Makalah Laporan BKK
September 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Laporan BKK...
Description
MAKALAH LAPORAN MATA KULIAH BAHAN KONSTRUKSI DAN KOROSI “KOROSI PADA LOGAM”
Disusun Oleh :
Choirur Roziqin
(2031510040)
Celvin Dicky Wahyudi
(2031710022)
Meliya Rizqi Miyono
(2031710029)
Dosen Pembimbing :
Anni Rahmat, S.T., M.T.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA GRESIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Korosi
atau
perkaratan
sangat
lazim
terjadi
pada
besi. Besi merupakan
logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat san gat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya keroposn ya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. (salmanhadi, 2013). Korosi disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, terjadi akibat reaksi kimia atau elektrokimia. Lingkungan yang di maksud adalah larutan dalam air, logam, garam gas atau uap. Korosi pada logam terjadi akibat reaksi elektrokimia, sedangkan korosi pada non logam disebabkan karena degradasi atau pelapukan. Contoh pada non logam adalah kayu terjadi pelapukan, plastik atau polimer terjadinya degradasi ikatan kimia dan menjadikan getas. Salah satu faktor penyebab korosi adalah pH dimana pH dapat mempercepat laju korosi bila pH tinggi. Natrium Hidroksida ( NaOH ) merupakan salah satu senyawa ion yang bersifat basa kuat, kaustik dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). Dalam Da lam kehidupan seharihari, senyawa ini biasanya sebut dengan nama "soda api" atau "kaustik soda", namun untuk nama resmi atau nama perdagangannya senyawa ini biasa disebut dengan nama "Sodium Hidroksida". Tingkat kelarutan senyawa natrium hidroksida di dalam air cukup tinggi 1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan korosi? b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi? c. Bagaimana proses terjadinya korosi pada uang koin Rp.500 (alumunium)? d. Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi? 1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari korosi b. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab korosi c. Untuk mengetahui proses terjadinya korosi pada alumunium d. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Korosi
Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan artinya perusakan logam atau berkarat. Definisi korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang terjadi disebabkan oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solid oleh logam yang cair ( liquid metal corrosion)(Anonim, 2013). Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari material bahan, lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi dari proses pengkorosian pada material logam pada dimana besi yang dibentuk sesuai kegunaannya dapat terkorosi akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya (Anonim,2013). 2.2 Jenis-Jenis Korosi
Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam menurut Anonim (2013), sebagai berikut: 1. Korosi merata
Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada umumnya sering terjadi. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi pada permukaan yang bereaksi. Logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut. Sebagai contoh, potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan terl terlarut arut secara seragam pada seluruh permukaannya. Contoh lain dari korosi merata adalah pada pelat baja atau profil, permukaannya bersih dan logamnya homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan maka akan terbentuk korosi merata pada seluruh permukaanya. Korosi merata merupakan keadaan kerusakan yang sangat besar terhadap material. Namun demikian korosi ini kurang diperhatikan karena umur dari peralatan dapat diperkirakan secara
akurat dengan pengujian lain yang lebih sederhana. Korosi merata dapat dilakukan pencegahan dengan cara pelapisan, inhibitor dan proteksi katodik. Usaha pengendaliannya: a. Diberi lapisan pelindung yang mengandung inhibitor seperti minyak. b. Bila sudah berbentuk barang jadi dilindungi dengan pengecatan. c. Untuk dinding kapal laut yang luas diberi proteksi katodik.
d. Untuk jangka panjang pemakaian yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4 %. (Fontana, 1987). 2. Korosi Dwi Logam (Galvanic Corrosion) Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam dengan nilai potensial berbeda saat dua buah logam bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif. Contohnya bila besi kontak langsung dengan tembaga dimana tembaga lebih mulia, maka besi akan bersifat anodik dan akan mengorbankan diri sehingga akan terjadi korosi yang berat pada besi, sedangkan tembaganya tembagan ya tetap utuh. Usaha pengendaliannya dengan cara memberi isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektron. 3. Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non logam dan diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air yang menjadi sumber korosi. Konsentrasi O2 pada mulut lebih kaya dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik, maka akan timbul arah arus dari dalam ke mulut. Usaha pengendaliannya adalah: a. Memberi isolator pada celah. b. Mengeringkan celah. c. Bersihkan dari kotoran.Korosi Sumuran 4. Korosi Sumuran ( Pitting Pitting Corrosion Corrosion)
Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang menyerang secara lokal selektif yang menghasilkan bentuk-bentuk permukaan lubang-lubang di logam. Terjadinya korosi jenis ini disebabkan komposisi logam tidak homogen dan dapat menimbulkan korosi yang dalam pada beberapa tempat. Dapat juga karena ada kontak antara logam yang berlainan b erlainan dan logam kurang mulia, maka pada daerah batas timbul korosi berbentuk sumur. Usaha pengendaliannya antara lain : a. Pilih bahan yang homogen. b. Melindungi dari zat agresif. c. Memberikan inhibitor.
5.
Korosi Erosi ( Erosion Erosion Corrosion Corrosion)
Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses mekanik melalui pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam. Dalam hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling mendukung. Logam yang telah terkena erosi akibat terjadi keausan dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terserang korosi dan bila ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih berat lagi dan seterusnya. Korosi erosi dapat juga disebabkan karena impingment corrosion, yaitu akibat fluida sangat deras dan dapat mengikis film pelindung pada logam yang mengakibatkan korosi pada logam. Usaha pengendaliannya adalah: a. b. c. d. e.
Memberi pelindung dari zat yang agresif. Memberi inhibitor. Permukaan dies dihaluskan. Hindari aliran fluida yang terlalu deras. Mengurangi belokan fluida.
6.
Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Cracking)
Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang disebabkan kehadiran secara simultan tegangan tarik (tensile stress) dan media korosif yang menyebabkan terjadi penampakan retak di dalam logam. Usaha pengendaliannya adalah: a. b. c. d.
Turunkan beban. Lindungi dari senyawa yang korosif. Memberi inhibitor. Pada bagian yang terdapat streses harus direlaksasi
7.
Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion) Corrosion)
Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara lokal menyerang batas butir butir logam sehingga butir-butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik dari logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur pada daerah batas butir. Untuk pengendalianya dapat dilakukan dengan cara menghindari terbentuknya karbida pada batas butir . 8.
Hilangnya Unsur Paduan ( Dealloying Dealloying)
Peluluhan selektif atau dealloying merupakan penghilangan salah satu unsur dari paduan logam oleh proses korosi. 9.
Korosi Mikrobiologis ( Microbial Microbial Corrosion Corrosion)
Korosi mikroba adalah Korosi yang terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai penyedia lingkungan yang korosif. Dalam hal ini biasanya terjadi pada pipa logam dalam tanah yang
dibungkus oleh kain aspal yang terbuka dan menjadi koloni tempat bakteri sulfat. Bentuk korosinya pun sering menyerupai bekas lilitan kain pada pipa. Untuk Pengendalianya dapat dilakukan dengan : a. Khlorinasi supaya bakterinya mati. b. Diberi cat anti fouling. 10. Korosi Kavitasi (Cavitation )
Peronggaan terjadi saat tekanan operasional cairan turun di bawah tekanan uap gelembunggelembung gas yang dapat merusak permukaan logam dasar Pengendalianya dapat dilakukan dengan : a. b. c. d.
Surface finish yang bagus dan dibuat licin. Diberi pelapis atau pelindung. Memperkecil tekanan hidrolik. Menurunkan fibrasi.
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Korosi
Faktor penyebab terjadinya korosi dapat dibagimenjadi 3 bagian yaitu sifat dari material, faktor lingkungan dan adanya reaksi 1. Sifat material a. Pengaruh susunan kimia material. Semua logam termasuk baja tahan karat, alumunium, dan sebagainya cenderung akan akan mengalami pengkaratan oleh media korosif. b. Pengaruh struktur kristal. Kurangnya homogenitas struktur dapat menimbulkan efek-efek galvanis mikro
pada material yang menyebabkan pengkaratan. Perbedaan potensial akan mneyebabkan terjadinya aliran elektron bila baja dimasukkan kedalam larutan elektrolit. Pada material yang mengalami deformasi akan lebih mudah terjadik korosi, karena butiran dalam material mengalami perubahan bentuk dan susunannya. c. Pengaruh beda potensial. Pengaruh beda potensial bila dua logam mempunyai beda potensial tidak sama digabungkan dan dimasukkan dalam larutan elektrolit maka akan terjadi pengkaratan. d. Pengaruh bentuk permukaan material.
Permukaan logam yang mempunyai bentuk sendiri akan menyebabkan terjadinya korosi. Adanya kotoran pada permukaan material akan menyebabkan menyebabk an korosi karena . terperangkapnya oksigen dalam material (Nurfanani, 2012) .
2.
Variabel Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Laju Korosi: 1. Pengaruh dari potensial ini adalah : ✓ Bila potensial logam semakin tinggi atau di buat lebih tinggi, maka kecendrungan
terkorosi semakin rendah. ✓ Penaikan potensial dapat mengakibatkan pasivasi pada baja karbon atau paduannya. ✓ Dapat menjadi acuan untuk metoda anodisasi atau proteksi anodik. Dan proteksi katodik adalah membuat logam yang di lindungi berada pada posisi nobel dan berpotensial tinggi. Laju Korosi adalah kecepatan perambatan atau kecepatanpenurunan kualitas bahan ter hadap waktu. Laju korosi sendiri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Laju Korosi Korosi ( mpy)= mpy)=
54
Keterangan : W = berat yang hilang (mg) D = density spesifk (gr/cm³)/ A = luas spesifk (in2) % T = waktu spesifk (jam) (Fontana, 1987)
2. Pengaruh Temperatur
Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius r= A exp (-E/RT)
dimana : r = laju korosi
E = energi aktivasi R = Konstanta T = Temperatur absolut Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, pan as, bila larutan bertemperatur tinggi dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula dan bila temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam larutan, maka korosi dapat menjadi cepat.
3. Pengaruh pH (keasaman)
Pada keasaman yang tinggi dimana pH
View more...
Comments