Makalah Konsep Al-Hulul & Al-Ittihad

April 1, 2019 | Author: Moh. Mujib | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Konsep Al-Hulul & Al-Ittihad...

Description

MEMBEDAH KONSEP AL-HULUL DAN AL-ITTIHAD DALAM DUNIA TASAWUF (Studi Tentang Tentang Konsep Ketuhanan Husain Ibn Manshur al-Hallaj dan Abu Yazid al-Bustami) A. Prolog log

Manusia Manusia adalah adalah makhluk makhluk yang paling sempurna sempurna bila dibanding dibandingkan kan dengan makhluk lain. Sejak lahir, manusia telah dibekali dengan berbagai kemamp kemampuan uan.. Kemamp Kemampuan uan untuk untuk menden mendengar garkan kan,, meliha melihatt dan dan memaha memahami mi  berbagai fenomena alam berdasarkan kecerdasan dengan sarana panca indera yang yang sempur sempurna. na. Bahkan Bahkan dalam dalam kronol kronologi ogi pen pencip ciptaa taanny nnya, a, sengaj sengajaa Allah Allah memilihkan dengan prosedur (cara) yang berbeda. Secara umum, dalam diri manusia terdapat dua dimensi yang antara keduanya kedu anya saling saling mendukun mendukung. g.  Pertama , dimensi dimensi jasmaniya jasmaniyahh (jasad) (jasad) yang dalam kronologi penciptaannya berasal dari tanah. 1 Fenomena ini membangun sebuah argumentsi yang kokoh bahwa secara jasmaniyah manusia berasal dari tanah dan yang memuaskannya, semua berasal dari tanah serta ketika matipun,  jasad dikembalikan ke tanah.  Kedua, dimensi ruhani (ruh) yang berasal dari Allah.2 Konsekuensi logisnya, bahwa ruh berasal dari Allah dan yang bisa memuaskannya juga sesuatu yang berasal dari Allah serta ketika manusia dinyatakan mati, maka ruh kembali kepada Allah. Dimensi

jasad,

mengantarkan

manusia

memiliki

fitrah

(kecenderu (kecenderungan ngan)) membutuhk membutuhkan an sesuatu sesuatu yang bersifat bersifat materi. materi. Sebalikny Sebaliknya, a, dimensi ruh mengantarkan manusia memiliki fitrah insting keberagaman 3, yang cenderung bernuansa spiritualis. Antara keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh dalam diri manusia. Perspektif manusia seperti ini memberikan  pilihan yang bersifat probability bahwa manusia bisa terjerumus ke dalam   jur juran angg keni kenist staa aann yang yang jauh jauh dari dari perik perikem eman anus usia iaan an atau atau bahk bahkan an mamp mampuu

1 2

Lihat : al-Qur’an al-Karim Surat al-Mukminun (23) : 12-14. LIhat : al-Qur’an al-Karim surat al-Hijr (15) : 29 dan lihat juga dalam surat Shaad (38) :

72. 3

M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Al-Asma’ al-Husna Dalam Perspektif alQur’an, Jakarta, Lentera Hati, Cetakan VIII, 2006, hal. XVII.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

1

memahami secara komprehensif dan mengantarkannya mengantarkannya mendapat derajat yang tinggi baik dihadapan Allah maupun dihadapan sesama manusia. Manusia yang mampu memahami dirinya secara utuh, maka akan sampai pada pengetahuan kedekatannya kedekatannya tentang Tuhan. Artinya, Artinya, manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri, maka sungguh ia telah mengetahui dan mengenal Tuhannya. Tuhannya. 4 Pada tataran ini, tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan langsung antara manusia dengan Allah. 5 Menuru Menurutt Harun Harun Nasuti Nasution on “Intis “Intisari ari dari dari mistis mistisme, me, termas termasuk uk didala didalamny mnyaa sufisme adalah kesadaran adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhannya dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran  berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad i ttihad bersatu dengan Tuhan.6 Manshur al-Hallaj dalam pengalaman spiritualnya, menemukan sebuah formulasi komunikasi ideal antara manusia dengan Tuhannya. Formulasi ini dibang dibangun un berdas berdasark arkan an perse persepsi psinya nya yang yang utuh utuh bahwa bahwa antar antaraa manus manusia ia dan dan Tuhan Tuhan memiliki memiliki dua sifat sifat yang yang sama, sama, yaitu al-Lahut  dan al-Nasut . Apabila Apabila kedua sifat ini melebur jadi satu, maka berarti antar manusia dengan Allah sebagai Tuhannya bisa menyatu. Momentum menyatunya antara al-Lahut  dan al-Nusut  ini dalam teori tasawufnya Mansur al-Hallaj disebut al-Hullul .

Abu Yazid al-Bustami al-Bustami dalam peng pengalam alaman an spiritualny spiritualnyaa menemuka menemukann sebuah formulasi yang dikenal dengan istilah  fana’, baqa’ , dan ittihad , istilah ini lahir setelah beliau mengungkapkan perkataan ganjilnya yang seolah-olah  bertentangan dengan kebiasaan sehari-hari pada pengalaman banyak orang B. Konsep Konsep al-Hulul al-Hulul dalam dalam teoriny teorinya a Mansur Mansur al-Hallaj al-Hallaj 1. Sket Sketsa sa Biog Biogra rafi fi dan dan Bang Bangun unan an Pemi Pemiki kira ran n Ke Keag agam amaa aan n Mans Mansur ur alalHallaj. 4

M. Amin Amin Syukur Syukur,,   Zikir Menyembuhkan Menyembuhkan Kankerku Kankerku : Pengalaman Pengalaman Kesembuhan Kesembuhan  Seseorang Penderita Kanker Ganas yang Divonis Memiliki Hidup Hanya Tiga Bulan , Jakarta, Hikmah (PT Mizan Publika), Cetakan II, 2007, hal. 57. 5 Yusuf Qardawi , , Al-Iman wa al-Hayat , (terj. Jaziratul Islamiyah), Jakarta, Mitra Pustaka, Cetakan V, 2002, hal. 65. 6 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta Bulan Bintang, 1973), 56.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

2

Manshur Manshur al-Hallaj al-Hallaj lahir di Persia Persia (Iran) pada tahun 224 H/858 M.   Nama Nama lengka lengkapny pnyaa adalah adalah Abu al-Mug al-Mughis histt al-Hus al-Husain ain ibn Mansur Mansur ibn Mahma al-Baidlawi al-Hallaj. al-Hallaj .7 Ayahnya bekerja sebagai pemital kapas. Kakeknya yang bernama Mahma adalah seorang Majusi. 8 Ketika masih kecil, kecil, ayahn ayahnya ya pindah pindah ke Tustar ustar,, kota kota kecil kecil dikawa dikawasan san Wasith, asith, dek dekat at Baghdad. Masa kecilnya banyak dihabiskan untuk belajar ilmu keagamaan. Sejak kecil, al-Hallaj mulai belajar membaca al-Qur’an, sehingga berhasil menjadi penghafal al-Qur’an ( hafidz) . Pemahaman tasawuf pertama kali ia kenal dan pelajari dari seorang sufi yang bernama Sahl al-Tustari .9 Karena  pengembaraannya  pengembaraannya yang intens, maka ia dikenal dikenal sebagai seorang sufi yang yang   ber berke kela lana na ke berb berbag agai ai daer daerah ah.. Berk Berkel elan anan anya ya ke berb berbag agai ai daer daerah ah,, mengantarkan ia dapat berkelana, bertmu, berteman dan bahkan berguru kepada para sufi kenamaan pada masa itu. Menginjak usia 20 tahun, al-Hallaj meninggalkan Tustar menuju kota kota Basr Basraa dan dan berg bergur uruu kepa kepada da   Amr Untu tukk memp memper erda dala lam m Amr Makki Makki. Un keilmuannya, seterusnya pindah ke kota Bagdad untuk menemui sekaligus  berguru kepada tokoh sufi modern yang termasyhur, yaitu al-Junaid al Baghdadi. Ia digelari al-Hallaj karena penghidupannya yang dia peroleh

dari memintal wol.10 Dalam sumber lain dijelaskan, bahwa disebut alHallaj karena dapat membaca pikiran-pikiran manusia yang rahasia, maka terkenal dengan Hallaj al-Asror , penenun ilmu ghaib. 11 Selanjutnya, al-Hallaj muda pergi ke kota Makkah. Di kota suci ini, ia menetap selama kurang lebih satu tahun. Selama di kota suci ini ia tinggal dan bermukim di pelataran Masjid al-Haram sambil melakukan  praktek kesufiannya. Pada situasi dan kondisi seperti inilah, ia mengalami 7

Azyumardi Azra, et. Al.,   Ensiklopedia Islam, Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Cetakan X, 2002, hal. 74. 8 Kamil Musthafa al-Syaiby ,   Syarah Syarah al-Diwan al-Diwan li al-Hallaj  al-Hallaj  (Beirut : Maktabah An Nahdhoh, 1974), 19 9 Azyumardi Azra, I b i d . 10 M. Abd. Hadi W., dalam pengantar Saleh Abdul Sabur, Tragedi al-Hallaj , Pustaka, Bandung, 1976, viii. 11 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta, Raja Grafindo, 1997), 144.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

3

dan merasakan sebuah pengalaman spiritual yang tiada tara bandingannya. bandingannya. Dalam sebuah pengakuannya, pengakuannya, ia telah mengalami pengalaman mistik yang luar biasa, yang pada wacana berikutnya kemudian terkenal dengan istilah hulul. 12

Pada ujung proses merasakan dan mengalami pengalaman spiritual yang luar bisa tersebut, al-Hallaj memutuskan untuk kembali ke kota Bagh Baghda dadd dan dan mene meneta tapp di kota kota ini ini samb sambil il teru teruss meny menyeb ebar arka kann ajar ajaran an tasawufnya. Namun demikian, keadaan menentukan lain dan memaksanya menjadi rakyat yang tertindas dari kekejaman penguasa saat itu. Pada tanggal 18 Dzulkaidah 309 H / 922 M ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati mati oleh oleh pen pengus gusaa Dinas Dinasti ti Abb Abbas asiya iyahh (Khalif (Khalifah ah Al-Muk Al-Muktad tadir ir Billah Billah). ). Motive dan latar belakang penangkapan dan vonis hukuman mati ini adala adalahh bermu bermuara ara dari dari tuduha tuduhann memba membawa wa pah paham am hulul  yang dianggap dianggap meny menyes esat atka kann umma ummat. t. Sisi Sisi lain lain,, al-H al-Hal alla lajj juga juga ditu ditudu duhh memp mempun unya yaii hubungan dengan Syiah Qaramitah. 13 2. Konsep Konsep al-Hull al-Hullul ul Mans Mansur ur al-H al-Hall allaj aj

Kons Ko nsep ep yang yang dius diusun ungg oleh oleh Mans Mansur ur al-H al-Hal alla lajj dala dalam m prak prakte tek  k   pengalaman tasawufnya sebenarnya berpijak dari kedekatannya dengan Tuha uhan. n. Kedeka Kedekatan tan beriku berikutt den denga gann segala segala atribu atributt nua nuansa nsa spiritu spiritualn alnya ya   bertumpu bertumpu pada konsep konsep teologi teologi yang masih dalam koridor spiritualit spiritualitas as Islam ( Islamic   Islamic Spirituality). Spiritualitas Islam 14 yang senantiasa identik  denga dengann upaya upaya menya menyaksi ksikan kan Yang Satu, Satu, mengu mengungk ngkap ap Yang Satu, Satu, dan 12

Ibid Syiah Qaramitah adalah sebuah kelompok Syiah beraliran garis keras yang dipimpin oleh Hamdan bin Qarmat yang menentang dan memusuhi pemerintah Dinasti Abbasiyah sejak  ., Ibid ., abad kesepuluh sampai dengan abad ke sebelas, Lihat : Azyumardi Azra, Azra, et.al., Ibid  ., hal. 74-75. 14 Spiritualis Islam (Islamic Sprirituality) sebagaimana dijelaskan secara khusus oleh Sayye Sayyedd Hossei Hosseinn Nasr Nasr adalah adalah sebuah sebuah pen pengal galama amann dan pen penget getahu ahuan an akan akan keesaa keesaann Allah Allah dan realisasinya dalam pemikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan, serta berangkat dari kemauan, jiwa, dan kecerdasan yang pada puncaknya adalah menjalani hidup dan melakukan perbuatan yang senantiasa sejalan kehendak Ilahi, mencintainya dengan segenap wujud, dan akhirnya mengenal Nya melalui pengetahuan integrative dan iluminatif, yang realisasinya tidak akan pernah dapat terpisahkan dari cinta, dan tidak akan mungkin tanpa kehadiran perbuatan yang benar. Lihat : Sayye Sayyedd Hossei Hosseinn Nasr Nasr (ed.), (ed.),   Ensiklope Ensiklopedi di Tematis ematis Spiritualitas Spiritualitas Islam : Manifestas Manifestasi  i  , (tim (tim  penerjemah Mizan), Bandung, Mizan, 2003, hal. Xxiii. 13

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

4

menge mengenal nalii Yang Satu, Satu, Tuha uhann dalam dalam kemutl kemutlaka akann Realita Realitas-N s-Nya ya yang yang melamp melampaui aui segala segala manife manifesta stasi si dan determ determina inasi, si, Sang Sang Tung unggal gal yang yang ditegaskan dalam al-Qur’an dengan nama Allah. 15 Ajaran tasawuf al-Hallaj yang terkenal adalah konsep hulul . Tuhan dipa dipaha hami mi meng mengam ambi bill temp tempat at dala dalam m tubu tubuhh manu manusi siaa terte tertent ntuu setel setelah ah manusia tersebut betul-betul berhasil melenyapkan sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuhnya. Menurut al-Hallaj bahwa Tuhan mempunyai dua sifat dasar, yaitu al-lahut  (sifat ketuhanan) dan al-nasut  (sifat kemanusiaan). 16 Demikian

 juga manusia juga memiliki dua sifat dasar yang sama. Oleh karena itu, anta antara ra Tuhan uhan dan dan manu manusi siaa terd terdap apat at kesa kesama maan an sifa sifat. t. Argu Argume ment ntas asii   pemah pemahama amann ini diban dibangun gun berdas berdasark arkan an kan kandun dungan gan makna makna dari dari sebua sebuahh hadits yang mengatakan bahwa : “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam Adam sesua sesuaii denga dengann ben bentuk tukNya Nya”” sebag sebagaim aimana ana diriwa diriwaya yatka tkann oleh oleh Bukhar Bukhari, i, Musl Muslim im,, dan dan Ah Aham amad ad bin bin Ha Hamb mbal al atau atau Imam Imam Ha Hamb mbal ali. i. Ha Hadi dits ts ini ini memberikan wawasan bahwa di dalam diri Adam as terdapat bentuk Tuhan yang disebut al-lahut . Sebaliknya di dalam diri Tuhan terdapat bentuk  manusia yang disebut al-nasut . Berdasarkan pemahaman adanya sifat antara Tuhan dan manusia tersebut, maka integrasi atau persatuan antara Tuhan dan manusia sangat mungki mungkinn terjad terjadi. i. Proses Proses bersat bersatuny unyaa antara antara Tuha uhann dn manusi manusiaa dalam dalam  pemahaman ini adalah dalam bentuk  hulul .17 Bersa Bersatuny tunyaa antara antara Tuhan Tuhan dan

manusi manusiaa harus harus melalui melalui prose prosess

  bersya bersyarat rat,, dimana dimana manaka manakala la manus manusia ia berkei berkeingi nginan nan menya menyatu tu den dengan gan Tuhan uhanny nya, a, maka maka ia haru haruss mamp mampuu mele meleny nyap apka kann sifa sifatt al-n al-nas asut utny nya. a. Lenyapnya sifat al-nasut, maka secara otomatis akan dibarengi dengan munc munculn ulnya ya sifa sifatt al-la al-lahu hutt dan dan dala dalam m kead keadaa aann sepe sepert rtii inil inilah ah terj terjad adii  pengalaman hulul. 18 15

Sulaiman Al-Kumayi,  Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym , Semarang, Pustaka  Nuun, 2004, hal. 4. 16 Azyumardi Azra, et.al., op.cit , hal. 75 17  Ibid . 18 M. Amin Syukur,  Menggugat Tasawuf , Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999, hal. 57.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

5

Untu Un tukk mele meleny nyap apka kann sifa sifatt al-n al-nas asut ut,, seor seoran angg hamb hambaa haru haruss memperbanyak ibadah. Dengan membersihkan diri melalui ibadah dan  berhasil usahanya melenyapkan sifat ini, maka yang tinggal dalam dirinya hanya sifat al-lahut. Pada saat itulah sifat al-nasut Tuhan turun dan masuk  ke dalam tubuh seorang Sufi, sehingga terjadilah hulul 19, dan peristiwa ini terjadi hanya sesaat. Pernyataan al-Hallaj bahwa dirinya tetap ada, yang terjadi adalah  bersatunya sifat Tuhan di dalam dirinya, sebagaimana ungkapan ungkapan syairnya :

‫ل ث ا ق ب‬ ‫و ت ـ ـ ـ ـ ـ ـ ه‬  ‫س ن ا‬ ‫س ر‬  ‫ل ش ا‬  ‫ك‬ ‫ة‬ ‫ص و‬ ‫ف ى‬

‫ ا س و ت ه‬ ‫ر‬ ‫ أ ظ‬  ‫ م‬  ‫ح ا‬ ‫ س‬    ‫ر‬ ‫ظ ا‬ ‫ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ه‬ ‫ل خ‬  ‫د‬  

“Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya membukakan rahasia ketuhana ketuhanan-Ny n-Nya a yang gemilang gemilang.. Kemudian Kemudian kelihata kelihatan n bagi makhlukn makhluknya ya 20 dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum” .

Dalam syair di atas tampak Tuhan mempunyai dua sifat dasar keTuhanan, Tuhanan, yaitu “Lahut” dan “Nasut”. Dua istilah ini oleh al-Hallaj diambil dari falsafah Kristen yang mengatakan bahwa Nasut Allah mengandung tabiat kemanusiaan di dalamnya. 21 Dalam konsep hulul al-Hallaj dimana Tuhan Tuhan dengan sifat ketuhanan menyatu dalam dirinya, berbaur sifat Tuhan itu dengan sifat kemanusiaan. kemanusiaan. Penyatuan antara roh Tuhan dengan roh manusia dilukiskan oleh al-Hallaj di dalam syairnya sebagai berikut :

 ‫ل ز‬ ‫اء‬ ‫ا ل‬ ‫ر ة‬ ‫زج‬ ‫ت‬  ‫ــ ـا‬   ‫ك‬ ‫ف ى‬ ‫ا‬    ‫ذ‬ ‫فإ ذ‬

‫ا‬ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫فى‬     ‫م ز‬   ‫ـ ــ ــ ــ ــ ــ ــ ـن ى‬ ‫م‬ ‫ي ئ‬   ‫م‬  ‫ف إذ‬  

“ JiwaMu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur dicampur  denga dengan n air suci. suci. Dan Dan jika jika ada sesuat sesuatu u yang yang me menye nyentu ntuh h Engka Engkau, u, ia menyentuh aku pula dan ketika itu dalam setiap keadaaan Engkau adalah aku”.22 19

Azyumardi Azra, et.al., op.cit .,., hal. 75 Kamil Musthafa al-Syaiby, Syarah al-Diwan al-Hallaj , (Beirut, Maktabah, an Nahdhoh, 1974), 18 21 Abdul Kadir Mahmud, al-Fikr al-Islami wa al-Falsafat al-Muaridlah fi al-Qadim wa al-Hadits (Mesir : Hajah al-Misriyah al-Ammah li al-Kitab, 1986), 78 22 Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, The Secret of Ana L-Haqq, (Jakarta : Rajawali, 1986), 21 20

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

6

Bahkan Bahkan didalam didalam syairnya syairnya yang lain, al-Hallaj al-Hallaj melukiska melukiskann deng dengan an sangat jelas bahwa :

‫ا‬ ‫ـ ـ د‬ ‫ن ا‬  ‫ا‬  ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ـ ـ ـ ر‬ ‫ر ت ه‬  ‫ذ‬

‫ا‬  ‫و‬ ‫أ‬  ‫م‬  ‫و‬ ‫أ‬  ‫م‬ ‫ا‬ ‫ر ت ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ه‬ ‫ر ت ن ى‬ ‫ذ‬ ‫ف ا ذ‬  

“ Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucinta adalah aku.  Kami adalah dua roh yang bersatu dalam satu tubuh. Jika engkau lihat  aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat kami ”.23

Tatkala atkala peristiwa peristiwa hulul sedang sedang berlangsu berlangsung, ng, keluarlah keluarlah syatahat syatahat (kata-kata aneh) dari lidah al-Hallaj yang berbunyi  Ana al-Haqq (Aku adalah Yang Maha Benar). Kata al-Haq dalam istilah tasawuf, berarti Tuhan. Sebagian masyarakat saat itu menganggap al-Hallaj telah kafir, karen karenaa ia mengak mengakuu diriny dirinyaa sebaga sebagaii Tuhan Tuhan.. Padah Padahal al yang yang seben sebenarn arnya ya,, dengan segala kearifan dan kerendahan hati spiritualnya, al-Hallaj tidak  menga mengaku ku demiki demikian. an. Persp Perspekt ektif if ini dibang dibangun un berdas berdasark arkan an ungka ungkapa pann syairnya yang lain dengan mengatakan bahwa :

‫ي ن ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ن ا‬  ‫ر‬ ‫ف‬  ‫ا‬ ‫أ‬ 

‫ ا‬ ‫ أ‬  ‫ ل ح ـ ـ‬ ‫ م ا‬  ‫ ل ح‬ ‫س ر‬ ‫ ا‬ ‫أ‬

“ Aku adalah Rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha  Benar itu aku, aku hanya satu dari yang benar, benar, dibedakanlah antara kami 24 atau aku dan Dia Yang Maha Benar” .

Dalam pengertian lain dapat diungkapkan bahwa syatahat yang kelua keluarr dari dari mulut mulut al-Hal al-Hallaj laj tidak tidak lain lain adalah adalah ucapa ucapann Tuhan Tuhan melal melalui ui lidahnya.25 Dengan ungkapan ini, semakin tidak mungkin untuk memahami  bahwa maksud al-Hallaj dengan hululnya dalam berbagai syairnya adalah dirinya al-Haq. Jadi karena sangat cintanya kepada Allah menjadikan tidak  ada pemisah antara dirinya dengan kehendak Allah, seolah-olah dirinya

23

Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam , (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), 90. Lihat juga Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, Op. Cit., 23 24

 Ibid 

25

Azyumardi Azra, et.al., Log.cit , hal. 75

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

7

dan Tuhan adalah satu. Sebagaimana diungkapkan dalam syairnya : “Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucintai adalah aku” .26 Seandainya apa yang dikemukakan oleh Harun Nasution, tentang tafsiran al-Hallaj mengenai perintah Tuhan agar sujud kepada Adam (QS. 2 : 34) adalah pendapat yang sebenarnya yang dimaksud oleh al-Hallaj, tentu ini pandangan yang sesat. Karena apabila masuk ke jiwa seseorang misalnya Isa, maka jadilah Tuhan semisal Isa, ini bertentangan dengan firman Allah “Laisa kamitslihi syaiun”. Apabila dengan masuknya Tuhan ke dalam diri manusia tidak dengan tidak mengurangi keberadaan Tuhan, maka berarti ada dua Tuhan atau sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya belahan Tuhan yang dapat dinamakan dengan anak Tuhan sebagaimana yang disebut penganut Kristen sekarang, tentu ini sangat bertentangan dengan Al-Qur’an Surat Al-Ikhlash.  Namun pendapat al-Hallaj bahwa dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan itu akan masuk ke dalam diri manusia dengan jalan fana’ yaitu deng dengan an meng menghil hilan angk gkan an sifa sifatt kema kemanu nusi siaa aan, n, hal hal ini ini dapa dapatt dite diterim rima. a. Sebagaima Sebagaimana na menurut menurut al-Hallaj al-Hallaj ia buka bukanlah nlah Yang Yang Maha Benar, Benar, tetapi tetapi hanyalah satu dari yang benar. Jadi menurutnya, ia bukan Tuhan. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam manafsirkan atau memahami ajaran alHallaj adalah bahwa menurutnya, Tuhan mengisi diri manusia-manusia tertentu dengan sifat ketuhanan , maka jadilah manusia itu satu dari yang

 benar,  benar, dialah manusia yang memiliki / dikaruniai sifat Tuhan. C. Konsep al-Ittihad dalam teorinya Abu Yazid al-Bustami 1. Sket Sketsa sa Biog Biogra rafi fi

 Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Taifur bin Isa Surusyan, juga dikena dikenall den dengan gan Bayazi Bayazid. d. Beliau Beliau dikena dikenall sebag sebagai ai salah salah seoran seorangg sufi sufi kenamaan Persia abad ke-III dari Bistam wilayah Qum, 27 lahir pada tahun 26

Kamil Kamil Musthafa Musthafa al-Syaiby al-Syaiby,,   Syarah Syarah al-Diwan al-Diwan al-Hallaj  al-Hallaj  , (Beiru (Beirut, t, Maktab Maktabah, ah, an Nahdhoh, 1974), 27 27 Team Penyusun Ensiklopedia Islam,   Ensiklopedi Islam, Jilid I, Jakarta, Ikhtiar Baru Van Hoeve : 1994, hal. 262.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

8

874 M dan wafat pada usia 73 tahun. 28 Ayahnya seorang pemimpin di Bistam Bistam dan ibunya ibunya seora seorang ng yang yang zahid, zahid, sedang sedangkan kan kak kakek eknya nya seoran seorangg Majusi yang memeluk Islam dan menganut madzhab Hanafi. 29 Abu Yazid mengatakan “Dua belas tahun lamanya aku menjadi  penempa besi bagiku. Kulempar diriku dalam tungku riyadhah. Kubakar  dengan api mujahadah. Kuletakkan diatas alas penyesalan diri sehingga dapatlah kujumpai sebuah cermin diriku sendiri. Lima tahun lamanya aku menjadi cermin diriku yang selalu kukilapkan dengan bermacam-macam ibadah dan ketaqwaan. Setahun lamanya aku memandang cermin diriku dengan penuh perhatian, ternyata diriku kulihat terlilit sabuk takabbur, keco kecong ngka kaan an,,

ujub ujub,,

riy riya’, a’,

kete keterg rgan antu tung ngan an

kepa kepada da

keta ketaat atan an

dan dan

membanggakan amal. Kemudian aku beramal selama lima tahun sehingga sabuk itu putus dan aku merasa memeluk Islam kembali. Kupandang para makhluk dan aku lihat mereka semua mati, sehingga aku kembali dari  janazah mereka semua. Aku sampai kepada Allah dengan pertolongan-Nya tanpa perantara makhluk”. 30 2. Konsep Konsep al-Ittih al-Ittihad ad Abu Yazid al-Bu al-Busta stami mi a. Al-F Al-Fan ana’ a’ dan dan al-B al-Baq aqa’ a’

Keadaan  fana’-baqa’  dan ittihad  sebagaimana yang dialami oleh Abu Yazid dalam pengalaman tasawwufnya, merupakan tiga aspek dalam suatu pengalaman sufi yang tejadi setelah tercapainya makam ma’rifat . Dan hal ini tidak banyak sufi yang mencapai tataran demikian, bahkan kala kalaup upun un ada ada maka maka tidak tidak akan akan pern pernah ah lepa lepass dari dari dijum dijumpa pain inya ya proprokont kontra rada dari ri kala kalang ngan an umat umat Isla Islam m send sendir iri, i, teru teruta tama ma dari dari kala kalang ngan an mutaka mutakallim llimun, un, karena karena perja perjalan lanan an para para sufi sufi pad padaa maqam maqam yang yang setela setelahh menca mencapai pai tingkat tingkatan an

28

hampir ir ma’rifat  hamp

sela selalu lu diny dinyat atak akan an seba sebaga gaii

Harun Nasution , Falsafah dan Mistisme Dalam Islam , Jakarta, Bulan Bintang : 1973,

hal. 81 29

Team Penyusun Ensiklopedia Islam , Op. Cit .,., hal. 262 Abu al-A’la al-A’la al-Afifi, Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi , Kairo, Lajnah Taklif  wa al-Tarjamah al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969, hal. 25 30

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

9

 bertentangan dengan ajaran islam, meskipun upaya demikian dilakukan dalam rangka mendekatkan diri sedekat mungkin pada Sang Pencipta. Dalam perspektif sufi hal ini sangat penting, karena salah satu inti tasawu tasawuff adalah adalah perasa perasaan an hilang hilangny nyaa seluru seluruhh sifat sifat keman kemanusi usiaan aan yang yang kmudian diganti dengan sifat-sifat ketuhanan. Kondisi ini tercapai dengan sebuah keyakinan bahwa seluruh sifat kemakhlukan manusia merupakan   bay bayin ingg semu semu yang yang tidak tidak teta tetap, p, seda sedang ngka kann sifa sifat-s t-sifa ifatt tuha tuhann adal adalah ah  permanen, yang diproses melalui penghilangan kepribadian dan perasaan terhadap semua yang ada disekitarnya terlebih dahulu. Dengan hilangnya semua perasaan dan kehendak pada sesuatu itu, akan hilang pula berbagai keinginan untuk memiliki benda duniawi. Seorang sufi yang hendak bersatu dengan tuhan;ittihad terlebih dahulu harus melalui dengan dua keadaan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu keadaan  fana’ , yakni, kesirnaan-peleburan; penghancuran perasaan atau kesadaran seseorang tentang dirinya dan makhluk lain disekitarnya, dan baqa’ , tetap, kekal, yakni tetap dalam kebajikan dan kekal dalam sifat ketuhanan.31  Fana’-baqa’  merupakan pengetahuan atau pengalaman yang tidak 

 bisa diperoleh melalui pemikiran, tetapi diberikan oleh Tuhan melalaui  penerangan yang merupakan rahasia tuhan. Dikatakan demikian karena  perjalanan ini diidentikan dengan hancurnya sifat jiwa, atau sirnanya sifatsifat tercela, maka barang siapa fana’ dari sifat tercela, maka pada dirinya akan muncul sifat-sifat terpuji. 32  Fana’ dan baqa’  merupkn sesuatu yang kembar, karena ia terjadi

dldm waktu yang bersamaan, sehingga jika terjadi  fana’, dimana pada waktu kesadaran dengan diri dan alam sekelilingnya telah hilang maka  bersamaan dengan itu ia mengalami baqa’ , yaitu munculnya kesadaran akan kehadirannya disisi Tuhan.

31

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek , Op. Cit., hal. 83 Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, al-Taftazani,  Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam, Terj. Ahmad Rafi’ Usman, Usman, Bandung, Pustaka ; 1985, hal. 106 32

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

10

Abu Yazid Yazid mendapatkan pengalaman ini setelah melalui perjalanan yang sangat berat yaitu ketika beliau melakukan ibadah haji; Aku pergi ke Makkah dan melihat sebuah rumah berdiri tersendiri, aku aku berk berkat ata; a; hajik hajikuu tida tidakk dite diterim rimaa kare karena na aku aku meli meliha hatt bany banyak ak batu batu semacam ini, aku pergi lagi dan melihat rumah itu dan juga Tuhan rumah itu. Aku berkata, ini masih bukan pengesahan yang hakiki. Aku pergi untuk ketiga kalinya dan aku hanya melihat Tuhan rumah itu, kemudian suara dalam batinku berbisik; wahai bayazid, jika engkau tidak melihat dirimu sendiri engkau tidak akan menjadi seorang musyrik walau emgkau melihat seluruh jagad raya. Karena engkau masih melihat dirimu sendiri, engkau adalah seorang yang musyrik walaupun engkau buta terhadap seluruh jagad raya. Maka aku bertobat lagi, dan tobatku kali ini adalah tobat dari memandang wujudku sendiri. 33 Fana’ di kalangan sufi merupakan kejadian yang temporal, tidak   berlangsung secara terus menerus, seandainya kejadian ini berlangsung secar secaraa terus-m terus-mene enerus rus niscay niscayaa akan akan merus merusak ak ibadah ibadah lain lain yang yang justru justru merup merupaka akann hal yang yang dap dapat at menga menganta ntarr keadaa keadaanny nnyaa kep kepada ada tingkat tingkatan an demikian, maka dapat dikatakan bahwa hal ini akan bertentangan dengan ajaran syar’i yang merupakan pantangan pula bagi pelaku sufi. Abu

Yazid

dikenal

sebagai

seorang

sufi

yang

sangat

memperhatikan syariat dan ajaran agama, meskipun beliau hampir selalu dalam keadaan “mabuk”hingga saat shalat tiba, ketika waktu shalat telah tiba, beliau kembali kepada kesadaran, seusai melaksanakan shalatnya, apabila di kehendaki ia kembali kepada  fana’.34 Dengan demikian seorang sufi tidak meninggalkan syariat agama,  bahkan ketaatan menjalankan seluruh ajaran akan senantiasa di upayakan semaksimal mungkin dalam rangka memenuhi standar untuk menjaga kesucian jiwanya dari sifat-sifat tercela yang akan mengganggu kebersihan  jiwanya. 33

Al-Hujriwi, Kasyf al-Mahjub, Mesir, Lajnah al-Ta’rif al-Ta’rif bi al-Islam, 1934, hal 524 Abu Bakar al-Kalbadzi, al-Ta’arruf al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf  al-Tasawwuf , Kairo, Maktabah alKulliyah al-Azhariyyah, 1969, hal. 147 34

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

11

b. AlAl-Itt Ittiha ihad

Keadaan ini merupakan suatu tingkatan dalam tasawuf, dimana seorang sufi merasakan dirinya telah bersatu dengan Tuhan, saat yang menci mencinta ntaii dan yang yang dicint dicintai ai telah telah menya menyatu, tu, sehing sehingga ga salah salah satu satu dari dari mereka dapat memanggil yang lain dengan kata “hai aku”. Ittihad Ittihad tidak tidak muncul muncul den dengan gan begit begituu saja, saja, tetapi tetapi harus harus setela setelahh menenpuh tingkatan  fana’-baqa’  yang dapat ditempuh dengan menyadari keadaan dirinya sebagai individu yang terpisah dari Tuhannya, dilanjutkan denga dengann memper memperjua juangk ngkan an tersin tersingka gkapny pnyaa pembat pembatas as yang yang mengh menghala alangi ngi   panda pandanga ngann mata mata hatiny hatinya, a, den denga gann mengik mengikis is sifat-s sifat-sifa ifatt tercel tercela, a, yang yang dilakukan secara terus manarus. Setelah Abu Yazid mengalami ke-fana’an , dengan sirnanya segala sesua sesuatu tu yang yang selain selain Allah Allah dari dari pan panda danga nganny nnya, a, saat saat itu dia tidak tidak lagi lagi menyaksikan selain hakikat yang satu, yaitu Allah. Bahkan dia tidak lagi meliha melihatt diriny dirinyaa sendir sendirii karen karenaa diriny dirinyaa telah telah terleb terlebur ur dalam dalam Dia yang yang disaksikannya. Dalam keadaan yang seperti ini terjadi penyatuan dengan Yang Maha Benar. Kondisi seperti itu telah menghilangkan batas antara sufi dengan Tuhan, antara yang mencintai dan yang dicintai. Pada saat seperti ini sufi dapat melihat dan merasakan rahasia Tuhan. Ketika sufi telah menyatu dengan Tuhan, sering terjadi pertukaran peran antara sufi dengan Tuhan. Saat itu sufi tidak lagi berbicara atas namanya, melainkan atas nama Tuhan, atau Tuhan berbicara melalui mulut sufi, yang keluar  dari dari

mulu mulutn tnyya

ungk ungkap apan an-u -ung ngka kapa pann

yang ang

kede kedeng ngar aran anny nyaa

ganj ganjil il,,

sebagaimana yang pernah diungkapkan Abu Yazid; pada suatu ketika aku dinaikkan kehadirat Tuhan dan ia berkata “Abu Yazid, makhluk-Ku ingin meliha melihatt engka engkau” u”,, aku aku menjaw menjawab ab “keka “kekasih sihku ku aku tidak tidak ingin ingin meliha melihatt mereka, tetapi jika itu kehendak-Mu, hiaslah aku dengan keesaan-Mu, sehingga jika makhluk-Mu melihat aku, mereka akan berkata ‘telah kami lihat engkau’, tetapi yang mereka lihat sebenarnya adalah Engkau, karena ketika itu aku tidak ada disana”. 35 35

Syarah Syarah Binti Binti Muhsin Muhsin ibn Abdullah Abdullah ibn Jalawi Jalawi,,   Nadzariyy Nadzariyyah ah al-Ittisha al-Ittishall ‘ind al Shufiyyah fi al-dhau’ al-Islam, Jeddah, Dar al-Manarah ; 1991, hal 31.

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

12

Ketika terjadi ittihad secara utuh, Abu Yazid mengatakan dalam  syatahatnya : “Tuhan berkata ; semua mereka kecuali engakau adalah

makhluk-Ku”, akupun berkata, “Aku adalah Engkau, Engaku adalah aku adalah Engkau”, maka pemilahanpun terputus, kata menjadi satu, bahkan selu seluru ruhn hnya ya menj menjad adii satu satu.. Dia Dia berk berkat ata, a, “H “Hai ai engk engkau au”, ”, aku aku deng dengan an  perantara-Nya menjawab, “Hai aku”. Dia berkata, “Engkau yang satu”. Aku menjawab, “Akulah yang satu”. Dia selanjutnya berkata, “Engkau adala adalahh engak engaku” u”.. Ak Akuu menja menjawab wab,, “Ak “Akuu adalah adalah aku”. aku”. Kata Kata aku yang yang diucapkan Abu Yazid bukanlah sebagai gambaran diri Abu Yazid tetapi sebagai gambaran Tuhan, karena saat itu Abu Yazid telah bersatu dengan Tuhan, dengan kata lain, dalam ittihad  Abu Yazid berbicara dengan nama Tuhan atau lebih tepat lagi, Tuhan berbicara melalui lidah Abu Yazid .36 Dalam peristiwa lain, Abu Yazid dikunjungi seseorang, kemudian ia bertanya : “Siapa yang engkau cari ?”, jawabnya, jawabnya, “Abu Yazid”, Abu Yazid mengatakan : “Pergilah, di rumah ini tak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi”. 37 Dengan Dengan ucapan ucapan-uc -ucapa apann yang yang telah telah dikemu dikemuka kakan kan,, Abu Yazid azid terlihat telah bersatu dengan Tuhan. Sehingga dia tidak sadar akan diri dan lingkungannya karena yang ada saat itu hanya Allah semata. Sebenarnya Abu Yazid Yazid tetap mengakui adanya wujud, Tuhan dan Makhluk, hanya saja dia merasakan kebersatuan antara keduanya, sedangkan masing-masing masih tetap dalam esensinya, Tuhan tetap Tuhan, makhluk tetap makhluk. Ketika terjadinya ittihad , yang dimaksud bersatu adalah dalam arti ruhani,  bukan hakekat jazad. 38  Ittihad  terjadi terjadi deng dengan an perantara perantara  fana’-baqa’  sebagaima sebagaimana na telah

dikemukakan, digambarkan sebagai jiwa yang kehilangan semua hasrat,  perhatian dan menjadikan diri sebagai obyek Tuhan, Tuhan, dengan cinta di dalam  batin, pikiran sifat-sifat kebaikan yang menimbulkan kekaguman dalam dirinya. Sebagaimana diceritakan bahwa Abu Yazid pernah mengatakan 36

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme Dalam Islam , Op. Cit., hal. 85 Ibid, 86 38 Syarah Binti Muhsin, Op. Cit, hal. 34. 37

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

13

“Aku tidak heran terhadap cintaku pada-Mu, karena aku hanyalah hamba yang hina, tetapi aku heran terhadap cinta-Mu padaku, karena Engkau Raya Yang Maha Kuasa”. Dia juga menyatakan, “Manusia bertaubat dari dosa-dosa mereka, tetapi aku taubat dari ucapanku “Tidak ada Tuhan selain Allah”, Allah”, karena dalam hal ini aku memakai alat dan huruf, sedangkan Tuhan Tuhan tidak dapat dijangkau dengan alat dan huruf” .39 Sema Semaki kinn laru larutny tnyaa dalam dalam ittih ittihad ad,, di suat suatuu pagi pagi sete setela lahh shal shalat at shub shubuh uh,, Ab Abuu Yazid azid pern pernah ah mela melafa falk lkan an kalim kalimat at samp sampai ai oran orangg lain lain menga ngangga nggapn pnyya

oran rang

gila ila

dan dan

menja njauhin uhinyya

denga engann

kali kalim mat,

“Sesungguhnya “Sesungguhnya aku adalah Allah, tiada Tuhan selain aku, maka sembahlah aku, maha suci aku, maha suci aku, maha besar aku”. 40 Ungkapan-ungkapan Ungkapan-ungkapan yang dikeluarkan oleh Abu Yazid Yazid diatas tidak  dapat dilihat secara harfiah, tetapi harus dipandang sebagai ungkapan seorang sufi yang sedang dalam keadaan  fana’ , seluruh pikiran, kehendak  dan tindakannya telah baqa’  dalam Tuhan. Pada dasarnya semua wujud, selain selain wujud wujud Tuha uhann adalah adalah  fana’ , atau atau segala segala sesua sesuatu tu selain selain Tuha uhan, n, dipand dipandan angg dari dari keb kebera erada daan an diriny dirinya, a, sudah sudah tidak tidak ada  fana’ . De Deng ngan an demikian satu-satunya wujud yang ada hanyalah wujud Tuhan. Tuhan. Dalam peng pengalama alamann tasawuf, tasawuf, keadaan keadaan  fana’  para para sufi sufi berbe berbeda da antara satu dengan yang lain. Ada yang kembali kepada keadaan normal sehingga dia tetap menganggap dualitas antara Tuhan dan alam, tetapi ada   pula yang betul-betu betul-betull merasakan merasakan  fana’  yang kemudian kemudian menganta mengantarkan rkan  bersatu dengan Tuhan, sehingga tidak ada perbedaan antara Tuhan, Tuhan, dengan alam, atau sebaliknya. Meskipun Abu Yazid di pandang sebagai tokoh terpandang dalam  bidangnya, ternyata juga mendapat kritik, sebagai contoh adalah al-Thusi, yang memaparkan bahwa ittihad  sebagaimana yang di lakukan oleh Abu Yazid, yang diawali oleh keadaan  fana’ , patut diwaspadai bahaya-bahaya yang akan di timbulkannya, karena menurutnya, sifat-sifat kemanusiaan tidak mungkin sirna dari manusia. Oleh karena itu persangkaan bahwa 39 40

Harun Nasution, Op. Cit . , hal. 84. Ibid, 86

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

14

manusia bisa  fana’, sehingga ia bersifat sebagaimana sifat ketuhanan, adal adalah ah keli keliru ru.. Ak Akib ibat at ketid ketidak ak tahu tahuan anny nya, a, pend pendap apat at itu hany hanyaa akan akan mengantar mereka kepada hulul atau pendapat orang nasrani tentang isa al-Masih.41  Namun juga tidak kurang dari tokoh sufi lain yang memberikan dukungan, sebagaimana di sampaikan oleh Al-Junaidi, yang menyatakan dapat memahami ungkapan yang di keluarkan Abu Yazid. Yazid. Bahkan Abd alQadir al-Jailani memberikan komentar, “Terhadap apa yang di ucapkan  para sufi, tidak bisa dijatuhkan hukum, kecuali apa yang di ungkapkannya dalam keadaan sadar” 42 karena persoalannya tidak lebih dari psikis yang sedang dang diala ialami mi ole oleh masin asingg-ma -masing ing pela pelaku ku sufi sufi yang ang sedan dang melan melangsu gsungk ngkan an tawajj tawajjuh uh den dengan gan Allah Allah sehing sehingga ga keadaa keadaann alam alam dan seisinya benar-benar tertutup dari jangkauan akal mereka. D. Epilog Demikianlah dalam perspektif al-Hallaj dan al-Bustami bahwa Tuhan dan manusia dipahami memiliki dua sifat yang sama. Suatu saat apabila manu manussia

berh berhaasil

mengh enghil ilaangka ngkann

sifat ifat

kem kemanusi nusiaaanny annyaa

deng dengaan

membersihkannya lewat berbagai ibadah yang tulus ikhlas hanya mencari keridlaan Allah, maka dipastikan ia akan bisa bertemu dan menyatu dengan sifat Allah. Sebaliknya, apabila manusia tanpa mau berusaha menghilangkan atau melenyapkan sifat kemanusiaannya, maka sulit untuk bisa dipastikan akan bertemu dan menyatu dengan Allah.

BIBLIOGRAPY

Abd.. Hadi, Abd Hadi, M., W, dalam dalam pen penga ganta ntarr Saleh Saleh Abdul Sabur Sabur,, Tragei Tragei al-Hallaj  al-Hallaj , (Bandung, Pustaka, 1976)

41 42

Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taflazani, Op. Cit .,., hal. 109 Ibid, 119

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

15

al-Fikr al-Islam al-Islamii wa al-Falsafa al-Falsafatt al-Muari al-Muaridhoh dhoh fi alAbdul Kadir Mahmud, al-Fikr Qodim wa al-Hadits,

(Mesir, Hajah al-Misriyah al-Ammah li al-Kitab,

1986) Abu, Wafa’, al-Ghanimi, al-Taftazani,  Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam, Terj. Ahmad Rafi’ Usman, Bandung, Pustaka ; 1985 Abu Bakar Bakar al-Kalb al-Kalbadz adzi, i, al-T Kair iro, o, al-Ta’arru a’arruff li Madzh Madzhab ab Ahl al-T al-Tasawwu asawwuf  f , Ka Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyyah, 1969, Abu al-A’la al-Afifi, Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi , Kairo, Lajnah Taklif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969, Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, The Secret of Ana L-Haqq , (Jakarta : Rajawali, 1986) Al-Hujriwi, Kasyf al-Mahjub , Mesir, Lajnah al-Ta’rif al-Ta’rif bi al-Islam, 1934, Amin Syukur, M,  Zikir Menyembuhkan Kankerku : Pengalaman Kesembuhan  Seorang Penderita Kanker Ganas yang Divonis Memiliki Hidup Hanya Tiga Bulan, Jakarta, Hikmah (PT Mizan Publika), Cetakan II, 2007

Amin Syukur, M,  Menggugat Tasawuf , Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999 Azyumardi Azra, et. Al.,  Ensiklopedia Islam , Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Cetakan X, 2002 Departe Departemen men Agama Agama Republ Republik ik Indone Indonesia sia,,   Al-Qur’an Al-Qur’an dan Terjemah erjemahannya annya, Semarang, CV Toha Putra, 1989. Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya , (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1993) Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam , (Jakarta, Bulan Bintang, 1973) Harun Nasution,  Islam ditinjau dari berbagai aspek , Kamil Musthafa al-Syaiby,   Syarah al-Diwan al-Hallaj , (Beirut, Maktabah, an Nahdhoh, 1974) Qurais Quraishh Shihab Shihab,, M,   Meny Menying ingkap kap Tabir abir Ilahi, Ilahi, Al-As Al-Asma ma’’ al-Hus al-Husna na Dalam Dalam  Perspektif Al-Qur’an,

Jakarta, Lentera Hati, Cetakan VIII, 2006

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

16

Syarah Binti Muhsin ibn Abdullah ibn Jalawi,   Nadzariyyah al-Ittishal ‘ind al Shufiyyah fi al-dhau’ al-Islam , Jeddah, Dar al-Manarah ; 1991 Ensik iklo lope pedi di Tem emat atis is Spir Spiritu ituali alita tass Isla Islam m : Sayy Sayyed ed Ho Hoss ssei einn Na Nasr sr (ed. (ed.), ),   Ens  Manifestasi , (tim

penerjemah Mizan), Bandung, Mizan, 2003

Schimmel, Annemaric,  Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1986) Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam , (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997) Sulaiman Al-Kumayi,   Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym, Semarang, Pustaka Nuun, 2004 Team Penyusun Ensiklopedia Islam,   Ensiklopedi Islam, Jilid I, Jakarta, Ikhtiar  Baru Van Hoeve : 1994, Yusuf Qardawi,  Al-Iman wa al-Hayat , (terj. Jazirotul Islamiyah), Jakarta, Mitra Pustaka, Cetakan V, 2002

 Konsepal- Hulul Mansur al-Hallaj & al-Ittihat al-Bustami oleh MujibZunun@lmisri 

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF