Makalah Komponen Pengembangan Kurikulum - Copy

October 1, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Komponen Pengembangan Kurikulum - Copy...

Description

KOMPONEN KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum IPA SMP/MTs yang diampu oleh Muhammad Luqman Hakim Abbas, S.Si., M.Pd.

Oleh: Kelompok 3

1. Nurul Hidayati

(17208153044)

2. Finery Yazid Azhar

(17208153055)

3. Viki Ainur Fatma

(17208153063)

4. Rizqi Khoirurrohmah

(17208153069)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG Oktober 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, inayah, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul “Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum” ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum IPA SMP/MTs. Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun bermaksud mengucapkan terima kasih kepada : 1.

Dr. Maftukhin, M. Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung.

2.

Muhammad Luqman Hakim Abbas S.Si., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum IPA SMP/MTs yang telah banyak memberi dorongan dan masukan.

3.

Orang tua yang selalu memberi motivasi kepada kami.

4.

Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam

penyusunan

makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................

i

Daftar Isi ....................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang .......................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..................................................................

1

C. Tujuan Penulisan .....................................................................

2

BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................

3

A. Komponen dan Organisasi Kurikulum ...................................

3

B. Pengembangan Komponen Tujuan Pada Kurikulum ..............

5

C. Pengembangan Komponen isi Pada Kurikulum ......................

13

D. Pengembangan Komponen/Strategi Pada Kurikulum .............

16

E. Pengembangan Komponen Evaluasi Pada Kurikulum ............

19

BAB III. PENUTUP ...................................................................................

21

A. Kesimpulan ..............................................................................

21

B. Saran ........................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menyukseskan pendidikan banyak hal harus diperhtikan, di antaranya, kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan direalisasikan, visi, misi, tujuan pendidikan harus jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan di semua satuan pendidikan. Kurikulum merupakan jantungnya pendidikan karena kurikulum menentukan jenis dan kualitas pendidikan. Oleh karena itu kurikulum harus disusun dan disempurnakan dengan perkembangan zaman. Hal ini sejalan dengan Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36

yang

menenkankan

perlunya

peningkatan

standar

nasional

pendidikan sebagai acuan kurikulum serta berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Atas dasar itu pula di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum. Dan sekarang ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan kurikulum terbaru yaitu “Kurikulum 2013” yang pada 15 Juli 2013 siap untuk diimplementasikan. Dikarenakan kurikulum ini merupakan kurikulum yang masih awam pemberlakuannya, masih banyak dari pelaksana pendidikan belum paham betul esensi dari kurikulum ini. Misalnya komponen – komponen apa saja yang terdapat pada kurikulum yang harus dipahami agar penerapannya sesuai dengan aturan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komponen dan organisasi kurikulum ? 2. Bagaimana pengembangan komponen tujuan pada kurikulum ? 3. Bagaimana pengembangan komponen isi pada kurikulum ? 4. Bagaimana pengembangan komponen metode/ strategi pada kurikulum ? 5. Bagaimana pengembangan komponen evaluasi pada kurikulum ?

C. Tujuan Penulisan

1.

Menjelaskan komponen dan organisasi kurikulum

2.

Menjelaskan pengembangan komponen tujuan pada kurikulum

3.

Menjelaskan pengembangan komponen isi pada kurikulum

4.

Menjelaskan pengembangan komponen metode/ strategi pada kurikulum

5.

Menjelaskan pengembangan komponen evaluasi pada kurikulum

BAB II PEMBAHASAN

A. Komponen dan organisasi kurikulum

Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, khususnya Bab I pasal I ayat I dijelaskan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berdasarkan fungsi pendidikan ini, maka fungsi utama pendidika adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban manusia yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu dan beramal, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Untuk melaksanakan fungsi pendidikan dan dalam rangaka mencapai tujuan pendidikan tersebut di atas, maka diperlukan suatu program pendidikan yang disusun secara sistematis dan logis, serta sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik. Program pendidikan ini biasanya disebut kurikulum1. Pendidikan dan kurikulum adalah dua konsep yang mempunyai makna yang berbeda. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan. Kurikulum merupakan bagian integral dalam pendidikan. Artinya, selagi manusia masih membutuhkan pendidikan, selagi itu pula kurikulum tetap harus ada. Implikasinya adalah bahwa kurikulum harus didesain sedemikian rupa sehingga kurikulum tersebut betul-betul sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. 1

Zainal arifin, Konsep dan Model Pengembangan KURIKULUM, (Bandung: PT REMAJA Rosdakarya, 2012), hal. 80

Dalam konteks desain dan pengembangan kurikulum, maka para pengembang kurikulum harus memperhatikan kerangka dasar kurikulum dengan pendekatan sistem, yaitu kurikulum yang memiliki komponen-komponen pokok kurikulum, baik pada tingkat makro (nasional), institusi (lembaga), bidang studi atau mata pelajaran, maupun pada tingkat program pembelajaran (silabus dan RPP). Analisis terhadap komponen-komponen kurikulum dapat mengacu pada pendapat dari beberapa pakar kurikulum. Hilda taba (1962), memerinci isi kurikulum menjadi tujuan, pengalaman belajar, organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar, dan evaluasi. Selanjutnya, Glenys g. Unruh dan Adolph Unruh (1984) mengembangkan komponen kurikulum berdasarkan definisi kurikulum, yaitu suatu rencana tentang, (a) tujuan, (b) isi dari apa yang dipelajaridan di dalamya terdapat , (c) proses pembelajaran dan (d) evaluasi untuk hasil-hasil pembelajaran. Pembelajaran sendiri adalah proses penyampaian kurikulum dan penyediaan lingkungan belajar bagi peserta didik. Komponen

kurikulum

dapat

juga

dilihat

berdasarkan

siklus

pengembangan kurikulum. Setiap perbuatan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, baik yang berkenaan dengan pembinaan pribadi, pembinaan kemampuan sosial, kemampuan untuk bekerja, ataupun pembinaan perkembangan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan isi atau materi yang harus disampaikan kepada peserta didik melalui proses atau kegiatan yang sistematis dan tepat. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kefektifan kurikulum dan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang disampaikan, maka diperlukan sistem evaluasi yang baik. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada empat komponen pokok kurikulum, yaitu tujuan, isi atau materi, poses atau metode, dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut harus ada kesesuaian, saling behubungan dan ketergantungan, sehingga membentuk sebuah sistem.

Keempat komponen kurikulum tersebut dapat digambarkan sebagai brikut :

Setiap komponen bertalian erat dengan komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya2, sehingga keempat komponen kurikulum tersebut saling berhubungan.

B. Pengembangan komponen tujuan pada kurikulum

Tujuan tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,. Dalam skala yang lebih luas, krikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses

pendidikan dan

pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional. Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponenkomponen kurikulum lainnya. Untuk memahami komponen tujuan ini secara

2

Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (surabaya: elKAF, 2006), hal. 70

komprehensif, perlu diketahui terlebih dahulu hierarki tujuan tersebut, berarti tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang menduduki posisi paling tinggi, sehingga menjadi “payung” bagi tujuan-tujuan dibawahnya. Dalam penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu Negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan Negara atau falsafah Negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan Negara. Tujuan pendidikan itu pada akhirnya harus diterjemahkan kedalam ciriciri atau sifat-sifat sebagai wujud perilaku dan pribadi manusia yang dicitacitakan. Pada tingkat tujuan dan sasaran akhir yang universal, kita dapat membayangkan bagaimana pribadi idola peserta didik sebagai warga dunia yang harus dimiliki kemampuan dan kecakapan dasar, yaitu membaca, menulis, dan berhitung sehingga demokrasi sebagai falsafah hidupnya ( democracy as a way

of life) akan menekankan sistem penddikan yang dapat melahirkan masyarakat yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu (a) self

realization (mewujudkan dan mengembangkan bakat, bakat seoptimal mungkin, (b) human relationship (hubungan antar insani), (c) economic efficiency (efisiensi ekonomi), (d) civic responsibility (tanggung jawab warga Negara).3 Bagi Indonesia, yang menetapkan pancasila sebagai pandangan hidupnya, sudah selayaknya mengarahkan sistem pendidikannya pada pembentukan warga Negara yang cakap untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan falsafah Negara, yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawarahan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagi Negara lain, sudah barang tentu lain pula gambaran warga Negara yang dicita-citakannya. Dengan demikian, pandangan hidup yang dianut olrh para guru dan peserta didiknya akan mewarnai persepsinya terhadap gambaran karakteristik sasaran kegiatan pembelajarannya. Pada gilirannya, persepsi tersebut akan memengaruhi pula kebijakannya dalam

3

Zainal Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). 2011. Hal 82

merencanaka, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajarannya. Ciri-ciri manusia ideal, baik secara universal maupun secara nasional, dalam praktiknya dijabarkan lagi kedalam tujuan institusional pada setiap jenis dan jenjang pendidikan (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) sebagai sasaran yang harus dicapai pada setiap sekolah sesua dengan prinnsip-prinsip tugas perkembangan peserta didik. Selanjutnya dirumuskan kedalam tujuan kurikuler untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran, kemudian kedalam tujuan pembelajran umum, dan dioperasionalkan kedalam tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran khusus inilah pada akhirnya harus menjadi pedoman bagi keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institutional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan,

baik

pendidikan

formal

(TK/RA,

SD/MI,

SMP/MTs,

SMA/SMK/MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren). Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap sub pokok bahasan.4 Herarki tujuan pendidikan secara utuh dapat kita lihat dalam kurikulum 1975 sampai dengan kurikulum 1994 yang bersifat goal oriented, sedangkan dalam kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi ( competency-

based curriculum) dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan indicator. Bedanya, kalu tujuan harus “dicapai oleh peserta didik, sedangkan kompetensi harus “dikuasai” oleh peserta didik. Istilah “dikuasai” mengandung implikasi yang lebih berat bagi guru dibandingkan dengan istlah “dicapai”, karena peserta didik bukan hanya memperoleh pengetahuannya saja, tetapi harus 4

Ibid, hal. 83

dapat menerapkannya dengan baik, diikuti dengan sikap yang positif. Jika dilihat tingkat pencapaiannya, maka tujuan pendidikan dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu tujuan jangka panjang, tujuan jangka panjang menengah dan tujuan jangka pendek. Dilihat dari ruang lingkupnya maka tujuan pendidikan dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara merumuskan tujuan? Hilda Taba memberikan beberapa petunjuk tentang cara merumuskan tujuan, yaitu (a) tujuan itu hendaknya berdimensi dua yaitu dimensi proses dan dimensi

produk.

Dalam

dimensi

proses

termasuk

menganalisis,

menginterpretasi, mengingat dan sebagainya sedangkan yang termasuk dalam dimensi produk adalah bahan yang terdapat dalam tiap mata pelajaran, (b) menganalisis tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi tujuan spesifik, sehingga diperoleh bentuk kelakuan yang diharapkan, (c) memberi petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, (d) suatu tujuan tidak selalu dapat dicapai dengan segera, kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, (e) tujuan harus realitis dan dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan atau pengalaman belajar tertentu, dan (f) tujuan itu harus komprehensif, artinya meliputi segala tujuan yang ingin dicapa disekolah, bukan hanya penyampaian informasi, tetapi juga keterampilan berpikir, hubungan sosial, sikap terhadap bangsa dan Negara dan sebagainya.5 Selanjutnya, Robert F. Mager dalam bukunya “ preparing Intructon

Objective” memberikan petunjuk tentang cara merumuskan tujuan, yaitu (a) tujuan itu harus spesifik dan dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur, (b) harus dinyatakan dalam kondisi apa tujuan itu dicapai, (c) harus ditentukan kriteria tentang tngkat keberhasilan yang harus dicapai oleh peserta didik, dan (d) hendaknya menggunakan kata kerja operasional. Sementara itu, Davies, dkk. (1974) mengemukakan langkahlangkah dalam merumuskan tujuan yaitu: (a) cari atau tentukan sesuatu tujuan yang ada maknanya bagi peserta didik, (b) tentukan stuasi tempat tujuan itu dapat diterapkan secara nyata, (c) buatlah tes yang berkenaan dengan stuasi itu yang menggambarkan kondisi, kelakuan, dan standar kelakuan dalam stuasi itu, dan 5

Ibid, hal. 84

(d) tuls tujuan pembelajaran dalam bentuk tingkah laku nyata yang berhubungan dengan situasi itu. Setiap rumusan tujuan pendidikan harus bersifat komprehensif, yaitu mengandung bidang pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai. Pembidangan ini sesuai dengan teori taksonomi tujuan dari Bloom yang mengelompokkkn tingkah laku manusia menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenan dengan pengenalan, pemahaman, pengetahuan, perkembangan kecakapan dan keterampilan intelektual. Ranah afektif berkenaan dengan perubahan-perubahan dalam minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi, dan kemampuan menyesuaikan diri. Ranah psikomotor berkenaan

dengan

keterampilan-keterampilan

gerak

dan

keterampilan-

keterampilan manipulasi. Kita juga dapat mengikuti teori Gagne dan Bringgs (1974), yang mengemukakan lima kategori tujuan yaitu intellectual skills,

cognitive strategies, verbal information, motorskills, and attitudes. Adapun struktur domain kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan Taxonomy Bloom, Kratchwal dan Anita J. Harrow adalah sebagai berikut: 1. The Cognitive Domain6

a. Knowledge 1) Knowledge of specifics: knowledge of terminology and knowlwdge of

specific fact. 2) Knowledge of ways and means of dealing with specifics: knowledge of

conventions, knowledge of trends an sequences, knowledge of classification an categories, knowledge of criterion, knowledge of methodology. 3) Knowledge of universals and abstraction in a field: knowledge of

principles and generalizations, and knowledge of theories and structures b. Comprehension: translation, Interpretation and extrapolayion. c. Aplication d. Analysis: analysis of elements, analysis of relationships, and analysis of organizational principles. 6

Ibid, hal. 85

e. Synthesis: production of unique communication, production of a plan or a

proposed set of operations, derivations of set of abstract relations. f. Evaluation: judgement in terms of internal evidence, and judgement n

terms of external criterion 2. The Affective Domain

a. Receiving (attending): awareness, willingness receive, controlled or

selected attention. b. Responding: acquiescence in respnding, willingness to response,

satisfaction in response. c. Valung: acceptance of a value, profetence for a value, commitmen. d. Organization: conceptualization of a value, and organization of a value

system. e. Characterization by a value or value complex: generalized set and

characterization. 3. The Psychomotor Domain

a. Reflex

movements:

segmental

reflexes,

intersegmental

replex,

suprasegmental replex. b. Sic fundamental movements: locomotor movements. Nonlocomotor

movements, manipulative movements. c. Perceptual activities: knestative dissemination, visual dissemination,

auditory dissemination, tootile dissemination, coordinated abilities. d. Physical abilities: endurance, strategy, flexibility, agility e. Skilled movements: simple adaptive skill, compound adaptive skill,

complex adaptive skill. f. Non discursive communication: expressive movement and interpretative

movement. Domain-domain tersebut diatas sangat bermanfaat didalam memilah tujuan menjadi beberapa bidang, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk tujuan tingkah laku, tidak cukup hanya sampai dengan pembidangan, tetapi harus juga menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan. Berikut ini akan dikemukakakn beberapa contoh kata kerja o perasional sesuai dengan jenjang kemampuan pada setiap domain.

Tabel. Pemetaan Kata Kerja Operasional Domain Kognitif

No

Jenjang

Contoh Kata Kerja Operasional

Kemampuan 1

Pengetahuan

Mendefinisikan,

mecandra,

mengidentifikasi, melabel, menjodohkan, menyebut (nama) menyatakan. 2

Pemahaman

Mengubah, memberi alasan, membedakan, menjelaskan, memberi contoh, menarik kesimpulan, meramalkan, menyimpulkan (dari gejala khusus keumum), menulis kembali

(menyingkat)

ekstra

dan

intrapolasi. 3

Aplikasi

Mengubah, mendemostrasikan,

menghitung, menemukan,

memanipulasi, memodifikasi, meramalkan 4

Analisis

Mengurai,

menyatakan

diagram,

dalam

bentuk

membeda-bedakan,

mengidentifikasi

golongan,

mengilustrasikan, menunjukkan titik berat (persoalan), mempertimbangkan 5

Sintesis

Mengategorikan, memadukan, menyarikan, mencipta,

menjelaskan,

merencanakan,

merevisi, menceritakan, mengatur kembali, mendesain. 6

Evaluasi

Menilai, membandingkan, Menympulkan, mengkritik, membedakan secara mencolok, menjelaskan

berdasarkan

beberapa

pertimbangan, memutuskan, menentukan, mencari hbungan, menerima atau menolak gagasan, mengambil dari isi

7 Tabel Pemetaan Kata Kerja Operasional Domain Afektif

No 1

Unsur Tujuan -

-

Contoh Kata Kerja Operasional

Mendengarkan mengajukan

pertanyaan,

memilih,

(menyimak)

menjelaskan, memperhatikan, memberi

dengan tekun

dan

Menunjukkan

menunjukkan, menyeleksi menjawab

kesadaran

pertanyaan.

menerima,

menyebut

nama,

pentingnya belajar -

Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan manusia

dan

masalah sosial -

Menerima perbedaan kesukuan dan kebudayaan

Mengingat gairah

dengan kegiatan

kegiatan kelas 2

mencari

jawaban,

menolong,

menyetujui, mendiskusikan, memberi salam,

menunjukkan

mempraktikan,

hadir,

(kegiatan), melapor,

menyeleksi, menceritakan. 3

mengundang,

menerima

keputusan,

membagi rasa, kerja sama, ikut serta mengajukan usul, mempelajari, mengikuti. 7

Ibid, hal. 87

melaporkan,

4

Menambah,

mengubah,

mengatur,

melengkapi,

mempertahankan,

menjelaskan,

mengidentifikasi,

menyintesis,

menyiapkan,

menghubungkan. 5

Bertindak, menunjukkan, membedakan, memodifikasi,

mendengarkan,

mengusulkan, bertanya, memperbaiki, melayani,

menguji

kebenaran,

menggunakan.

C. Pengembangan komponen isi pada kurikulum Isi atau materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan

pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangaka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral, dan c. Setetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek, yang ada nilai seni Berdasarkan

pengelompokan

isi

kurikulum

tersebut,

maka

pengembangan kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Mengandung bahan kajian atau topik-yopik yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran, b. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembangan kurikulum hendaknya juga memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu : a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan

b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentk oleh organissi dari kekhususankekhususan. Suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan memenemukan variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris. c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. Prinsip bisa disebut jga hukum atau generalisasi. e. Prosedur, yaitu serangkain langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam materi pelajaran dan harus dilakukan oleh siswa f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang mempunyai kedudukan penting g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang diperkenal dalam materi h. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas, sehingga suatu uraian atau pendapat menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh pihak lain i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal, suatu kata dalam garis besarnya j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi. Preposis hampir sama dengan asumsi dan paradigma, tanpa pembuktian dan sudh dianggap benar. Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut : a. Sesuai tujuan yang ingin dicapai b. Sesuai dengan tingakt perkembangan peserta didik c. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang d. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Selanjutnya, dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk organisasi isi. Ruang lingkup materi merupakan cakupan kedalaman dan keluasan dari keseluruhan materi, kegiatan dan pengalaman yang akan disampaikan kepada peserta didik. Riang lingkup menunjukkan apa yang dianggap paling penting untuk disampaikan kepada peserta didik. Urutan, yaitu penyusunan materi pelajaran menurut aturan dan sistematika tertentu secara berurutan, biasanya pengembangan kurikulum berpegang pada urutan dari yang termudah dan tersulit, dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari keselurah sampai bagian-bagian, dari dulu hingga sekarang (kronologis), dan dari kongkrit menuju abstrak. Penempatan, yaitu penempatan isi atau materi seperti mata pelajaran, bidang studi, berkolerasi atau terpadu. Setiap mata pelajaran dikembangkan menjadi beberapa pokok bahsan dan subpokok bahasan. Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi isi atau materi disusun dalam bentuk mta pelajaran dan atau bidang studi yang tertuang dalam struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masing-masing. Dalam struktur tersebut diatur pula alokasi waktu untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran pada setiap minggunya. Ada beberapa jenis struktur kurukulum, yaitu8 : 1. Pendidikan umum (general education) , yaitu program pendidikan yang bertujuan membina mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikutu oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan tingkatannya. Bidang studi-bidang studi yang yang termasuk

dalam

kelompok-kelompok

pendidikan

umum,

misalnya

pendidikan agama, PPKN, olah raga-kesehatan, kesenian, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. 2. Pendidikan akademik (academic eduction) , yaitu program pendidikan yang ditujukan

untuk

mengembangkan

kemampuan

intelektual

sehingga

diharapkan peserta didik memperoleh kualifikasi pengetahuan yang funsional menurut tuntutan disiplin ilmu masing-masing. Bidang studi yang termasuk 8

kelompok pendidikan akademik, antara lain IPA, IPS, Matematika, dan bahasa inggris. 3. Pendidikan kecakapan hidp (life skill education) , program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal hidup peserta didik di masyarakat. Sifat pendidikan ini tempoer, artinya sewaktu-wakt dapat diubah sesuai dengan keperluan. Demikian juga sifatnya elektif, artinya setiap peserta dapat memilih jalur keterampilan yang diinginkannya, seperti keterampilan dibidang jasa, pertanian, perikanan, perbengkelan. 4. Pendidikan

kejuruan

(vocational

education),

yaitu

program

yang

mempersiapkan peserta didik untuk memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang ditempuhnya. Pendidikan kejuruan ini lazimnya berada disekolah-sekolah kejuruan, bukan pada sekolah umum (SMP dan SMA). Misalnya, untuk SMK ada kelompok bidang studi ekonomi dan kelompok bidang-bidang studi teknik. Kadar bobot setiap struktur kurikulum untuk setiap lembaga pendidikan tidak sama, baik dalam hal jumlah jam pelajaran maupun dalam jumlah mata pelajaran atau bidang studinya. Selanjutnya

M.D.Gall

(1981)

mengemukakan

langkah-langkah

pengembangan isi kurikulum sebagai berikut : (a) identifikasi kebutuhan, (b) merumuskan isi kurikulum, (c) menentukan anggaran biaya, (d) membentuk tim pengembang, (e) menyusun ruang lingkup dan urutan bahan, (f) menganalisis bahan, (g) menilai bahan, (h) mengadopsi bahan, (i) mendistribusikan, menggunakan, dan mengawasi penggunaan bahan.

D. Pengembangan komponen metode/ strategi pada kurikulum

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran. yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan , strategi pembelajaran harus disasuaikan

dengan tujuan kurikulum (SKI/ KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan peserta didik. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry), (c) strategi pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan (d) strategi pembelajaran individual. Di samping strategi, ada juga metode mengajar. Metode adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan isi kurikulum atau materi pelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum. Sekalipun yang menggunakan metode mengajar itu adalah guru, tetapi tetap harus berorientasi dan menekankan pada aktivitas belajar peserta didik secara optimal. Untuk memilih metode mana yang akan digunakan, guru dapat melihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada peserta didik, dan pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Meskipun demikian, tidak ada satu metode pun yang dianggap paling ampuh. Oleh sebab itu, guru harus dapat menggunakan multimetode secara bervariasi. Di dalam kegiatan pembelajaran, guru harus dapat menggunakan multimedia, baik media visual, media audio, maupun media audio-visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Media ini ada yang dapat diproyeksikan ada juga yang tidak dapat diproyeksikan. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar), seperti program kaset suara dan program radio. Media audio-visual adalah media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti program video, televisi, dan program slide suara (sound slide). Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan Sumber belajar terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru, dan beberapa di antaranya ditambah dengan buku sumber. Bentuk Sumber belajar yang lain cenderung kurang mendapat perhatian. sehingga aktivitas belajar peserta didik kurang berkembang. Berdasarkan pendekatan teknologi pendidikan, sumber

belajar dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat, dan perlengkapan, serta aktivitas.9 Pandangan tentang belajar akan mendasari kurikulum yang akan dilaksanakan. Kurikulum pada hakikatnya merupakan suatu program belajar, artinya berdasarkan kurikulum maka disusunlah suatu program belajar. Jadi kurikulum adalah suatu program belajar yang dengan sengaja dan berencana untuk mencapai tujuan tertentu. Dewasa ini kebanyakan kurikulum didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Artinya proses belajar itu, siswa dituntut belajar secara aktif, melakukan kegiatan, merasakan adanya masalah dan dia berusaha menemukan sendiri pemecahannya. Kendatipun siswa dituntut belajar secara aktif, namun guru pun harus aktif dalam merencanakan, merancang pikiran siswa, membimbing, menilai dan sebagainya. Jadi, tidak berarti siswa yang aktif sedangkan guru diam secara pasif. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan pandangan tentang belajar secara aktif, atau guru saja yang aktif sedangkan murid pasif. Dalam hubungan itu ada beberapa prinsip belajar yang dapat kita jadikan pegangan, yakni: a) Belajar senantiasa bertujuan. b) Belajar berdasarkan kebutuhan dan motivasi siswa. c) Belajar berarti mengorganisasi pengalaman. d) Belajar memerlukan pemahaman. e) Belajar bersifat keseluruhan (utuh atau umum), di samping khusus. f) Belajar memerlukan ulangan dan latihan. g) Belajar memperhatikan perbedaan individual. h) Belajar harus bersifat kontinu (ajeg). i) Dalam proses belajar senantiasa terdapat hambatan-hambatan.

9

Drs. Zaenal Arifin. Komponen dan Organisasi Kurikulum (Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA) hlm. 92-93

j) Hasil belajar adalah dalam bentuk perubahan perilaku siswa secara menyeluruh. Prinsip-prinsip belajar tersebut umumnya telah menjadi kesimpulan semua ahli psikologi belajar. Karena itu prinsip-prinsip ini perlu dipertimbangkan dalam perencanan kurikulum; Proses perencanaan kurikulum senantiasa mempertimbangkan sikap yang akan menerima kurikulum itu, dengan kata lain: kurikulum itu untuk siapa? Berhasil tidaknya suatu kurikulum banyak tergantung pada kesesuaian isi kurikulum dan pihak yang menyerapnya. Pengakuan pendidik terhadap anak sebagai individu yang sedang berkembang, yang memiliki potensi untuk berkembang, yang berbeda satu sama lainnya secara individual, yang mampu bereaksi dan berinteraksi, yang mampu menerima, yang kreatif, dan berusaha menemukan sendiri semuanya menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kurikulum. Karena itu kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa menyusun kurikulum untuk siswa sekolah dasar berbeda dengan kurikulum yang sengaja disusun untuk siswa SMU dan siswa di sekolah masyarakat (pendidikan nonformal). Pandangan tentang siswa juga sangat berpengaruh terhadap penentuan strategi instruksional di kelas. Bahkan patut pula diperhatikan, bahwa antara siswa satu sama lainnya dalam kelompok/kelas yang sama sudah tentu berbedabeda, baik secara horisontal maupun secara vertikal. Kenyataan ini membawa implikasi yang jauh terhadap pembinaan dan pengembangan kurikulum dan strategi belajar-mengajar.10

E. Pengembangan komponen evaluasi pada kurikulum

Evaluasi ditujukkan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar.11

10

Prof. Dr. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA), Hlm. 125-126 11 Muhamad Zaini. Pengembangan Kurikulum. (Surabaya: eLKAF).2006. hal. 78

Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak didalam maupun diluar sekolah. Berdasarkan definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahu aspek-aspek apa yang akan dievaluasi. Untuk mengetahui aspekaspek evaluasi kurikulum, dapat dilihat dari perspektif model evaluasi kurikulum. Dari hasil studi beberapa literature dapat dikemukakan beberapa model evaluasi kurikulum, antara lain model measurement (Thorndike dan Ebel), model congruence (Ralph W. Tyler), model CIPP (Daniel L. Stufflebeam), model evaluasi sistem pendidikan model illuminative (Malcolm Parlett), dan model formative dan summative (Sriven). Model Tyler, misalnya, mengutamakan hasil belajar peserta didik sebaga aspek penting dalam evaluasi kurikulum, sedangkan Scrven menekankan dari segi formatif dan sumatif. Menurut Arich Lewy (1977) aspek-aspek evaluasi kurikulum harus sesuai dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yatu penentuan tujuan umum perencanaan, uji coba dan revisi, uji lapangan, pelaksanaan kurikulum dan pengawasan mutu.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap komponen tujuan, isi, metode, dan evaluasibertalian erat dengan komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya, sehingga keempat komponen kurikulum tersebut saling berhubungan. Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponenkomponen kurikulum lainnya. Untuk memahami komponen tujuan ini secara komprehensif, perlu diketahui terlebih dahulu hierarki tujuan tersebut, berarti tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang menduduki posisi paling tinggi, sehingga menjadi “payung” bagi tujuan-tujuan dibawahnya. Isi atau materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangaka mencapai tujuan pendidikan. Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran. yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Evaluasi ditujukkan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. B. Saran

Dari Penulisan makalah yang dilakukan di IAIN Tulungagung dan di pusat belajar bersama IAIN Tulungagung maka penulis memberikan saran sebagai berikut: Untuk para pembaca marilah kita menciptakan inovasi-inovasi baru yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Dan juga kembangkanlah makalah ini agar dapat menjadi kesempurnaan

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hamalik, Oemar 2009. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Arifin, Zaenal. 2013. Komponen dan Organisasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zaini, Muhamad. 2006. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: eLKAF

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF