Makalah Iman Dan Takwa
July 3, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Makalah Iman Dan Takwa...
Description
MAKALAH IMAN DAN TAKWA DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM
OLEH KELOMPOK 2 1.Devi Fitri Anggraini (P1337431216049) 2.Yunia Kurnia Putri
(P1337431216050)
3.Palupi Wulandhari (P1337431216051) 4.Safrin Khabila
(P1337431216052)
5.Meika Indri P.
(P1337431216053)
PROGRAM STUDI DIV GIZI SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman dan Takwa” Takwa” ini dengan dengan lancar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan
saran
dan
kritik
membangun
yangg
dtunjukan
kesempurnan makalah ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 25 September 2016 Kelompok 2
demi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………..…………………..……………. ……………………………..…………………..…………….
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ………………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ……………………………………………………………………….. …………..
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang …………………………………………………......……………...............................1 …………………………………………………......……………...............................1 1.2 Rumusan masalah ………………………………………….......………......................................1 ………………………………………….......………......................................1 1.3 Tujuan …………………………………………………………........………..…..................................1 …………………………………………………………........………..…..................................1
BAB II
PEMBAHASAN 1. Pengertian iman ………………………………….... ………………………………….........................…………..... .....................…………..... 2 1.1 Ciri orang beriman 2. Pengertian takwa 2.1 Ciri orang bertakwa....................................................................2 3. ketrkaitan antar iman dan takwa
BAB III
PENUTUP Simpulan ………………………………… …………………………………………………………………….. …………………………………............................ .......................... 6 Saran ………………………………………..………………………… ………………………………………..……………………………….............................6 …….............................6 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia akan mulia dan bermartabat di sisi Allah jika ia bisa memperoleh derajat keimanan dan ketaqwaan dengan amal ibadah dan tingkah laku yang dia kerjakan. Keimanan dan ketaqwaan adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Jika kita melihat dari definisi kedua istilah tersebut tentunya hubungan antara kedua nya terlihat dengan jelas.Keimanan diambil dari kata iman yang secara bahasa diartikan percaya. Namun, setelah mendapat imbuhan ke-an maka kata tersebut bisa diartikan menjadi suatu nilai religius yang dimiliki oleh setiap muslim untuk cenderung melakukan segala hal sesuai dengan aturan yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan yang dijalaninya teratur sedemikian rupa. Dewasa ini, banyak orang yang mengaku beriman tetapi masih melanggar ketentuan agama, hal ini berarti kebanyakan dari mereka belum mengerti dan memahami hakikat keimanan dan ketakwaan itu sendiri. Hal ini yang melatarbelakangi pembahasan materi keimanan dan ketakwaan dari kelompok kami. 1.2 Perumusan Masalah Agar lebih mudah dalam penulisan makalah makal ah ini, maka penulis merumuskannya dalam beberapa beberapa pertanyaan, yang nantinya akan akan dijadikan acuan dalam pembahasan. Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan iman? 2. Sebutkan ciri ciri orang beriman! 3. Apakah yang dimaksud dengan takwa? 4. Sebutkan ciri ciri orang bertakwa! 5. Apakah perbedaan antara iman dan takwa? t akwa? 1.3 Tujuan 1.
Untuk memenuhi salah satu agama islam
2.
Mendeskripsikan pengertian iman
3.
Mengetahui tentang ciri orang beriman
4.
Mendeskripsikan tentang takwa
5.
Mengetahui tentang ciri orang bertakwa
6.
Mengetahui tentang perbedaan iman dan takwa
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian iman Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut ist ilah syari’at yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang tertinggi adalah ucapan اه ل dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yang menggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya. Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam bersabda, bersabda, ”Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya perkataan dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” (Riwayat Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, Tirmidzi: 2614) Secara pokok iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist Jibril (Hadist no. 2 pada hadist arba’in an-Nawawi) an-Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi Shallahu’alaihi wa sallam tentang iman, lalu beliau menjawab, menjawab, ”Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan percaya kepada taqdirNya, yang baik dan yang buruk.” (Mutafaqqun ‘alaihi) ‘alaihi) Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya, ”Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan menyianyiakan imanmu” (QS. Al-Baqarah:143). Para ahli tafsir taf sir menyatakan, yang dimaksud ’imanmu’ adalah shalatmu tatkala engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis. Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, Mahabenar, Tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), Pencipta segala makhluk, Yang melakukan segala yang dikehendakiNya, dan mengerjakan dalam kerajaanNya apa yang dikehendakiNya. Beriman kepada Allah juga bisa diartikan, berikrar dengan macam-macam macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid al-asma’ al-asma’ wa ash-shifaat. ash-shifaat. Iman kepada Allah mengandung empat unsur: 1. Beriman akan adanya Allah. Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan: (a). Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan Tanpa harus di dahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi Shallahu’alaihi wa sallam bersabda: ”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah yang menjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi .” .” (HR. Bukhori). Bahwa makhluk tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena segala sesuatu yang wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah,
Tuhan semesta alam. Allah berfirman, ” Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun Ath-Thur: 35) ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. Ath-Thur: Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dan tidak mungkin mereka mampu menciptakan dirinya sendiri. Berarti mereka pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah yang maha suci. Lebih jelasnya kita ambil contoh, seandainya ada orang yang memberitahu anda ada sebuah istana yang sangat megah yang dikelilingi taman, terdapat sungai yang mengalir di sekitarnya, di dalamnya penuh permadani, perhiasan dan ornamen-ornamen indah. Lalu orang tersebut berkata kepada anda, istana yang lengkap beserta isinya itu ada dengan sendirinya atau muncul begitu saja tanpa ada yang membangunnya. Maka anda pasti segera mengingkari dan tidak mempercayai cerita tersebut dan anda menganggap ucapannya itu sebagai suatu kebodohan. Lalu apa mungkin alam semesta yang begitu luas yang dilengkapi dengan bumi, langit, bintang, dan planet yang tertata rapi, muncul dengan sendirinya atau muncul dengan tiba-tiba tanpa ada yang menciptakan? (b). Adannya kitab-kitab samawi Yang membicarakan tentang adanya Allah. Demikian pula hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (c). Adanya orang-orang orang-orang yang dikabulkan do’anya. Ditolongnya orang-orang yang sedang mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah. Allah berfirman: ”Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan doanya, lalu kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (QS. (QS. Al-Anbiya’: Al-Anbiya’: 76) (d). Adanya tanda-tanda kenabian seorang utusan yang disebut mukjizat suatu bukti kuat adanya Dzat yang mengutus mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Misalnya: Mukjizat nabi Musa ’Alahissalam. Tatkala belau diperintah memukulkan tongkatnya ke laut sehngga terbelahlah lautan tersebut menjadi dua belas jalan yang kering dan air di antara jalan-jalan tersebut laksana gunung. Firman Allah, ”Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar” (QS. Asy-Syu’ara’: AsySyu’ara’: 63) 63) Alaihissalam berupa Contoh lain adalah mukjizat yang diberikan kepada nabi Isa ’ Alaihissalam membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahirnya dan penyakit sopak (sejenis penyakit kulit), menghidupkan orang mati dan mengeluarkan dari kuburannya atas izin Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. ” (QS. (QS. Ali Imran: 49) 1. Mengimani sifat rububiyah Allah (Tauhid Rububiyah) Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allah-lah memberi rizki, menolong, menghidupkan, mematikan dan bahwasanya Dia itu adalah pencipta alam semesta, Raja dan Penguasa segala sesuatu.
1. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)
Yaitu mengimani hanya Dia lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-Nya, mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan diperintahkanNya dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada zaman Shallahu’alaihii wa sallam juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa RasulullahShallahu’alaih mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki dan mengatur segala urusan tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain Allah. Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi m emberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan.’ urus an.’ Maka, mereka menmen jawab: ‘Allah.’ Maka, katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada(kepada-Nya)?’ (QS. Yusuf: 31-32) Dan Allah berfirman, “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain ).” (QS. (QS. Yusuf : 106) 1. Mengimani Asma’ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ wa Sifat) Yaitu menetapkan apa-apa yang Allah dan RasulNya telah tetapkan atas diriNya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah, tanpa tahrif[4] dan ta’thil[5] serta tanpa takyif[6] dan tamtsil[7]. Dua Prinsip dalam meyakini sifat Allah Subhanahu wa ta’ala, ta’ala, Allah Subhanahu wa ta’ala wajib disucikan dari semua sifat-sifat sifat -sifat kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya. Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata: “Allah juga memiliki tangan, wajah dan diri seperti disebutkan sendiri oleh Allah dalam al-Qur’an. al-Qur’an. Maka apa yang disebutkan oleh Allah tentang wajah, tangan dan diri menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat yang tidak boleh direka-reka bentuknya. Dan juga tidak boleh disebutkan bahwa tangan Allah itu artinya kekuasaan-Nya atau nikmat-Nya, karena hal itu berarti meniadakan sifat-sifat Allah, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh ahli qadar dan golongan Mu’tazilah. Mu’tazilah. Beliau juga berkata: “Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, makhluk -Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah. Allah itu tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifatsifat-Nya. Allah berfirman, ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. (QS. Asy-Syuura’: Asy-Syuura’: 11) 11) Buah beriman kepada Allah Beriman kepada Allah secara benar sebagaimana digambarkan akan membuahkan beberapa hasil yang sangat agung bagi orang-orang beriman, diantaranya: 1. Merealisasikan pengesaan kepada Allah sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut, dan tidak menyembah kepada selain-Nya. 2. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan kandungan makna nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya Yang Agung. 3. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya.
1.1 CIRI ORANG BERIMAN Apakah kita termasuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT?Salah satu ciriorang beriman kepada Allah adalah dengan beriman kepada sifat-sifat sifat -sifat wajib Allah.Berikut ini adalah Ciri-ciri atau tanda perilaku orang yang beriman kepada sifatsifat wajib Allah dalam kehidupan sehari-hari. Setiap muslim wajib beriman kepada Allah SWT. dan segala sifat-Nya, baik yang wajib, mustahil, maupun yang jaiz. Sebagai muslim yang beriman kepada sifat-sifat wajib Allah SWT., tentu dapat menunjukkan sikap perbuatan dan sikap mental yang sesuai dengan makna yang terkandung dalam sifat-sifat tersebut. Sehingga dapat diketahui dan dibedakan dari orang yang tidak beriman kepada Allah. Di antara ciri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat Allah yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari ialah sebagai berikut. 1. Mampu menjaga diri dari pernbuatan maksiat dan mungkar, sebab dalam hatinya ada keimanan dan keyakinan bahwa Allah SWT.itu ada dan Maha Melihat dan Mendengar atas segala perbuatan hamba-Nya 2. Selalu berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah karena dalam hatinya terdapat keyakinan bahwa hidup manusia tidak kekal, dan akan kembali kepada Allah yang Maha kekal 3. Memiliki sikap kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga tidak banyak waktu dan kesempatan yang terbuang sia-sia tanpa ada manfaatnya.Hidupnya selalu ingin menjadi yang terdepan dalam belajar dan berprestasi, sebagai wujud penghayatan dari sifat Qidam Qi dam (terdahulu atau maju). 4. Memiliki
sikap
kemandirian
yang kuat,
sehingga
hidupnya
tidak
mau
merepotkan orang lain, atau menggantungkan segala harapan kepada pihak lain, apalagi
mengharap belas kasihan
dari orang lain.
Bagiorang yang
beriman
kepada sifat-sifat Allah, pantang mengiba dan mengharap belas kasihan kepada siapa pun, selain hanya kepada Allah.Hidupnya selalu penuh semangat untuk belajar dan bekerja, tekun dan rajin beramal dan beribadah sebagai wujud penghayatan dari sifat Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri). 5. Selain itu, sebagai orang yang beriman terhadap sifat-sifat wajib Allah, kita harus memiliki sikap perilaku terpuji, baik terhadap diri sendiri, keluarga, sesama, maupun terhadap alam lingkungan di mana kita tinggal.Sikap dan perilaku Terpuji itu merupakan cerminan dari keimanan terhadap sifat-sifat wajib Allah dengan baik dan benar.
Sikap
atau
perilaku
terpuji
yang
harus
kita miliki yang
berhubungan
dengan iman kepada sifat wajib Allah antara lain sebagai berikut :
1. Sikap jujur Jujur merupakan sikap perilaku yang sangat terpuji. Setiap muslim yang beriman kepada Allah SWT. dan segala sifat-sifat-Nya, tentu meyakini bahwa Allah itu ada (wujud), memiliki pendengaran dan penglihatanyang Maha kekal dan abadi. Tak akan ada suatu perbuatan yang tampak dan tersembunyi, yang luput daripenglihatan dan pendengaran Allah SWT. sehingga orang yang beriman tidak akan berdusta, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jadi, apa pun yang dilakukannya selalu mendatangkan mendatangkan kebenaran, dan jauh dari sikap dustadan kebohongan. Sebab di dalam hatinya ada keyakinan bahwa, sebaik-baik menyimpan dusta kepada orang lain, tetap saja Allah SWT.mengetahui dan tidak dapat didustai. 2. Sikap amanah dan bertanggung jawab orang yang beriman dengan baik dan benar kepada sifat-sifat Allah SWT., akan tumbuh dalam jiwanya sikap mental dan perilaku amanah, yakni dapat dipercaya, dan sikap perilaku penuh tanggung jawab atas apa yang menjadi tugas dan kewajibannya. 3. Sikap amanah dan tanggung jawab ini akan muncul, manakala ia meyakini betul bahwa Allah SWT. itu sangat berbeda dengan makhluk-Nya. Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar, meskipun tidak menggunakan mata kepala dan telinga sebagaimana layaknya manusia.Apa pun yang menjadi tugas dan kewajibannya akan dilaksanakan dan dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab, jauh dari sikap curang dan dusta.Sikap rajin menuntut ilmu dan ulet bekerja 4. Rajin artinya sungguh-sungguh dan ulet artinya pantang menyerah.Sikap ini hanya dimiliki oleh orang-orangyang beriman kepada Allah SWT.dan segala sifatsifat-Nya. Sebab kekuatan iman kepada Allah dapat mendorong seseorang untuk terus maju dalam meraih kesuksesan hidup. Dorongan itu akan terus bergema sepanjang imannya masih kuat dan stabil, sehingga akan membuatnya menjadi rajin dan tekun, baik dalam belajar maupun bekerja.
2. Pengertian takwa Pengertian TAQWA secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kepada siapa ? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, padahal bila ditanya ” mas, agamaagama -nya apa?” jawab-nya jawab-nya muslim, ada juga yang sudah berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri dan ketika ditanya ” mas, ini kan lagi puasa?” jawabnya cuma sebentar kan boleh. Ya… Allah, manusia…, manusia.., sebenarnya banyak contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya. TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf : Ta = TAWADHU’ TAWADHU’ artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada a aturan turan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri. Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa ap a adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus di syukuri dengan hati yang lapang dada. Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. beberapa ulama mendifinisikan dengan : Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT. Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT. Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan. Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini. “Hai Orang-orang Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenarbenar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam.” (Al-Imron) : Sebuah hadits tentang kewajiban belajar, yang menurut beberapa tokoh ulama kurang shahih bahkan dianggap hadits palsu, namun justru terkenal dan mampu mendapatkan voting serta ranking terbanyak dikalangan umat muslim, disebabkan hadits ini bisa memotivasi semangat pantang menyerah, yaitu : “UTHLUBUL ‘ILMA WALAU BISHSHIIN FAINNA THOLABAL ‘ILMI FARIIDHOTUN ‘ALA KULLI MUSLIMIN” (Tuntutlah Ilmu Walau Di Negeri Cina, Karena Mencari Ilmu Itu Wajib Bagi Setiap Muslim) 1. 3. Taqwa Di Sisi Allah swt. Allah swt. menegaskan di dalam al-Quran bahawa umat Islam adalah generasi terbaik dan menjadi contoh kepada umat lain di bumi ini. Hakikat ini dibuktikan generasi Rasulullah dan sahabat selepasnya janji Allah itu benar apabila mereka benar-benar berpegang teguh pada ajaran Islam. Justeru, bukan perkara mustahil bagi umat Islam kini untuk kembali memahami senarai lengkap KPI para sahabat Rasulullah saw. sehingga mereka diiktiraf sebagai sebaik umat. Kuncinya kejayaan mereka adalah dengan memiliki taqwa yang jitu dan ampuh.
Allah swt.. telah berfirman yang bermaksud: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar ..” ” (Al-Hujurat:13) (Al-Hujurat:13) “Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orang-orang orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah.” (An Nisa: 131) Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya. Baginda bersabda yang maksudnya: “Aku berwasiat kepada kamu semua supaya bertaqwa kepada Allah, serta dengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepas aku kelak, dia akan melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk selepasku.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan Majah) Sabda Baginda lagi, Maksudnya: “Hendaklah kamu bertaqwa di mana sahaja kamu berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu lakukan) dengan kebaikan, moga-moga kebaikan itu akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat (Riwayat At Termizi dan Ahmad) Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayatan, yang bererti perlindungan. Taqwa bererti melindungi diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan. Pengertian taqwa diantaranya adalah “Imtitsalu awamiriLLAH wa ijtinabu nawahiHi” atau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan bahawa Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa. taqwa. Ubay bertanya kembali, “Bukankah anda pernah melewati mel ewati jalan yang penuh duri?” “Ya”, jawab Umar “Apa yang anda lakukan saat itu?” “Saya bersiap-siap bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.” hati- hati.” “Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a. Berdasar dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid Quthub berkata dalam tafsir Azh-Zhilal, AzhZhilal, “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai sampai terkena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan anganangan, kekhuatiran dan keraguan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak wajar untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri duri -duri yang lainnya.” lainnya.” Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah, berkata “Taqwa lahir dari proses dari keimanan yang kukuh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap atas limpahan kurnia dan maghfirahnya.” maghfirahnya.” Sayyid Quthub juga berkata “Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh… Bekal cahaya yang menerangi liku-liku liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan sesuatu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… Itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketenteraman, bekal yang membawa harapan atas kurnia Allah; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…” Taqwa Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah SWT.. Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.. Firman Allah swt. yang bermaksud: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: (Al-Hujurat: 13) Kemuliaan bukan terletak samada dia lelaki atau perempuan, kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun kerana ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azabNya, ihsan dalam beribadah, khusyuk dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa. Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai taqwa, iaitu ; a. Mu’ahadah Mu’ahadah berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahawa dia akan selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan” pertolongan” Dalam perjanjian itu, manusia mengakui Allah pencipta sekalian manusia dan juga
pentadbir alam semesta. Perjanjian kemudian dirakamkan AllahTuhanmu melalui firman-Nyamutlak yang bermaksud: “Dan (ingatlahituwahai Muhammad) ketika mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun temurun) dari (tulang) belakang manusia, dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri (sambil Dia bertanya dengan firman-Nya): Bukankah Aku A ku Tuhan kamu? Mereka semua menjawab: Benar, (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi. Yang demikian itu supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat: Sesungguhnya kami lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini.” (Surah (Surah al-A’raf, al-A’raf, ayat 172) 172) b. Muraqabah Muraqabah berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa sahaja. Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya. Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total. Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran. c. Muhasabah Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui Menge tahui apa jua pun yang kamu kerjakan” Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha. Allah? Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia? Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung
(hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun. d. Mu’aqabah Mu’aqabah ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat.dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh. Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan solat Asar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah solat Asar. Kini kebunku aku kujadikan sedekah untuk orang-orang miskin.” Suatu ketika Abu Thalhah sedang solat, di depannya lewat lew at seekor burung lalu ia melihatnya dan lalai dari solatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau solat. Kerana kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin sebagai denda terhadap dirinya atas kelalaian kela laian dan ketidakkhusyukannya. e. Mujahadah Makna sebagaimana dalam surat Ankabut adalah apabila mujahadah seorang mukmin terseret disebutkan dalam kemalasan, santai,Alcinta duniaayat dan 69 tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya. Sebagai penutup, Allah swt. telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud: “Wahai orang-orang orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102) Islam”. 1. B. Iman dan Taqwa landasan mencapai kesuksesan Kita diciptakan didunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan ini telah dijelaskan dalam firman Allah:
اخا جن س ا ا ت ا ا دون ا د ري آ ا م ن ق رز آ ا ا د ري ان ون ط ن ا ق ز ر وذ ة ن ي ا Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58) Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari penciptaan manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik. Sehingga Allah pun menjelaskan salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok manusia yang belum mengetahui hikmah tersebut dengan menyakini mereka diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya : م افا اح ا ا كم ا اخا اع اث كم ا ا ا ونر اج Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami Kam i menciptakan kamu secara main-main (saja), (saja), d dan an bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. 23:115)
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya didunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka. Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap profesional dan proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab sesungguhnya tujuan akhir seorang manusia adalah mewujudkan peribadatan kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
ن كم اك ار ا دع كم ا ا ن م اع ي ر اخ ي
Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)
untuk mencapaiHal kemulian tersebut membutuhkan dua hal: Allah dan berusaha 1.Namun bihablillah. ini dengan komitmen terhadap terhadap syariat I’tishom merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara yang berikutnya, yaitu; 2. I’tishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakkal dan berserah berserah diri serta memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan yang pertama tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari rintangan r intangan mengamalkannya. Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti membutuhkan dua hal, pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan kedua, selamat dari rintangan yang menghalangi terwujudnya tujuan tersebut. Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi ada pada I’tishom billahi dan I’tishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan I’tishom bi hablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan I’tishom billahi melindungi seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang berjalan mencapai (keridhoan) Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju tujuannya. Ia pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini. Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan menunjukinya kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi alat keselamatan dari para perampok dan halangan perjalanan. I’tishom bi hablillah memberikan hidayah petunjuk dan mengikuti mengikuti dalil sedang I’tishom billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang menjadi penyebab keselamatannya di perjalanan 2.1 CIRI ORANG BERTAKWA
CIRI ORANG BERTAKWA 1. Beriman kepada yang Ghaib , Mendirikan shalat , dan berinfaq
ﭐ ﺬ ﻦ ﻳﺆﻣ ﻥ ﺑ ﻟﻐﻴﺐ ﻭﻳﻘ ﻤ ﻥ ﭐﻟﺼ ﻮﺓ ﻭﻣﻤ ﺭﺯﻗ ـﻬﻢ ﻳ ﻔﻘ ﻥ
[yaitu] mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, [Q.S. alBaqarah: 3]. 2. Beriman kepada kitab-kitab Allah dan meyakini adanya akhirat. ﻦﻳﺬﻟﭐﻭ ﻥﻮﻨﻣﺆﻳ ﻝﺰﻧﺃ ﻤﺑ ﻚﻴﻟﺇ ﻝﺰﻧﺃ ﻣﻭ ﻦﻣ ﻚﻠﺒﻗ ﻟ ﺑﻭ ﺓﺮﺧ ﻥﻮﻨﻗﻮﻳ ﻢﻫ dan mereka yang beriman kepada Kitab [Al Qur’an] yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya [kehidupan] akhirat . (Q.S. al-Baqarah: 4) 3. Beriman kepada: Allah, Hari akhir, para malaikat, kitab-kitab, para nabi; berinfaq, memerdekakan budak, mendirikan shalat, zakat, menepati janji dan sabar. ﻴﺲ ﭐﻟﺒﺮ ﻮ ﻭﺟ ﻫﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﭐﻟﻤﺸﺮﻕ ﻭ ﻟﻤﻐﺮﺏ ﻭ ـﻜﻦ ﭐﻟﺒﺮ ﻣﻦ ﺀ ﻣﻦ ﺑﭑ ﻪ ﻭ ﻟﻴﻮﻡ ﭐﻟ ﺧﺮ ﺔﻭﭐﻟﻤ ـٮ ﻭﭐﻟﻜ ـﺐ ﻦ ﻭﭐﻟ ﺒﻴ ﻭﺀ ﭐﻟﻤ ﻝ ﻋ ﻰ ﺣﺒﻪ ﺫﻭ ﭐﻟﻘﺮﺑﻰ ﻭﭐﻟﻴ ـﻤﻰ ﻭﭐﻟﻤﺴـﻜﻴﻦ ﻭ ﺑﻦ ﭐﻟﺴﺒ ﻞ ﻴﻦ ﻭﭐﻟﺴ ﻭﻓ ﭐﻟﺮﻗ ﺏ ﻭ ﻗ ﻡ ﭐﻟﺼ ﻮﺓ ﻭﺀ ﭐﻟﺰڪﻮﺓ ﻭ ﻟﻤ ﻓ ﻥ ﺑﻌﻬﺪﻫﻢ ﺫ ﻋـﻬﺪﻭ ﻭﭐﻟﺼـﺒﺮﻳﻦ ﻓ ﭐﻟﺒ ﺳ ﺀ ﻭﭐ ﻀﺮ ﺀ ﻭﺣ ﻦ ﭐﻟﺒ ﺱ ﻚ ﻭ ـ ﭐ ﺬ ﻦ ﺻﺪﻗ ﻚﻭ ﻭ ـ ﻫﻢ ﭐﻟﻤ ﻘ ﻥ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur t imur dan barat itu suatu k kebajikan, ebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir [yang memerlukan pertolongan] dan orang-orang yang meminta-minta; dan [memerdekakan] hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa . (Q.S.al-Baqarah: 177). 4. Berinfaq di waktu lapang atau sempit, menahan amarah, dan pemaaf. ﭐ ﺬ ﻦ ﻳ ﻔﻘ ﻥ ﻓ ﭐﻟﺴﺮ ﺀ ﻭﭐ ﻀﺮ ﺀ ـﻈﻤﻴﻦﻭﭐﻟ ﭐﻟﻐﻴﻆ ﻭ ﻟﻌ ﻓ ﻦ ﻋﻦ ﭐﻟ ﺱ ﻭﭐ ﻪ ﺐﺤﻳ ﻦﻴﻨﺴﺤﻤﻟﭐ [yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran : 134) ﻭ ﺬ ﻦ ﺫ ﻓﻌ ﻓـﺤﺸﺔ ﻭ ﻇ ﻤﻮ ﻔﺴﮩﻢ ﺫﻛﺮ ﭐﻟ ﻪ ﻓ ﺳ ﻐﻔﺮ ﻟﺬ ﺑﻬﻢ ﻭﻣ ﺮﻔﻐﻳ ﺏﻮﻧﺬﭐﻟ ﻟﺇ ﻪﻠﭐﻟ ﻰﻠﻋ ﺍﻭﺮﺼﻳ ﻢﻟﻭ ﻣ ﻥﻮﻤﻠﻌﻳ ﻢﻫﻭ ﺍﻮﻠﻌﻓ 5. Berpuasa ramadhan
ﭐ ﺬﻳﻦ ﻣ ﻗﺒ ڪﻢ ﻌ ﻜﻢ ﻘﻮﻥ
ﻳـ ﻳﻬ ﭐ ﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣ ﻮ ﻛﺘﺐ ﻋ ﻴڪﻢ ﭐﻟﺼﻴ ﻡ ﻛﻤ ﻛﺘﺐ ﻋ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa , (Q.S.al-Baqarah:183)
6. Tidak Silau Keindahan duniawi ﺯﻳﻦ ﻟ ﺬ ﻦ ﻛﻔﺮ ﭐﻟﺤﻴﻮﺓ ﭐﻟﺪﻧﻴ ﻭﻳﺴﺨﺮ ﻥ ﻣﻦ ﭐ ﺬ ﻦ ﺀ ﻣ ﻭ ﺬ ﻦ ﭐ ﻘﻮ ﻓﻮﻗﻬﻢ ﻳﻮﻡ ﭐﻟﻘﻴـﻤﺔ Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat (Q.S.al-Baqarah: 212). 7. Selalu berbuat kebajikan. ﻭﻣ ﻳﻔﻌ ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﻓ ﻳڪﻔﺮﻭﻩ ﻭﭐ ﻪ ﻋ ﻢ ﺑ ﻟﻤ ﻘ ﻦ Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi [menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa . (Q.S. Ali Imran:115). 8. Bersegera kepada ampunan Allah. ﻭﺳ ﺭﻋﻮ ﻰ ﻣﻐﻔﺮﺓ ﻣ ﺭﺑڪﻢ ﻭﺟ ﺔ ﻋﺮﺿﻬ ﭐﻟﺴﻤـﻮ ﺕ ﻭ ﻟ ﺭﺽ ﻋﺪﺕ ﻦﻴﻘﺘﻤﻠﻟ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa , (Q.S. Ali Imran: 133) 9. Selalu mengingat Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya. ﻭ ﺬ ﻦ ﺫ ﻓﻌ ﻓـﺤﺸﺔ ﻭ ﻇ ﻤﻮ ﻔﺴﮩﻢ ﺫﻛﺮ ﭐﻟ ﻪ ﻓ ﺳ ﻐﻔﺮ ﻟﺬ ﺑﻬﻢ ﻦﻣﻭ ﺮﻔﻐﻳ ﺏﻮﻧﺬﭐﻟ ﻟﺇ ﻪﻠﭐﻟ ﻰﻠﻋ ﺍﻭﺮﺼﻳ ﻢﻟﻭ ﻣ ﻥﻮﻤﻠﻌﻳ ﻢﻫﻭ ﺍﻮﻠﻌﻓ Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S.Ali-Imran: 135).
10. Bersabar saat diuji harta dan dirinya.
ﺒ ﻮﻥ ﻓﻰ ﻣﻮ ﻟڪﻢ ﻭ ﻧﻔﺴڪﻢ ﻭ ﺴﻤﻌﻦ ﻣﻦ ﭐ ﺬ ﻦ ﭐﻟﻜ ـﺐ ﻣ ﻗﺒ ڪﻢ ﻭﻣﻦ ﭐ ﺬ ﻦ ﺷﺮﻛﻮ ﺫ ﻛﺜ ﺮ ﻭ ﺼﺒﺮ ﻭ ﻘ ﻓ ﻥ ﺫ ﻟﻚ ﻣﻦ ﻋﺰﻡ ﭐﻟ ﻣ ﺭ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa , maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan . (Q.S. Ali Imran: 186).
11. Menjadikan akhirat sebagai TUJUAN hidup. ﻣﻭ ﺓﻮﻴﺤﻟﭐ ﺇ ﻴﻧﺪﭐﻟ ﻟ ﺭ ﺪﻠﻟﻭ ﻮﻬﻟ ﻭﺐﻌﻟ ﻟﭐ ﺓﺮﺧ ﻦﻳﺬﻠ ﻟﺮﻴﺧ ﻥﻮﻘﺘﻳ ﻠﻓﺃ ﻥﻮﻠﻘﻌﺗ Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang y ang bertakwa . Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. al-An'am: 32).
12. Menyebarkan da'wah . ﻭﻣ ﻋ ﭐ ﺬ ﻦ ﻳ ﻘ ﻥ ﻣﻦ ﺣﺴ ﺑﻬ ﻣ ﺷﻰﺀ ﻭ ـ ﺫڪﺮﻯ ﻌ ﻬﻢ ﻳ ﻘ ﻥ Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi [kewajiban mereka ialah] mengingatkan agar mereka bertakwa . (Q.S. al-An'm: 69). 13. Menutup aurat ﻳـﺒﻨﻰ ﺀ ﺩﻡ ﻗﺪ ﺰﻟ ﻋ ﻴﻜﻢ ﻟﺒ ﺳ ﻳﻮ ﺭ ﺳﻮﺀ ﺗﻜﻢ ﻭﺭ ﺸ ﻭﻟﺒ ﺱ ﭐﻟ ﻘﻮﻯ ﺫ ﻟﻚ ﺮﻴﺧ Hai anak Adam sesungguhnya Kami K ami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (Q.S. Al-A'raf: 26). 14. Berdzikir manakala ditimpa kebimbangan. ﻥ ﭐ ﺬ ﻦ ﭐ ﻘ ﺫ ﻣﺴﮩﻢ ﻒﻃـ ﻣﻦ ﭐﻟﺸﻴﻄـﻦ ﺮﻭ ﺬڪ ﻓ ﺫ ﻫ ﻣﺒﺼﺮ ﻥ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Q.S. al-A'raf: 201). 15. Menyuruh Keluarga Mendirikan shalat dan sabar mengerjakannya. ﻭ ﻣﺮ ﻫ ﻚ ﺑﭑ ﺼ ﻮﺓ ﻭ ﺻﻄﺒﺮ ﻋ ﻴﮩ ﻚ ﺴ ﺭﺯﻗ ﺤﻦ ﺮﺯﻗﻚ ﻭﭐﻟﻌـﻘﺒﺔ ﻟ ﻘﻮﻯ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat [yang baik] itu adalah bagi orang yang bertakwa . (Q.S. Thaha: 132) 16. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan ﻚﺗ ﻠ ﭐﻟﺪ ﺭ ﭐﻟ ﺧﺮﺓ ﺠﻌ ﻬ ﻟ ﺬ ﻦ ﻳﺮ ﺪ ﻥ ﻋ ﻮ ﻓ ﭐﻟ ﺭﺽ ﻭ ﻓﺴ ﺩ ﻭﭐﻟﻌـﻘﺒﺔ ﻟﻠﻤ ﻘ ﻦ Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di [muka] bumi. Dan kesudahan [yang baik] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa . (Q.S. al-Qashash: 83). 17. Muslimah hendaklah menjaga pandangan dan kata-kata dalam berbicara. ﻳـﻨﺴ ﺀ ﭐﻟ ﺒﻰ ﺴ ﻦ ڪ ﺣﺪ ﻣﻦ ﭐﻟ ﺴ ﺀ ﻥ ﭐ ﻘﻴ ﻦ ﻓ ﺨﻀﻌﻦ ﺑ ﻟﻘﻮﻝ ﻓﻴﻄﻤﻊ ﭐ ﺬ ﻓ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺮﺽ ﻭﻗﻠﻦ ﻗﻮﻻ ﻣﻌﺮ ﻓ Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa . Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya , dan ucapkanlah perkataan yang baik , (Q.S. alAhzab: 32). 18. Membawa kebenaran dan membenarkannya. ﻭ ﺬ ﺟ ﺀ ﺑﭑ ﺼﺪﻕ ﻭﺻﺪﻕ ﺑﻪۦ ﻚ ﻭ ـ ﻫﻢ ﭐﻟﻤ ﻘ ﻥ Dan orang yang membawa m embawa kebenaran [Muhammad] dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa . (Q.S. Az-Zumar: 33).
19. Menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. ﭐ ﺬ ﻦ ﻳﺠ ﻨﺒ ﻥ ﺮﻛﺒـ ﭐﻟ ﻢ ﻭﭐﻟﻔﻮ ﺣﺶ ﭐﻟ ﻤﻢ ﻥ ﺭﺑﻚ ﻭ ﺳﻊ ﭐﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻫﻮ ﻢ ﺑﻜﻢ ﺫ ﺸ ﻛ ﻣﻦ ﭐﻟ ﺭﺽ ﻭ ﺫ ﻢ ﺟ ﺔ ﻓ ﺑﻄ ﻥ ﻣﻬـﺘﻜﻢ ﻓ ﺰﻛﻮ ﻮﻫ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻤﺑ ﻢﻠﻋﺃ ﻰﻘﺗﭐ
ﻋ
[Yaitu] orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui m engetahui [tentang keadaan]mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa . (Q.S. An-Najm: 32). 20. Selalu mengambil pelajaran dari al-Qur'an. ﻭ ﻪ ﺬﻛﺮﺓۥ ﻠﻤ ﻘ ﻦ Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Haaqqa: 48).
3. Keterkaitan iman dan takwa Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini.Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian.Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan.Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an.Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa.Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan t erkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upayaupaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri.Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman.Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan.Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan.Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatanperbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintahperintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa.Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa.Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah. KAITAN IMAN DENGAN TAQWA Taqwa sering dikaitkan oleh Allah dengan iman.Bahkan taqwa bermula dari iman.Taqwa tumbuh dari iman.Iman adalah perkara asas yang perlu ditanam ke dalam hati seseorang ter¬lebih dahulu. Apabila iman yang ditanam itu sudah sejati baru¬lah akan lahir taqwa dalam diri seseorang. Orang yang beriman belum tentu bertaqwa.Tetapi orang yang bertaqwa sudah tentu dia beriman.Kerana iman itu berperingkat-peringkat. Tidak semua peringkat iman boleh menghasilkan taqwa. PERINGKAT-PERINGKAT IMAN 1.
Iman taqlid
2.
Iman ilmu
3.
Iman ‘ayyan ‘ayyan
4.
Iman haq
5.
Iman haqiqat
Iman Taqlid Dan Iman Ilmu
Iman orang yang bertaqlid atau iman turut-turutan atau iman ikut-ikutan, imannya adalah tepat iaitu dia percaya kepada Allah dan Rasul tetapi kepercayaannya tanpa dalil, tanpa keterangan dan tanpa ilmu pengetahuan.Orang begini tidak kuat dan tidak teguh imannya.Imannya mudah goyang dan goncang. Begitu juga iman ahli ilmu.Imannya tepat.Tetapi walaupun keyakinannya kepada Allah dan Rasul dapat disokong dengan dalil-dalil, keterangan dan hujah-hujah namun iman peringkat ini baru sekadar sah.Jiwanya belum kuat sedangkan kekuatan seseorang itu adalah pada jiwanya.Iman seperti ini belum sanggup melawan syaitan dan hawa nafsu. Kerana itu orang yang peringkat imannya di tahap ilmu akan melanggar perintah Allah dalam sedar. Orang yang mempunyai iman ilmu hanya pandai berkata-kata kerana dia ada ilmu tetapi tidak dapat mengotakan kata-katanya. Mereka dalam golongan ini akan menjadi mukmin ‘asi (derhaka) atau mukmin yang fasik atau mukmin yang berpura pura. Orang mukmin seperti ini setakat boleh mengucap dua kalimah syahadah dengan lidahnya dan akalnya percaya adanya Allah Taala dengan segala sifat-sifat yang wajib bagi-Nya.Tetapi dia belum dapat menanam kekuatan iman di dalam hatinya.Hatinya belum merasai yang Allah sentiasa melihat dan me¬merhatikan tingkah laku dan gerakgerinya.Mukmin seperti ini, walaupun ilmunya tinggi melangit dan di dadanya penuh Al Quran dan Hadis, namun nafsunya naf sunya masih besar.Sifat-sifat mazmumah seperti riyak, ujub, hasad, sombong, pendendam, bakhil, gila puji, gila pangkat dan lain-lain masih banyak bersarang di dalam hatinya dan syaitan pula sentiasa meng¬godanya. Orang-orang mukmin seperti ini tidak sanggup menghadapi ujian-ujian hidup sama ada yang berbentuk kesenangan mahu¬pun yang berbentuk kesusahan. Ertinya, kalau dia berhadapan dengan kesenangan, dia akan lupa dirinya dan akan terus terjebak ke dalam perangkap nafsu dan syaitan. Manakala kalau dia berhadapan dengan kesusahan pula, dia akan cemas dan akan hilang daya pertimbangan. Dia akan bertindak di luar kehendak dan batas syariat. Iman yang sejati itu, dari mana akan lahir taqwa, setidak-tidaknya adalah peringkat iman ‘ayyan iaitu iman orang yang cukup yakin dengan Allah dan Rasul, lengkap dengan pengertian dan fahamannya serta diikuti dengan tindak-tanduk dan per¬buatan. Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman ‘ayyan dengan cara mengamalkan ilmu-ilmu ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk. Penjelasan Tentang Iman ‘Ayyan ‘Ayyan Ini iman orang yang soleh atau iman ashabul yamin atau iman golongan abrar iaitu orang yang sentiasa sedar bahawa Allah Taala sentiasa mengawasi dirinya. Dengan kata-
kata lain, orang yang memiliki iman ‘ayyan hatinya hatinya sentiasa dapat merasakan kehebatan Allah. Dia ada hubungan hati dengan Allah.Kalau pun ada lupa dan lalainya kepada Allah, ianya terlalu kecil dan sedikit.Kerana itu, orang yang memiliki iman ‘ayyan ini adalah orang yang sentiasa takut kepada Allah dan kuat sekali penye¬rahan dirinya kepada Allah.Kalau iman ilmu, keyakinan cuma bertempat di fikiran, tetapi iman ‘ayyan, keyakinan bertempat di hati. Ini digambarkan dalam sepotong ayat Al Quran: Maksudnya: “Mereka yang sentiasa mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk dan di masa berbaring dan mereka sentiasa memikir tentang kejadian langit dan bumi lantas mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami! Tidak Engkau jadikan semua ini sia-sia’.” sia-sia’.” (Ali Imran: 191) 191) Iman ‘ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam memikul beban perintah Allah SWT.Iman ‘ayyan juga merupakan benteng yang kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan.Iman ‘ayyan menjadikan seseorang itu memiliki kekuatan keku atan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan sanggup berkorban. Oleh kerana orang mukmin yang sejati itu, perasaan ber-tauhid menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan Allah itu bergelora di hatinya.Orang seperti ini sahajalah yang boleh tunduk kepada syariat Allah Taala. Firman Allah SWT: Maksudnya:“Hanya sanya, orang mukmin yang sebenar itu, apabila disebut sahaja nama Allah, gementarlah hati-hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah, bertambahlah mereka beriman beriman dan mereka terus menyerah diri kepada Allah.” (Al Anfal: 2) 2) Sikap orang mukmin yang sejati itu, apabila Allah Taala mendatangkan hukum-hakam dan peraturan hidup, dia tidak akan memilih-milih mana yang sesuai mengikut kehendak nafsunya dan menolak mana yang bertentangan dengan kehendak nafsunya. Orang mukmin yang sejati tidak menyoal dan tidak mempertikai hukum Allah dan bersikap lurus dalam melaksanakan hukum Allah atau dalam meninggalkan la¬rangan-Nya walau apa pun yang terjadi. Dia akan terus melak¬sanakan perintah Allah tanpa ragu oleh kerana jiwa tauhidnya berakar umbi di dalam hati. Dia patuh dan akan memberikan perhatian yang sepenuhnya terhadap segala perintah Allah. Firman Allah Taala: Maksudnya: “Sesungguhnya jawapan orang-orang orang -orang mukmin bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar menghukum di antara mereka, mereka ucapkan, “Kami dengar dan kami patuh”. (An Nur: 51) 51) Berbeza dengan orang yang tidak takut dengan Allah, dia akan memilih-milih hukum Allah di dalam perlaksanaannya. Dia akan mengamalkan sesetengahnya dan meninggalkan sesetengahnya pula. Inilah sikap orang yang bukan mukmin sejati.Dia
Allah golongkan ke dalam golongan orang yang sesat akibat dari sikapnya yang memilihmilih itu. Firman Allah SWT: Maksudnya: “Tidak dianggap orang mukmin mukm in yang se¬benar sama ada lelaki mahupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya mendatangkan sesuatu perintah, bahawa mereka mahu memilih pada urusan mereka dan siapa yang derhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, Rasul-Nya, maka telah sesatlah dia dengan amat nyata.” (Al Ahzab: Ahzab: 36) IMAN HAQ DAN IMAN HAQIQAT Iman yang paling baik ialah iman haq dan iman haqiqat. Ini adalah merupakan kemuncak iman iaitu iman bagi orang-orang yang hampir dengan Allah atau apa yang dinamakan sebagai golongan muqarrabin. Ia bukan lagi setakat iman sejati tetapi adalah iman yang sebenar dan iman yang sempurna. Orang yang memiliki iman haq dan iman haqiqat adalah orang yang sangat bertaqwa dan kuat penyerahan dirinya kepada Allah.
BAB 3 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya “bahwa sesungguhnya orang-orang orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang o rang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperolah beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-Nya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.
B.KRITIK DAN SARAN Saya sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kes kesempurnaan empurnaan karena saya memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat saya pungkiri,untuk itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari Ibu guru bidang study.
DAFTAR PUSTAKA https://okibabdulrokib.wordpress ulrokib.wordpress.com/category/makalah/i .com/category/makalah/imanmanhttps://okibabd dan-taqwa/ dan-taqwa/ http://lalanurmala-lalanurmala.bl ala-lalanurmala.blogspot.co.id/2013/04/m ogspot.co.id/2013/04/makalahakalahhttp://lalanurm agama-islam-keimanan-dan.html agama-islam-keimanan-dan.html http://annisafit http://annisafitriyaniahmad.blogspot riyaniahmad.blogspot.co.id/2012/01/m .co.id/2012/01/makalahakalahtaqwa.html taqwa.html
View more...
Comments