MakaLah IPS 2
November 4, 2018 | Author: lailaazizah | Category: N/A
Short Description
Download MakaLah IPS 2...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budayu merupakan suatu hasil karya, rasa dan cipta msyarakat
Comment [L1]: Penulisan kata “budaya”.
yang menjadi ciri khas atau tanda suatu daerah tertentu. Setiap daerah pasti mempunyai budaya yang berbeda. Sebagai warga Indonesia yang didalamnya terdiri dari berbagai suku dan daerah yang mempunyai adat yang berbeda berhak tahu budaya masing-masing daerah. Dalam makalah ini menjelaskan tentang ruang lingkup kehidupan serta keagamaan sikap kita sebagai makhluk sosial dalam menghadapi suatu perbedaan budaya. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud ruang lingkup budaya? 2. Apa yang dimaksud budaya internasional? 3. Apa yang dimaksud dengan toleransi sosial?
Comment [L2]: rumusan masalah tidak nyambung/sesuai dengan makalah yang dibuat.
C. Tujuan 1. Kita bisa memahami serta mengerti tentang ruang lingkup budaya. 2. Kita bisa memahami dan mengerti tentang apa saja yang berhubungan dengan budaya lokal. 3. Kita bisa mengerti tentang apa a pa saja yang ada dalam toleransi sosial.
1
BAB II PEMBAHASAN A. Ruang Lingkup Kebudayaan Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan budaya adalah bentuk jamak dari kata budi-daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Dalam bahasa Sansekerta kata budaya sebenarnya berasal dari buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur sedangkan dalam bahasa latin, berasal dari bahasa colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan,
menyuburkan,
mengembangkan
tanah
(bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala duya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut ini pengertian budaya atau kebudayaan dari Koentjaraningrat, Sumarjan dan Soemardi:
Koentjaraningrat,
mengartikan
bahwa
kebudayaan
adalah
keseluruhan system gagasan, milik diri manusia yang dicapai dengan belajar.
Sumarjan dan Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Dapat juga disimpulkan bahwa kebudayaan itu merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi kebudayaan jassmanidan rohani agar hasilnya dapat digunkan untuk keperluan masyarakat, misalnya dapat dicontohkan berikut ini: a) Karya (kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda atau lainnya yang berwujud benda. b) Rasa, didalamnya termasuk agama, ideology, kebatinan, kesenian dan semua unsure ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai sosial dan n orma-norma social.
2
Comment [L3]: Penulisan kata “daya”
c) Cipta merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmupengetahuan. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi dalam 3 wujud, yaitu: a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat pemilik kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tatakelakuan, hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan dan memberikan arah kepada
tindakan,
kelakuan
dan
perbuatan
manusia
dalam
masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ini disebut adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan di arsip, tape recorder, bahkan computer. Simpulannya, budaya ideal adalah perwujudan dari kebudayaan yang bersifat abstrak. a bstrak. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan system social karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan di dokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya dalam masyarakat. Lebih jelas tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa
Comment [L4]: Kata yang lebih tepat yaitu “lebih jelasnya ”
pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Simpulannya,
system
social
ini
merupakan
perwujudan kebudayaan yang bersifat konkrit, dalam bentuk perilaku dan bahasa. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik.wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya
3
paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya: candi Borobudur (besar), baju dan jarum jahit (kecil), dll. Kesimpulannya , kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk materi atau artefak. 2. Unsur-Unsur Kebudayaan Kebudayaan Adanya perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain, karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsur, baik yang besar maupun yang kecil yang membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang unsur-unsur yang membentuk suatu kebudayaan. Unsur-unsur yang dimaksud dikemukakan beberapa ahli berikut.
Melville J. Herskovits menyebutkan unsur-unsur kebudayaan terdiri atas:
Alat-alat teknologi
System ekonomi
Keluarga, dan
Kekuasaan politik
Bronislow Malinowski menyebutkan unsur-unsur kebudayaan sebagai berikut:
Sistem norma-norma yang memungkinkan kerja sama antar anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya sekelilingnya
Organisasi ekonomi
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan.
Kluckhohn berpendapat bahwa terdapat tujuh unsure kebudayaan yang bersifat universal (cultural universal), artinya ketujuh unsure ini dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa di dunia, yaitu:
Sistem religi
System pengetahuan
4
System mata pencaharian hidup
System peralatan hidup atau teknolgi
Organisasi kemasyarakatan kemasyarakatan
Bahasa dan
Kesenian
3. Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu cirri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing dapat melihat kekhasan budaya suatu daerah atau kelompok. Dengan menganalisa pengaruh dan akibat budaya terhadap lingkungan, seseorang dapat mengetahui mengapa suatu lingkunagan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula. Beberapa
variabel
yang
berhubungan
dengan
masalah
kebudayaan dan lingkungan dapat dipaparkan berikut ini:
Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti: temperature, curah hujan, iklim, wilayah geografis, serta flora dan fauna.
Cultural Sosial Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi seperti: norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakatmengenai lingkungannya.
Environmental
Behavior
and
Process,
meliputi
bagaimana
masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan social.
Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik seperti budaya pertanian dan iklim.
5
4. Proses dan Perkembangan Perkembangan Kebudayaan Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia. Oleh karenanya, kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia. Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, memiliki eksistensi berkesinambungan dan juga menjadi warisan social. Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok social tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok
lain
dengan
adanya
kontak-kontak
antar
kelompok atau melalui proses difusi. Suatu kelompok social akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang dihadapinya. Pengapdosian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh factorfaktor lingkungan fisikal, misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contohnya: orang-orang yang hidup didaerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favorable untuk memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian antara lingkungan fisikal dengan kebudayaan yang terbentuk dilingkungan tersebut. Kemudian ada keserasian juga antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya kebudayaan yang lebih maju. Misalnya dibangun system irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dll. B. Budaya Lokal 1. Konsep Budaya Lokal Menurut kamus umum bahasa Indonesia budaya diartikan sebagai “pikiran atau akal budi” , sedangkan kebudayaan dalam kamus ini diartikan sebagai “hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia, seperti: kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dsb. Fungsi budaya dalam
6
masyarakat sebenarnya adalah untuk membantu orang-orang dalam mengadaptasidengan kondisi-kondisi yang diperlukan ketika mereka hidup dilingkungan masyarakat mereka. Bahkan cara-cara hidup pertama kali yang mungkin baru dikenal atau lama sekali tidak dikenal memainkan peranan yang penting dalam membantu individu dalam masyarakat menangani masalah bagaimana mereka bersikap, bertindak dan berperilaku. Budaya disampaikan dari mulai lingkungan yang terdekat dengan individu seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar,sekolah, agama, dll. 2. Macam-Macam Norma dalam Masyarakat Norma dalam bahasa latin berarti siku-siku (yang dipakai untuk mengukur), aturan, pedoman dasar. Kata sifatnya adalah normalis artinya yang dibikin menurut siku-siku, yang menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman. Kata kerjanya adalah normare atinya menyelaraskan dengan ukuran. Para ahli sosiologi membedakan tingkat norma kedalam empat tingkatan, yakni:
Cara (usage) menunjuk pada suatu perbuatan. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan antar individu didalam massya ma ssyarakat. rakat.
Folkways (folk-orang kebanyakan, ways-cara-cara; jadi caracara orang kebanyakan bertingkah laku, berkelakuan).
Mores (dalam bahasa latin mos-mores berartiadat istiadat, tabiat, watak susila). Mores dapat diterjemahkan dengan adat kebiasaan yang berbobot moral, aturan kesusilaan atau akhlak. Mores adalah aturan kesusilaan yang diikuti dengan keyakinan dan pertimbangan perasaan.
C. Toleransi Sosial 1. Manusia sebagai Makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in salah salah satunya mengandung pengertiam tidak, sdangkan divided artinya terbagi. Jadi, individu artinya tidak terbagi atau suatu kesatuan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsure
7
jassmanidan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsure yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki jasmani dan rohani, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat cirri fisik atau biologisnya. Sifat, karakter, perangai atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat cirri-ciri fisik seseorang pertama kali mudah dikenali. Ada orang yang gemuk, kurus atau langsing, ada yang kulitnya coklat, hitam atau putih, ada yang rambutnya lurus atau ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada orang yang periang, sabar, cerewet atau lainnya. 2. Manusia sebagai Makhluk Sosial Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ppengaruh orang lain. Ketika pergi ke sekolah, tidak bisa seenaknya berpakaian menurut
kehendak
sendiri.
Kita
harus
tunduk
pada
aturan
menggunakan seragam. Ketika kita memakai seragam, kita berusaha untuk tampil yang menurut kita akan dinilai pantas, baik atau modis oleh orang lain. Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, masyarakat, di rumah, di sekolah, dan dan di lingkungan yang yang lebih besar, manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk social, yaitu makhluk yang didalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk social atau makhluk yang bermasyarakat, selain itu juga diberikan kelebihan yaitu berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk social, manusia selalu hidup bersama diantara manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai
8
bentuk, oleh karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. kehidupannya.
9
BAB III KESIMPULAN
Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau a kal.
Setiap unsure kebudayaan universal itu mempunyai tiga wujud, yaitu wujud system budaya, wujud system social, dan wujud kebudayaan fisik sehingga pemerincian dari ketujuh unsure tersebut masing-masing harus juga dilakukan mengenai mengenai ketiga wujud tersebut. tersebut.
Kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macap ide dan gagasan manusia yang bermuncula bermuncula didalam masyarakat ynag member member jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa system pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan persepsi, d oleh maan etos kebudayaan. Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang.
Manusia sebagai dan makhluk individu memiliki unsure jasmani dan rohani, unsure fisik dan psikis, unsure raga dan jiwa. Seseoarang dikatakan sebagai makhluk individu manakala unsure-unsur tersebut menyatu dalam dirinya, jika unsure tersebut tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Dalm diri individu ada unsure jasmani dan rohaniyah atau ada unsure fisik dan psikisnya, atau ada unsure raga dan jiwanya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Ilmu Sosial Dasar . Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta
Elly M. Setiadi, dkk.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia In donesia
Sumaatmadja, Nursid. 1996. Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta
11
KEBUDAYAAN, BUDAYA LOKAL DAN TOLERANSI SOSIAL MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial II
Disusun oleh: Lailatul Azizah Siti Maftuhah Wardatul Holyyah
(D07209035) ( ) (D07209047)
Dosen Pembimbing: Bahri Mustofa M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2010 12
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang sederhana ini dengan judul Kebudayaan, Budaya Lokal dan ”
Toleransi Sosial . ”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada khotamul anbiya‟ wal mursalin Nabi Muhammad saw., semoga syafa‟atnya senantiasa mengalir kepada kita sampai akhir masa. Sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami yang pada akhirnya diberi kekuatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagai penyempurna persyaratan memenuhi memenuhi mata kuliah “ Ilmu Pengetahuan Sosial II ”. Kami menyadari, bahwa selesainya tugas makalah ini tidak semata-mata karena kemampuan kami, namun banyak partisipasi dari pihak lain yang membantu baik tenaga maupun pikiran dalam upaya pembuatan makalah ini h ingga dapat terselesaikan. Untuk itulah kami tidak lupa menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu meringankan beban kami. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi makna serta manfa‟at bagi orang lain dan semoga kritik atau saran akan senantiasa mengalir sebagai koreksi terhadap kelemahan dan keterbatasan kami dalam menyusun makalah. Semoga Allah swt. Meridhai terhadap apa yang kita lakukan, hanya kepadanya kami berserah diri dalam meraih cita-cita dan impian dalam hidup dan kehidu pan. Amin ya rabbal rabbal „alamin.
Penulis
13
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………… ………………………………………………. …………………….
i
DAFTAR ISI …………………………… ………………………………………………………… ……………………………..
ii
BAB I
BAB II
BAB III
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………… ………………………………….. ………..
1
B. Rumusan Masalah ………………………………..
1
C. Tujuan …………………………………………… ……………………………………………
1
: PEMBAHASAN A. Ruang Lingkup Lingkup Kebudayaan Kebudayaan ……………………..
2
B. Budaya Lokal ………………………………………
6
C. Toleransi Sosial ……………………………………. …………………………………….
7
: KESIMPULAN KESIMP ULAN ………………………………………. ………… …………………………….
10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
ii 14
11
View more...
Comments