Makalah Kel 4 - Bukti Dan Dokumentasi Audit

April 4, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Kel 4 - Bukti Dan Dokumentasi Audit...

Description

MAKALAH AUDITING LANJUTAN “BUKTI DAN DOKUMENTASI AUDIT ”

Dosen Pengampu : Dr. Syahril Ali, SE, MSi, CPA, CA, Ak Dr. Yuskar, SE, MA, ACPA, CA, Ak

Oleh : Diva Trimuliani Sari Fadillah

2120532025 2120532030

Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas 2022

1.1 HAKEKAT BUKTI Bukti audit merupakan semua informasi yang digunakan auditor untuk mrncapai kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan yang terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hokum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap keismpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketetapan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi audit. Jadi bukti audit memiliki peran yang sangat penting bagi auditor untuk mendukung opini dan laporan auditor (ISA 200, para.A28) yang berbunyi: Bukti audit penting untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti tersebut bersifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang digunakan selama pelaksanaan audit. Namun demikian, bukti audit mencakup pula informasi yang diperoleh dari sumber lain seperti misalnya dari audit periode yang lalu atau prosedur kualitas pengendalian klien dalam rangka memutuskan diterima atau diteruskannya penugasan. Selain dari sumber-sumber dalam dan luar entitas, catatan akuntansi entitas yang diaudit merupakan sumber bukti audit yang penting. Selain itu, informasi yang bisa digunakan sebagal bukti audit bisa pula berupa informasi yang diberikan oleh seorang ahli yang disewa atau diberi penugasan olah entitas. Bukti audit terdiri dari informasi-informasi yang mendukung asersi manajemen, maupun yang berlawanan dengan asersi tersebut. Dalam hal-hal tertentu, ketiadaan informasi (misalnya, karena manajemen menolak untuk memberikan informasi yang diminta auditor) digunakan oleh auditor, dan oleh karenanya juga merupakan bukti audit. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam rangka merumuskan opini auditor terdiri dari pekerjaan mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. (Terjemahan dari ISA 200, para. A28)

Dari pernyataan di atas, dapat kita rumuskan butir-butir penting tentang hakekat bukti audit, sebagai berikut: -

Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal.

-

Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan asersi manajemen.

-

Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak membuat dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu.

-

Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.

-

Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan auditor (analisis risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang klien, data dari audit tahun yang lalu dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang mencerminkan ketelitian proses internal)

1.2 KEPUTUSAN AUDITOR TENTANG BUKTI AUDIT Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan klien telah ditetapkan secara wajar. Ada empat keputusan tentang bukti apa yang harus diperoleh dan berapa banyak bukti harus dikumpulkan: 1. Prosedur audit apa yang harus digunakan.audit tersebut. 2. Berapa besar ukuran sampel yang harus dipilih untuk prosedur audit tersebut 3. Unsur-unsur apa yang harus dipilih dari populasi. 4. Kapan prosedur tersebut diterapkan 1.2.1

Prosedur Audit Prosedur audit adalah instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh selama audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan instruksi yang cukup spesifik sehingga auditor dapat mengikuti instruksi tersebut selama audit berlangsung. Sebagai contoh, berikut ini adalah suatu prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas pengeluaran kas:



Periksalah jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan bandingkan dengan nama penerima, jumlah rupiah, dan tanggal dengan informasi online yang disediakan bank tentang check-check yang diproses untuk akun kas yang bersangkutan

1.2.2

Ukuran Sampel Setelah prosedur audit ditetapkan, auditor harus menentukan ukuran sampel yang dipilih dari populasi. Dalam penerapan prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas pengeluaran kas di atas, misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah dicatat 6.000 check. Auditor memutuskan untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50 check yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat jurnal yang tercantum dalam jurnal pengeluaran kas tersebut. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan diuji harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel yang dipilih bisa berbedabeda antara audit yang satu dengan audit lainnya.

1.2.3

Unsur Yang Dipilih Setelah ukuran sampel untuk suatu prosedur audit ditetapkan, auditor harus memutuskan unsur-unsur mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, apabila auditor memutuskan untuk memilih 50 check yang sudah dibayar bank dari populasi sebesar 6.000 check sebagaimana tercantum dalam jurnal pengeluaran kas, auditor masih harus menentukan metode apa yang akan digunakan untuk secara spesifik memilih check yang akan diuji . Alternatif pemilihan 50 lembar cek yang dapat dllakukan auditor adalah (1) memilih suatu minggu tertentu dan memeriksa 50 lembar check pertama dari minggu tersebut, (2) memilih 50 lembar check dengan nilai rupiah tertinggi, (3) memilih 50 lembar check secara acak, alau (4) memilih check-check yang menurut dugaan auditor mengandung kekeliruan. Bisa juga auditor memilih dengan menggunakan kombinasi dari metoda-metode tersebut.

1.2.4

Saat Pelaksanaan Prosedur Audit atas laporan keuangan biasanya mencakup satu periode akuntansi tertentu, misalnya satu tahun buku. Audit pada umumnya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau beberapa bulan setelah akhir periode akuntansi. Dengan

demikian, penerapan prosedur-prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi. Kadang-kadang penentuan saat pelaksanaan prosedur audit dipengaruhi oleh kapan klien membutuhkan laporan audit. Dalam audit atas laporan keuangan perusahaanperusahaan publik, klien biasanya menghendaki audit sudah dapat diselesaikan dalam waktu 1 hingga 3 setelah akhir tahun buku. Saat ini Bapepam mengharuskan perusahaan-perusahaan publik untuk mengumumkan laporan keuangan auditan dalam waktu 60-90 hari setelah akhir tahun buku, tergantung pada besamya perusahaan. Selain itu, saat pelaksanaan prosedur dipengaruhi pula oleh pertimbangan auditor tentang kapan prosedur diperkirakan akan paling efektif, atau kapan staf audit tersedia. Sebagai contoh, auditor pada umumnya sedapat mungkin melaksanakan prosedur pengamatan perhitungan fisik persediaan sedekat mungkin dengan tanggal akhir tahun buku. Prosedur audit seringkali menggabungkan sejumlah prosedur audit, unsur yang harus dipilih, dan saat pelaksanaan prosedur. Berikut ini adalah contoh modifikasi prosedur audit di atas dengan memasukkan keempat keputusan auditor tentang bukti audit (catatan: yang ditulis miring menunjukkan keputusan tentang saat, unsur yang dipilih, dan ukuran sampel): 

Dapatkan jurnal pengeluaran kas bulan Oktober dan bandingkanlah nama penerima, jumlah rupiah, dan tanggal yang tercantum pada check dengan jurnal pengeluaran kas tersebut untuk 50 lembar check yang dipilih secara acak.

1.2.5

Program Audit Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau keseluruhan audit. Program audit selalu berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup ukuran sampel, unsur yang dipilih dan saat pelaksanaan pengujian. Pada umumnya, auditor membuat program audit (yang berisi berbagai prosedur audit) untuk setiap komponen audit, misalnya program audit untuk piutang usaha, satu diantaranya program audit untuk penjualan, dan sebagainya. Dewasa ini, para auditor umumnya menggunakan paket electronic audit software untuk menyusun program audit. Program software ini membantu auditor dalam

mengurangi risiko dan menyusun perencanaan audit serta memilih prosedur audit yang tepat. 1.3 KARAKTERISITK BUKTI AUDIT Standar Audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut: Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat (sufficient appropriate evidence) sebagai dasar untuk mendukung opini yang diberikan. Namun, penentuan apa yang “tepat” dan “cukup” bukanlah tugas yang mudah. Mengingat sifat bukti audit dan biaya yang diperlukan untuk melakukan audit, pada umumnya auditor tidak sepenuhnya yakin bahwa pendapat yang diberikannya benar. Namun demikian, auditor harus berkeyakinan bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan yang tinggi. Dengan memadukan semua bukti dari keseluruhan audit, auditor akan mampu untuk menentukan kapan ia yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit. Karakteristik bukti audit antara lain : 1.3.1

Ketepatan Bukti Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo akun, dan pengungkapan yang bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat, maka hal itu akan sangat membantu auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar. Perlu dicatat bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Ketepatan tidak bisa dipengaruhi oleh pemilihan sampel yang lebih besar atau dengan memilih unsur-unsur populasi yang berbeda. Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau lebih bisa dipercaya (reliable). 1.3.1.1 Relevansi Bukti

Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu oleh auditor sebelum bisa disebut sebagai bukti yang tepat. Sebagai contoh, misalkan auditor bermaksud untuk membuktikan bahwa semua barang yang dikirim telah dibuat fakturnya (tujuan kelengkapan transaksi). Seandainya auditor memilih suatu sampel berupa duplikat faktur penjualan dan menelusur masing-masing faktur tersebut ke bukti pengiriman barang yang bersangkutan, maka bukti yang diperoleh akan dikatakan tidak relevan untuk tujuan kelengkapan, dan dengan demikian disebut sebagai bukti yang tidak tepat untuk tujuan tersebut. Prosedur yang relevan dalam hal ini adalah menelusur suatu sampel bukti pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan yang bersangkutan untuk memastikan bahwa semua barang yang dikirim telah dibuat fakturnya. Prosedur audit terakhir ini yang disebut relevan, karena pengiriman barang merupakan kriteria normal yang digunakan untuk menentukan apakah suatu penjualan telah terjadi dan seharusnya telah dibuat fakturnya. Dengan menelusur dari bukti pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan, auditor dapat menentukan apakah pengiriman barang telah di faktur ke konsumen. Dalam prosedur yang pertama di atas, apabila auditor menelusur dari duplikat faktur penjulan ke bukti pengiriman barang, tidaklah mungkin untuk menemukan adanya pengiriman barang yang tidak difaktur. Relevansi menjadi masalah dalam kaitannya dengan tujuan audit tertentu, karena bukti bisa relevan untuk suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan lainnya. Dalam contoh bukti pengiriman barang di atas, apabila auditor menelusur dari duplikat faktur penjualan ke bukti pengiriman barang yang bersangkutan, bukti yang diperoleh akan relevan untuk tujuan keberadaan transaksi. Banyak bukti yang relevan untuk lebih dari satu tujuan audit, tetapi tidak semua tujuan audit 1.3.1.2 Reliabilitas Bukti Reliabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat kepercayaan atas suatu bukti. Sebagaimana halnya

relevansi, apabila bukti bisa dipercaya, maka hal itu akan membantu auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh, perhitungan persediaan fisik yang dilakukan sendiri oleh auditor, lebih bisa dipercaya daripada manajemen yang melakukannya dan menyerahkan hasilnya kepada auditor. Reliabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik - karakteristik berikut: a. Independensi pembuat bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih bisa di percaya daripada bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Informasi yang diperoleh dari bank, penasehat hukum, atau pelanggan, biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas pertanyaan yang diperoleh dari klien. Demikian pula, dokumen-dokumen yang bersumber dari organisasi di luar klien, seperti misalnya polis asuransi, dipandang lebih bisa dipercaya daripada dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh organisasi klien dan tidak keluar dari organisasi klien seperti misalnya dokumen permintaan pembelian. b. Efektivitas pengendalian internal klien. Apabila pengendalian internal yang berlaku pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka bukti yang di peroleh akan lebih bisa dipercaya daripada bila pengendalian internal klien tidak efetkif. Sebagai contoh, apabila pengendalian internal atas penjualan dan pembuatan faktur pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka auditor akan memperoleh bukti yang lebih bisa dipercaya dari faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang, daripada jika pengendalian internalnya tidak efektif. c. Pengetahuan langsung auditor. Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi dan inspeksi adalah lebih bisa dipercaya, daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Sebagai contoh, apabila auditor menghitung sendiri besarnya laba kotor tahun ini

dan membandingkannya dengan laba kotor tahun lalu, maka hasil perhitungan tersebut akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan perbandingan laba kotor yang dilakukan oleh kotroler perusahaan klien d. Kualifikasi individu pemberi informasi. Meskipun sumber pemberi informasi berkedudukan independen, namun hal itu akan tergantung

pula

pada

kualifikasi

orang

(individu)

yang

memberikan informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang diperoleh dari bank atau penasehat hukum biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang tidak memahami dunia usaha. Demikian pula bukti yang diperoleh langsung oleh auditor, bisa menjadi kurang dipercaya bila auditor tidak memperhatikan kualifikasi untuk menilai bukti. Sebagai contoh, pemeriksaan atas persediaan permata yang dilakukan oleh seorang auditor yang tidak terlatih untuk membedakan antara permata yang asli dengan kaca akan menjadi bukti yang tidak bisa dipercaya untuk tujuan keberadaan permata. e. Tingkat obyektivitas. Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan bukti yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah konfirmasi tentang saldo piutang yang diterima dari debitur, atau konfirmasi tentang saldo rekening di bank yang diterima dari bank, hasil perhitungan fisik kas dan surat berharga yang dilakukan oleh auditor. Contoh bukti yang subyektif misalnya surat yang diterima dari penasehat hukum klien tentang kemungkinan keputusan pengadilan yang melibatkan klien, hasil observasi selama audit berlangsung tentang persediaan yang dipandang sudah tidak layak jual, dan hasil wawancara dengan manajer kredit tentang kolektibilitas piutang. Apabila bukti subyektif semacam itu akan dinilai oleh auditor untuk menentukan

tingkat bisa dipercaya bukti tersebut, maka auditor harus memperhatikan kualifikasi orang yang memberikan bukti. f. Ketepatan

waktu.

Ketepatan

waktu

suatu

bukti

audit,

berhubungan dengan kapan bukti tersebut diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan lebih dipercaya untuk saldo-saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Sebagai contoh, hasil perhitungan fisik atas surat berharga yang dilakukan auditor pada tanggal neraca, akan lebih dipercaya daripada apabila perhitungan fisik dilakukan 2 bulan sebelumnya. Untuk akun-akun rugi-laba (akun nominal), bukti akan lebih dipercaya apabila bukti tersebut merupakan sampel dari satu periode akuntansi, misalnya sampel merupakan hasil pemeriksaan acak atas transaksi penjualan selama satu tahun buku, bukan sampel yang hanya merupakan sebagian dari periode, misalnya hanya 6 bulan pertama 1.3.2

Kecukupan Bukti Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak” bukti audit harus diperoleh. Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti terutama diukur dengan ukuran sampel yang dipilih auditor. Beberapa faktor menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit. Dua faktor terpenting adalah ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien. Sebagai contoh, dalam suatu penugasan audit, auditor menduga bahwa dalam persediaan kemungkinan besar terdapat persediaan yang usang karena sifat dari bidang usaha klien. Dalam audit ini auditor akan menarik sampel lebih besar untuk membuktikan adanya persediaan usang, dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan terdapat persediaan usang. Demikian pula, apabila auditor berkesimpulan bahwa pengendalian

internal klien atas aset tetap berjalan dengan efektif, maka auditor akan menetapkan sampel yang lebih kecil dalam mengaudit pengadaan aset tetap, dibandingkan dengan apabila pengendalian internal tidak efektif. 1.4 HUBUNGAN ANTARA RISIKO, KETEPATAN, DAN KECUKUPAN BUKTI AUDIT

Dari gambar di atas dapat dipahami bahwa tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup. Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu sama lainnya. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak” bukti yang harus dikumpulkan. Dengan kata lain, kecukupan merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material (semakin tinggi risiko, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan) dan kualitas bukti audit (semakin baik kualitas bukti audit, semakin sedikit bukti yang dibutuhkan). Namun, pemerolehan bukti audit yang semakin banyak tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut (SA 500, Para 6 A4). Sedangkan ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit yang mencakup relevansi dan keandalan bukti audit yang mendukung auditor untuk merumuskan opininya. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber

dan sifatnya, serta bergantung pada masing-masing kondisi bukti audit yang diperoleh (Para 6 A5) yang sebagaimana telah disinggung di atas, ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas bukti yang bertujuan mendukung auditor untuk merumuskan opininya Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang ada pada klien (yaitu profil risiko inheren dan risiko pengendalian). Kecukupan dan ketepatan bukti yang telah diperoleh untuk menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai sebagai basis bagi auditor dalam menyampaikan opininya (Para 6 A6). Dalam keadaan bagaimanapun, auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi terasa menjadi lebih sulit karena sistem akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan kurang bisa untuk dipercaya. Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Dalam hal kecukupan, klien berisiko tinggi menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih banyak. 1.5 SUMBER BUKTI AUDIT Perlu diingat bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan berbagai sumber potensial bukti yang akan dijabarkan berikut ini:

Untuk informasi dari luar berdasarkan SA 500 Para 6 A8 dan A9 disebutkan bahwa tingkat keyakinan yang lebih tinggi umumnya diperoleh jika terdapat konsistensi antara bukti audit yang diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda atau memiliki sifat-sifat yang berbeda. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh melalui sumber yang independen dari entitas dapat meningkatkan keyakinan yang diperoleh auditor daripada bukti audit yang dihasilkan secara internal seperti bukti audit yang terdapat dalam catatan akuntansi, notulen rapat, atau representasi manajemen. Kemudian, informasi yang diperoleh dari sumber independen dari entitas yang digunakan sebagai bukti audit dapat berupa konfirmasi dari pihak ketiga, laporan analisis dan data pesaing yang dapat diperbandingkan (data pembanding). Untuk sistem akuntansi berdasarkan SA 500 Para 6 A7 disebutkan bahwa beberapa bukti audit diperoleh dengan melaksanakan prosedur audit untuk menguji catatan akuntansi. Sebagai contoh melalui analisis dan penelaahan, pelaksanaan kembali prosedur yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan rekonsiliasi jenis serta aplikasi informasi sama yang berkaitan. Dengan melaksanakan prosedur audit, auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi secara internal konsisten dan cocok dengan laporan keuangan. 1.6 PROSEDUR UNTUK MEMPERROLEH BUKTI AUDIT 1.6.1

Inspeksi Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas suatu aset. Tipe bukti yang diperoleh dari prosedur ini paling sering diterapkan dalam audit atas persediaan dan kas, tetapi dapat juga digunakan dalam pemeriksaan atas sekuritas, piutang wesel, dan aset tetap berwujud. Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien yang berisi informasi yang dituangkan ke dalam laporan keuangan. Dokumen-dokumen yang diperiksa auditor adalah catatan-catatan yang digunakan klien untuk menghasilkan informasi dalam melaksanakan bisnisnya dengan cara yang

terorganisasi, yang bisa berbentuk kertas, elektronik, atau media lainnya. Dokumen dapat dikelompokkan menjadi dokumen internal dan eksternal. 

Dokumen Internal dibuat dan digunakan dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain



Dokumen Eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi sekarang berada di tangan klien atau tersedia untuk diakses



Vouching. apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung catatan transaksi atau jumlah tertentu



tracing (penelusuran). apabila auditor menelusur dari laporan penerimaan barang ke jurnal pembelian untuk memenuhi tujuan kelengkapan.

1.6.2

Observasi Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan orang lain. Sebagai contoh, observasi oleh auditor atas perhitungan persediaan yang dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas pengendalian. Sepanjang pelaksanaan pengauditan atas suatu entitas, auditor sering menggunakan salah satu indera yang dimilikinya misalnya mata, telinga atau hidung untuk memeriksa sesuatu hal. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau prosedur. Observasi jarang dipandang memadai hanya dengan melakukannya karena adanya risiko bahwa si pegawai melakukan tugas dengan baik ketika diawasi auditor dan berubah ketika tidak diamati oleh auditor. Oleh karena itu, hasil observasi biasanya diikuti dengan mencari bukti pendukung yang lain.

1.6.3

Konfirmasi Eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengkonfirmasi) dalam

bentuk kertas atau secara elektronik atau media lain. Konfirmasi diminta oleh klien dan selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada auditor. Karena informasi berasal dari sumber yang independen terhadap klien, maka konfirmasi dipandang sebagai tipe bukti berkualitas tinggi dan sering digunakan dalam audit. Digunakan atau tidaknya konfirmasi diputuskan oleh auditor dan tergantung reliabilitas yang diperlukan sesuai dengan keadaan, serta bukti alternatif lain yang tersedia. Agar menjadi bukti yang bisa dipercaya, konfrimasi harus diawasi oleh auditor, sejak saat pembuatan hingga diterima jawaban. 1.6.4

Perhitungan Ulang Meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian atas ketelitian perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil perkalian dalam faktur penjualan dan lain-lain. Sebagian besar rekalkulasi dilakukan auditor dengan bantuan perangkat lunak komputer untuk pengauditan.

1.6.5

Pelaksanaan Kembali (Reformance) Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Berbeda dengan perhitungan ulang yang dilakukan dengan cara mengecek ulang suatu perhitungan, pelaksanaan kembali dilakukan dengan mengecek peosedur lain. Contoh auditor membandingkan harga yang tercantum dalam faktur dengan daftar harga yang telah ditetapkan diperusahan, atau auditor mengerjakan ulang pembuatan daftar umur piutang.

1.6.6

Prosedur Analitis Prosedur Analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat dietrima antara data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis juga

meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Prosedur analitis menggunakan perbandingan atau hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain nampak wajar dibandingkan dengan ekspektasi auditor. a. Memahami Bidang Usaha dan Bisnis Klien Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis klien sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur analitis dimana informasi yang belum diaudit dari tahun ini dibandingkan dengan informasi dari tahun lalu atau data industri, maka perubahan yang terjadi akan disoroti. Perubahan-perubahan ini bisa menggambarkan tren penting

atau

kejadian

spesifik

yang

semua

itu

akan

mempengaruhi perencanaan audit. Contohnya apabila terjadi suatu kenaikan dalam saldo aset tetap, maka hal itu menunjukkan adanya pembelian aset tetap secara signifikan yang perlu dikaji. b. Menilai Kelangsungan Usaha Bisnis Klien Prosedur analitis sering memberikan petunjuk yang berguna untuk menentukan apakah perusahaan klien mempunyai masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan usaha c. Menunjukkan Kemungkinan Adanya Kesalahan Penyajian dalam Laporan Keuangan Perbedaan signifikan yang tak diharapkan antara data keuangan tahun ini dan data lainnya yang digunakan sebagai pembanding disebut fluktuasi tidak biasa. Penyebab terjadinya fluktuasi tidak biasa adalah kesalahan penyajian akuntansi. Apabila fluktuasi tidak besar jumlahnya, auditor harus menentukan penyebabnya dan memastikan bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi.

d. Mengurangi Pengujian Audit yang Rinci Apabila prosedur analitis tidak menunjukkan fluktuasi tidak biasa, maka bisa diasumsikan bahwa kemungkinan adanya kesalahan penyajian material menjadi minimal. Dalam situasi semacam itu, prosedur analitis mencerminkan bukti substansif dan mendukung penyajian yang wajar dari akun-akun yang berkaitan

dan

dengan

demikian

memungkinkan

untuk

melakukan pengujian detil yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. 1.6.7

Permintaan Keterangan Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non keuangan di dalam atau di luar entitas. Permintaan keterangan dapat dibagi dua yaitu permintaan keterangan resmi secara tertulis maupun permintaan keterangan secara lisan. Respons atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan bukti audit.

1.7 BIAYA UNTUK MENDAPATKAN BUKTI Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor pada saat klien melakukan perhitungan aset yang seringkali dilakukan pada akhir tahun buku. Inspeksi, prosedur analitis dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila klien menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk auditor, namun apbila auditor harus mencari sendiri dokumen yang diperlukan, biasanya memerlukan biaya yang mahal. Biaya untuk melakukan pengujian dengan mengerjakan ulang tergantung pada prosedur apa yang akan diuji. Tipe bukti yang murah biasanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan kepada klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan prosedur lain. Auditor akan dengan mudah mengobservasi apakah pegawai klien menaati prosedur perhitungan persediaan dan pada saat yang sama melakukan perhitungan atas suatu sampel persediaan atau pemeriksaan fisik.

1.8 PENGDOKUMENTASIAN (KERTAS KERJA) AUDIT Standar audit (SA) 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Menurur standar tersebut yang dimaksud dengan dokumentasi audit adalah dokumnetasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan keismpulan yang ditarik. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang dipandang perlu oleh auditor untuk memenuhi pelaksanaan audit dan menjadi pendukung atas laporan audit. Dokumentasi sering disebut sebagai kertas kerja audit. 1.8.1

Tujuan Dokumentasi Audit tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Dokumentasi audit memberikan: a. Suatu dasar untuk merencanakan audit Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File-file biasanya berbagai informasi yang diperlukan untuk perencanaan audit, seperti informasi tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil-hasil audit tahun lalu b. Suatu catatan tentang bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian Apabila dalam audit digunakan sampel transaksi atau saldo, dokumentasi audit harus menunjukkan unsur – unsur mana yang akan diuji. c. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat Data yang terdapat dalam file juga berguna untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar berdasarkan bukti – bukti yang terkumpul.

d. Suatu dasar untuk mereview oleh supervisor dan partner Para supervisor dapat menggunakan file data audit sebagai referensi utama untuk mereview pekerjaan para asisten. Review cermat yang dilakukan supervisor dengan cermat dapat menjadi bukti bahwa audit telah disupervisi dengan tepat. 1.8.2

Pemilik File Audit Dokumen audit yang dibuat oleh auditor selama proses audit, termasuk data yang dibuat oleh klien tentang berbagai informasi yang diperlukan untuk proses audit, adalah milik auditor. Dokumen tersebut tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali jika dibutuhkan untuk diajukan di pengadilan dan berkaitan dengan audit yang bersangkutan. Bahkan meskipun audit telah selesai, auditor wajib menyimpan file audit sebagai pertanggungjawaban di masa yang akan datang dan untuk persiapan menjelang audit tahun berikutnya.

1.8.3

Kerahasiaan File Audit File audit yang dimiliki oleh auditor wajib untuk dijaga kerahasiaannya, apalagi jika file audit tersebut berisi data tentang klien. Apabila auditor dengan sengaja membocorkan informasi sensitif yang dapat merugikan klien, tentu saja hal tersebut dapat menganggu hubungan baik dengan manajemen, dan mengakibatkan manajemen kehilangan kepercayaan kepada auditor serta memutuskan untuk tidak menggunakan jasa auditor tersebut untuk tahun-tahun berikutnya. File yang diperoleh auditor yang berisikan data klien harus dirahasiakan. Sesuai dengan Prinsip Kerahasiaan ditetapkan dalam Seksi 140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik, mewajibkan auditor untuk tidak mengungkapkan informasi yang rahasia (140.1), menjaga prinsip kerahasiaan termasuk dalam lingkungan sosialnya (140.2), serta mempertimbangkan pentingnya menjaga kerahasiaan informasi dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja (140.4). Maka, untuk informasi rahasia seperti gaji para direksi, penetapan harga jual, data biaya

produksi, serta informasi rahasia lainnya harus tetap terjaga. Apabila informasi rahasia tersebut terungkap ke pihak lain dapat mengganggu hubungan baik auditor dengan manajemen dan dapat memberikan kesempatan karyawan klien untuk mengubah isi file audit. 1.8.4

Jangka Waktu Pengarsipan KAP diwajibkan untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit (SA 230, para A.23). Biasanya, batas waktu penyimpanan tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih dari: o Laporan auditor atas laporan keuangan entitas. o Laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian dan anak perusahaan

1.8.5

Isi Dan Pengorganisasian Untuk bentuk, isi dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut, yaitu: 1. Ukuran dan kompleksitas entitas. 2. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan. 3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi. 4. Signifikansi bukti audit yang diperoleh. 5. Sifat dan luas penyimpanan uang diidentifikasi. 6. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan audit yang dilakukam bukti audit yang diperoleh. 7. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan. Setiap KAP dapat membuat ketentuan tentang pendekatan untuk menyusun dan mengorganisasikan file audit, dan auditor pemula dalam suatu kantor akuntan harus menyesuaikan diri dengan pendekatan yang dianut oleh KAP yang bersangkutan. Contoh – contoh dokumentasi audit mencakup : 

Program audit

1.8.6



Analisis



Memorandum isu



Ikthisar hal-ha1 yang signifikan



Surat konfirmasi dan surat representasi



Daftar uji

Arsip Permanen Arsip ini berisikan data historis dan data yang bersifat berkelanjutan yang berlaku dari tahun ke tahun. Biasanya meliputi hal berikut: 1. Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berkelanjutan seperti anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak-kontrak. 2. Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap auditor. Misalnya utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill, dan aset tetap. Dengan adanya informasi ini akan membantu auditor untuk elbih berkonsentrasi pada perubahan yang terjadi selama tahun yang diperiksa. 3. Informasi

yang

berhubungan

dengan

pemahaman

tentang

pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian. Ini meliputi bagian organisasi, bagan alir prosedur pengendalian, daftar pertanyaan, dan informasi pengendalian internal lainnya. Catatan

tersebut

digunakan

sebagai

awal

untuk

mendokumentasikan system pengendalian, mengingat bahwa aspek-aspek sitem jarang berubah dari tahun ke tahun. 4. Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu Data ini antara lain meliputi rasio – rasio dan persentase – persentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo / saldo perbulan. Informasi ini berguna untuk membantu auditor apakah terdapat perubahan tidak lazim dalam saldo akun tahun ini sehingga memerlukan penyelidikan intensif. 1.8.7

Arsip Tahun Berjalan

Arsip tahun yang diperiksa meliputi semua dokumen yang bersangkutan dengan tahun berjalan atau tahun yang diperiksa. Berikut jenis-jenis informasi yang termasuk dalam audit tahun berjalan: 1. Program audit. Dalam Standar Auditing diharuskan adanya program audit tertulis untuk setiap audit yang biasanya ditempatkan pada file terpisah untuk meningkatkan koordinasi dan mengintergrasikan semua bagian audit. 2. Informasi umum. Misalnya, rencana audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari kotrak-kontrak atau perjanjian yang tidak tecantum dalam arsip permanen, catatan hasil diskusi dengan klien, komentar hasil review supervisor, dan kesimpulan umum. 3. Working trial balance. yaitu daftar yang berisi saldo dari semua akun yang ada di buku besar. Teknik yang banyak dipakai akuntan dengan menggunakan format yang sama dengan laporan keuangan. Setiap baris dalam trial balance harus didukung oleh satu draft utama yang berisi detail dari akun sampai akun menunjukkan saldo akhirnya. 4. Jurnal penyesuaian dan jurnal reklarifikasi. Digunakan untuk koreksi laporan keuangan. Hanya ayat – ayat jurnal penyeseuaian dan jurnal reklarifikasi yang berpengaruh signifika terhadap penyajian secara wajar laporan keuangan yang harus dicatat. 5. Daftar pendukung. Auditor harus memilih tipe daftar yang tepat untuk suatu aspek audit tertentu agar tidak dapat mendokumentasikan kecukupan audit. Tipe daftarnya yaitu analisis, daftar saldo, rekonsiliasi jumlah-jumlah tertentu, uji kewajaran, ringkasan pelaksanaan

prosedur, pemeriksaan dokumen pendukung, serta dokumendokumen dari luar. 1.8.8

Penyusunan Dokumen Audit Saat semua daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumetasi bukti yang terkumpul, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, selanjutnya pendokumentasian disusun dengan detail agar auditor berpengalaman yang tidak terlibat dalam kegiatan audit dapat pemahaman yang jelas mengenai hal-hal tersebut. Walaupun rancangan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai setidaknya dokumentasi audit memiliki karakteristik berikut: 1. Setiap file audit memiliki identifikasi yang jelas dan detail memuat informasi tentang nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja, tanggal pembuatan dan kode index kertas kerja. 2. Dokumen audit harus diberi indeks dan referensi-silang untuk memudahkan dalam pengorganisasian dan pengarsipan. Contoh untuk kas (index -Al), dan lain-lain. 3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit yang telah dilakukan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara membuat pernyataan tertulis dalam bentuk memo, memberi paraf pada prosedur audit dan program audit, dan memberi notasi langsung dalam daftar. 4. Dokumen audit harus berisi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan sesuai dengan rencana. Sebagai contoh, jika daftar dirancang untuk mendaftar detail tertentu dan menunjukkan verifikasi untuk mendukung sebuah akun neraca seperti akun asuransi dibayar dimuka, maka detil dalam daftar harus sesuai dengan daftar saldo audit. 5. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus di formulasikan dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA Jusuf, Drs, Al Haryono.2014. Auditing: (Pengauditan Berbasis ISA). Edisi II. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF