarya Permana ,Op.cit.

dan praktik terjemah. Adapun tujuan dari kritik terjemah adalah adanya perbaikan mutu terjemahan yang bersangkutan. Karena semua terjemahan pada dasarnya bersifat nisbi, dalam artian bisa diperdebatkan bergantung pada ideologi yang dianut oleh penerjemah. Ketika seorang kritikus melakukan kritik terjemah, ia menganalisa teks dengan kemampuan kognitif sehingga objektivitas seorang kritikus dan penguasaan kritikus dalam teori dan praktik penerjemahan sangat dituntut dalam hal ini. Kritik terjemah harus dilakukan dengan metode ilmiah dan objektif tanpa disertai unsur-unsur yang bersifat subjektif agar dapat memberi dampak perubahan dan

kemajuan dalam bidang penerjemahan. Akan tetapi,

dalam dunia penerjemahan juga seringkali ditemukan subjektivitas penerjemah dalam terjemahannya. Hakikat kritik terjamah adalah saling memberikan feedback (timbal balik penilaian) antara penerjemah dan kritikus terjemahan, dimana mereka

sama-sama

belajar

bagaimana

mengembangkan

kemampuan

penerjemahannya.

3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyaknya kesalahan baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Maka dari itu, besar harapan kami pembaca dapat memberikan kontribusi dalam penyempurnaan makalah ini baik berupa saran ataupun kritik yang bersifat konstruktif.

DAFTAR PUSTAKA Faisol Fatawi.2009. Seni Menerjemah. Malang: UIN Press. M.Zafrialdi . 2010. ”Kritik Terjemahan: Sebuah Pengantar Pendek”. Jogjakarta: Jurnal Humaniora. Vol. 1 No.1. Ayup Purnawan. 2008. “Hubungan Penilaian “Benar-Salah” dalam Penerjemahan”. Jogjakarta: Jurnal Adabiyyāt, Vol. 7, No. 1. Sudarya Permana, “Sekilas Kritik Terjemahan” diakses dari https://stomatarawamangun.wordpress.com/2015/11/01/sekilas-kritik-terjemahan/ pada 04/02/2017 pukul 12.29 WIB Kamyar Soleimani,”Translation Critism”, diakses dari https://www.academia.edu/18052611/translation_criticism pada 04/02/2017 pukul 13.45 WIB Muzakki, Akhmad. 2011. Pengantar Teori Sastra Arab. Malang: UIN Press

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF