MAKALAH KLIMATOLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM: CURAH HUJAN

March 16, 2018 | Author: Andarini Sarasati | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Terdapat beberapa unsur iklim, salah satunya adalah curah hujan...

Description

MAKALAH KLIMATOLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM: CURAH HUJAN Diajukan Untuk Mata Kuliah Klimatologi Dosen: Sri Ritawati, S.TP., M.Sc.

Disusun Oleh: Kelompok 5 Aida Fitri Handayani (4441141980) Andarini Sarasati

(4441141934)

Julio Jef R. L.

(4441142049)

Nina Kurniawati

(4441141991)

Rifa Alamsyah(4441142286)

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH KLIMATOLOGI UNSURUNSUR IKLIM: CURAH HUJAN”. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Klimatologi. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Ritawati, S.TP., M.Sc. yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dari segi penyusunan, bahasan, maupun penulisan. Oleh karena itu, kami mohon untuk dibukakan pintu maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat menjawab semua pertanyaan masyarakat tentang beras plastik yang selama ini beredar dan memberikan informasi kepada pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Serang, 11 Oktober 2015

Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Tujuan.............................................................................................................2 BAB II......................................................................................................................3 PEMBAHASAN......................................................................................................3 2.1 Pengertian Hujan Dan Curah Hujan...............................................................3 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Curah Hujan.........................3 2.3 Pola Curah Hujan di Indonesia......................................................................4 2.5 Alat Pengukur Curah Hujan...........................................................................6 1.

Ombrometer Observation......................................................................7

2.

Ombrometer Otomatis (Ombrograf)......................................................8

BAB III..................................................................................................................10 PENUTUP..............................................................................................................10 3.1 Kesimpulan..................................................................................................10 3.2 Saran.............................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................1

2

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004). Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah hujan. Menjadi hal sangat krusial mengetahui besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer. Untuk melihat perubahan frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan: periode 1980-1990 dan 19912000. Data iklim hasil pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi Tamanbogo, Lampung Tengah (105°05’ BT ; 5°22’ LS ; 20 m dpl) dan Genteng, Jawa Timur (114°13’ BT ; 8°22’ LS ; 168 m dpl). Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positip zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut Arafura. Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah hujan 100-150 mm/hari secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 1991-2000. Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat dilakukan secara serentak melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan. 1

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.

Apa pengertian dari hujan dan curah hujan? Apa saja yang mempengaruhi intensitas curah hujan? Bagaimana pola curah hujan di Indonesia? Bagaimana pengaruh curah hujan terhadap vegetasi alam? Apa saja alat yang digunakan untuk mengukur intensitas curah hujan?

1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.

Mengetahui pengertian dari hujan dan curah hujan Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas curah hujan Mengetahui berbagai macam pola curah hujan di Indonesia Megetahui pengaruh curah hujan terhadap vegetasi alam Mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur intensitas curah hujan dan mengetahui cara kerjanya

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hujan Dan Curah Hujan Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. umumnya berdiameter 0.3 – 3 mm, sedangkan jika diameternya antara 0.04 – 0.3 mm disebut hujan gerimis. Sedangkan, curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi penguapan, meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm artinya dalam luasan 1m2 pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1mm atau tertampung air sebanyak 1L. 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Curah Hujan Setiap wilayah di Indonesia memiliki intensitas curah hujan yang berbeda. Curah hujan yang jatuh pada setiap wilayah jarang sekali merata. Apalagi pada wilayah yang cukup luas dan bergunung-gunung, maka hujan yang terjadi hampir tidak pernah merata. Faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya curah hujan di suatu daerah : 1.

Faktor Garis Lintang

Semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima, karena di daerah lintang rendah suhunya lebih besar daripada suhu di daerah lintang tinggi, suhu yang tinggi inilah yang akan menyebabkan penguapan juga tinggi, penguapan inilah yang kemudian akan menjadi hujan dengan melalui kondensasi terlebih dahulu. 2.

Faktor Ketinggian Tempat

Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak, karena pada umumnya semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi. 3

3.

Jarak dari sumber air (penguapan), semakin dekat potensi hujanya

semakin tinggi. 4.

Arah angin, angin yang melewati sumber penguapan akan membawa uap

air, semakin jauh daerah dari sumber air potensi terjadinya hujan semakin sedikit. 5.

Hubungan dengan deretan pegunungan, banyak yang bertanya, “kenapa

di daerah pegunungan sering terjadi hujan?” hal itu disebabkan uap air yang dibawa angin menabrak deretan pegunungan, sehingga uap tersebut dibawa keatas sampai ketinggian tertentu akan mengalami kondensasi, ketika uap ini jenuh dia akan jatuh diatas pegunungan sedangkan dibalik pegunungan yang menjadi arah dari angin tadi tidak hujan (daerah bayangan hujan), hujan ini disebut hujan orografik contohnya di Indonesia adalah angin Brubu. 6.

Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi

perbedaan suhu antara keduanya potensi penguapanya juga akan semakin tinggi. 7.

Faktor luas daratan, semakin luas daratan potensi terjadinya hujan akan

semakin kecil, karena perjalanan uap air juga akan panjang. 2.3 Pola Curah Hujan di Indonesia Curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat pada bulan Januari tekanan udara tinggi berada di atas Asia sedangkan tekanan rendah berada di atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik banyak membawa uap air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan berlangsung antara bulan Oktober – April (musim hujan). Angin muson timur berhembus dari arah timur pada bula Juli. Tekanan udara tinggi berada di atas Australia dan tekanan rendah berada di wilayah Asia, angin ini berhembus melalui banyak daratan dan daerah laut yang dilaluinya sedikit sekali sehingga udara yang berhembus tidak terlalu banyak mengandung uap air oleh sebab itu hujannya sedikit dan berhembus pada bulan April – Oktober, dan terjadilah di Indonesia musim kemarau.

4

Pola curah hujan yang ada di Indonesia dibagi menjadi tiga pola bagian curah hujan, antara lain: 1. Pola Curah Hujan Monsun Pola curah hujan monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim kering, sedangkan untuk bulan Desember, Januari, dan Februari merupakan bulan basah. Sedangkan enam bulan sisanya merupakan

periode

peralihan atau

pancaroba

(tiga

bulan

peralihan

musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau). Daerah yang didominasi oleh pola monsun ini berada didaerah Sumatra bagian Selatan,Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua. 2. Pola Curah Hujan Ekuatorial Pola curah hujan ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober

atau

pada

saat

terjadi ekinoks.

Daerahnya

meliputi

pulau

Sumatrabagian tengah dan Utara serta pulau Kalimantan bagian Utara 3. Pola Curah Hujan Lokal Pola curah hujan lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun. Daerahnya hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua. 2.4 Pengaruh Hujan Terhadap Vegetasi Alam Curah hujan lebih tepat lagi banyaknya air yang tersedia di bumi, telah memungkinkan

penggolongan

vegetasi

dalam

empat

golongan

:

- Hutan - Rerumputan - Semak-semak - Gurun Kecukupan air sepanjang tahun atau musim menyebabkan pembentukan hutan. Makin berkurang jumlah air yang tersedia, makin menurun kualitas hutannya, dan 5

terbentuklah semak atau rerumputan. Semua tanaman memerlukan air meskipun banyaknya berbeda-beda, sehingga dunia tanaman dibagi menjadi tiga golongan : 1. Higrofita, yakni tanaman yang hidup di lingkungan yang banyak airnya, misalnya, bakau 2. Mesofita, yakni tanaman yang kebutuhan akan air sedang/cukup seperti kebanyakan pohon 3. Xerofita, yakni tanaman yang telah menyesuaikan diri dengan kekurangan air sampai batas tertentu, dalam arti sepanjang tahun atau musim saja. Adanya daun berlapis lilin, kulit yang tebal, sistem akar yang dalam, perakaran yang tebal membantu penolakan terhadap efek dari pemanasan suhu. Ada banyak tanaman yang sedikit banyak dapat tahan kekeringan tetapi tak tergolong xerofita dinamakan tropofita. Suatu periode kering dapat dilewati dengan baik jika curah hujan pada musimmusim lainnya cukup tinggi. Di benua Afrika bagian barat hutannya dapat bertahan sampai tujuh bulan dalam tahun yang bersangkutan jika tersedia cukup air. 2.5 Alat Pengukur Curah Hujan Alat Pengukur Curah Hujan merupakan alat yang digunakan untuk mencatat intensitas curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Hasil pencatatan curah hujan pada umumnya dihubungkan dengan hasil pencatatan pergerakan tanah pada extensometer. Hasil pencatatan alat pengukur curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil pencatatan pergerakan tanah pada extensometer yang dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas curah hujan, maka tanah cenderung mudah bergerak, Rain Gauge atau Alat Pengukur Curah Hujan terdiri dalam beberapa type yaitu manual dan juga otomatis. Waktu Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam-jam tertentu walaupun cuaca baik. Namun ketentuannya hujan ditakar setiap 3 jam sekali yang dimulaidari jam 00.00, 03.00, 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, dan seterusnya. Berikut adalah alat-alat penakar hujan yang biasanya digunakan oleh BMKG:

6

1. Ombrometer Observation

a. Mulut penakar seluas 100 cm² b. Corong sempit c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mm CH d. Kran 

Fungsi

: Mengukur jumlah hujan harian



Satuan alat

: mm



Satuan/skala

: mm



Ketelitian

: 0,5 mm



Prinsip kerja

: Penampung curah hujan



Waktu pengamatan

: Satu kali pada pagi hari pukul 07.00 WIB



Cara kerja : Air hujan masuk kemulut penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, kemudian takar secara keseluruhan hingga air pada penakar habis, tutup kran lagi. Baca hasil pengukuran pada gelas ukur dan catat hasilnya.

7

Misal, jika didapatkan 200 ml atau 200 cc maka CH = 200 cm3/ 100 cm2 = 2 cm = 20 mm 

Cara pemasangan alat : 1. Alat di tempatkan dilapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut. 2. Permukaan mulut corong harus benar-benar horizontal dan di pasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.

2. Ombrometer Otomatis (Ombrograf)

    

Fungsi Satuan Alat Satuan/skala Ketelitian Alat Waktu pengamatan



dalam keadaan baik/hari sedang cerah Prinsip kerja : prinsip pelampung. yaitu: pencatatan tinggi air komulatif

: Mengukur dan mencatat jumlah hujan : mm : mm : 2 mm : Setiap hari dan setiap 3 jam sekali meskipun cuaca

dengan pena pencatat yang dihubungkan dengan pelampung di dalam tabung pelampung.

8



Cara kerja : Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai

pelampung

Gerakkan

pena

dicatat

pada

pias

yang

ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas,maka berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung.Bersamaan dengan keluarnya air, tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal.Jika hujan masih terus-menerus turun,maka pelampung akan naik kembali seperti diatas. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung garis-garis vertical. 

Cara pemasangan alat : 1. Syarat penempatan alat seperti Ombrometer. 2. Alat dipasang diatas permukaan tanah dengan tinggi permukaan mulut corong 40 cm dari permukaan tanah.

9

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Sedangkan, curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi penguapan, meresap, dan tidak mengalir. Faktor yang mempengaruhi curah hujan adalah faktor garis lintang, topografi, arah angin, perbedaan suhu tanah, dan sebagainya. Kecukupan air atau curah hujan sepanjang tahun atau musim menyebabkan pembentukan hutan. Makin berkurang jumlah air yang tersedia, makin menurun kualitas hutannya, dan terbentuklah semak atau rerumputan. Alat Pengukur Curah Hujan merupakan alat yang digunakan untuk mencatat intensitas curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Hasil pencatatan curah hujan pada umumnya dihubungkan dengan hasil pencatatan pergerakan tanah pada extensometer. Semakin besar intensitas curah hujan, maka tanah cenderung mudah bergerak, Rain Gauge atau Alat Pengukur Curah Hujan terdiri dalam beberapa type yaitu manual dan juga otomatis. 3.2 Saran Pada hal ini diperlukan pengukuran curah hujan untuk mengetahui intensitas curah hujan, prediksi cuaca di daerah sekitar dan juga pengukuran intensitas curah hujan juga dapat digunakan sebagai penentu pembangunan irigasi dan drainase serta pengendalian banjir.

10

DAFTAR PUSTAKA Pengenalan Alat-Alat Meteorologi. (2011, March 28). Dipetik October 11, 2015, dari SMARTIEN dot blogspot dot com: http://www.smarttien.com/2011/03/pengenalan-alat-alat-meteorologi.html Laporan Klimatologi. (2012, March 30). Dipetik October 11, 2015, dari Progressive: http://protesttheprogressive.blogspot.co.id/2012/03/laporanklimatologi.html Purba, H. D. (2014, January 20). Laporan Klimatologi. Dipetik October 11, 2015, dari Kuliah ku: http://hannadebora123456789.blogspot.co.id/2014/01/laporanklimatologi.html Rebecca, S. (2013, December 18). Hujan 1: Pengukuran. Dipetik October 11, 2015, dari Laporan Praktikum Klimatologi: http://www.slideshare.net/ShintaF12/laporan-praktikum-klimatologi-acara7-shinta-rebecca-naibaho

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF