makalah inversi gula.docx

April 7, 2019 | Author: luyingga | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download makalah inversi gula.docx...

Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan konsentrasi hasil reaksi. Seperti yang dikemukakan oleh Gulberg dan Wooge dalam hukum Aksi Massa  berikut “Laju reaksi dalam suatu sistem pada suatu temperatur  tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan yang  bersangkutan.” Misalnya pada reaksi: mA + nB  pC + qD

Secara teoritis hukum laju reaksi dirumuskan dengan persamaan berikut:

v = k [A] m [B]n

Keterangan: v = laju reaksi (m/dt) k = konstanta atau tetapan konsentrasi laju reaksi [L/mol.dt] [A] = konsentrasi zat A (mol/L) [B] = konsentrasi zat B (mol/L)

Sukrosa yaitu gula biasa. Sukrosa terjadi pada semua tanaman yang mengalami fotosintesis, yang fungsinya adalah sebagai sumber energi. Gula ini diperoleh dari tanaman tebu yang menyusun sebanyak 14-20% dari cairannya. Hidrolisis sukrosa menghasilkan D-Glukosa dan gula keto D-fruktosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa tak dapat bermutarotasi karena tak ada lagi gugus aldehida yang  bebas, sukrosa tak dapat mereduksi lagi la gi mereduksi pereaksi -pereaksi Tollens, Fehling dan Benedict, karena itu sukrosa dinamakan gula non pereduksi. Sukrosa mempunyai putaran optik [α] = +66 o. Jika sukrosa dihidrolisis terdapat campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa dalam jumlah yang sama, dan rotasi optiknya berubah tanda menjadi [α] = -20o. Hal ini disebabkan oleh campuran kesetimbangan anomer D-glikosa D- glikosa (α dan β ) mempunyai rotasi +52 o, tetapi anomer  fruktosa mempunyai rotasi negatif yang kuat ku at yaitu [α] = -92o. Karena hidrolisis

sukrosa menukar (=invert) tanda rotasi optik, enzim yang melakukan hidrolisisnya adalah invertase, dan hasilnya berupa campuran sebanding glukosa dan fruktosa dinamakan gula invert. Enantiomer yang memutar cahaya terpolarisasi tekanan diberi tanda (+) atau d (dextro), sedangkan yang memutar ke kiri diberi tanda (-) atau l (levo). Besarnya sudut putar / sudut rotasi (θ) tergantung pada jenis senyawa, suhu, cahaya terpolarisasi dan banyaknya molekul pada jalan yang dilalui cahaya rotasi spesifik ialah putaran / rotasio yang dihasilkan oleh 1 gram senyawa dalam mol larutan dalam 1 sel sepanjang 1 dm.

 

  

Dimana, A = sudut rotasi yang diamati e = panjang (dm)

Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan hidrolisis asam dari sukrosa. Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan fruktosa membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi+66,5 (positif)  produk yang dihasilkan glukosa[α]= +52,7 dan fruktosa [α] = -92o (negatif). Dengan mengetahui pembelokan cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di analisa  jenis / komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut. Orde reaksi dari inverse gula merupakan orde ke satu. Pada reaksi ini laju reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C 12H22O11] sedangkan H 2O tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut. Pada percobaan ini akan ditentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter.

B. Rumusan Masalah

Berapa orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter ? C. Tujuan

Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter.

BAB II KAJIAN TEORI

Istilah laju atau kecepatan sering dibicarakan dalam pelajaran fisika. Pengertian laju dalam reaksi sebenarnya sama dengan laju pada kendaraan yang  bergerak. Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi. Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk). Persamaan laju reaksi pertama kali dikemukakan oleh Gulberg dan Wooge dalam hukum Aksi Massa. Mereka menyebutkan laju reaksi pada suatu sistem pada temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang  bereaksi setelah tiap  –  tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam  persamaan yang bersangkutan. Dengan cara fisis penentuan konsentrasi dilakukan secara langsung, yaitu  berdasar sifat –   – sifat sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan, adsorbsi cahaya, dan sebagainya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan reakis secara tiba  –  tiba (reaksi dibekukan) setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya dihitung dengan analisis kimia. Laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi sehingga dapat dikatakan umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat –  zat  – zat zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laju Reaksi atau Persamaan Laju Reaksi mA+nBoC+pD Dalam persamaan laju reaksi dapat dituliskan v

= k [A]m [B]n

dimana, v = laju reaksi (m/detik) k =

konstanta tetapan laju reaksi (L/mol.detik)

[A] = konsentrasi zat A (mol/L) [B] = konsentrasi zat B (mol/L)

m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi. Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh konsentrasi  pereaksi, tetapi hanya bergantung pada harga tetapan laju reaksi (k ). ). Harga tergantung pada suhu, jika suhunya tetap harga

k   juga



tetap. Untuk mengetahui

hubungan pereaksi dengan reaktan, digunakan orde reaksi yang diperoleh dari  perhitungan

konsentrasi

sehingga

grafik

yang

diperoleh

berbentuk

grafik 

 perpangkatan. Harga k tergantung pada tingkat (orde) reaksi totalnya. ● Orde reaksi nol, Reaksi yang memiliki kecepatan reaksi tetap dan tidak dipengaruhi konsentrasi reaktan. Kecepatan reaksi dipengaruhi / ditentukan oleh intensitas katalis. Persamaannya orde 0: v = k [x]0

= k 

Orde reaksi satu, Persamaannya : v

= k [x]1 = k [x]

Orde Reaksi dua, Persamaannya : v

= k [x]2

Polarimeter

Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut  putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar  terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa. Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua bidang

getar yang saling tegak lurus. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya. Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa s enyawa optis aktif ada 2 macam : 1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam. 2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum  jam.

Inversi Gula

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula  pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara  pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Gula merupakan zat optis aktif. Bila cahaya terpolarisasi linier jatuh pada bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar   bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah bidang getar terputar terhadap arah  bidang getar semula. Sifat optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar   jenis.Sudut putar bidang polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis dan konsentrasi bila sudut putar jenis diketahui dan sudut putar bidang polarisasi dapat diukur, maka konsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini merupakan  prinsip yang digunakan untuk menentukan kadar zat optis. Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D- fruktosa yang diperoleh dengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang mengkatalis hidrolisis sukrosa disebut invertase,bersifat

spesifik untuk ikatan β-Dfruktofuranosida dan terdapat dalam ragi

dan lebah (madu terutama terdiri dari gula inversi). Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan fruktosa membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi +66,5° (positif) produk yang dihasilkan glukosa[α glukosa[ α]= +52,7° dan fruktosa [α [ α] = 92,4o mempunyai rotasi netto negatif. Dengan mengetahui pembelokan cahaya cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di analisa jenis/komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut.

Sudut putar jenis jenis dapat dihitung :

[] 

     ( ))   (

 ) 

Kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde satu terhadap sukrosa. Dalam larutan gula yang netral (pH=5) reaksi hidrolisa gula mempunyai waktu paruh 10 minggu. Sedangkan didalam larutan asam, dengan adanya katalis ion H+, waktu  paruh tersebut lebih pendek. Hukum laju reaksi inversi gula tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut: R = - d (gula) / dt = k (H+)(H2O)(gula) Reaksi hidrolisis dari percobaan: C11H22O11 + H2O  C6H12O6 + C6H12O6 6 Cara Penggunaan Polarimeter

Cara penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter, tetapi secara umum cara penggunaan polarimeter manapun adalah sama. Untuk memulai  penggunaan polarimeter pastikan pasti kan tombol power pada posisi on dan biarkan bia rkan selama 510 menit agar lampu natriumnya siap digunakan. Selalu mulai dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak  terkontaminasi zat lain. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung sampel yang berisi larutan/pelarut dengan penuh. Perhatikan saat menutup tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung udara. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah tabung diisi larutan  putarlah analisator sampai didapat keadaan terang kembali. Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap. Catat besarnya rotasi optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi jangan hanya besar rotasi optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Lakukan pembacaan  berkali-kali sampai diperoleh nilai yang dapat dirata-ratakan.

BAB III PEMBAHASAN

Pada percobaan yang bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula dengan menggunakan alat polarimeter ini, langkah pertama yaitu menimbang sebanyak 2,5 gram gula pasir yaitu sukrosa, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Ditambahkan sedikit air ke dalam labu ukur berisi sukrosa kemudian dikocok hingga larut, setelah itu ditambah lagi air hingga mencapai tanda batas. Dalam hal ini akan dihasilkan sampel berupa 10% larutan sukrosa (gula pasir). Selanjutnya terdiri dari beberapa tahap, antara l ain adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan apparatus polarimeter.

Dalam mempersiapkan apparatus polarimeter, yang pertama kali dilakukan adalah mengeluarkan kuvet dari polarimeter kemudian dicuci dengan aquades sebersih mungkin dan dikeringkan. Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan terjadi dalam  pengamatan maka lebih baik tabung (kuvet) dibilas dengan pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut zat optis aktif yang akan dianalisis. Setelah bersih dan dikeringkan, kuvet siap dipakai.

b. Menentukan Menentukan titik nol

Dalam menentukan titik nol pelarut, dalam percobaan ini adalah air, yang  pertama kali k ali dilakukan adalah a dalah mengisi kuvet dengan air dengan menggunakan pipet dan diusahakan tidak ada gelembung udara dalam kuvet yang berisi air tersebut, agar hasil  pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Kuvet yang berisi air dimasukkan kedalam  polarimeter, lalu mencari cahaya gelap terang yang ditunjukkan pada polarimeter. Setel ah ditemukan cahaya gelap terang, kemudian melihat skala yang ditunjukkan pada  polarimeter. Pada pengamatan ini diketahui putaran yang diamati adalah 0 o.

c. Menentukan sudut putar jenis sampel

Pada penentuan sudut putar jenis sampel, pertama mengeluarkan kuvet yang  berisi air kemudian dikosongkan dan diisi lagi dengan dengan larutan gula 10%. Kuvet yang telah  berisi larutan gula 10%, dimasukkan kedalam polarimeter kemudian diamati cahaya gelap terangnya dan dilihat skalanya. Dari pengamatan ini diketahui putaran yang diamati. Kemudian menghitung sudut putar jenis sampel (α), yang diperoleh dari perbedaan skala  pengukuran titik nol air dan sudut sudut putar larutan gula 10% :

7,9o – 0  – 0o = 7,9o Dengan menggunakan rumus :  putaran  yang diamati

[α] =

 panjang tabung dalam dm  kadar ( gram  per mol ) 7,9

= 1,13  0,1 = 69,91 Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa sudut putar sukrosa sebesar 69,91 o, sudut putar  yang kami peroleh berbeda dengan sudut putar sukrosa sesuai teori yaitu sebesar 66,5 o.

d. Menentukan Menentukan sudut putar sampel dari waktu ke waktu

Dalam menentukan sudut putar sampel dari waktu ke waktu, pertama adalah mengosongkan kuvet kemudian mengisi dengan larutan yang dibuat dengan cara mencampurkan 25 ml larutan gula 10% dengan 10 ml larutan HCl 2N. Penambahan HCl adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Kemudian kuvet yang  berisi campuran larutan gula dan HCl dimasukkan kedalam polarimeter dan melakukan  pengamatan sudut putar dari waktu ke waktu yaitu pada waktu : 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit. Selanjutnya disiapkan apparatus polarimeter. Kuvet dikeluarkan dari dalam  bak polarimeter untuk dilakukan pencucian hingga bersih serta dikeringkan. Untuk  menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan, maka lebih baik kuvet dibilas dengan  pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut zat optis aktif yang akan akan dianalisis. Agar mendapat hasil yang akurat, kuvet diisi hingga tidak ada gelembung udara di dalamnya. Kuvet diisi larutan sampai tanda batas bawah, alat polarimeter juga diarahkan pada sumber cahaya yang terang agar pada alat polarimeter dapat terlihat batas terang dan gelap. Selanjutnya adalah menentukan titik nol pelarut air yang pasti akan didapatkan putaran optik sama dengan nol. Kemudian dilakukan pengukuran sudut sampel yaitu larutan gula 10%, tetapi sebelumnya kuvet dibilas terlebih dahulu dengan larutan gula 10% dan akan didapat skala. Nilai skala yang didapat dapat digunakan untuk  menghitung nilai  dengan menggunakan rumus berikut :

 



 putaran yang diamati  panjang tabung dalam dm  kadar  gr / mL 

Misalnya, diketahui panjang tabung 1,1 dm ; kadar 0,1 gr/ml; se rta nilai skala larutan gula yang didapat sebesar 6,6. Sehingga dapat dihitung nilai

 



12,2 1,1 x 0,1





dari larutan gula 10% (0 menit) sebagai berikut:

110 110 ,9

Maka didapat [α] sebesar 110,9 sebesar 110,9o. Selanjutnya yaitu dilakukan pengukuran sudut putar dari waktu ke waktu dengan membuat campuran 25 ml larutan sukrosa dengan 10 ml larutan HCl 2N. Tujuan dari hal ini ialah untuk mengetahui reaksi hidrolisis yang terjadi pada gula dengan menggunakan suatu asam (HCl) sebagai katalis. Setelah itu, putaran optik diukur menggunakan polarimeter dengan cara yang sama dengan sebelumnya ketika mengukur putaran optik larutan blanko. Pengamatan sudut putar dilakukan dari waktu ke waktu yaitu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60 menit dan setelah 24 jam. Terjadinya reaksi hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa ditandai dengan semakin turun nilai putaran optik dari waktu ke waktu. Pada sukrosa yang memiliki putaran optik +66 o  jika terhidrolisis akan terdapat campuran DGlukosa dan D-Fruktosa dalam jumlah yang sama, dan rotasi optiknya berubah tanda menjadi [   ] = -20o. Hal ini disebabkan oleh campuran kesetimbangan anomer D-glukosa (   dan   ) mempunyai rotasi +52 o, tetapi anomer fruktosa mempunyai rotasi negatif yang kuat yaitu [   ] = -92o, karena hidrolisis sukrosa menukar (=invert) tanda rotasi optik. Reaksi inversi gula : C12H22O11 + H2O



C6H12O6 + C6H12O6

Reaksi ini disebut juga orde reaksi satu pseudo. Orde reaksi dari inversi gula merupakan orde ke satu. Pada reaksi ini laju reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C 12H22O11] sedangkan H2O tidak   berpengaruh dalam reaksi tersebut.

Jika hasil dari percobaan sesuai dengan teori menghasilkan data sebagai berikut: Waktu (menit)

skala

α

0

+12,2

110,90

5

+10,7

97,87

10

+9,5

86,37

15

+8,4

76,22

20

+7,4

67,27

25

+6,5

59,36

30

+5,8

52,39

35

+5,1

46,23

40

+4,5

40,80

45

+3,9

36,01

50

+4,0

31,77

55

+3,1

28,04

60

+2,7

24,74

setelah 24 jam

+ 1,1

10

t

a

(a-x)

(a-x)

0

110,9

5

110,9

97,87

10

110,9

15

2

ln(a-x)

1/(a-x)

9578,5369

4,5836

0,010217636

86,37

7459,7769

4,4586

0,011578094

110,9

76,22

5809,4884

4,3336

0,013119916

20

110,9

67,27

4525,2529

4,2087

0,014865468

25

110,9

59,36

3523,6096

4,0836

0,016846361

30

110,9

52,39

2744,7121

3,9587

0,019087612

35

110,9

46,23

2137,2129

3,8336

0,021630976

40

110,9

40,8

1664,64

3,70868

0,024509804

45

110,9

36,01

1296,7201

3,5838

0,027770064

50

110,9

31,77

1009,3329

3,4585

0,031476235

55

110,9

28,04

786,2416

3,3336

0,035663338

60

110,9

24,74

612,0676

3,2084

0,040420372

Data tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai k dengan integral metode grafik  maupun non grafik sebagai berikut.

1. METODE INTEGRAL GRAFIK  Orde 1 : Hubungan antara ln(a-x) terhadap waktu.

Grafik Orde 1 5 y = -0,025x + 4,708 R² = 1

4     )    x      a     (    n     l

3 2 1 0 0

20

40

60

80

waktu (t)

Orde 2: Hubungan antara 1/(a-x) terhadap waktu.

Grafik Orde 2 0.045 0.04 0.035 0.03     )    x   - 0.025    a     (     / 0.02    1 0.015 0.01 0.005 0

y = 0.0005x + 0.0048 R² = 0.9653

0

10

20

30

40

50

60

70

Waktu (t)

Dari kedua grafik diatas, diketahui bahwa yang paling memenuhi syarat ialah grafik pada orde 1 ditinjau dari nilai gradien(m) menunjukkan nilai k serta nilai R 2 adalah

sama dengan 1. Sehingga dalam hal ini diketahui dari grafik didapatkan harga

k  sebesar 

0,025 dan orde reaksinya adalah satu. Sehingga persamaan laju inversi gula ini adalah: ln (a-x) = 1 –  1 – 0,025t 0,025t dan

v = 0,025 [x]

Dengan menggunakan formula differensial untuk  dx dt 



k a  x

Maka didapat rumus tetapan laju k bagi inversi gula, yaitu: ln k  

a

a



x



Dimana,

k

=

tetapan konsentrasi laju reaksi

a

=

konsentrasi mula-mula

(a-x)

=

konsentrasi setiap reaksi

t

=

waktu

Sehingga dapat dihitung konstanta atau tetapan konsentrasi laju reaksi gula tiap 5 menit.

2. METODE INTEGRAL NON –  NON  – GRAFIK  GRAFIK  Orde 1. Untuk mencari harga k dapat digunakan rumus : kt   ln

a

a

ln k  

t = 5 menit ln k 1



k 1



x



a

a



x



t = 10 menit

110,9

ln

97,87

5 1,1331 5

t = 20 menit



0,025

k 1



k 1



t = 15 menit

110,9

ln

86,37

5 1,2840 5

t =25 menit



0,025

k 1



k 1



110,9 76,22

5 1,45499 5

t =30 menit



0,025

ln k 1



k 1



110,9

ln

76,22

5 1,6487 5



0,025

t =35 menit ln k 1



k 1





k 1



k 1



ln

46,23

5



0,025

k 1



k 1



31,77 5

5



59,36

5 1,8682 5



0,025

0,025

k 1  k 1 



k 1



110,9

5



0,025

k 1



k 1



28,04

5



5



0,025

0,025

110,9 36,01

5 3,0802 5



0,025

t =60 menit

110,9

5 3,955

52,39

5 2,1170

ln

40,8

5 2,7182

ln

k 1

110,9

t =45 menit

t =55 menit

110,9

3,49

ln

t =40 menit

t =50 menit

k 1



110,9

5 2,3988

ln

k 1

110,9

ln k 1  k 1 

110,9 24,74

5 4,4816 5



0,025

Dari perhitungan menggunakan rumus orde 1 tersebut dihasilkan nilai k yang sama atau konstan. Hal ini membuktikan bahwa orde reaksi inversi gula adalah berorde 1.

BAB IV KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah : 1. Pada percobaan ini terjadi hidrolisis gula menjadi glukosa dan fruktosa ditandai dengan sudut putar dari waktu ke waktu menurun secara berturut turut. 2. Pada percobaan ini orde reaksi yang terjadi adalah orde reaksi satu (pseudo) karena laju reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C 12H22O11] sedangkan H2O tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Lailatul. 2011.  PAPER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II I INVERSI GULA. http://www.scribd.com/doc/73241057/Paper-Inversi-Gula-2003 (27 Oktober  2012) Sonny. 2011.  LAJU INVERSI 03 (27 Oktober 2012) Reski Wahyudi, Udin.2011. Oktober 2012)

GULA. http://www.scribd.com/doc/69515637 http://www.scribd.com/doc/69515637/Laporan-KF/Laporan-KF-

 Polarimeter .

http://www.wahyudi.blogspot.com (27

Tim. 2012.  PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA III . Surabaya : Unesa Press Yanuarin. 2011.

 MAKALAH KF REV . http://www.scribd.com/doc/87036221/Makalah-

KF-Rev#download (27 Oktober 2012)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF