Makalah Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
May 22, 2018 | Author: EraZsannabela | Category: N/A
Short Description
konsep laba dan ekuitas...
Description
KONSEP LABA
PENDAHULUAN
Tujuan utama dalam pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan dalam laporan keuangan. Tujuan lebih spesifik mencakup : 1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen. 2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan atau pembagian dividen masa depan. 3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan manajerial masa depan.
A. KONSEP LABA PADA TINGKAT SINTAKTIK
Meskipun akuntansi memberikan kata-kata manis pada interpretasi dunia-nyata atas laba akuntansi (umumnya disebut laba ekonomi), atau dampak perilakunya (baik kemampuan prediktifnya ataupun relevansi umum dalam proses keputusan) mereka umumnya mendasarkan prinsip dan aturan pada premis yang mungkin tidak berkaitan dengan fenomena dunia-nyata atau pengaruh perilaku. Sebagai contoh, Kelompok Studi tentang Tujuan Laporan Keuangan mengatakan bahwa “penghasilan .. didasarkan pada ketentuan dan aturan yang harus logis dan secara internal konsisten, sekalipun hal itu mungkin tidak serasi dengan pandangan para ekonom atas laba.” laba. ” Ketentuan dan aturan itu dibuat logis dan konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah dikembangkan dari praktik yang ada. Konsep-konsep tersebut seperti realisasi, penandingan, dasar akrual, dan alokasi biaya dapat didefinisikan hanya dalam pengertian aturan yang tepat, karena hal itu tidak mempunyai padanan dalam dunia nyata. Akuntan telah menggunakan istilah-istilah ini begitu sering dan begitu lama sehingga sulit untuk menerima kenyataan bahwa hal itu tidak mempunyai signifikansi di luar peranan terbatasnya dalam logika struktur akuntansi. Tidak adanya signifikansi dapat merupakan satu alasan mengapa banyak mahasiswa mengalami kesulitan menangkap arti konsep-konsep akuntansi; mereka berusaha memberikan signifikansi interpretif terhadap konsep-konsep 2 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
KONSEP LABA
PENDAHULUAN
Tujuan utama dalam pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan dalam laporan keuangan. Tujuan lebih spesifik mencakup : 1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen. 2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan atau pembagian dividen masa depan. 3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan manajerial masa depan.
A. KONSEP LABA PADA TINGKAT SINTAKTIK
Meskipun akuntansi memberikan kata-kata manis pada interpretasi dunia-nyata atas laba akuntansi (umumnya disebut laba ekonomi), atau dampak perilakunya (baik kemampuan prediktifnya ataupun relevansi umum dalam proses keputusan) mereka umumnya mendasarkan prinsip dan aturan pada premis yang mungkin tidak berkaitan dengan fenomena dunia-nyata atau pengaruh perilaku. Sebagai contoh, Kelompok Studi tentang Tujuan Laporan Keuangan mengatakan bahwa “penghasilan .. didasarkan pada ketentuan dan aturan yang harus logis dan secara internal konsisten, sekalipun hal itu mungkin tidak serasi dengan pandangan para ekonom atas laba.” laba. ” Ketentuan dan aturan itu dibuat logis dan konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah dikembangkan dari praktik yang ada. Konsep-konsep tersebut seperti realisasi, penandingan, dasar akrual, dan alokasi biaya dapat didefinisikan hanya dalam pengertian aturan yang tepat, karena hal itu tidak mempunyai padanan dalam dunia nyata. Akuntan telah menggunakan istilah-istilah ini begitu sering dan begitu lama sehingga sulit untuk menerima kenyataan bahwa hal itu tidak mempunyai signifikansi di luar peranan terbatasnya dalam logika struktur akuntansi. Tidak adanya signifikansi dapat merupakan satu alasan mengapa banyak mahasiswa mengalami kesulitan menangkap arti konsep-konsep akuntansi; mereka berusaha memberikan signifikansi interpretif terhadap konsep-konsep 2 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
yang tidak mempunyai hubungan pada obyek dan kejadian yang nyata. Tetapi laba akuntansi adalah penjumlahan dari banyak pos positif dan negatif, dimana banyak daripadanya tidak mempunyai kandungan interpretif; jika ada satu atau lebih dari pos-pos ini tidak mempunyai signifikansi interpretif dan jumlahnya material, laba bersih yang dihasilkan juga tidak mempunyai signifikansi interpretif, sekalipun hal itu mungkin berisi informasi untuk pasar modal. SFAC l mengansumsikan mengansumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengansumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model keputusan dari investor investor dan kreditor. Bedford, di pihak lain, menegaskan bahwa pembaca laporan laba harus menyadari bahwa arti
laba
akuntasnsi
hanya
dapat
dimengerti
dengan
bagaimana
laba
diukur
(operasionalisme). Yaitu, pembaca harus memahami operasi yang digunakan oleh akuntan untuk menghasilkan jumlah laba. 1. Pendekatan Transaksi pada Pengukuran Laba
Melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan kewajiban hanya bila merupakan hasil dari transaksi. Transaksi eksternal berasal dari melakukan bisnis dengan pihak luar dan transfer t ransfer aktiva atau kewajiban ke atau dari perusahaan itu. Transaksi internal berasal dari penggunaan atau konversi aktiva di dalam perusahaan. Pendekatan transaksi siap s iap memberi kemungkinan pada konsep pengakuan pada waktu penjualan atau pertukaran dan pada konvensi biaya dalam akuntansi. Manfaat utama dari pendekatan transaksi adalah : 1. Komponen laba bersih dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, seperti menurut produk atau golongan pelanggan, pe langgan, untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna bagi manajemen. 2. Laba yang berasal dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari penyebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh hal itu dapat diukur.
3 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
3. Hal itu memberikan dasar untuk menentukan jenis dan kuantitas aktiva dan kewajiban yang ada pada akhir periode. Metode penilaian lain kemudian dapat diterapkan lebih mudah pada persediaan ini. 4. Efisiensi bisnis mengharuskan pencatatan transaksi eksternal untuk alasan-alasan lain. 5. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling berhubungan satu sama lain, yang diasumsikan memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas data yang mendasari. Beberapa konsep laba bersih yang dihitung dengan metode yang berbeda untuk menghitung pemeliharaan modal, dapat digabungkan ke dalam pendekatan transaksi dengan membuat penyesuaian pada pendapatan dan beban pada saat setiap transaksi dicatat dan dengan membuat penyesuaian pada aktiva pada setiap akhir periode. Jadi, praktik akuntansi dewasa ini adalah gabungan dari konsep pemeliharaan modal dari laba, konsep operasi, dan pendekatan berdasarkan transaksi pada pengukuran laba. 2. Pendekatan Aktivitas pada Pengukuran Laba
Pendekatan aktivitas pada laba berbeda dengan pendekatan transaksi dalam hal ia memusatkan pada deskripsi aktivitas sebuah perusahaan dan bukan pada pelaporan transaksi. Yaitu, laba diasumsikan timbul bila aktivitas-aktivitas atau kejadian-kejadian tertentu terjadi, tidak hanya sebagai hasil dari transaksi spesifik. Sebagai contoh, laba aktivitas akan dicatat selama proses perencanaan, pembelian, produksi, dan penjualan, termasuk selama proses penagihan. Perbedaan utama adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang mengukur suatu kejadian eksternal – yaitu transaksi; sedang pendekatan aktivitas didasarkan pada konsep aktivitas atau kejadian dunia-nyata dalam pengertian yang lebih luas. Salah satu manfaat yang diasumsikan dari pendekatan aktivitas adalah bahwa hal itu memungkinkan pengukuran beberapa konsep yang berbeda dari laba, yang dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang melibatkan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda daripada laba yang berasal dari pembelian atau penjualan sekuritas atau dari penahanan aktiva untuk keuntungan modal yang diharapkan. Selanjutnya, klasifikasi komponen laba menurut jenis operasi memungkinkan prediksi yang lebih baik karena pola perilaku yang berbeda dari jenis aktivitas yang berbeda.
4 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Namun, kedua pendekatan ini gagal mencerminkan kenyataan dalam pengukuran laba karena keduanya tergantung pada hubungan struktural dan konsep yang sama yang tidak mempunyai padanan dunia-nyata.
B. KONSEP LABA PADA TINGKAT SEMANTIK
Akuntan mengandalkan pada dua konsep ekonomi dalam mendefinisikan laba. Pertama perubahan dalam kesejahteraan. Kedua maksimisasi laba dalam kondisi-kondisi tertentu dari pasar, permintaan produk, dan biaya masukan. 1. Laba sebagai suatu Pengukur Efisiensi
Operasi efisien dari sebuah perusahaan mempengaruhi baik aliran deviden saat ini maupun penggunaan modal yang diinvestasikan untuk memberikan aliran deviden masa depan. Pemegang ekuitas saat ini dapat mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendapatkan manajemen baru jika manajemen yang sekarang tidak beroperasi secara efisien, atau mereka dapat memberikan insentif atau bonus kepada manajemen yang efisien. Pemegang saham prospektif akan berusaha untuk mengevaluasi efisiensi manajemen sebelum menginvestasikan atau menetapkan nilai pada saham perusahaan tersebut. Dalam kasus manapun, pengukuran efisiensi perusahaan memberikan dasar untuk keputusan-keputusan. Tujuan mengukur efisiensi suatu perusahaan dicerminkan dalam SFAC l , dinyatakan bahwa “Pelaporan Keuangan harus memberikan infor masi tentang kinerja keuangan selama suatu periode.” Efisiensi mempunyai acuan dunia nyata paling tidak dalam konsep. Salah satu interpretasinya adalah bahwa itu merupakan kemampuan relatif untuk mendapatkan keluaran maksimum dalam jumlah sumber daya tertentu, atau suatu kombinasi sumber daya yang optimum bersama dengan permintaan tertentu akan produk (dan karenanya harga) guna memungkinkan imbalan yang maksimum bagi pemilik. Efisiensi adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mempunyai arti bila dibandingkan dengan yang ideal atau beberapa dasar lain. Hal itu juga tergantung pada apakah sasar an perusahaan untuk memaksimalkan laba atau untuk memberikan imbalan atas investasi yang wajar atau pantas. Jika laba bersih dibagi dengan modal yang diinvestasikan, maka hasilnya disebut tingkat imbalan atas investasi. Imbalan ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih kepada 5 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
pemegang saham dengan ekuitas pemegang saham – atau dengan membagi laba bersih ditambah bunga (sesudah pajak) dengan total kapitalisasi perusahaan, termasuk utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham – yaitu tingkat imbalan atas total ekuitas. Dalam kasus manapun, pengukuran pemanfaatan yang efisien dari modal yang digunakan dalam perusahaan dianggap harus diperoleh. Tetapi, kembali lagi kriteria efisiensi tergantung pada standar yang digunakan. Tingkat imbalan untuk tahun-tahun sebelumnya, tingkat imbalan yang diperoleh perusahaan lain, suatu tingkat yang arbiter, atau suatu tingkat yang ditentukan pasar dapat digunakan sebagai standar. Dasar lain untuk membandingkan laba adalah total pendapatan dari periode yang bersangkutan. Meskipun total pendapatan periode itu dapat diukur lebih akurat daripada modal yang diinvestasikan, penggunaan total pendapatan sebagai dasar mempunyai kekurangan nyata. Perbandingan laba bersih terhadap penjualan untuk beberapa tahun sah hanya jika pemanfaatan kapasitas adalah sama setiap tahun atau jika kegagalan untuk memanfaatkan kapasitas dipandang sebagai bagian dari inefisiensi manajemen. 2. Laba Akuntansi lawan Laba Ekonomi
Penyusun dan pemakai informasi akuntansi berusaha selama bertahun-tahun untuk memberikan kandungan ekonomi laba bersih dengan tujuan menetapkan hubungan antara imbalan atas investasi dan tingkat imbalan internal. Ini membentuk dasar untuk apa yang disebut sebagai teori estimasi dimana penekanannya adalah pada penyajian laba yang dilaporkan yang akan memungkinkan investor meramalkan tingkat imbalan internal untuk perusahaan itu secara keseluruhan dan meramalkan arus kas masa depan dan nilai sekarang perusahaan. Kedua imbalan itu merupakan ukuran efisiensi untuk aktiva yang digunakan, tetapi keduanya didefinisikan dengan sangat berbeda. Imbalan atas investasi (ROI) adalah:
TANI dimana NI = Laba bersih TA = Total aktiva yang digunakan pada harga pokok 6 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
(1)
Tingkat imbalan internal adalah tingkat yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari aktiva dari harga pokok dari aktiva tersebut, yaitu imbalan (r) yang muncul dari persamaan :
∞ ∑=1 ( 1+ ℎ )
(2)
Kedua persamaan itu dapat dimanipulasikan untuk menunjukkan bahwa: Laba bersih akuntansi = Pendapatan – beban – penyusutan akuntansi Laba bersih ekonomi = Pendapatan – beban – penyusutan ekonomi Karena itu, perbedan antara kedua angka itu berasal dari metode penyusutan yang berbeda. Akuntan menggunakan metode penyusutan garis lurus (SL) atau dipercepat (AD); ekonom menggunakan metode bunga (I). Metode bunga bekerja tepat berlawanan dengan metode penyusutan dipercepat. Dalam teori tampak seolah-olah ukuran akuntansi akan sesuai dengan ukuran ekonomi, namun kesimpulan ini tidak berlaku karena parameter yang ada di dalam model dianggap konstan sedangkan dalam dunia-nyata tidak konstan. Inflasi mengubah harga pokok aktiva; perubahan yang diperkirakan dalam laju inflasi mempengaruhi tingkat diskonto; faktor penawaran dan permintaan mempengaruhi resiko perusahaan; dan seterusnya. Pendek kata, analisis itu berubah terus menerus. Pada titik yang ekstrem, seseorang dapat menyediakan informasi arus kas saja dan meninggalkan semua perhitungan selanjutnya untuk laba ekonomi kepada para investor. 3. Laba Banyak Orang
Terdapat sejumlah asimetri informasi, dimana satu pihak mengetahui lebih banyak dari yang lain. Perdagangan, dalam situasi tersebut bias tak terjadi. Pertimbangkan misalnya, pengaruh bertaruh pada satu sisi mata uang dimana beberapa orang menuntut agar mata uang itu jatuh pada sisi mereka. Sampai kesepakatan dapat dicapai tentang kemungkinan dari hal ini, semua taruhan akan berhenti. Dalam dunia semacam itu, pasar dinyatakan tidak lengkap. Dalam suatu dunia yang tidak pasti dan tidak lengkap konsensus tentang ‘fakta’ tidak mungkin dilakukan – karena tidak ada fakta seperti itu, hanya pendapat, estimasi dan dugaan. Dalam dunia tersebut, laba bersih perusahaan tidak dapat didefenisikan sebagai kesepkatan dari semua. Hanya dapat diberikan suatu defenisi sintaktik. Jadi dapat dikatakan bahwa 7 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
seseorang dapat menyetujui pada bagaimana hal itu dihitung, bukan apa artinya. Apakah hasil yang kurang menggembirakan ini, yang harus dicatat dalam kaitan dalam teorema Arrow, dapat terus bertahan terhadap tantangan waktu? Jawabannya harus meununggu pertimbangan dari para peneliti. C. KONSEP LABA PADA TINGKAT PRAGMATIK
Konsep pragmatik dari laba berkaitan dengan proses keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga sekuritas dalam pasar yang teratur terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan. Pendekatan ini membicarakan studi prilaku pada tingkat individu dalam akuntansi, teori pasar efisien, dan bagaimana akuntansi positif memperluas kerja ini ke bidang pengaturan. Begitu banyak hasil kerja telah muncul dalam bidang inidalam dua decade sehingga tidak mungkin memberikan diskusi yang memadai dari masing-masing atau bahkan memberikan daftar lengkap dari banyak pendekatan yang dikemukakan dalam literatur. 1. Laba sebagai Alat Peramal
SFAC menyatakan bahwa investor, kreditor, dan pihak lain berkepentingan dalam menetapkan prospek arus kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya menghasilkan laba masa depan, atau menetapkan resiko investasi atau memberi pinjaman kepada perusahaan. Jadi, ada hubungan yang diasumsikan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk kas yang dibagikan kepada pemilik. Banyak peneliti berusaha memberi bukti pada asumsi-asumsi FASB. Satu arah, penelitian menanyakan angka-angka spesifik apakah yang disukai investor dan pihak lain dalam menetapkan prospek perusahaan. Angka-angka tersebut disebut indikator ikhtisar karena hal itu tampak dimaksudkan untuk mengikhtisarkan keberhasilan atau kegagalan relatif dari suatu perusahaan. Laba per saham adalah salah satu indikator tersebut dan telah mendapat banyak perhatian dalam riset akademis. Satu arah penelitian memeriksa nilainya dalam meramalkan kebangkrutan. Bagi banyak perusahan, prediksi laba diasumsikan lebih relevan dalam meramalkan harga pasar masa depan saham daripada prediksi distribusi dividen jangka pendek, dan distribusi jangka panjang yang diasumsikan tergantung pada faktor-faktor laba yang ditahan dan 8 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
pertumbuhan. Karena itu, harapan akan laba masa depan dipandang harus digunakan oleh banyak investor sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen masa depan, dan perkiraan dividen merupakan faktor yang penting dalam menentukan nilai berjalan dari lembar-lembar saham atau dari perusahaan secara keseluruhan. Pemegang obligasi dan kreditor jangka pendek juga berkepentingan dalam laba masa depan. Dapatkah pengetahuan tentang laba masalalu membantu dalam meramalkan laba masa depan dan dengan demikian dalam nilai masa berjalan dari perusahaan. Tiada bukti bahwa kondisi-kondisi ini berlaku. Namun demikian, karena banyak investor yakin bahwa prediksi laba masa depan yang dilaporkan relevan bagi evaluasi saham suatu perusahaan dalam keputusan jual-beli, banyak penulis menyatakan bahwa ada sejumlah keabsahan dalam penyajian pengukuran laba yang akan memungkinkan proyeksi masa depan. Konsep kemampuan meramalkan inilah yang mengarah pada argumen-argumen untuk meratakan laba periodik. Menurut pendapat pengarang, perataan menyembunyikan lebih banyak informasi daripada mengungkapkannya. Informasi mengenai keragaman aktivitas dari tahun ke tahun adalah relevan dalam evaluasi atas resiko dan karenanya relevan dalam proses keputusan. 2. Pendekatan Pasar Modal
Pengamatan langsung dan tidak langsung menyatakan bahwa laba per saham dan proyeksi laba per saham yang dilaporkan mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa dan dalam permintaan oleh masing-masing investor meskipun hipotesis pasar yang efisien menyiratkan bahwa perorangan tidak dapat memperoleh pengetahuan dari informasi ini. Akan tetapi, dalam bentuk setengah kuat dari hipotesis pasar efisien (harga sekuritas mencerminkan sepenuhnya semua informasi yang tersedia secara umum tentang perusahaan tersebut) pemggunaan kandungan informasi dari laba yang dilaporkan diasumsikan merupakan dasar dari reaksi pasar terhadap informasi ini. Beberapa studi empiris telah menyatakan bahwa laba per saham atau proyeksi laba per saham yang dilaporkan tidak mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa. Bukti pertama dari hubungan antara laba akuntansi dan harga sekuritas diberikan oleh Profesor Australia, Ray Ball dan Philip Brown, yang berada di Universitas Chicago pada saat itu. Hasil-hasil studi mereka pada dasarnya adalah bahwa harga sekuritas bergerak dalam arah yang sama sama seperti laba akuntansi, telah diperkuatkan berkali-kali setelah itu. Pasar berperilaku seolah-olah laba menyampaikan informasi. Itu tetap merupakan bukti pertama di mana akuntan mampu memperlihatkan bahwa angka-angka akuntansi bersifat informatif. 9 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Korelasi antara laba dan harga tidak sempurna. Sebagian dari tidak adanya korelasi yang sempurna adalah bahwa harga menangkap seperangkat informasi yang lebih luas daripada hanya laba akuntansi. Alasan lain untuk tidak adanya korelasi yang sempurna adalah bahwa beberapa fluktuasi dalam laba akuntansi dihasilkan dari perubahan dalam aturan-aturan akuntansi yang tidak mempunyai implikasi segera pada perekonomian. Penyusunan suatu model penerapan laba memerlukan pemahaman tentang bagaimana laba berperilaku sepanjang waktu. Dari sudut pandang prediktif, ini berarti bahwa dugaan yang terbaik dari laba per saham tahun berikut adalah laba per saham tahun ini. (Hasil kerja selanjutnya menunjukkan bahwa ada sedikit pergerakan ke atas yang juga harus dipertimbangkan). Hasil ini mengejutkan banyak pengamat, karena ini mengejutkan dugaan saham yang “bertumbuh”. Itu juga tampaknya menyiratkan bahwa manajemen yang tampak baik, sebagaimana yang diukur oleh pertumbuhan beberapa tahun yang mantap, mungkin tidak lebih dari serangkaian manik-manik yang menguntungkan. Tak perlu dikatakan, implikasi ini sangat kontroversial – dan lebih saji. 3. Pandangan Pendekatan Kontraktual dari Laba
Laba akuntansi yang dilaporkan telah menjadi dasar dari banyak hubungan hukum dan kontraktual dalam masyarakat; sampai sejauh ini hal itu mempunyai implikasi perilaku sekalipun mungkin tidak mempunyai interpretasi semantik. Peranan yang dimainkan oleh laba dalam kisar kontrak yang luas memberi banyak pandangan ke dalam cara laba dapat diperkirakan untuk berperilaku. Sebagai contoh, satu hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mendekati batas perjanjian kreditnya akan memilih metode akuntansi yang melambungkan laba bersih, dan dengan demikian meningkatkan angka ekuitas dalam rasio utang-pada-ekuitas. Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut interpretasi semantik dari perubahan akuntansi. Pendukung pendekatan itu menyatakan bahwa masyarakat dapat setuju untuk bermain dengan aturan apapapun yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu masuk akal atau tidak. Posisi ini dipandang ekstrem oleh beberapa pihak yang memperdebatkan bahwa semua teori dalam jangka panjang harus didasarkan pada konsep-konsep yang mempunyai signifikansi interpretif, teori laba pragmatik tidak dapat sah dalam jangka panjang tanpa konsep laba dunia-nyata dan pembuktian dari implikasi perilakunya.
10 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
D. APA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM LABA?
Salah satu tujuan utama perusahaan bisnis adalah memaksimisasikan arus dividen kepada pemegang saham selama keseluruhan umur perusahaan itu, atau maksimisasi dari nilai likuiditas atau nilai pasar dari perusahaan itu pada akhir umurnya, atau pada titik-titik interim, atau beberapa kombinasi dari ini. 1. Konsep Operasi Kini dari Laba
Konsep laba operasi kini (current operating concept of income) memusatkan pada pengukuran efisiensi perusahaan bisnis. Istilah efisien berkaitan dengan pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan dalam mengoperasikan perusahaan dan menghasilkan laba. Pendukung konsep operasi kini menyatakan bahwa laba bersih yang dilaporkan lebih berarti untuk perbandingan antar periode dan antar perusahaan dan untuk membuat prediksi. Mereka juga menyatakan bahwa, meski klasifikasi pos-pos operasi dan non operasi mungkin sulit, akuntan yang terlatih berada pada posisi yang lebih baik untuk membuat klasifikasi ini dari pada pihak luar atau bukan akuntan. Harus ada pengungkapan penuh atas pos-pos bukan masa berjalan dan bukan operasi, tetapi para analis keuangan dan sering pengguna lain dari data akuntansi sering menekankan satu angka untuk laba bersih untuk tahun itu. Jadi, dinyatakan bahwa, jika hanya satu angka yang dikutip, laba bersih operasi masa berjalan lebih berguna sebagai ukuran kinerja operasi masa berjalan. 2. Konsep Laba All-inclusive (Laba Komprehensif)
Konsep laba all-inclusive didefinisikan sebagai total perubahan dalam modal yang diakui dengan mencatat atau revaluasi perusahaan selama suatu periode tertentu, kecuali untuk pembagian dividend an transaksi modal. Ini merupakan konsep yang dirujuk oleh FASB sebagai laba komprehensif. FASB memilih untuk menguraikan konsep laba yang mencerminkan hanya masa berjalan dengan istilah penghasilan (earning). Dengan demikian diperoleh hirarki berikut: Penghasilan = Laba Operasi Kini + Laba tak Berulang Laba Bersih = Penghasilan + efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi pada tahun-tahun sebelumnya
11 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Laba komprehensif = Laba bersih + penyesuaian kumulatif periode sebelumnya + perubahan bukan pemilik dalam ekuitas yang tersisa Istilah perubahan bukan pemilik dimaksudkan untuk mengeluarkan transaksi modal seperti dividend an penerimaan modal baru. Perbedaan utama antara konsep laba operasi kini dan all-inclusive adalah dalam tujuan yang diasumsikan untuk pelaporan laba bersih. 3. Laba yang Berulang dan Tak Berulang
Pendukung konsep laba kinerja operasi kini ( current operating performance) seringkali mengklaim bahwa pos-pos operasi pada umumnya didefinisikan sebagai berulang dalam operasi bisnis dan bahwa pos non operasi umumnya dipandang tidak biasa dan tak dapat diramalkan. Akan tetapi, ini tidak benar. Banyak pos mungkin bersifat operasi, tetapi tidak harus berulang. Di pihak lain, beberapa peristiwa non operasi bersifat berulang. Manfaat dari mengklasifikasikan beban dan kredit laba sebagai berulang dan tak berulang didasarkan pada kegunaan yang meningkat dari angka laba bersih yang dihasilkan dalam membuat prediksi oleh investor. Mungkin lebih sulit bagi pihak luar untuk membedakan antara kejadian berulang dan tak berulang dibanding membedakan pos-pos operasi dan non operasi. Kelebihan dari klasifikasi dan pelaporan laba berulang serupa dengan kekurangan konsep laba operasi kini. Kekurangan ini dapat segera diketahui dalam pembahasan mengenai konsep laba all-inclusive. 4. Penyesuaian Periode Sebelumnya
Pedoman dalam masalah ini diberikan dalam paragraf 23 dari APB 9, digantikan oleh SFAS 16 , yang menyatakan bahwa: Penyesuaian-penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelumnya – dan karenanya dikeluarkan dalam penentuan laba bersih untuk periode berjalan – dibatasi pada penyesuaian material yang a.
Dapat secara spesifik diidentifikasikan dengan dan secara langsung berkaitan dengan aktifitas dari periode sebelumnya tertentu
12 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
b. Tidak berasal dari kejadian ekonomi yang terjadi sesudah tanggal laporan keuangan untuk periode sebelumnya c.
Tergantung terutama pada penentuan oleh orang selain manajemen
d. Tidak mudah dipengaruhi oleh estimasi yang l ayak sebelum penentuan tersebut
Penyesuaian-penyesuaian tersebut jarang dalam akuntansi keuangan modern. Dua pengecualian yang tercatat dala opini itu adalah kekeliruan yang ditemukan dan perlakuan atas jumlah pajak yang ditangguhkan tertentu. Penyusunan APB 20, yang didorong oleh konsensus mereka bahwa laba all-inclusive lebih baik, setuju bahwa penyesuaian periode sebelumnya harus tetap jarang terjadi. Efek umum dari perubahan prinsip karenanya perlu ditunjukkan dalam laporan rugi laba periode berjalan, sebagai bagian dari laba bersih. Satu-satunya pengecualian yang diperkenankan adalah: a. Perubahan dari metode penetapan harga LIFO ke metode lain b. Perubahan metode akuntansi untuk kontrak jenis pembangunan jangka panjang c. Perubahan ke atau dari metode akuntansi “biaya penuh” yang digunakan dalam industri ekstraktif d. Perubahan
dari
akuntansi
penghentian-penggantian-perbaikan
ke
akuntansi
penyusutan Mengikuti implikasi hipotesis pasar yang eisien, pengungkapan koreksi periode sebelumnya mencukupi untuk menyertakan informasi itu dalam harga pasar. Tidak benar benar menjadi masalah apakah pos itu diungkapkan dalam laporan laba rugi atau dalam laporn laba ditahan. Akan tetapi dapat diperdebatkan bahwa laporan rugi laba adalah laporn utam dan pengungkapannya dalam laporan lebih jelas daripada pengungkapan dalam laporan laba ditahan. Di pihak lain, dapat diperdebatkan bahwa karena kemungkinan fiksasi fungsional pada angka laba bersih, pos-pos tak lancar harus dikeluarkan jika hal itu dapat dilakukan secara obyektif tanpa memungkinkan manipulasi l aba yang dilaporkan. 5. Pos-pos Luar Biasa
APB 30 mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai kejadian dan transaksi yang tidak sering (atau tidak berulang) dan tidak biasa (tidak berkaitan dengan operasi normal). Kedua kriteria harus terpenuhi dalam dalam klasifikasi pos-pos luar biasa. Satu-satunya pengecualian dalam aturan umum ini adalah keuntungan atau kerugian pelunasan utang, yang
13 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
diperlakukan sebagai pos-pos luar biasa. Pos-pos yang tidak sering tetapi bukan tidak biasa, atau kebalikannya harus diperlihatkan pada baris terpisah dalam laba dari operasi. Tujuan pendekatan dalam APB 30
tampaknya adalah untuk membatasi penggunaan
klasifikasi ini pada waktu-waktu yang tidak biasa yang dapat mempengaruhi prediktabilitas, tetapi tidak akan memungkinkan penggunaan kebijakanmanajemen dalam menentukan perhitungan laba bersih sebelum pos-pos luar biasa. 6. Operasi yang Dihentikan
Operasi yang dihentikan diliput dalam ketentuan APB 30, yang dimaksudkan untuk mengklasifikasikan pos-pos sekuritas ekuitas demikian rupa sehingga memberi kepada para pembacanya perasaan berapa laba yang mungkin layak diharapkan dari operasi yang berlanjut. Perusahaan harus memisahkan laba atau rugi sesudah pajak yang dihasilkan dari opersai yang dihentikan dalam periode berjalan dan sebelum tanggal pengukuran, yang didefinisikan sebagai tanggal di mana manajemen mengikat diri sendiri pada suatu rencana formal untuk melepaskan operasi bersangkutan. Laba atau rugi yang dihasilkan oleh operasi yang dihentikan dalam periode antara tanggal pengukuran dan tanggal pelepasan merupakan bagian dari keuntungan dan kerugian, sesudah pajak, pada penjualan operasi tersebut. Jika ini diestimasi merupakan kerugian, estimasi tersebut harus ditunjukkan. Maksud dari laporan ini mulia. Akan tetapi, dalam praktik, masalah menetukan apa yang harus dimasukkan dalam operasi yang dihentikan dan apa yang dalam operasi yang berlanjutbegitu besar sehingga membuat interpretasi atas hasilnya sangat sulit. Kandungan informasi dalam pemisahan ini sangat tidak pasti. 7. Pengungkapan
Dengan banyaknya kategori yang berada yang sekarang tampak dalam suatu laporan rugi laba,
beberapa
kesepakatan
untuk
interpretasinya. Suatu
14 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
penyajiannya
diperlukan
untuk
mempermudah
laporan laba rugi komposit bias tampak sebagai berikut:
8. Laba Bersih kepada Siapa?
Berasal dari pendekatan kepemilikan pada akuntansi, laba bersih biasanya diasumsikan berarti penghasilan bersih atau laba bersih yang terutang kepada pemegang saham atau pemilik saat ini dari perusahaan tersebut. Akan tetapi, mungkin terdapat alasan sah untuk penyajian angka laba bersih yang merupakan penghasilan bersih pada kelompok penerima yang lebuh sempit atau lebih luas.
Penghasilan dari operasi berlanjut Dikurangi : Provisi untuk pajak penghasilan, pada operasi berlanjut Ditambah : Ekuitas dalam penghasilan anak perusahaan yang tidak terkonsolodisasi Dikurangi : Laba dari operasi yang dihentikan, laba bersih sesudah manfaat pajak penghasilan Ditambah : Estimasi kerugian penjualan operasi yang dihentikan, laba bersih sesudah pajak penghasilan Pos luar biasa (uraian), bersih sesudah pajak penghasilan Efek kumulatif perubahan akuntansi, bersih sesudah pajak penghasilan Laba bersih
Konsep Nilai-Tambah dari Laba
Secara luas, adalah mungkin untuk memandang perusahaan sejumlah besar pengklaim atau pihak yang berkepentingan, termasuk tidak hanya pemilik dan investor lain, tetapi juga karyawan dan tuan tanah dari property yang disewa. Pandangan ini disebut Pendekatan nilai-tambah. Dalam pengertian ekonomi, nilai-tambah adalah harga pasar dari keluaran suatu perusahaan dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari perusahaan lain. Jadi, semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui pajak) adalah penerima dari laba perusahaan. Konsep nilai-tambah menjadi paling berarti apabila diterapkan pada perusahaan yang sangat besar yang mempangaruhi hidup ribuan orang dan mempunyai kepentingan sosial dan
15 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
ekonomi diluar kepentingan sempit dari pemilik dan pemegang saham. Laba nilai-tambah mencakup upah, sewa, bunga, pajak, dividen, yang dibayarkan kepada pemegang saham, dan penghasilan yang tidak dibagikan dalam konsep ini. Han ya dalam kasus likuiditas pemegang saham biasa mempunyai klaim tersisa. Dalam jangka panjang, penahanan penghasilan memberikan pertumbuhan pada modal perusahaan, yang melalui produktivitas yang meningkat dapat memberikan arus kenaikan laba pada semua penerima.
Laba Bersih Perusahaan
Menurut pernyataan 1957 dari American Accounting Association. “… beban bunga, pajak penghasilan dan distribusi bagi-hasil yang sebenarnya adalah bukan merupakan determinan dari laba bersih perusahaan..” Lalu dapat disimpulkan bahwa pos -pos ini lebih merupakan pembagian laba bersih, daripada pengurangan sebelum sampai laba bersih. Konsep laba bersih mempunyai manfaat dari sudut pandang pemisahan aspek keuangan perusahaan dari operasi. Laba bersih pada perusahaan adalah suatu konsep operasi dari laba bersih. Bunga pada pemegang utang dan laba pada pemegang saham bersifat keuangan. Pajak penghasilan bukan bersifat keuangan ataupun benar-benar operasi; dan pemasukannya dari perhitungan laba bersih perusahaan mempunyai beberapa kelebihan karena hal itu bukan merupakan biaya masukan yang dapat dikendalikan.
Laba Bersih kepada Investor
Sesuai dengan konsep satuan usaha dari perusahaan bisnis, pemegang saham dan pemegang utang jangka panjang keduanya dipandang sama sebagai investor dari modal permanen. Dalam konsep satuan usaha, laba kepada investor mencakup bunga atas utang, dividen pada pemegang saham preferen dan pemegang saham biasa, dan sisa yang tak dibagikan. Konsep laba ini mempunyai manfaat yang besar untuk beberapa tujuan; 1. Keputusan mengenai sumber modal jangka panjang lebih bersifat keuangan daripada masalah operasi. Karena itu, laba bersih kepada investor mencerminkan lebih jelas hasilhasil operasi. 2. Karena membedakan struktur keuangan, perbandingan di antara perusahaan dapat dibuat lebih segera dengan menggunakan konsep laba ini.
16 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
3. Tingkat imbalan pada total investasi yang dihitung dalam konsep laba ini menggambarkan secara lebih baik efisiensi relatif dari modal yang diinvestasikan daripada konsep tingkat imbalan pada pemegang saham. Dalam perhitungan laba bersih kepada investor, pajak penghasilan diberlakukan sebagai beban. Pendapat pengarang ini adalah posisi yang realistik. Selanjutnya, laba perusahaan sesudah pajak lebih stabil – menurut industri – daripada laba sebelum pajak; pajak penghasilan tampak “diteruskan” mirip dengan beban lain-lain. Juga, investor dan manajer, keduanya tampaknya mengambil sebagian besar keputusan mereka berdasarkan laba sesudah pajak.
Laba Bersih kepada Pemegang Saham
Sudut pandang yang paling tradisional dan diterima dari laba bersih adalah bahwa hal itu merupakan imbalan kepada pemilik perusahaan. Meskipun konsep ini mempunyai dasar yang kuat dalam pendekatan kepemilikan, banyak pengarang menerapkannya pada pendekatan satuan usaha dan menganggap laba akuntansi kepada satuan usaha merupakan kewajiban kepada pemilik. Konsep laba kepada pemegang saham juga mempunyai dukungan dalam bidang ekonomi. Meski definisi laba ekonomi berbeda dengan laba akuntansi, para ekonom biasanya memperlakukan laba akuntansi secara statistik sebagai total imbalan dari wiraswastawan dalam berbagai peranannya sebagai manajer, investor modal, penanggung resiko, dan penyedia sewa. Konsep itu bisa atau tidak bisa lebih baik, tetapi fakta yang realistik adalah bahwa pemakai laporan auditor biasanya menafsirkan laba bersih sebagai imbalan kepada pemegang saham.
Laba Bersih kepada Pemegang Ekuitas Tersisa
Dalam laporan keuangan yang disajikan terutama bagi pemegang saham dan investor, laba bersih yang tersedia untuk pembagian kepada pemegang saham biasa biasanya diapandang merupakan jumlah angka tunggal yang paling penting dalam laporan. Karena itu, terdapat dukungan pragmatik untuk menyajikan laporan dimana laba bersih kepada pemegang ekuitas tersisa dapat segera diperoleh. Dalam suatu perusahaan yang menguntungkan dengan umur yang tak terbatas, pemegang ekuitas tersisa adalah pemegang saham biasa atau investor yang dapat menjadi pemegang 17 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
saham biasa melalui konversi atau penggunaan hak-hak lain. Tetapi selalu ada kemungkinan bahwa melalui reorganisasi, atau karena kegagalan dalam pembayaran klaim preferen, salah satu dari kelompok investor lain – pemegang saham preferen atau pemegang obligasi – mungkin menjadi pemegang ekuitas tersisa. Peraga 10- meringkaskan beberapa konsep laba perusahaan yang diklasifikasikan menurut penerima laba. Perhatikan bahwa konsep nilai-tambah memerlukan pengakuan laba selama produksi, karena semua nilai produk dinyatakan dalam satuan harga jual. Konsepkonsep lain lebih liberal dalam penerimaan mereka atas beberapa metode pengakuan laba. Peraga 10
Konsep Laba
Laba Termasuk
Nilai Tambah
Harga
Penerima Laba
jual
produk Semua karyawan, pemilik,
perusahaan dikurangi harga
kreditor dan pemerintah.
pokok barang dan jasa yang diperoleh
dengan
cara
ditransfer. Laba Bersih Perusahaan
Kelebihan pendapatan atas Pemegang saham, pemegang beban;
semua
keuntungan obligasi dan pemerintah.
dan kerugian. Beban tidak termasuk beban bunga, pajak penghasilan, dan distribusi bagi hasil yang sebenarnya. Laba Bersih kepada investor
Sama
seperti
perusahaan,
laba
tetapi
bersih Pemegang setelah pemegang
dikurangi pajak penghasilan. Laba
bersih
kepada Laba bersih kepada investor
pemegang saham
dikurangi beban bunga dan
saham hutang
dan jangka
panjang. Pemegang saham (Preferen dan biasa)
distribusi bagi-hasil. Laba bersih kepada residual Laba pemegang ekuitas
bersih
kepada Pemegang saham biasa saat
pemegang saham dikurangi
ini dan yang potensial kecuali
dividen preferen.
bila
pembayaran
tidak dapat dipenuhi.
18 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
priotitas
KONSEP EKUITAS
A. SIFAT DASAR EKUITAS
Ekuitas diambil dari kata “equal” yang berarti keadilan. Dengan kata lain, ekuitas dapat ditafsirkan sebagai bagian yang adil dari seseorang. Banyak orang yang menggunakan istilah ekuitas untuk mencakup semua yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Mereka memandang persamaan akuntansi yang mendasar sebagai : Aktiva = Ekuitas Karenanya, mereka akan menganggap ekuitas kreditor dan ekuitas pemilik sebagai dua jenis ekuitas. Yang lain menggunakan istilah ekuitas dalam pengertian yang lebih sempit untuk mencakup hanya ekuitas pemilik dan menyebutkan ekuitas kreditor sebagai kewajiban. Sehingga persamaan akuntansi menjadi sebagai : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Sedangkan yang lain tampaknya menyamakan ekuitas dengan kepentingan dari pemegang saham. 1. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik, yang biasa disebut sebagai modal atau ekuitas pemegang saham dalam suatu perseroan, merupakan suatu selisih antara aktiva perseroan dan kewajibannya. Hal ini seringkali disebut sebagai aktiva bersih dari perseroan tersebut. Ekuitas pemilik secara tradisional dibagi menjadi dua kategori, 1. Modal yang diinvestasikan ( paid in capital ) Modal yang diinvestasikan sebagian besar terdiri dari jumlah yang diinvestasikan oleh pemegang saham ketika pemegang saham membeli bagian saham dari perusahan atau muncul ketika perusahaan membeli kembali sejumlah saham atau dari aktivitas kompensasi berdasarkan saham Lebih jauh, modal yang diinvestasikan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu modal saham yang termasuk di dalamnya saham biasa dan saham preferen, serta
19 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Tambahan modal disetor / paid in capital in excess of par . Sedangkan saham yang dibeli kembali oleh perusahaan disajikan terpisah dalam treasury stock 2.
Laba ditahan. Secara umum laba ditahan merepresentasikan pendapatan/kerugian bersih perusahaan yang diakumulasikan dan belum didistribusikan.
Dalam beberapa kasus, hak dan prioritas dari beberapa kelas saham perseroan adalah serupa dengan beberapa jenis utang jangka panjang. Namun secara umum ada perbedaan nyata antara ekuitas pemegang saham dan kewajiban. Ini mencakup : 1. Tingkat sampai di mana pemegang ekuitas lain mempunyai hak prioritas. 2. Tingkat kepastian dalam penentuan jumlah-jumlah yang akan diterima oleh pemegang ekuitas. 3. Tanggal jatuh tempo pembayaran terakhir. Dalam keadaan normal, kreditor dan pemegang utang memiliki prioritas lebih daripada pemegang saham, mengenai pembayaran bunga periodik dan pengembalian pokok pinjaman. Pemegang saham preferen mungkin memiliki prioritas lebih daripada pemegang saham biasa. Tetapi keduanya merupakan klaim terakhir setelah klaim dari kreditor. Secara umum, pemegang saham tidak dapat mengharapkan pengembalian modal pada tanggal yang dapat ditetapkan. 2. Teori Kepemilikan
Gagasan hak pemilik ( proprietorship) muncul dari upaya untuk menetapkan logika pada persamaan pembukuan berpasangan (double entry). Dalam persamaan akuntansi ∑ A - ∑ L = P , pemilik adalah pusat kepentingan. Aktiva diasumsikan dimiliki oleh pemilik dan kewajiban merupakan kewajiban pemilik. Menurut teori kepemilikan, pendapatan adalah kenaikan dalam hak pemilik dan beban adalah penurunan. Jadi laba bersih (kelebihan pendapatan atas beban, diakrualkan langsung ke pemilik) merupakan kenaikan dalam kekayaan pemilik. Dan karena laba adalah kenaikan dalam kekayaan, laba tersebut langsung ditambahkan ke modal pemilik atau hak pemilik. Teori kepemilikan paling baik diterapkan dalam bentuk organisasi perusahaan perorangan karena dalam bentuk ini umumnya ada hubungan pribadi antara manajemen 20 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
perusahaan dan kepemilikan. Dalam akuntansi, baik untuk perusahaan perorangan maupun persekutuan, teori kepemilikan tampaknya tetap berlaku. Hal ini dikarenakan sebagian besar laba bersih ditambahkan setiap periode pada akun modal pribadi dari pemilik sekalipun perhitungan tradisional atas laba sebenarnya tidak mengukur kenaikan bersih dalam kekayaan. Teori kepemilikan juga disiratkan dalam berbagai praktik akuntansi dan dalam terminologi akuntansi berkaitan dengan perseroan. Contohnya, pendapatan bersih perusahaan sekali direferensikan sebagai “pendapatan bersih pemegang saham”. Sehingga dalam laporan keuangan terdapat juga earnings per share dan terkadang merujuk ke “nilai buku per saham”. “Pendapatan bersih pemegang saham” dapat diinterpretasikan sebagai sisa pendapatan bersih yang dapat dialokasikan ke pemegang saham, dan “Nilai buku per saham” dapat diintrepretasikan sebagai nilai buku ekuitas per saham dalam pendekatan entitas. 3. Teori Entitas
Keberadaan suatu satuan usaha yang terpisah dari urusan pribadi dan kepentingan lain dari pemilik dan pemegang ekuitas lain diakui dalam semua konsep pemilik dan ekuitas. Namun, dalam teori entitas (entity), perusahaan bisnis dipandang mempunyai keberadaan terpisah, bahkan secara personal, dari pemiliknya. Pendiri dan pemilik tidak harus teridentifikasi dengan keberadaan perusahaan itu. Teori entitas didasarkan pada persamaan ∑ A = ∑ K + SE , atau aktiva = Ekuitas (Kewajiban ditambah Ekuitas Pemegang Saham). Perbedaan utama antara kewajiban dan ekuitas pemegang saham adalah bahwa hak dari kreditor dapat dinilai secara independen pada penilaian lain jika perusahaan itu solven, sementara hak dari pemegang saham diukur oleh penilaian aktiva yang semula diinvestasikan ditambah penilaian laba yang direinvestasikan dan revaluasi berikutnya. Tetapi hak pemegang saham yaitu menerima dividan dan bagian dalam aset bersih ketika likuidasi merupakan hak sebagai pemilik ekuitas, daripada sebagai pemilik aset spesifik. Sedangkan kewajiban adalah kewajiban spesifik perusahaan, dan aset merepresentasikan hak pemilik untuk menerima perusahaan untuk menerima barang dan jasa spesifik, atau keuntungan lainnya. Sehingga penilaian aset harus merefleksikan pengukuran keuntungan yang diterima oleh perusahaan.
21 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Pendapatan bersih perusahaan secara umum diistilahkan dalam bentuk perubahan bersih dalam ekuitas pemegang saham, tidak termasuk perubahan peningkatan dari deklarasi dividen dan transaksi modal. Pendapatan bersih, dalam pandangan entitas, secara sederhana merepresentasikan perubahan residual dalam posisi ekuitas setelah pengurangan semua klaim, termasuk bunga utang jangka panjang dan pajak penghasilan. Pendapatan bersih merupakan pendapatan pribadi bagi pemegang saham hanya jika nilai investasi mengalami peningkatan atau tingkat deklarasi dividen. Teori entitas mempunyai penerapan utama dalam bentuk perusahaan perseroan, tetapi hal itu juga relevan bagi perusahaan-perusahaan yang bukan perseroan, yang mempunyai kelanjutan eksistensi terpisah dari kehidupan masing-masing individu. Beberapa pengarang telah mengusulkan atau menyiratkan bahwa teori kepemilikan dan entitas mengarah pada dasar yang berbeda untuk penilaian aktiva. Menurut teori entitas, perusahaan tidak berkepentingan dengan nilai sekarang karena penekanannya adalah pada akuntabilitas biaya bagi pemilik dan pemegang ekuitas lain. 4. Teori Ekuitas Residual
Ahli teori akuntansi William Paton menyatakan ekuitas residual sebagai salah satu dari beberapa jenis ekuitas dalam teori entitas. Paton menekankan hubungan khusus dari pemegang ekuitas residual dengan pekerjaan akuntan “karena dalam ekuitas tersebut banyak pekerjaannya menjadi terfokus”. Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba dan dalam laba ditahan, dan perubahan dalam hak pemegang ekuitas lain semuanya dicerminkan dalam ekuitas residual dari pemegang saham biasa. Tetapi dalam kasus tertentu, di mana kerugian jumlahnya besar atau kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang obligasi dapat menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa untuk mengambil keputusan investasi. Pemegang saham biasa pada umumnya dipandang mempunyai ekuitas residual dalam laba perusahaan dan dalam aktiva bersih sesuai likuidasi akhir. Karena laporan keuangan umumnya tidak disiapkan berdasarkan likuidasi yang mungkin, informasi yang diberikan menegnai ekuitas residu harus bermanfaat dalam meramalkan dividen masa depan yang mungkin bagi pemegang saham biasa, termasuk dividen likuidasi. 22 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
5. Teori Perusahaan
Teori perusahaan (enterprise) dari perusahaan adalah konsep yang lebih luas daripada teori entitas, tetapi kurang didefinisikan baik dalam lingkup dan aplikasi. Dalam teori perusahaan, perseroan adalah suatu lembaga sosial yang berusaha untuk memberi manfaat bagi banyak kelompok yang berkepentingan. Dalam bentuk luas, teori perusahaan mungkin dipandang sebagai teori akuntansi sosial. Konsep perusahaan ini paling dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar yang mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan efek tindakan-tindakannya terhadap bebagai kelompok dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi,
ini berarti bahwa tanggungjawab pelaporan yang tepat tidak hanya kepada
pemegang saham dan kreditor, tetapi juga pada kelompok lain dan masyarakat umum. Konsep laba yang paling relevan dalam konsep tangungjawab sosial perusahaan yang luas ini adalah konsep nilai tambah. Total nilai yang ditambahkan oleh perusahaan adalah nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan itu dikurangi nilai barang barang dan jasa-jasa yang diperoleh melalui transfer perusahaan lain. Istilah laba bersih perusahaan, seperti yang digunakan oleh penyataan AAA 1957, adalah konsep yang lebih sempit daripada konsep nilai tambah. Posisi laba ditahan dalam teori perusahaan serupa dengan posisinya dalam konsep entitas. 6. Teori Dana
Teori dana menyingkirkan hubungan pribadi yang diasumsikan dalam teori kepemilikan dan personalisasi perusahaan sebagai suatu unit ekonomi dan unit legal dalam unit entitas. Di samping itu, teori danan member ganti dengan unit operasional, atau berorientasi-aktivitas, sebagai dasar untuk akuntansi. Bidang kepetinagn ini, yang disebut dana, mencakup kelompok aktiva dan kewajiban yang berkaitan dan pembatasan yang merupakan fungsi dan aktivitas ekonomi yang spesifik. Teori dana didasarkan pada persamaan Aktiva = Pembatasan Aktiva. Aktiva merupakan jasa prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban merupakan pembatasan terhadap aktiva spesifik atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan merupakan pembatasan legal atau keuangan dari penggunaan aktiva; yaitu modal yang diinvestasikan harus dipertahankan tidak berkurang kecuali jika wewenang spesifik telah diperoleh (dengan beberapa pengecualian) untuk likuidasi sebagian atau seluruhnya. 23 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Konsep dana bermanfaat paling besar dalam lembaga pemerintahan dan nirlaba. Penyiapan laporan konsolidasi juga juga merupakan penerapan teori dana sama seperti perluasan entitas ekonomi. Teori dana juga dapat diterapkan dalam bidang-bidang akuntansi keuangan; misalnya, teori dana dapat bermanfaat dapat digunakan untuk mebedakan antara aktiva lancar dan tetap pada suatu entitas. Walaupun konsep pendapatan dapat dipertahankan dalam konsep dana, ini bukan merupakan konsep sentral dari pelaporan keuangan. Sebalikanya, uraian operasi dana disajikan lebih jelas dalam laporan dana. Laoran keuangan utama adalah iktisar statis atas sumber-sumber dan penggunaan dana. Laporan laba rugi, jika memang ada, adalah pelengkap laporan dana−suatu uraian atas dana yang diperoleh dari operasi. 7. Posisi FASB
FASB berpegang teguh pada teori entitas residual ketika membahas mengenai pemilik ekuitas, yang didefinisikan sebagai “kepentingan sisa dalam aktiva suatu entitas yang tertinggal setelah dikurangi dengan kewajibannya.” Mereka menyebut selisih antara aktiva dan kewajiban sebagai “aktiva bersih” dalam kasus organisasi nirlaba dan menyatakan bahwa kedua istilah tersebut dapat dipertukarkan.
B. KLASIFIKASI
EKUITAS
PERUSAHAAN
PERORANGAN
DAN
PERSEKUTUAN ATAU KEMITRAAN
Dalam perusahaan perorangan, keseluruhan ekuitas pemilik umumnya disajikan dalam satu jumlah. Sesuai dengan teori kepemilikan, ekuitas merupakan kepemilikan usaha dari si pemilik. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi dari si pemilik, membuat perbedaan antara modal yang diinvestasikan permanen atau laba yang direinvestasikan menjadi kurang penting untuk tujuan ini. Namun, ini tidak berarti bahwa tidak ada perbedaan antara modal dan laba. Laba dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada akhir setiap periode; transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung pada akun modal; dan semua perubahan umumnya diikhtisarkan dalam laporan perusahaan perorangan yang terpisah. Ekuitas pemilik dari persekutuan atau kemitraan serupa dengan ekuitas perorangan, kecuali bahwa hal itu diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan setiap sekutu atau 24 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
kemitraan. Akun pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan pengendali atas pengambilan atau memaksakan ketaatan pada perjanjian pengambilan.
C. KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Hubungan antara perseroan, pemegang saham, dan kreditor, lebih terlibat
dari pada
hubungan dalam satu perusahaan perorangan atau dalam suatu persekutuan. Tujuan paling mendasar dari klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk memberikan informasi kepada pemegang saham, investor, kreditor, dan kelompok kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan manajemen. Klasifikasi itu juga harus memberikan informasi mengenai kepentinagn ekonomi historis dan prospektif dari kelompok-kelompok yang memegang ekuitas spesifik (seperti karyawan, pelanggan, dan pemerintah) yang mempunyai kepentingan ekonomi umum dalam perseroan. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan keuangan harus mengungkapkan beberapa atas semua dari yang berikut: 1. Sumber-sumber modal yang dipasok dalam perusahaan. 2. Pembatasan hukum pada distrbusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham. 3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial, dan keuangan pada distribusi dividen pada calon dan pemegang saham sekarang. 4. Prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi sebagian atau akhir.
1. Klasifikasi Menurut Sumber Modal
Klasifikasi ekuitas pemegang saham menurut sumber umumnya dianggap sebagai tujuan utama klasifikasi utama dalam penyajian neraca pada struktur akuntansi tradisional. Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah: 1. Jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham 2. Kelebihan laba bersih atas dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham (laba ditahan dalam perusahaan). 3. Sumbangan selain dari pemegang saham. Klasifikasi empat arah tradisional dari ekuitas pemegang saham−saham modal, modal disetor yang lebih besar dari nilai pari atau nilai yang ditetapkan (agio saham), modal 25 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
revaluasi, dan laba yang ditahan−hanya sebagian memenuhi tujuan sesuai sumber. Kategori modal saham dan tambahan modal disetor merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pemegang saham. Kekurangan utama dari klasifikasi konvensional adalah bahwa klasifikasi menurut sumber akan hilang ketika transfer dilakukan dari laba yang ditahan ke saham modal dan tambahan modal disetor dengan menerbitkan dividen saham atau sarana lain. 2. Pengungkapan Modal Legal
Kebanyakan Negara bagian mendefinisikan modal legal (modal berdasar hukum atau modal yang ditetapkan) sebagai nilai agregat dari semua saham bernilai pari yang diterbitkan (tidak segera dibatalkan) dan pertimbangan agregat yang dterima untuk semua saham yang diterbitakan tanpa nilai pari. Akan tetapi, dalam kasus saham berniali tanpa pari, banyak Negara bagian mengizinkan direktur atau pemegang saham untuk menetapkan berapa banyak dari pertimbangan yang diterima harus dogolongkan sebagai modal legal dan berapa banyak uang digolongkan sebagai tambahan modal disetor. Akibat perbedaan antara modal legal dan modal yang diinvestasikan untuk tujuan akuntansi dan keuangan, pemisahan modal yang diinvestasikan menjadi modal saham dan tambahan modal yang disetor mungkin lebih menyesatkan daripada membantu. Salah satu alternatif adalah mengungkapkan dalam catatan kaki apa yang dipandang akuntan sebagai modal legal atau yang ditetapkan. Menurut pendapat Hendriksen dan Van Breda, pengungkapan modal legal mungkin tidak perlu dalam semua kasus kecuali dalam perusahaan kecil atau baru berdiri. Dalam perusahaan yang besar dan menguntungkan, modal legal pada dasarnya merupakan bagian kecil dari total ekuitas pemegang saham. 3. Pengungkapan batasan pada Disposisi Laba
Pengungkapan distribusi atau disposisi yang diniatkan dari suatu perseroan tidak sama dengan pengungkapan batasan pada disposisi laba. Karena itu, klasifikasi ekuitas pemegang saham dan catatan kaki pada laporan keuangan harus membedakan secara jelas antar kedua ini. Asumsi umum yang awal adalah bahwa dividen tunai tidak boleh dibayarkan jika hasilnya akan mengurangi aktiva bersih di bawah total modal disetor pada perusahaan itu, 26 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
sekalipun sebagian atau seluruh modal disetor yang lebih tinggi adri nilai pari dapat didistribusikan secara legal. “Laba yang Ditahan untuk Penggunaan dalam Perusahaan” atau cukup disebut “Laba Ditahan” menyiratkan bahwa laba yang tidak dibagikan sebagai dividen telah diinvestasikan secara permanen dalam perusahaan. implikasi ini didukung oleh dua pengamatan umum: 1. Distribusi dividen pada kebanyakan perusahaan besar berkorelasi tinggi dengan laba masa berjalan, laba tahun sebelumnya, dan dividen tahun sebelumnya. Dengan kesenjangan singkat dan diviasi minor, tampaknya ada upaya untuk membatasi pembayaran dividen dari laba perusahaan tahun berjalan, bukan membayar dividen dari laba yang ditahan pada tahun sebelumnya. 2. Dalam kebanyakan perusahaan yang mapan, jumlah laba ditahan lebih besar daripada modal yang diinvestasikan langsung oleh pemegang saham. Karena klasifikasi sebagian ekuitas pemegang saham sebagai laba ditahan tidak menunjukkan jumlah yang mungkin harus dibayarkan sebagai dividen di masa depan atau pun tidak ada niat perusahaan untuk itu, suatu alternative adalah menunjukkan pembatasan legal, kontraktual atau keuangan untuk pembayaran dividen. Pembataran dividen ke pemegang saham biasa juga dibatasi oleh prefensi kontraktual yang diberikan kepada pemegang saham preferen atau kelompok pemegang saham lain yang diberi hak prioritas di atas pemegang saham residual itu. 4. Pengungkapan batasan pada Distribusi Likuidasi
Kreditor selalu mempunyai prioritas dalam likuidasi daripada pemegang saham, dan kelas pemegang saham tertentu memiliki prioritas lebih atas kelas lain sesuai dengan pasal pasal dalam anggaran dasar perseroan atau sesuai dengan perjanjian kontraktual. Preferen likuidasi dari saham preferen mungkin sama dengan nilai pari atau nilai yang ditetapkan per saham atau itu juga dapat mencakup premium. Biasanya, dividen preferen yang tertunggak dimasukkan jika dividen preferen bersifat kumulatif. Preferen likuidasi, karenanya, tidak sama seperti modal legal atau yang ditetapkan. Jika suatu perusahaan yang menguntungkan tidak mempunyai maksud untuk likuidasi , preferensi likuidasi mungkin secara relatif tidak penting. Tetapi jika total preferensi menjadi
27 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
lebih besar dalam proporsinya dengan total aktiva bersih atau jika likuidasi sebagaian atau akhir tamapak mungkin terjadi, pengungkapan harus dibuat dalam laporan keuangan.
D. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Apabila suatiu perseroan mempunyai kepemilikan mayoritas dan pengendalian dalam satu atau lebih anak perusahaan yang berhubungan, informasi yang berharga dapat diperoleh dan disajikan dalam menggabungkan data keunagn dan menyiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk keseluruhan kelompok itu. Persyaratan untuk konsolidasi diatur oleh paragraf semula No. 2 dan 3 dari ARB 51 yang ditetapkan tahun 1959. Yang pertama dari paragraf ini menyatakan bahwa: Kondisi biasa untuk kepentingan keuangan yang mengendalikan adalah kepemilikan hak suara mayoritas, dan, karenanya, sebagai aturan umum kepemilikan oleh suatu perusahaan, langsung dan tidak langsung, atau atas lebih dari lama puluh persen saham suara yang beredar dari perusahaan lain, adalah kondisi yang mengarah pada konsolidasi.
Yang kedua dari paragraf- paragraf itu kemudian menambahkan peringatan bahwa: laporan yang terpisah atau laporan yang digabungkan akan lebih baik untuk anak perusahaan atau kelompok anak perusahaan jika penyajian informasi leuangan mengenai aktivitas tertentu dari anak-anak perusahaan itu akan lebih informatif bagi pemegang saham saham dan kreditor induk perusahaan daripada pemasukan anak-anak perusahaan itu dalam konsolidasi. Misalnya, laporan terpisah dapat disyaratkan bagi anak perusahaan yang merupakan bank atau perusahaan asuransi dan mungkin lebih baik bagi perusahaan keuangan di mana induk perusahaan dan anak-anak perusahaan lain terlibat dalam proses pabrikasi.
Meski kelompok yang dikonsolidasi umumnya dipandang sebagai unit ekonomi tunggal, prosedur akuntansi konsolidasi sering menyangkal hal ini dalam perlakuan mereka atas kepentingan minoritas. Tampaknya tidak ada pengandalan pada satu teori, seperti teori kepemilikan, teori ekuitas, atau teori dana yang berlaku sebagai pedoman dalam penetapan prosedur logis yang konsisten untuk konsolidasi. 1. Prosedur Konsolidasi
Konsolidasi induk perusahaan dengan anak perusahaannya dalam prinsipnya bersifat langsung. Dua perusahaan atau lebih dikonsolidasikan dengan menambahkan aktiva dan 28 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
kewajiban mereka. Perbedaan antara jumlah – jumlah itu merupakan ekuitas dari perusahaan terkonsolidasi. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah bahwa akun ekuitas pemilik konsolidasi tidak dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan pemegang saham mayoritas. Yang kedua adalah bahwa nilai aktiva anak perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan pemegang saham mayoritas. Nilai aktiva anak perusahaan dalam laporan konsolidasi = nilai buku aktiva + persentase kepentingan mayoritas x (nilai wajar – nilai buku) Alternatifnya : Nilai yang disesuaikan = a +
x (f – a) +
2. Maksud dan Tujuan
Accounting Research Bulletin No.51, stándar semula dan masih berlaku atas konsolidasi, menyatakan bahwa : Tujuan dari laporan konsolidasi adalah untuk menyajikan, terutama untuk kepentingan pemegang saham dan kreditor induk perusahaan, hasil – hasil operasi dan posisi keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan yang pada dasarnya seolah kelompok suatu perusahaan tunggal dengan satu atau lebih cabang atau divisi.
Neraca Konsolidasi.
Dalam neraca, praktik menambahkan bersama klasifikasi terpisah aktiva dan kewajiban induk dan anak perusahaan adalah sejalan dengan gagasan menyajikan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Agar konsisten dengan pendekatan entitas pada laporan konsolidasi, revisi penilaian aktiva anak perusahaan harus mencakup tidak hanya jumlah yang dibayarkan ke induk perusahaan, tetapi juga bagian kepentingan minoritas dalam penilaian yang meningkat. Biaya adalah relevan pada saat akuisisi hanya karena itu merupakan bukti terbaik dari nilai. Apabila hanya sebagian dari kepentingan yang diperoleh, biaya dari kepentingan sebagian harus digunakan sebagai bukti dati nilai keseluruhan.
29 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Laporan Laba Rugi Konsolidasi .
Penjualan antar perusahaan dan laba antar perusahaan dihilangkan per entitas, dan penjualan serta beban lain digabungkan untuk menunjukkan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Laba bersih adalah bukan laba secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang dialokasikan ke kepentingan mayoritas. Laba bersih konsolidasi merupakan ekuitas kepemilikan dari pemegang saham induk perusahaan dalam laba keseluruhan perusahaan. 3. Klasifikasi Ekuitas Konsolidasi Mengungkapkan Modal Legal . Kreditor anak perusahaan harus memperhatikan masing –
masing laporan anak perusahaan untuk menentukan modal legal relevan dan hubungannya dengan kreditor lain. Kreditor induk perusahaan juga harus memperhatikan laporan terpisah induk perusahaan untuk menentukan hubungan spesifik mereka pada pemegang saham dan kreditor lain karena mereka hanya mempunyai klaim sekunder atas aktiva anak perusahaan, tetapi klaim primer atas aktiva induk. Karena itu, penyajian modal legal dan hak para kreditor tidak dapat dan tidak boleh merupakan tujuan utama dalam klasifikasi ekuitas perusahaan konsolidasi. Mengungkapkan Sumber Modal. Ada beberapa kendala dalam laporan konsolidasi.
Pertama, modal yang diperoleh dari pemegang saham mayoritas dicerminkan oleh saham modal dan tambahan modal disetor dari induk perusahaan dalam kebanyakan kasus. Kepentingan minoritas pada umumnya termasuk di antara kewajiban atau sebagai pos terpisah di antara kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Yang kedua, praktik konvensional klasifikasi menurut sumber adalah bahwa jumlah modal yang diperoleh dari laba ditahan tidak disajikan secara jelas. Kepentingan minoritas tidak diklasifikasi sesuai dengan sumber – sumber terpisah modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham dan laba yang ditahan oleh anak perusahaan. Pemecahan yang disarankan adalah dengan menyertakan di dalam modal investasi konsolidasi, kepentingan minoritas dalam total ekuitas pemegang saham pada tanggal konsolidasi, dan untuk mengklasifikasikan laba ditahan sebagai : 1. Yang diperoleh dari laba yang ditahan oleh induk perusahaan sejak pendiriannya. 2. Yang ditahan oleh anak perusahaan sejak konsolidasi (tanpa mempertimbangkan kepentingan mayoritas dan minoritas yang terpisah dalam laba ditahan anak perusahaan) 30 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Mengungkapkan Kemungkinan Distribusi. Klasifikasi
konvensional
dari
ekuitas
perusahaan konsolidasi gagal mengungkapkan kemungkinan distribusi laba kepada pemegang saham mayoritas dan minoritas. Jika anak perusahaan beroperasi dengan rugi, laba konsolidasi dapat dibagikan seluruhnya kepada pemegang saham mayoritas tanpa membayar dividen kepada kelompok minoritas. Di pihak lain, jika laba bersih konsolidasi diperoleh seluruhnya dari operasi anak perusahaan, dividen yang cukup besar mungkin diperlukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham minoritas sebelum pemegang saham induk bisa menerima suatu dividen. Kreditor anak perusahaan tidak mempunyai klaim atas aktiva terpisah induk, dan karenanya, hutang yang terikat pada anak dan iduk tidak boleh digabung jika tujuannya adalah untuk mengungkapkan prioritas. Kreditor induk perusahaan hanya mempunyai klaim sekunder atas aktiva anak perusahaan, pada tingkat yang sama seperti klaim kepentingan minoritas.
E. PENAMBAHAN DALAM MODAL YANG DITANAM
Modal yang ditanam, atau disetor (contributed), merupakan investasi dalam sebuah badan usaha oleh para pemiliknya. Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang dibayarkan untuk saham – saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Jumlah ini mungkin bertambah oleh adanya penempatan atau penjualan lembar – lembar saham tambahan, oleh perolehan dan penjualan kembali saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi ekuitas pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam. Namun, prinsip dasar yang banyak dianut paling tidak sejak awal tahun 1930-an adalah bahwa laba ditahan tidak boleh mencakup pengkreditan dari transaksitransaksi dalam akun saham perusahaan sendiri atau pemindahan dari akun modal disetor atau akun-akun modal lainnya. 1. Penempatan Saham Modal
Bila lembar-lembar saham yang sebelumnya tidak diterbitkan dijual secara tunai atau dengan imbalan lain, kenaikan total dalam ekuitas dimasukkan dalam modal yang ditanam. Di beberapa negara bagian, peraturan yang mengatur perseroan memperlakukan saham yang sudah dipesan, tetapi belum diterbitkan, sebagai bagian dari modal legal. Akan tetapi, Model Business Corporation Act hanya memasukkan dalam modal yang ditetapkan ini saham yang
31 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
sudah diterbitkan. Tetapi, apakah saham yang sudah dipesan dianggap modal legal atau bukan, praktik akuntansinya memasukkan pesanan ini dalam modal yang ditanam jika: 1. Pemesanan itu menunjukkan klaim legal terhadap pemesan. 2. Perseroan bermaksud menagih pesanan ini dalam periode waktu yang wajar dan pasti.
Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti, pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam. Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi ini: a. Metode nilai buku Dalam metode ini nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi, saat saham baru diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor. b. Metode nilai pasar Dalam metode ini harga pasar masa berjalan obligasi itu dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham.
2. Konversi Utang
Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi. 1. Metode nilai buku
Nilai buku utang jangka panjang di reklasifikasi, ketika saham baru diterbitkan, sebagai saham modal atau tambahan laba disetor. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui pada transaksi karena nilai buku utang hanya dikonversi ke ekuitas 2. Metode nilai pasar
Harga pasar obligasi dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Semua kelebihan harga sekarang terhadap nilai buku obligasi, ditunjukkan sebagai extraordinary loss on conversion. Jika nilai buku obligasi melebihi harga pasar saat ini, maka diakui sebagai extraordinary gain on conversion
3. Konversi Saham Preferen
Untuk
konversi saham preferen menjadi saham biasa, prosedur yang konvensional
adalah mengikuti metode nilai buku untuk konversi obligasi. Berarti, nilai pari saham 32 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
preferen ditambah bagian pro rata dari agio saham preferen dipindahkan ke saham biasa dan agio saham biasa. Penjumlahan nilai pari saham preferen dan bagian pro rata dari tambahan modal disetor dari penjualan semula saham preferen itu menunjukkan sumber modal yang ditanam semula. Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar masa berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan, walaupun jumlah-jumlah ini seharusnya cukup dekat. Jika jumlah ini melebihi modal yang disetor dari saham preferen yang ditarik, kelebihan itu harus dipindahkan dari laba ditahan. Hasilnya adalah hilangnya klasifikasi menurut sumber semula. Prosedur ini juga mempunyai beberapa implikasi yang menarik. Pertama, prosedur ini menyiratkan diterimanya teori entitas yang kaku ini, karena prosedur ini menafsirkan laba ditahan itu sendiri sebagai ekuitas perusahaan. Kedua, prosedur ini menyiratkan bahwa nilai pasar masa berjalan saham biasa tidak mencerminkan suatu kepentingan dalam laba ditahan. 4. Dividen Saham dan Pemecahan Saham
Baik dividen saham maupun pemecahan saham pada dasarnya merupakan manuvermanuver keuangan yang tidak ada hubungannya dengan prinsip akuntansi mengenai penentuan penghasilan dan penilaian neraca. Sebenarnya, jika para akuntan berpegang teguh pada klasifikasi ekuitas menurut sumber aslinya, tidak perlu ada reklasifikasi ekuitas sebagai akibat dari jenis-jenis transaksi ini. Satu-satunya yang akan diisyaratkan adalah pengungkapan perubahan dalam jumlah lembar saham beredar dan perubahan dalam nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Akan perlu juga menghitung kembali laba perusahaan yang dilaporkan untuk periode berjalan dan periode-periode terdahulu. Jumlah yang paling umum disarankan untuk dikapitalisasi adalah: 1. Nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham yang diterbitkan sebagai dividen 2. Nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan 3. Modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang diterbitkan
33 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Sifat Dividen Saham
Sebagian besar akuntan setuju bahwa dividen saham bukanlah menghasilan bagi penerimanya, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai dasar pemikiran yang menghasilkan simpulan
ini.
Committee
on
Accounting
Procedure (CAP)
AICPA
mendasarkan
keyakinannya, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat bahwa perseroan perupakan satuan usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan bagi pemegang saham sampai ada pemisahan ( severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi perseroan adalah penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham. Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai yang Ditetapkan
Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penghasilan bagi penerimanya, masalahnya menjadi masalah penentuan seberapa besar, jika ada, ekuitas perseroan yang harus direklasifikasi. CAP merekomendasikan bahwa tidak perlu mengkapitalisasi jumlah yang lebih besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan legal dalam dua kasus khusus: 1. Bila jumlah lembar saham tambahan yang diterbitkan begitu besarnya sehingga secara wajar dapat diperkirakan bahwa harga pasar per saham akan berkurang secara material 2. Dalam hal perusahaan tertutuo dimana dapat diperkirakan bahwa pengetahuan yang mendalam tentang urusan-urusan perseroan akan mencegah timbulnya implikasi oleh pemegang saham bahwa dividen saham merupakan distribusi penghasilan perseroan
Kapitalisasi Harga Pasar
Walaupun CAP tidak mengakui bahwa dividen saham adalah penghasilan bagi penerimanya, CAP merekomendasikan agar jumlah yang dikapitalisasi (yang dipindahkan ke saham modal dan tambahan modal disetor) seharusnya adalah suatu jumlah yang sama besar dengan nilai wajar (nilai pasar) saham yang diterbitkan dalam semua kasus dimana jumlah saham yang diterbitkan begitu kecilnya jika dibandingkan dengan total saham yang beredar sehingga tidak mempunyai dampak yang nyata pada harga pasar per saham.
34 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
Program Opsi Saham Sebagai Kompensasi
Masalah utama yang diperselisihkan adalah penilaian jasa dan penentuan kenaikan yang timbul dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham. Metode penilaian yang paling umum diusulkan adalah: 1. Selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan 2. Selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan 3. Selisih lebih nilai wajar diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat digunakan 4. Selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan 5. Biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan dampak pajak penghasilan pada perusahaan 6. Kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian
F. PENGURANGAN DALAM MODAL YANG DITANAM
Biasanya, modal yang ditanam suatu perusahaan dianggap menunjukkan modal permanen badan usaha. Pengurangan yang disengaja dalam modal yang ditanam ini tidak boleh dilakukan dengan membayar kepada pemegang saham kecuali jika pembayaran itu secara spesifik diungkapkan sebagai dividen likuidasi. Tetapi likuidasi parsial juga terjadi bila kelompok saham tertentu ditarik dan ditebus. Pembelian saham yang diperoleh kembali dengan penebusan saham preferen, dengan pengecualian bahwa yang terlibat adalah beberapa pemegang saham dari setiap kelas dan harga pembelian biasanya tidak diatur sebelumnya. 1. Saham yang Diperoleh Kembali
Ketika ekuitas pemegang saham meningkat sebagai akibat dari transaksi dengan pemegang saham, akuntan secara umum setuju bahwa tidak ada keuntungan dan tidak ada bagian peningkatan yang harus ditambahkan ke pendapatan atau laba ditahan. Tetapi ketika ekuitas pemegang saham berkurang dikarenakan adanya akuisisi saham perusahaan itu sendiri, akuntan tidak setuju berkaitan dengan efek pada modal yang diinvestasikan dan laba ditahan. Dua pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan kontroversi ini adalah:
35 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
1. Berapa banyak dari pembayaran kepada pemegang saham yang harus diperlakukan sebagai pengembalian modal yang ditanam, dan berapa banyak yang harus dianggap sebagai distribusi laba ditahan? 2. Bagaimana dampaknya pada modal legal yang harus diungkapkan? Ketika perusahaan mengakuisisi sahamnya sendiri dan menahan saham tersebut untuk diterbitkan kembali atau penundaan selanjutnya, akuisisi dan disposisi dapat diperlakukan sebagai transaksi tunggal atau ganda. a. Konsep Transaksi Tunggal
Jika perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan kemudian menjual saham itu kepada pemegang saham lain dengan harga sebesar harga perolehan, tampaknya tidak logis bila klasifikasi ekuitas pemegang saham harus terganggu hanya karena perseroan memegang saham itu. b. Konsep Transaksi Ganda
Perolehan saham perusahaan sendiri diasumsikan menunjukkan kontraksi dalam struktur modal perusahaan. Jika saham itu kemudian diterbitkan kembali, penerbitan saham yang diperoleh kembali itu dipertanggungjawabkan dengan cara yang sama seperti penerbitan saham yang belum pernah diterbitkan sebelumnya. Evaluasi Atas Konsep Transaksi Tunggal dan Transaksi Ganda
Yang pertama didasarkan pada premis bahwa makna (substansi) lebih penting daripada bentuk dan bahwa suatu perseroan tidak boleh memindahkan jumlah-jumlah dari laba ditahan ke modal yang ditanam hanya karena pemindahan itu terjadi untuk menangani perpindahan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya. G. PENGGABUNGAN USAHA
Ketika aset perusahaan satu dibeli oleh perusahaan lain sebagai akibat dari transaksi pembelian yang melibatkan pembayaran kas atau pertukaran aset lain, aset yang dibeli secara umum dicatat dalam akun perusahaan yang membeli pada nilai biaya yang diasumsikan menunjukkan nilai sekarang. Sedangkan biaya historis dari perusahaan yang dibeli tidak lagi relevan. Dan ekuitas pemegang saham perusahaan yang membeli tidak meningkat atau tidak direklasifikasikan karena transaksi ini.
36 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
1. Penggabungan yang diperlakukan sebagai pembelian Bilamana aktiva diperoleh dalam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu diasumsikan sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran, kecuali jika nilai sekarang dari aktiva tersebut dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji. 2. Penyatuan kepentingan Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai satu badan usaha ekonomi tunggal. 3. Evaluasi atas pembelian dan penyatuan kepentingan Perbedaan antara pembelian dan penyatuan kepentingan terletak pada pemilihan dan penafsiran satuan usaha yang bertahan. Dalam pembelian, satu dari badan usaha badan usaha yang bergabung itu yang bertahan; yang lainnya mati baik bentuk maupun jiwanya. Akan tetapi, dalam penyatuan kepentingan, perseroan yang bertahan dengan benar merupakan gabungan dari dua atau lebih badan usaha ekonomi yang terus berjalan Laba per Saham
Rasio laba per saham mungkin merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan karena dianggap mengandung informasi yang berguna dalam membuat prediksi mengenai dividen per saham di masa depan dan harga saham di masa depan. Laba per saham juga dianggap relevan dalam evaluasi atas efektivitas manajemen dan kebijakan dividen Perhitungan Jumlah Saham
Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi pemegang saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait sebagai penyebut. Penjelasan perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Laba per saham primer Mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun tersebut ditambah jumlah saham yang mewakili sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa dan mempunyai efek dilutive.
37 | Konsep Laba Dan Konsep Ekuitas
View more...
Comments