Makalah Komunikasi Terapeutik Anak

October 8, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Komunikasi Terapeutik Anak...

Description

 

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK

 DISUSUN  DISUSU N OLEH K KELOMP ELOMPOK OK 1 :

1.  Agustin Dwi Jayanti (20161660001) 2.  Voelda Fintriaroqana (20161660005) 3.  Amelia Nur Anisa (20161660012) 4.  Ridho Nanda H (20161660017) 5.  Reza Selvi O (20161660027) 6.  Riana Chusnul (20161660035) 7.  Febby Ayu Anderesta (20161660042) 8.  Arga Dwi Septianto (20161660047) 9.   Nila Novianty (20161660053) (2016166005 3) 10.  Ninda  Ninda Mei Ayuanita (20161660058)

11. Moh. Khoiruddin Aziz (20161660063) 12. Muhammad In’am (20161660069) (20161660069) 13. Alvian Cholifatul N (20161660080) 14. Andy Limanata (20161660091) 15. Ravika Dwi Putri (20161660105) 16. Nina Fitriana (20161660110) 17. Nur Faizun (20161660134) 18. Dea Novita Putri (20161660148) 19. Reimay Suti Juniar (20161660167) 20. Hasyrin Ainun (20161660173)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2016  –  2017  2017

1

 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, dan Karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas Komunikasi Dalam Keperawatan dengan judul “komunikasi terapeutik pada anak” tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb  Wr.Wb 

Surabaya, Mei 2017

Penyusun

ii2

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… ...……………..….i 

KATA PENGANTAR  ……………………………………………………….……………….. ...ii 

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….…………. ......iii 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…….......... Belakang……..........……………………………………………..…………...………… ……………………………………………..…………...…………4 4 1.2 Rumusan masalah……………………… masalah………………………………….………………… ………….……………………………....………….5 …………....………….5   1.3 Tujuan………………………… Tujuan……………………………………………………… ………………………………………………..……….… …………………..……….…….5 ….5   1.4 Manfaat……………………… Manfaat………………………………………………… …………………………………………………….… ………………………….……….…5 …….…5  

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi terapeutik pada anak ……………………………………...……..…...6  ……………………………………...……..…...6  2.2 Cara Berkomunikasi dengan keluarga………………………………………………………...6 keluarga………………………………………………………...6   23. Cara Berkomunikasi dengan anak……………..………………………………………. anak……………..………………………………………... ..…… ……8 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….......................... ........................ 3.2 Saran…………………………… Saran……………………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………….... ....

DAFTAR PUSTAKA

iii

3

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi berarati suatau pertukaran pikiran dan persamaan. Pertukaran tersebut tidak hanya dapat dilaksanakan dalam bentuk bahasa, seperti; isyarat, ungkapan, emosional,berbicara atau bahasa tulisan saja., namun perlu dilakukan dengan melalui  bicara agar lebih komunikatif.

Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi verbal seperti vocal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak, atau menangis. Komunikasi non verbal yang sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak gerik, lenggak lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh, dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak seperti, permainan, ekspresi artistic (seni), simbol, photografi, dan cara memilih pakaian.

Salah satu bagian dari keberhasilan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si perawat itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan  peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. Untuk mempermudah kelangsungan berkomunikasi dengan anak, maka perawat tidak dapat melepaskan pendekatan kepada keluarga. Untuk itu agar intervensi tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sebelum berkomunikasi dengan anak, perawat harus berkomunikasi dengan keluarga.

4

 

1.2 Rumusan Masalah 1.  Bagaimana cara komunikasi terapeutik pada anak? 2.  Bagaimana komunikasi dengan keluarga? 1.3 Tujuan 1. agar dapat mengetahui komunikasi pada anak 2. agar dapat mengetahui komunikasi pada keluarga. 1.4 Manfaat

Kita dapat mengetahui atau memahami cara berkomunikasi terapeutik pada anak dengan  baik dan benar

5

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian komunikasi terapeutik pada anak

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang  bertujuan

untuk

menyelesaikan

masalah

klien.

Maksud

komunikasi

adalah

mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi adalah hubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi. Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik  baik klien maupun perawat yang didefinisikan dalam empat tindakan yang harus diambil antara perawat-klien, yaitu :

  Tindakan diawali perawat





  Respon reaksi dari klien   Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan



  Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai



tujuan hubungan. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya diputuskan untuk kesembuhan anak. 2.2 Komunikasi dengan keluarga

Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orangutan dengan anak. Walaupun orangtua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluarga lainnya dan prngasuhnya juga merupakan bagian dari proses berkomunikasi. Dalam proses berkomunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah, seperti : 1.  Mendorong orangtua untuk berbicara

Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin. 6

 

Misalnya : “bu, bisa dijelaskan bagaimana kondisi putra/putri Ibu sebelum dibawah ke rumah sakit ini?” ini? ”  2.  Mengarahkan pada pokok permasalahan

Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyakan terbuka dan luas. Langkah ini dilakukan untuk menghindari komunikasi yang tidak relavan dan mengefektifkan komunikasi yang terapeutik. 3.  Mendengarkan

Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan  perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada pad a klien. Ini merupakan proses aktif karena konsentrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan, yaitu : verbal, non verbal, dan yang bersifat abstrak. 4.  Diam sejenak Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan teknik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran,  perasaan, dan untuk saling memahami, emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dalam kembali berkomunikasi. 5.  Bersikap empati

Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien/keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “membantu” dengan klien. kli en. Ungkapan empati tersebut, misalnya : “kami bisa merasakan apa yang ibu rasakan saat ini, mudah-mudahan mudah -mudahan ibu sabar dan mendapat kekuatan dari Allah SWT”.  SWT”.  6.  Menyakinkan

Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuan dalam perannya. Orang tua membutuhkan  perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin

7

 

agar perawat memperhatikan anaknya. Hindari pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua. 7.  Menentukan masalah

Perawat dan orangtua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalah ini benar atau tidak. Misalnya: “kalau saya perhatikan mata putra ibu ini in i cowong, mukosa bibrnya kering, dan turgor kulitnya menurun, apa benar putra ibu tadi dehidrasi?”.  dehidrasi?”.  8.  Memecahkan masalah

Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang

tua

kemudian

mulai

merencanakan

pemecahannya.

Perawat

harus

mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif. 9.  Mengadaptasi bimbingan

Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh  perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan  berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah. 10. Menghindari hambatan-hambatan komunikasi

Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi, adalah :

  Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepat



  Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan



  Memberikan dorongan sepintas



  Melindungi suatu situasi/opini



  Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai



  Memberikan pujian secara stereotipi



  Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup



  Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang



  Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervensi



  Membuat konklusi yang menghakimi



  Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja.



8

 

2.3 Komunikasi dengan anak Kemampuan komunikasi pada anak merupakan salah satu indicator perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat perkembangan anak dalam beraktifitas dengan lingkungannya. Dalam berkomunikasi dengan anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1.  Esensi komunikasi

Dua unsur penting dalam berkomunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan perasaan, yaitu: a.  Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak komunikasi  b.  Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain. 2.  Bentuk komunikasi pra-bicara

Bentuk komunikasi pra-bicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila keguaannya sudah berakhir. Bentuk komunikasi pra-bicara, meliputi : 1)  Tangisan Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara  pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui

tangisan

dia

memberi

tau

kebutuhannya

seperti

lapar,dingin,panas,lelah dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih minimal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. 2)  Ocehan dan celoteh Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan. Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Ocehan

ini

terjadi

pada

bulan

awal

kehidupan

merengek,menjerit,menguap,bersin,menangis dan mengeluh. 3)  Isyarat

9

bayi

seperti

 

Gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau  pelengkap bicara. 4)  Ungkapan emosional Ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka. 3.  Peran bicara dalam komunikasi

Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara merupakan keterampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari : Pertama kata, yaitu aspek motorik bicara, kemampuan mengeluarkn bunyi tertentu dalam komunikasi. Kedua mengkaitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapat hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengaitkan kata-kata, mempelajarai tata bahasa. Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengkaitkan kata spesifik dengan objek yang spesifik. Hal penting dalam belajar bicara yang perlu diperhatikan adalah : 1. Persiapan fisik Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam hal pematangan mekanisme bicara. 2.Persiapan mental Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), yang berkembamg antara 1-18  bulan, saat yang tepat diajak bicara. 3.Model untuk ditiru Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah stimulus suara. 4. kesempatan praktek atau untuk bertatih Agar bayi atau anak dapat segera berbicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberi kesempatan untuk menirukan kata-kata yang sering kita ucapkan. 5. motivasi dan tantangan Ajarkan dan dorong bayi untuk mengucapkan apa yang bisa diucapkan oleh bayi. 6. Bimbingan

10

 

Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara: menyediakan model yang baik,mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak. 4.  Komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak

1)  Masa bayi (0-1 tahun) Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan. Bayi dapat merespon tingkah laku non-verbal pemberi perawatan, mereka akan tenang dengan kontak fisik yang dekat. Bayi juga akan merasa nyaman dengan suara yang lembut meskipun dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehinnga setiap orang asing akan merupakan ancaman baginya, untuk itu orang tua harus mengawasi reaksi bayi ketika digendong orag lain. 2)  Masa toddler dan prasekolah (1-5 tahun) Pada usia ini umumnya anak sudah mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Anak di bawah usia 5 tahun, hampir semuanya egosentris, mereka meilhat segala sesuatau hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dengan sudut pandang mereka senidri. Anak tidak dapat membedakan antara fantasi atau kenyataan. 3)  Masa usia sekolah (5-11 tahun) Anak berusia 5-8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila di hadapkan pada masalah  baru.

Mereka

butuh

penyelesaian

utuk

segala

sesuatu

tetapi

tidak

membutuhkan pengesahan dari tindakan yang dilakukan. Pada masa ini anak sudah

dapat

memahami

penjelasan

sederhana

dan

mampu

mendemonstrasikannya. Anak perlu di izinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan yang dialaminya. 4)  Masa remaja (11-18 tahun) Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencrai rasa aman 11

 

yang biasa di dapatkan pada masa kanak-kanak. Remaja harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya. Remaja butuh diskusi dalam menangani masalahnya sehingga penjelasan tentang persepsi remaja yang kurang tepat sangat penting dilakukan.

5.  Komunikasi terapeutik pada anak

Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak, adalah : 1)   Nada bicara Bicara lambat dan jika tidak tidak dijawab harus diulang lebih  jelas dengan pengarahan yang sederhana. Hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan mengatakan “jawab dong”.  dong”.   2)  Mengalihkan aktivitas Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat menigkatkan rasa cemas terapis dan mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada aktivitas yang disukai sehingga perlu dibuat jadwal yang  bergantian

antara

aktivitas

yang

disukai

dan

aktivitas

terapi

yang

diprogramkan. 3)  Jarak interaksi Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan sikap tubuh anak harus mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi. 4)  Marah Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku yang rendah  pada anak untuk mencegah tempertantrum. Perawat Peraw at menghindari bicara yang keras dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon anak meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol perilaku, kontak mata dimulai kembali namun sentuhan ditunda dahulu. 5)  Kesadaran diri Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan antara  perawat dan anak. Perawat secara non verbal selalu member dorongan,  penerimaan, dan persetujuan jika diperlukan. 12

 

6)  Sentuhan Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan setres dan cemas khususnya pada anak laki-laki.

6.  Tehnik komunikasi dengan anak

Anak adalah individu yang unik, bakan miniatur orang dewasa. Untuk melakukan pendekatan perlu tehnik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat  berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak. Terdapat macammacam tehnik komunikasi dengan anak, yaitu: 1)  Tehnik verbal a. Teknik Orang Ketiga Teknik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti “dia atau mereka”. Teknik tersebut mengurangi perasaan terancam daripada langsung  bertanya pada anak bagaimana perasaannya? Cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan. Teknik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam 3 pilihan : 1. Menyetujui, penuh harapan dan mengungkapan perasaannya. 2. Tidak setuju 3.Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasan tetapi tidak mampu mengekspresikannya pada saat itu.

 b. Neuro Linguistic Programming (NLP) Teknik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara/gaya/kelakuan diaman informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu. Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti : -Penglihatan -Pendengaran -Kinesthetik

13

 

Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang. Dengan menggunakan sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif.

c. Facilitative Responding Mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan  pasien dan isi pernyataan anak. Seperti : -Respon yang empati -Tidak menghakimi dan mengesahkan persaan-perasaan seseorang. Rumus untuk Facilitative responding adalah : “Engkau merasa........karena.........”  merasa........karena.........” 

d. Berceria (story telling) Respon anak terhadap tekik-teknik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan  bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian atau  peristiwa spesifik “berada di rumah sakit” selain itu dapat menggunakan gambarn dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya. Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatang terapeutik. Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau  perasaan takutnya.

e. Bibliotherapy Melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses terapeutik dan supportif. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan persaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktifitas membaca. Pada dasarnya buku tidak mengancan karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau  berhenti membacanya. 14

 

f. Fantasy Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi atau dongeng yang wajar seperti “Bawang merah dan bawah putih, “Malin kundang” dll. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhankebutuhannya.

g. Mimpi Mimpi sering diartikan sebagai ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang. Salah satu cara pada Psikoterapi dapat menggunaka interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasan bersalah yang sangat mengganggu.

h. Pertanyaan “Bagaimana bila”  bila”   Mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbabagai  pemecahan masalah. Jenis komuniaksi yang baik akan membantu anak mempelajari keterampilan pertahanan diri. Khususnya pada situasi-situasi  berbahaya.

i. Tiga permintaan (Three Wishes) satu pertanyaan sederhana, biasanya anak akan menjawab tentang apa yang di rasakan. Apa bila kita tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan “apabila  “apabila  hal itu jadi kenyataan, demikian pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi. Selanjutnya perawat dan pasien akan mebahasa tentang apa arti sakit baginya. Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkannya tetapi dia mampu membuat sebegaian permintaan nya menjadi kenyataan.

 j. Rating Game Permainan ini terutama membantu anak-anaka ynag lebih besar untuk berani  berbicara. Dari pada menanyakan padanya bagaimana perasaanya, lebih baik 15

 

 perawat bertanya bagaimana pengalaman

dari hari ke hari dalam skala 1-10,

dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah dpat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman atau perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya.

k. Word Association Game Pendekatan Pendeka tan dengan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan sejumlah kata kunci dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi lebih baik jika dimulai dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a kemudia pada tahap tahap berikutnya kita kenalkan kata-kata yang mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dll. Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.

l. Sentece Completion (melengkapi kalimat) Tanpamenanyakan

langsung

tentang

keadaannya,

tetapi

menyadarkan

 pernyataan yang harus dilengkapi oleh anak. Cara pendekatan ini khusunya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.

m. Pros and Cons (Pro dan kontra) Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasan perasaannya adalah memilih topik seperti “berada di RS”, dan meminta anak membuat daftar, “lima hal yang baik dan lima hal yang buruk” tentang RS ini adalah teknik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk menciptakanb hubungan baik.

2) Teknik Non Verbal Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti : a. Menulis

16

 

Suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa atau menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.

 b. Menggambar Slah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan lgambar dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bawah anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.

c. Gerakan Gambar Keluarga Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga. d. Sosiogram Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna  bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah Sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran bundaran di dekat lingkaran menunjukkan keakraban /kedekatan.

e. Menggambar bersama dalam keluarga salah satu teknik yang berguna dan dapat di terapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupaka satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.

17

 

f. Bermain Salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi teknik yang palin efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, itelektual dan sosial. Terapeutik Play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk Rumah Sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/perawatan.

18

 

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya di fokuskan untuk kesembuhan pasien dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan klien. Komunikasi pada anak juga memerlukan komunikasi kepada keluarga karena komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antar perawat, orang tua dan anak. Komunikasi pada anak dapat dilakukan sesuai dengan tingkat  perkembangannya. Dalam berkomunikasi dengan anak terdapat bermacam-macam teknik non verbal dan verbal. Teknik non verbal seperti gerak isyarat, postur tubuh. Dan teknik verbal seperti, ucapan langsung.

3.3 Saran Semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan penulis. Khususnya mahasiswa keperawatan ataupun mahasiswa kesehatan lainnya dapat lebih memahi dan mempelajari lebih dalam memberikaan komunikasi terapeutik pada anak agar nanti jika memberikan asuhan keperawatan pada klien (anak) melakukan dengan baik dan benar.

19

 

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. (2006). Komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan.yogjakarta. geraha ilmu.

20

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF