Makalah-imunodefisiensi KEl 4

June 20, 2019 | Author: redy okta | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Makalah Imunodefisiensi...

Description

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II Gangguan Pada Sistim Imun “IMMUNODEFISIENSI”

DISUSUN OLEH : 1. Bastian Nur 2. Fika Anjani Husaini 3. Machzelina 4. Muhammad Sarkawi 5. Redi Oktaviannur 6. Suhendra 7.  Norma 8. Ryska andarista 9.  Nurul Hidayah 10. Nurwinda 10. Nurwinda wati 11. Ade indra Mawan PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018

1

KATA PENGANTAR

Segala puji atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul gangguan auto imun “imunodefisiensi ” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah II. Adapun bahan makalah kami kutip dari beberapa sumber yang terdapat dalam daftar pustaka. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan yang akan datang.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Samarinda,16 Maret 2018

2

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan diktum bahwa “segala sesuatu dapat saja berjalan secara salah”, maka telah diketahui beberapa keadaan defisiensi imun pada manusia yang bukan sebagai akibat faktor lingkungan. Keterkaitan komplemen antibodi dan sel fagosit membentuk dasar mekanisme terhadap infeksi progenik oleh bakteri yang memerlukan opsonisasi sebelum fagositosis. Karena itu tak mengherankan defisiensi salah satu faktor tadi merupakan predisposisi bagi seseorang mengalami infeksi berulang. Penderita dengan defisiensi sel-T tentu mempunyai pola infeksi yang berbeda. Penderita ini peka terhadap infeksi virus dan jamur yang biasanya dapat dieliminasi oleh imunitas selular. Insiden keganasan yang meningkat dan autoantibodi dengan atau tanpa penyakit autoimun telah ditemukan pada penderita-penderita yang mengalami defisiensi imun. Namun hubungan keadaan ini belum jelas, meski kegagalan pengaturan sel T atau ketidakmampuan mengontrol infeksi virus merupakan salah satu penjelasan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran umum sistem imun 2. Apa pengertian imunodefisiensi 3. Apa saja klasifikasi imunodefisiensi 4. Bagaimakakah etiologi imunodefisiensi 5. Apa saja tanda dan gejala imunodefisiensi 6. Bagaimana patofisiologi imunodefisiensi 7. Apa saja pemeriksaan penunjang imunodefisiensi 8. Bagaimana Pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi

3

1.3 Tujuan dan Manfaat

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, penulis kembali menetapkan tujuan dan manfaat penulisan makalah ini,diantaranya: 1. Untuk mengetahui gambaran umum system imun 2. Untuk mengetahui pengertian imunodefisiensi 3. Untuk mengetahui klasifikasi imunodefisiensi 4. Untuk mengetahui etiologi imunodefisiensi 5. Untuk mengetahui tanda dan gejala imunodefisiensi 6. Untuk mengetahui patofisiologi imunodefisiensi 7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang imunodefisiensi 8. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi

4

2 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Sistem Imun

Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksimikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun.Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik. 1) Imunitas Non Spesifik

Imunitas

non

spesifik

mencegah,mengontrol

merupakan dan

respon

mengeliminasi

awal

terhadap

terjadinya

mikroba

infeksi

pada

untuk host,

merangsangterjadinya imunitas spesifik untuk mengoptimalkan efektifitas kerja dan Hanya bereaksi terhadap mikroba ,bahan-bahan akibat kerusakan sel (heat shock  protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang. 2) Komponen-komponen yang Berperan dalam Sistem Imun 1. Barier Sel Epitel

Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari lingkungan dan menghasilkan peptida yang berfungsi sebagai antibodi natural. Didalam sel epitel barier juga terdapat sel limfosit T dan B, tetapi diversitasnya lebih rendah daripada limfosit T dan B pada sistem imun spesifik. Sel T limfosit intra epitel akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagositosis dan selanjutnya melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intra epitel akan menghasilkan IG M. 2. Neutrofil dan Makrofag

5

3. Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang bekerja adalah neutrofil dan makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap mikroba tersebut. Hal ini di karenakan makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di  permukaannya yang bisa mengenali bahan intraselular (DNA),endotoxin dan lipopolisakarida

pada

mikroba

yang

selanjutnya

mengaktifkan

aktifitas

antimikzroba dan sekresi sitokin. 4. NK Sel

 NK sel mampu mengenali virus dan komponel internal mikroba. NK sel diaktifasi oleh adanya antibodi yang melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segala jenis sel yang tidak mempunyai MCH class I. Selanjutnya NK sel akan menghasilkan porifrin dan granenzim untuk merangsang terjadinya apoptosis.

2.2 Pengertian Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi,  pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).

2.3 Klasifikasi

Imunodefisiensi terbagi menjadi dua, yaitu imunodefisiensi primer yang hampir selalu ditentukan faktor genetik. Sementara imunodefisiensi sekunder bisa muncul sebagai komplikasi  penyakit seperti infeksi, kanker, atau efek samping penggunaan obat-obatan dan terapi. 1. Imunodefisiensi Primer

Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 150 jenis imunodefisiensi primer. Imunodefisiensi dapat mempengaruhi limfosit B, limfosit T, atau fagosit. Gangguan imunodefisiensi, diantaranya: Defisiensi IgA (imunoglobulin)

Imunoglobin ditemukan terutama di air liur dan cairan tubuh lain sebagai  perlindungan pertama tubuh. Penyebabnya genetik 6

maupun infeksi toksoplasma,

virus cacar, dan virus lainnya. Orang yang kekurangan IgA cenderung memiliki alergi atau mengalami pilek dan infeksi pernapasan lain walaupun tidak parah.

Granulomatos kronis (CGD)

Penyakit imunodefisiensi yang diwariskan sehingga penderitanya rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur tertentu. Penderitanya tidak dapat melawan infeksi kuman yang umumnya ringan pada orang normal.

Bruton's Agammaglobulinemia

Kelainan yang ditandai kegagalan prekursor limfosit B karena cacat pada gen kromosom X. Penyakit ini paling sering ditemukan pada pria walaupun secara sporadik terjadi juga pada wanita. Penyakit mulai terlihat pada usia 6 bulan setelah imunoglobin maternal mulai habis.

Severe combined immunodeficiency (SCID)

SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh serius karena limfosit B dan limfosit T. Mereka yang kekurangan hampir mustahil melawan infeksi. Bayi yang mengalam SCID umumnya mengalami kandidiasis oral, diaper rash, dan kegagalan berkembang.

Sindroma DiGeorge (thymus displasia)

Sindrom cacat lahir dengan penderita anak-anak yang lahir tanpa kelenjar timus. Tanda sindroma ini antara lain menurunnya level sel T, tetanus, dan cacat jantung  bawaan. Telinga, wajah, mulut dan wajah dapat menjadi abnormal.

Sindroma Chediak-Higashi

Ditandai dengan ketidakmampuan neutrofil untuk berfungsi sebagai fagosit secara normal.

7

Hyper IgM syndrome

Penyakit ini ditandai dengan produksi IgM tetapi defisiensi IgA dan IgE. Akibatnya terjadi cacat pada respon imun sel T helper dan maturasi sel B dalam sekresi imunoglobin terhambat.

Wiskott -Aldrich Syndrome

Penyakit yang terkait dengan kromosom X ditandai dengan trombositopenia, eksema, dan rentan infeksi sehingga menyebabkan kematian dini.

2. Imunodefisiensi Sekunder

Penyakit ini berkembang umumnya setelah seseorang mengalami penyakit. Penyebab yang lain termasuk akibat luka, kurang gizi atau masalah medis lain. Sejumlah obatobatan juga menyebabkan gangguan pada fungsi kekebalan tubuh. Immunodefisiensi sekunder, diantaranya: Infeksi

HIV (human immunodeficiency virus) dan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah penyakit umum yang terus menghancurkan sistem kekebalan tubuh  penderitanya. Penyebabnya adalah virus HIV yang mematikan beberapa jenis limfosit yang disebut sel T-helper. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak dapat mempertahankan tubuh terhadap organisme biasanya tidak berbahaya. Pada orang dewasa pengidap AIDS, infeksi HIV dapat mengancam jiwa.

Kanker

Pasien

dengan

kanker

yang

menyebar

luas

umumnya

mudah

terinfeksi

mikroorganisma. Tumor bone marrow dan leukimia yang muncul di sumsum tulang  belakang dapat mengganggu pertumbuhan limfosit dan leukosit. Tumor juga menghambat fungsi limfosit seperti pada penyakit Hodgkin.

Obat-obatan

8

Beberapa obat menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat kemoterapi yang tidak hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel-sel sehat lainnya, termasuk dalam sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, gangguan autoimun atau mereka yang menjalani transplantasi organ dapat mengurangi kekebalan tubuh melawan infeksi.

Pengangkatan Lien

Pengangkatan lien sebagai terapi trauma atau kondisi hematologik menyebabkan  peningkatan suspeksibilitas terhadap infeksi terutama Streptococcus pneumoniae.

2.4 Etiologi

Beberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapat: 1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme: - Diabetes - Sindroma Down - Gagal ginjal - Malnutrisi - Penyakit sel sabit 2. Bahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan: - Kemoterapi kanker - Kortikosteroid - Obat immunosupresan - Terapi penyinaran 3. Infeksi: - Cacar air - Infeksi sitomegalovirus - Campak Jerman (rubella kongenital) - Infeksi HIV (AIDS) - Mononukleosis infeksiosa 9

- Campak - Infeksi bakteri yang berat - Infeksi jamur yang berat - Tuberkulosis yang berat

4. Penyakit darah dan kanker: - Agranulositosis - Semua jenis kanker - Anemia aplastik - Histiositosis - Leukemia - Limfoma - Mielofibrosis - Mieloma 5. Pembedahan dan trauma: - Luka bakar - Pengangkatan limpa 6. Lain-lain: - Sirosis karena alkohol - Hepatitis kronis - Penuaan yang normal - Sarkoidosis - Lupus eritematosus sistemik

2.5 Tanda dan Gejala

Gejala klinis yang menonjol pada Imunodefisiensi adalah infeksi berulang atau  berkepanjangan atau oportunistik atau infeksi yang tidak umum yang tidak memberikan respon yang adekuat terhadap terapi antimikroba. Telah diketahui bahwa reaksi imunologi 10

 pada infeksi merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun yang sangat komplek. Kelainan pada sistem fagosit, limfosit T dan limfosit B mapun dalam sistem komplemen dapat menampilkan gejala klinik yang sama sehingga sulit dipastikan komponen mana dari sistem imun yang mengalami gangguan. Penderita dengan defisiensi limfosit T biasanya menunjukan kepekaan terhadap infeksi virus, protozoa, dan jamur yang  biasanya dapat diatasi dengan respon imun seluler. Gejala penyakit imunodefisiensi  berbeda-beda tergantung pada jenisnya dan individu. Tanda dan gejala imunodefisiensi meliputi :

1. Pneumonia, bronkitis, infeksi sinus, infeksi telinga, meningitis, atau infeksi kulit yang  berulang. 2. Infeksi darah. 3. Peradangan dan infeksi organ dalam. 4. Kelainan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia. 5. Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual, dan diare. 6. Pertumbuhan dan perkembangan lambat atau tertunda. 7. Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau diabetes tipe 1 dan masih banyak lagi.

2.6 Patofisiologi

Defisit kekebalan humoral yaitu diperantarai oleh antibodi biasanyamengganggu  pertahanan melawan bakteri virulen, banyak bakteri seperti iniyang mengkapsul dan merangsang  pembentukan nanah. Pejamu yang mengalami gangguan fungsi anti bodi mudah menderita infeksi berulang digusi, telinga bagian tengah, selaput otak, sinus paranasal, struktur  bronkopulmonal. Pemeriksaan imunoglobulin serum dengan alat nefolometrisekarang telah  banyak digunakan untuk mengukur kadar IgG, IgA, IgM, danIgD pada serum manusia. Metode yang digunakan untuk mengevaluasiantibodi yang sepesifik terhadap anti gen yang di fokuskan  pada penentuantiter anti bodi sebelum dan setelah mengimunisasikan bahan non viabel yang mengunakan protein (vaksin tetanus taksoit dan influensa) pneumokokal polisakarida (pneumovax) dan uji schick pada orang sebelumnya di imunisasidengan difteri toksoid dan  penentuan antibodi ( IgM) yang terdapat secaraalamiah pada golongan darah ABO yang tidak 11

ada pada eritrosit subyek

bentuk imunodefisiensi bergantung pada anti body lanjutan yang

 palingsering dijumpai adalah kekurangan IgA selektif, yang terjadi pada 1 dalam 500sampai1000 individu.Pasien

laki

laki

yang

menderita

hipogama

globulinemia

terkait  – X(bruton)

memperlihatkan defisiensi selektif fungsi imun humoral yang paling parah dapat juga di jumpai di beberapa defeksel T. Imun defisensi humoralterutama menclok pada beberapa penyakit kegaganasan tertentu. Sepertimioloma multipel dan leukimima limfositik kronik dan perlu dapat  perhatian bila sel sel tumor menginfiltarasi struktur linfotikular .Fungsi imun yang di perantarai sel tidak memadai pada banyak

penyakit juga sebagai defek primer atau di sebabkan oleh

 beberapa ganguanseperti AIDS serkoidosis, penyakit hodgkin, neoplama non hodgkin tertentudan uremia . fungsi sel T yang relatif benar benar tidak ada terjadi bila timusgagal  berkembang (seperti pada sindrom digeorge) dan bayi yang terkenasecara imunologi telah pulih ke fungsi yang adekuat yang tandur jaringantimus fetus dini. Perhatian yang serius terhadap seorang yang menderitadefisiensi sel T yang jelas adalah pada ketidakmampuanya untuk membersikan sel sel asing termasuk lekosit variabel dari darah len gkap yang ditransfusihkan.

12

pathway

gangguan imunologi Anemia Aplastik

HIV/AIDS

menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4 (Limfosit T4, Monosit)

anemia plastic/ kegagalan sumsum tulang memproduksi sel granulossit

mengikat molekul C4 yang memiliki sel target dan memproduksi virus

sel limfosit t4 hancur

imunitas tubuh menurun ( imunodefiseinsi )

virulensi mikroorganisme

sistem pencernaan infeksi jamur

 bakteri mengkapsul serta merangsang pertumbuhan nanah resiko infeksi

 peristaltic diare kronik

 peradangan mulut sulit menelan mual 13

ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

intake output cairan kurang

kekurangan volume cairan

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Selain pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan, riwayat penyakit autoimun dalam keluarga, sejumlah tes juga dilibatkan dalam pene ntuan penyakit immunodefisiensi yaitu: 

Tes darah, yang dapat mengungkap kelainan dalam sistem kekebalan tubuh. Tes termasuk mengukur sel-sel darah dan sel imun.



Identifikasi infeksi, untuk menganalisis infeksi dan penyebabnya apabila pasien tidak merespon pengobatan standar.



Uji Pre-natal, dilakukan orangtua yang memiliki anak dengan gangguan imunodefisiensi untuk melakukan pengecekan apakah gangguan tersebut juga dialami janin pada kehamilan berikutnya.

14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian.

1. Aktifitas/istirahatGejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas  biasanya, progresi kelelahan/ malaise.Perubahan pola tidur Tanda :kelelmahan otot, menurunnya massa otot respons fisiologis terhadap aktivitas, seperti perubahan dalam TD,frekuensi jantung, pernafasan.

2. SirkulasiGejala : proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama  pada cidera (jarang terjadi)Tanda :takikardia, perubahan TD posturalmenurunnya volume nadi perifer pucat atau sianosisc

3. EliminasiGejala : diare yang intermiten, terus menerus Nyeri panggulTanda : feces encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darahDiare pekat yang sering Nyeri tekan abdomenLesi atau abses rektalPerubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.d

4. Makanan/cairanGejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenalimakanan, mual atau muntah.DisfagiaTanda : penurunan BB yang cepatDapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif.Penurunan BB ; perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / masaotot.Turgor kulit b uruk Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.Kesehatan gigi atau gusi yang buruk

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

15

1.  Nyeri akut b.d agens biologis (infeksi) 2. kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif 3. Resiko infeksi b.d imunologi 4. ketidak seimbangan nutrisi tubuh b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien

1. diagnos Nyeri akut b.d agens biologis (infeksi)

Data Objektif : pasien terlihat menahan sakit Data Subjektif : pasien mengatakan nyeri di …. P: nyeri saat … Q: nyeri seperti ditusuk tusuk R : dibagian … S: skala nyeri … T: nyeri hilang timbul atau terus menerus …

TTV : suhu, TD, RR, nadi.  NO. 1.

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI HASIL Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Pengajaran: Proses Penyakit agens cedera 1.1 Observasi adanya petunjuk keperawatan selama 2x24 jam  biologis nonverbal mengenai (infeksi) ketidanyamanan terutama pada diharapkan klien dapat mereka yang tidak dapat mengontrol gejala, dengan skala:  berkomunikasi secara efektif 1.2 Gali pengetahuan dan (1) tidak pernah menunjukkan, kepercayaan pasien mengenai (2) jarang menunjukkan, nyeri informasi mengenai (3) kadang kadang menunjukkan, 1.3 Berikan nyeri, seperti penyebab nyeri, (4) sering menunjukkan, dan  berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari (5) secara konsisten menunjukkan ketidaknyamanan akibat prosedur Dengan kriteria hasi : 1.4 Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai Memantau munculnya strategi nonfarmakologi yang gejala (5) 

16





Evaluasi :

sedang digunakan untuk Memantau lama mendorong pendekatan preventif  bertahannya gejala (5) terkait dengan manajemen nyeri Melakukan tindakan untuk 1.5 Libatkan keluarga dalam mengurangi gejala (5) modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan

1. Nyeri hilang atau terkontrol

1. Memiliki pengetahuan mengenai nyeri.

2. kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

Do: pasien tampak pucat, mukosa bibir kering Ds: pasien mengatakan merasa mual dan sering buang air kecil TTV : suhu, TD, RR, nadi  NO. 1.

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI HASIL Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Management Cairan volume cairan 4120 keperawatan selama 2x24 jam  b/d kehilangan cairan aktif diharapkan klien dapat 2.1 jaga intake asupan yang akurat dan catat output ( pasien ) mengontrol gejala, dengan skala 1 2.2 monitor Status hidrasi ( Misalnya (sangat terganggu ) 5 (tidak membrane mukosa lembab, denyut nadi Adekuat, dan tekanan Terganggu ) : darah ortostatik ) 2.3 berikan cairan dengan tepat Kriteria hasil : 2.4 konsultasuikan dengan dokter jika (1) turgor kulit (5) tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau (2) membrane mukosa lembab (5) memburuk (3) intake cairan (5) 2.5 berikan produk- produk darah ( misalnya trombosit dan plasma (4) output urine (5) yang baru ). (5) haus (5)

17

Evaluasi :

1. kondisi pasien mulai membaik, membrane mukosa kering tampak teratasi. 2. pasien tidak lagi tampak pucat

3.

Resiko infeksi b.d imunologi

DS:Pasien mengatakan pada awal masuk RS, pasien sudah di pasangi Infus dan juga kateter , dikarnakan pasien tidak dapat bergerak DO:-pasien terpasang infus -pasien terpasang kateter -pasien memakai popok dewasa TTV:

TD:130/80 MMHG

 NO DIAGNOSA

N:80x/m

RR:22x/m

NOC

S:36,6 NIC

18

1

RESIKO INFEKSI Setelah dilakukan tindakan B/D keperawatan selama 2x24 jam masalah resiko infeksi dapat teratasi, dengan skala outcome: 1(tidak menunjukan ) 2. jarang menunjukan 3. kadang kadang menunjukan 4. sering menunjukan 5. secara konsisten menunjukan Kriteria hasil: -megidentifikasi faktor resiko infeksi (5) -mengidentifikasi tanda dan gejala (5) -mengidentifikasi resiko infeksi dalam akifitas sehari hari

Identifikasi resiko : 1.1 kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian resiko secara rutin 1.2 identifikasi strategi koping yang digunakan 1.3 implementasi aktifitasaktifitas pengurangan resiko

Evaluasi : 1. setelah di identifikasi resiko infeksi, dapat tertasi tanpa adan ya infeksi 4. ketidak seimbangan nutrisi tubuh b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien

DO:

-Berat badan pasien turun … kg -Mukosa bibir kering -Pasien terlihat lemas

DS: - pasien mengatakan kurang nafsu makan -

LiLA underweight IMT tidak ideal

TTV : suhu, TD, RR, nadi  NO.

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

19

INTERVENSI

1.

Ketidakseimban gan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh  b.d ketidakmampua n mengabsorpsi nutrien

Setelah

dilakukan

tindakan Bantuan peningkatan berat badan keperawatan selama 2x24 jam 1.6 Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari diharapkan klien dapat mengetahui 1.7 Diskusikan kemungkinan status nutrisi, dengan skala:  penyebab berat badan  berkurang (1) sangat menyimpang dari rentang 1.8 Monitor mual muntah normal, 1.9 Monitor asupan kalori pasien dan (2) banyak menyimpang dari rentang 1.10 Ajarkan keluarga merencanakan normal, makan (3) cukup menyimpang dari rentang normal, (4) sedikit menyimpang dari rentang normal, dan (5) tidak menyimpang dari rentang normal Dengan kriteria hasil:   

Asupan gizi (5) Asupan makanan (5) Energi (5)

Evaluasi : 1. Nutrisi pasien terpenuhi dan pasien tidak lemas 2.Mukosa bibir lembab PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan immunodefisiensi termasuk pencegahan, pengobatan infeksi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meliputi: 

Pola hidup sehat untuk melindungi dari infeksi



Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antiviral dan antibiotik



Suntikan atau subkutan immunoglobin



Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah transplantasi sum-sum tulang belakang dari donor yang cocok



Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk, sitosin, transplantasi thymic, terapi gen dan transplantasi sel induk.

20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksimikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun.Sedangkan Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. 21

Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).

3.2 Saran

Setelah kami menyelesaikan makalah dengan judul Imunodefisiensi, kami merasa masih  banyak sekali kekurangan karena keterbatasan referensi baik itu dari etiologi maupun  patofisiologi. Untuk itu kami dari kelompok 4 mengharap masukan kritik saran dan sanggahan untuk kelompok kami.

DAFTAR PUSTAKA

Martini, Frederic .H.(2015). Fundamental of Anatomy & Phisiology. 5th Ed. NewJersey: Prentice- Hall

Sloane, Etho.(2008). Anatomi Fisiologi Bagi Pemula. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

 Nanda International. ( 2015 ).  Diagnosa keperawatan :  Defenisi dan Klasifikasi 2015- 2017 ( 10th ed.). Jakarta : EGC 22

Jakarta:Erlanggahttp://www.forumsains.com/biologi/sistem-pertahanan tubuh/http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas

23

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF