Makalah Kelompok 3 Sars

April 29, 2018 | Author: PravikaAlvionitaAlrasyid | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

sars...

Description

MAKALAH KELOMPOK KLINIK MEDIKAL BEDAH II SARS (Seve (Severr e Acute Res Respir pi r ator y Syndr Syndr ome)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

DIAN LUPITA ERDAYANI ERVANI FAISAL HAMDANI NIRAHAYU PRAFIKA ALVIONITA ALVIONITA WINDA PUSPA DEWI YUDA PRATAMA

14305004 14305011 14305013 14305016 14305021 14305024 14305037 14305039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATA K ESEHATAN N UNIVERSITAS UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah Keperawatan medikal  bedah II yang berjudul “SARS “SARS (Severe (Severe Acute Respiratory Syndrome) Syndrome)” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi memenuhi nilai tugas Keperawataan medikal bedah II semester IV.

Terimaksih kami ucapkan kepada Anggota kelompok, yang mana telah bekerja sama dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak  –   pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan mengembangkan pengetahuan tentang  penyakit  penyakit SARS.

Pekanbaru, Mei 2016

Kelompok Penyusun

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah Keperawatan medikal  bedah II yang berjudul “SARS “SARS (Severe (Severe Acute Respiratory Syndrome) Syndrome)” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi memenuhi nilai tugas Keperawataan medikal bedah II semester IV.

Terimaksih kami ucapkan kepada Anggota kelompok, yang mana telah bekerja sama dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak  –   pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan mengembangkan pengetahuan tentang  penyakit  penyakit SARS.

Pekanbaru, Mei 2016

Kelompok Penyusun

DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................... B. Rumusan makalah.................. ......... ................... ................... .................. ................... ................... .................. ............. .... C. Tujuan makalah ................................................................................. D. Manfaat makalah ............................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Definisi SARS ............................... ................................................ .................................. ................................. .................... .... B. Etiologi Etiologi SARS ............................... ................................................ .................................. ................................. .................... .... C. Manifestasi klinis ................................................................................ D. Pathofisiologis ..................................................................................... E. WOC/ Pathways ................................................................................. F. Pemeriksaan penunjang ..................................................................... G. Penatalaksanaan ................................................................................. H. Komplikas Komplikasii ............................... ............................................... .................................. .................................. ......................... ......... I. Asuhan Keperawatan ......................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpula Kesimpulan n ................................. ................................................. ................................. .................................. ....................... ...... B. Saran Saran ............................... ................................................ .................................. ................................. ................................. ................... DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada tahun 2003 badan kesehatan dunia WHO (World Health Organisation) mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu  penyakit yang disebutnya sebagai sindrom penapasan akut parah (dalam  bahasa inggris : SARS - Severe Acute Respiratory Syndrome). Penyakit ini digambarkan sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara sangat cepat, progresif dan seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guang Dong . Sekitar tahun 2002, dilaporkan dari propinsi Guangdong, Cina, adanya  penderita-penderita yang mengalami radang paru yang atipikal dan sangat gawat serta tingkat penularannya tinggi. Kausa penyakit ini tidak diketahui. Pada tanggal 26 Pebruari 2003, seorang penderita (kasus indeks) dirawat di sebuah rumah sakit di Hanoi, Vietnam, dengan demam tinggi, batuk-batuk kering, mialgia, dan sakit tenggorok ringan. Empat hari kemudian, penderita ini mulai mengalami kesulitan bernapas, menunjukan trombositopenia berat, dan

tanda-tanda

 syndrome)

sindrom

sehingga

gangguan

memerlukan

pernapasan

alat

(respiratory

bantu  pernapasan

distress

(ventilator).

Meskipun telah diberikan terapi yang intensif, penderita meninggal pada tanggal 13 Maret 2003 setelah dipindahkan ke rumah sakit di Hongkong. Penderita ini datang ke Hanoi setelah berkunjung ke Shanghai dan Hongkong. Pada tanggal 5 Maret 2003, tujuh petugas kesehatan yang pernah merawat kasus indeks tersebut menderita penyakit yang sama. Penyakit tersebut t imbul 4-7 hari setelah kasus indeks tersebut masuk ke rumah sakit untuk dirawat. Sekitar dua minggu kemudian, telah tercatat 43 kasus, 5 di antaranya membutuhkan ventilator dan dua meninggal. Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara  peneyebaran virus tersebut. Memang penularannya dari orang ke orang

melalui udara (droplets, sneeze atau cough), feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus mampu bertahan hidup di lingkungan

(door

handles,

countertops).

Hasil

penelitian

terakhir

menunjukkan bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu minggu. Kerja sama yang dikoordinasi oleh WHO yang mengikut

sertakan

sejumlah

laboratorium

di

berbagai

negara

telah

memberikan hasil yang relatif sangat cepat dalam mengidentifikasi penyebab dari SARS. Pada saat yang hampir bersamaan, laboratorium di Kanada dan Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Center for Disease Control/CDC) menyatakan bahwa suatu jenis coronavirus adalah  penyebab dari SARS. Meskipun dalam beberapa dekade terakhir dari abad yang lalu terdapat beberapa penyakit baru yang timbul, SARS harus ditanggapi

sebagai

suatu

ancaman

yang

serius

terhadap

kesehatan

internasional. Jika virus SARS bertahan pada keadaannya seperti sekarang yaitu patogenitasnya yang tinggi serta penyebarannya yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru yang pertama pada abad 21 ini dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik global. Gejala SARS diketahui berupa malaise, mialgia, demam dan dengan cepat diikuti gejala pernafasan berupa batuk disertai kesulitan bernafas. Dapat juga disertai dengan diare. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari setelah onset. Oleh karena itu, SARS harus cepat ditanggapi karena termasuk suatu ancaman yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS  bertahan pada keadaannya seperti sekarang serta penyebarannya yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik global.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut, 1. Apa yang dimaksud penyakit SARS ? 2. Apa penyebab penyakit SARS ? 3. Bagaimana manifestasi klinis SARS ? 4. Bagaimana patofisiologis penyakit SARS ? 5. Bagaimana Asuhan keperawatan penyakit SARS ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah, a. Tujuan Umum Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui secara umum apa itu penyakit SARS.  b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut, 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit SARS; 2. Untuk mengetahui penyebab penyakit SARS; 3. Untuk mengetahui patofisiologis penyakit SARS; 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit SARS; 5. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan penyakit SARS.

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah, a. Manfaat Umum Manfaat umum dari makalah ini yaitu untuk memberikan pengetahuan secara umum tentang penyakit SARS.  b. Manfaat Khusus Manfaat khusus dari pembuatan makalah ini adalah, 1. Memberikan pengetahuan tentang penyakit SARS; 2. Memberikan pengetahuan tentang penyebab penyakit SARS; 3. Memberikan pengetahuan tentang manifestasi klinis penyakit SARS;

4. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana patofisiologis  penyakit SARS; 5. Memberikan pengetaahuan tentang Asuhan keperawatan penyakit SARS;

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi SARS

Sindrom

Pernapasan

Akut

Berat (bahasa

Inggris: Severe

Acute

 Respiratory Syndrome, SARS ) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November  2002 di provinsi Guang Dong, Tiongkok.  SARS sekarang dipercayai disebabkan oleh virus SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.

SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi  pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus yaitu SARS associated coronavirus (SARS-Cov).

SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.

Severe Acute Respiratory Syndrome  (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.

SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan  paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).

SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering

disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai kriteria WHO. 

Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai  berikut : Demam tinggi (> 38 0C / 100,4 0F) disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala klinis yaitu : a. Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau  penderita probable SARS (seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh  penderita)  b. Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit SARS c. Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.



Definisi penderita probable  (mungkin) adalah penderita suspect seperti yang disebutkan diatas disertai dengan : a. Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang ada.  b. Atau ditemukannya coronavirus SARS dengan satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium.  b. Atau pada otopsi ditemukan gambaran patologis RDS tanpa sebab yang jelas.

Dari semua pengertian yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat adalah sindrom akut akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukan gejala gagguan pernapasan pada pasien yang

mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS, dan sampai saat ini  belum diketahui pasti penyebabnya. walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anakanak.

Anatomi sistem pernapasan

Anatomi sistem pernapasan meemungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam semua sistem organ tubuh di perlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem  pernapasan dan fungsinya.

Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasasi struktural dari bagian-bagian sistem tetapi juga dari inter-relasi dari komponennya dengan sisten tubuh yang lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi, miskular, dan imun.

Saluran Pernapasan Bawah

Trakhea Pipa udara atau trakh ea adalah saluran udara tubular yang mempunyai  panjang sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea memnjang dari laring ke arah bawah kedalam rongga torak tempatnya terbagi menjadi  bronkhi kanan dan kiri.

 Bronchial & Alveoli Ujung distal trakhea membagi menjadibronkhi primer kanan dan kiri yang terletak didalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing  bronkhus primer sedikit memanjang dari trakhea kearah paru-paru

membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam disbanding dengan cabang bronkhus kanan. Sebagai akibat dari  perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. Pada dinding  bronkhiolus tidak terdapat kartilago; keadan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli — kantung udara didalam paru-paru.

Fungsi percabangan bronchial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar  jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.

 Paru-paru Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh singkar iga. Bagian dasar setiap paru paru terletak diatas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus primer dan tempat masuknyaarteri serta vena pulmonari kedalam paru.

Toraks Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan sebagian tengah yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum, yang secara sempura memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya

B. Etiologi

SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada  pemeriksaan dengan mikroskop elektron sama dengan coronavirus  pada binatang. Virus ini

stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1  –   2 hari dan dapat  bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan 0

0

dan bahan-bahan fiksasi. Pada pemanasan dengan suhu 54 C (132.8 F) akan membunuh coronavirus SARS dengan kecepatan sekitar 10.000 unit per 15 menit. Coronavirus

Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, suatu virus yang  besar, dan mempunyai selubung (envelope). Selubung virus ini dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan yang panjang berbentuk daun bunga ( petal ). Genom RNA coronavirus ini mempunyai ukuran 27-32 kb dan merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada. Genom virus ini beruntai tunggal ( single-stranded ) dan membentuk suatu nukleokapsid helikal yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein yang terbentuk dari  penggembungan membran intraseluler.

Gambar 1. Model struktur coronavirus  N = protein nukleokapsid M = glikoprotein membran S = glikoprotein tonjolan HE = glikoprotein (hanya pada beberapa coronavirus grup II)

Ada 3 kelompok serologis coronavirus yang telah dikenali dan untuk setiap serogrup, virus diidentifikasi sesuai dengan pejamu alamiahnya, dengan cara urutan (sekuens) nukleotidanya dan hubungannya masing-

masing secara serologis. Secara alamiah, kebanyakan coronavirus menginfeksi satu jenis spesies saja atau beberapa spesies yang terkait erat. Replikasi virus in vivo dapat terjadi secara tersebar (disseminated ) sehingga menyebabkan infeksi sistemik atau dapat terbatas pada  beberapa tipe sel (seringkali sel epitel saluran pernapasan atau saluran cerna dan makrofag) dan menyebabkan infeksi lokal. Seperti halnya dengan kebanyakan virus-virus RNA, coronavirus memiliki frekuensi mutasi yang sangat besar. Dengan melihat panjangnya genom dan frekuensi kesalahan polymerase RNA dari virus-virus lain, genom RNA coronavirus agaknya memiliki kumpulan titik mutasi pada setiap replikasi RNA-nya. Analisis urutan (sekuens) nukleotida dari berbagai isolate coronavirus menunjukkan suatu variabilitas sekuens yang dapat mempengaruhi replikasi virus dan patogenesisnya. Contoh yang paling mencolok dalam hal mutasi dan secara biologis mempunyai arti penting adalah munculnya  porcine respiratory coronavirus (PRCV) dari transmissible gastroenteritis virus (TGEV). TGEV menyebabkan infeksi enterik zoonotik pada babi. Pada awal tahun 1980-an, PRCV muncul di Eropa sebagai virus baru yang menyebar secara luas pada hewan babi, dengan menyebabkan penyakit saluran pernapasan epizootik yang berat .

Ada anggapan bahwa penyakit SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang manusia merupakan keadaan di mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan mengalami mutasi dan berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa kelompok hewan lainnya dan juga pada manusia.

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38oC terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek, nyeri sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien

 penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS.

Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh

orang

yang

diduga

menderita

SARS

itu.

Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan  pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah  berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang. (Brunner & Suddarth. 2002)

D. Patofisiologi

Coronavirus

Dro let

Saluran Pernafasan

Masa inkubasi 1-10 hari

Peningkatan Leukosit Demam

Radang Paru

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family  paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain,

corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu  bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 1-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga  bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui sars memiliki 2 fase dalam pathogenesis. Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi  proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasidari campuran sel  –  sel inflamasi serta edema dan pembentukan membrane hialin. Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel  –   sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel  –   sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang  berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk kedalam ruang alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah  pasien SARS yang meninggal untuk diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan epitel paru disebabkan efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini,RNA dan antigen virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop electron. Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial,  bertambahnya ragam sel dan fibrolisis pada dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nucleus, serta nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya sering kali

ditemukan sel raksasa dengan banyak nucleus ( multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS justru berada didalam  jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini berbagai  proses patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena replikasi virus yang terus menerus, melainkan karena berat nya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan penggunaan ventilator. Cara penularan

Penularan virus SARS terutama terjadi akibat kontak ornag ke orang denagn penderita SARS yang menular melalui udara, pernapsan, berasal dari batuk atau bersin penderita. Selain itu bahan-bahan yang bersal dari tubuh penderita misalnya dahak dan cairan tubujh lainnya (darah, air seni, air liur penderita) yang mencemari benada-benda yang dipegang oleh seseorang yang kemudian mengusap mulut, hidung atau matanya. Diduga juga menularkan virus ini. Virus juga dapat menular melalui mulut, hidung dan mata yang tersentuh benda yang tercemar bahan infeksi berasal dari penderita SARS. Kontak langsung dengan pendertita melalui ciuman, makan minum dari menggunakan alata makan dan gelas yang sama, menyantuh penderita secara kangsung atau berbiacara dengan penderita kuransg dari 3 kaki merupakan cara penularan utama virus SARS dari penderota ke orang lain. Karena itu, pada wabah SRAS orang-orang yang paling sering tertular penyakit ini adalah para perawat dan tenaga medis yang menangani dan merawat penderita SARS. Krena gejala klinis SARS yang mulanya tidak khas, pekerja dan pelayaan  publik lainnya misalanya pegawai imigrasi, polisi, peagawai biro  perjalanan, pelayanan toko dan pelayanan restoran juga memilki risiko tinggi tertular SARS.

SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat  penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tandatanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem  pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi. Penderita

SARS

pada

mingu

pertama

penyakitnya

mula-mula

mengalami demam (>38C) disertai menggigil dan rasa sakit disekujur  badan penderita. Selain itu penedrita mengeluh sakit kepala yang disert ai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare. Jika daya tahan tubuh penderita tinggi, penyakit akan sembuh dalam 3-7 hari. Sebaliknya jika daya tahan tubuh rendah SARS akan berkembang  progresif yag terjadi pada minggu ke 2 ditandai batuk-batuk kering dan  berat, disertai gangguan pernapassan, napas penderita pendek-pendek sehinga dibutuhkan alat bantu pernapasan. Sebagaian besar penderita akan mengalami pneumonia yang dapat mengakibatkan kematian. Pada orang lanjut usia penyakit SARS dapat menjadi berat akibat adanya  penyalkit lain yang diderita. Pada perempuan hamil muda dengan mendirta SARS dapat mengalami abortus. Sedangka SARS ibu hamil tua, ibu hamil berisiko meninggal dunia. Untuk keperluan surveilans SARS, WHO menentukan gambaran klinis untuk menetapkan diagnosis SARS. Seseorang ditetapkan sebagai penderita SARS jika menunjukkan:

1. Sedang menderita demam, atau pernah menderita demam >38 C 2. Satu atau lebih gejala saluran pernapasan bawah (batuk, sukar  bernapas dan napas pendek). 3. Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanay inflitrat paru dengan  pneumonia atau pemeriksaan outopsi menunjukkan gambaran  patologi pneumonia yang penyebab lainnya tidak diketahui. 4. Tidak ada penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala klinisnya. Faktor Pencetus Penularan

Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil  pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran  pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode  penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan  batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau  barang yang digunakan oleh pasien SARS. Faktor Pendukung penularan

a. Faktor diri (host)

: umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan

congenital, imunologis, BBLR dan premature. b.

Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.

c. Defisiensi vitamin d. Tingkat sosio ekonomi rendah e. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah f. Menderita penyakit kronis

g. Aspek

kepercayaan

setempat

dalam

praktek

pencarian

 pengobatan yang salah.

Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya : 1.

Pneumonia

2.

Tekanan darah yang sangat rendah (syok)

3.

Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)

4.

Beberapa transfusi darah

5.

Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi

6.

Emboli paru

7.

Cedera pada dada

8.

Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin

9.

Trauma hebat

10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

E. WOC/Pathways

Coronavirus

Dro let

Saluran Pernafasan

Masa inkubasi 1-10 hari

Peningkatan Leukosit Demam

Radang Paru

Peningkatan Leukosit Demam

Tidak nafsu makan

Intake makan dan minum menurun

MK : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Radang Paru

Hipertermi

Bersihan  jalan nafas tidak efektif

Peningkatan sekret

Asupan O2 Tidak adekuat

Sesak nafas

Dehidrasi

MK : Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan Respiration Rate (RR)

MK : Pola nafas tidak efektif

F. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan

radiologis

:

air

bronchogram

:

Streptococcus

 pneumonia.  b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar  bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen). Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS : Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di



tempat yang seharusnya terisi udara) 

Gas darah arteri



Hitung jenis darah dan kimia darah

Bronkoskopi c. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit. d. Pemeriksaan Bakteriologis atau

transtrakeal,

aspirasi

: sputum, darah, aspirasi nasotrakeal jarum

transtorakal,

torakosentesis,

 bronskoskopi, biopsy e. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

G. Penatalaksanaan 

  : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Terapi supportif umum  nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain. 

Terapi oksigen



Humidifikasi dengan nebulizer



Fisioterapi dada



Pengaturan cairan



Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat



Obat inotropik



Ventilasi mekanis



Drainase empiema



Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup



Terapi antibi otik 

Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen  pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal  bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.

Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory

dikenal

memiliki

sifat,

khususnya

quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.

SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa  pengobatan atau terapi antibiotik saja. Antibiotik : a.Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab  b.Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

H. Prognosis

Angka kematian melebihi 40%.

Apabila penyakit tidak ditangani

dengan baik maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang  berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda jasmani

tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami

tachypnea

dan

crackle

pada

auscultation.

Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.

Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.

Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.

I. Komplikasi

Komplikasi meliputi : a. Abses paru  b. Efusi pleural c. Empisema d. Gagal nafas e. Perikarditis f. Meningitis g. Atelektasis h. Hipotensi i.

Delirium

 j.

Asidosis metabolic

k. Dehidrasi l.

Penyakit multi lobular

m. Septikemi n. Superinfeksi farmakologis

dapat

terjadi

sebagai

komplikasi

pengobatan

J. Asuhan keperawatan a. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS : 1. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi  bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi. 2. Perhatikan perubahan suhu tubuh. 3. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme. 4. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak

berhasil

untuk

sembuh,

atelektasis,

efusi

pleural,

komplikasi jantung, dan superinfeksi. 5. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan. 6. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit  pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan

dan

tindakan yang dilakukan.

b. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas. 2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam. 3. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

 berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis. 4.  Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ) 5.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR >24x/menit) atau hipoventilasi (RR
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF