Makalah Gangguan Dan Proteksi

May 22, 2018 | Author: Bagus Rizal Setiawan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

makalah...

Description

MACAM-MACAM GANGGUAN dan SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Sistem Distribusi dan Transmisi yang dibina oleh Ibu Yuni Rahmawati oleh: Alvin Zuhair

(110534406871) (110534406871)

Endah Setyo Wardani

(110534406841) (110534406841)

Herta Bara S.

(110534406884) (110534406884)

Muhammad Zulkifli

(110534406850) (110534406850)

Tyas Tri Sujarwo

(110534406890) (110534406890)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NOVEMBER 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul



Macam-macam Gangguan dan Sistem Proteksi Tenaga

Listrik  tepat pada waktunya. ”

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Serta kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para  pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusun maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Malang, November 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak  pelanggan. Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat  penting dan untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat  pengaman. Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi: Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta

-

 peralatannya dari akibat adanya gangguan listrik

-

Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik

-

Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik (keandalan) kepada konsumen Salah satu indikator keandalan dan efisiensi dalam pasokan tenaga listrik

adalah minimnya/ kecilnya angka SAIDI/ SAIFI atau pemadaman akibat dari gangguan pada sistem tenaga listrik. Oleh karena itu PLN harus mencari cara atau solusi untuk menekan atau mengurangi jumlah gangguan sistem  pembangkit, penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik agar kontinuitas, mutu dan keandalan tenaga listrik ke pelanggan tidak terganggu. Dengan harapan pelanggan PLN satisfied terhadap pelayanan PLN. Sistem Jaringan Distribusi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: 1.

2.

3.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV), terdiri:

-

SUTM

-

SKTM

Gardu Distribusi, terdiri:

-

Gardu hubung

-

Gardu trafo (tiang, beton, kubikel, kios)

Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220 / 380 V), terdiri:

-

SUTR (kawat terbuka, berisolasi / twisteed cable)

4.

Sambungan Pelayanan & APP, terdiri:

-

Sambungan rumah / SLP  –  SMP

-

APP

Kehandalan suatu sistem tenaga listrik antara lain ditentukan oleh frekuensi pemadaman yang terjadi dalam sistem tersebut. Semakin sering frekuensi pemadaman dan semakin lama waktu pemadaman, semakin rendah tingkat kehandalan sistem tersebut. Pemadaman yang terjadi pada sistem tenaga listrik biasanya disebabkan oleh gangguan, sehingga untuk mengatasi gangguan dan meningkatkan kehandalan sistem diperlukan sebuah mekanisme yang dapat menghindari frekuensi pemadaman yang terlalu sering dalam  jangka waktu yang lama. Mekanisme ini dalam sistem kelistrikan dikenal dengan istilah sistem proteksi (pengaman sistem). 1.2 Rumusan Masalah

1.

Apa gangguan pada sistem distribusi?

2.

Apa tujuan proteksi sistem terhadap gangguan dan fungsi proteksi serta karakteristik?

3.

Bagaiamana zona proteksi?

4.

Bagaimana skema proteksi sistem?

5.

Apa saja peralatan sistem proteksi?

1.3 Tujuan

1.

Untuk mengetahui gangguan pada sistem distribusi

2.

Untuk mengetahui tujuan proteksi sistem terhadap gangguan dan fungsi  proteksi serta karakteristik

3.

Untuk mengetahui zona proteksi

4.

Untuk mengetahui skema proteksi sistem

5.

Untuk mengetahui peralatan sistem proteksi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gangguan Pada Sistem Distribusi

Gangguan yang terjadi pada system distribusi biasanya merupakan gangguan gangguan yang terkait dengan saluran penghantar dan peralatan –   peralatan gardu distribusi seperti trafo distribusi, kawat pentanahan dan sebagainya. Seperti pada sistem tenaga umumnya, maka gangguan yang terjadi pada system distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut: a.

Gangguan hubung singkat Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase 3 fase atau 2 fase atau 1 fase ke tanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen. Gangguan  permanen: Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator, tembusnya isolasi. Gangguan temporer: Flashover karena switching dan sambaran petir, flashover dengan pohon dan tertiup angin.

 b.

Gangguan beban lebih Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.

c.

Gangguan tegangan lebih. Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokkan atas 2 hal:



Tegangan lebih  power   frekuensi. Pada system distribusi hal ini  biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR atau pengatur tap  pada trafo distribusi.



Tegangan lebih surja. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.

Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini. 2.2 Tujuan Proteksi Sistem terhadap Gangguan dan Fungsi Proteksi serta Karakteristik

Tujuan proteksi sistem terhadap gangguan, yaitu: 

Menghindari penurunan tegangan pada sisi pelanggan



Menghindari kesempatan menjual kwh ( Energi not sale)



Mencegah dan meminimalisir kerusakan pada komponen peralatan



Menjaga kestabilan sistem tenaga



Melindungi keselamatan personil dan masyarakat umum.



Menghindari kecenderungan gangguan yang tidak dapat hilang dengan sendirinya

Fungsi proteksi distribusi adalah untuk meminimalkan resiko kerusakan  peralatan listrik yang ditimbulkan oleh arus gangguan yang besar melebihi level aman, dengan menghilangkan gangguan atau abnormalitas pada system sesegera mungkin dan meminimalkan terjadinya pemutusan operasi system tenaga listrik secara total. Sistem Proteksi distribusi mempunyai karakteristik sebagai berikut: a)

Kepekaan (Sensitivity) Harus Peka terhadap Gangguan dalam Rangsangan Minimum

 b)

Keandalan ( Reliability)  Dependability

: Tidak boleh gagal

Security

: Tidak boleh salah kerja

c)

Selektifitas (Selectivity) Isolir daerah terganggu sekecil mungkin

d)

Kecepatan (Speed ) Memisahkan Daerah Terganggu Secepat Mungkin

2.3 Zona Proteksi

Untuk memperoleh tingkat selektifitas yang tinggi, dimana hanya bagian sistem yang terganggu saja yang diisolasi (mengalami pemutusan), maka pada sistem proteksi dibentuk daerah – daerah proteksi yang dinamakan zona  proteksi. Zona – zona proteksi ini biasanya dibatasi dengan PMT (CB) yang dapat memutuskan dan menghubungkan antar zona proteksi yang mengalami ganguan jika menerima instruksi dari relay. 

Zona Proteksi Utama ( Main Protection) Zona utama yang terdiri atas peralatan pengaman utama yang harus  beroperasi untuk zona yang diproteksinya



Zona Proteksi Pendukung ( Backup Protection) Zona pendukung (cadangan) yang diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan peralatan pada zona proteksi utama. Dipergunakan untuk meningkatkan kehandalan sistem proteksi (dependabilitas). Terdiri atas: 

Lokal backup, dimana peralatan pendukung berada pada zona yang sama dengan peralatan proteksi utama.



Remote backup, dimana peralatan pendukung berada pada zona yang bersebelahan dengan peralatan proteksi utama.

Gambar 1. Zona Proteksi

2.4 Skema Proteksi Sistem

Skema proteksi sistem merupakan mekanisme (metoda) pengamanan yang akan dipilih untuk diterapkan pada suatu sistem proteksi. Pada dasarnya, skema proteksi sistem tenaga dapat dikelompokkan atas 2 yaitu: 1)

Proteksi Unit Pada skema proteksi ini, zona kerja peralatan proteksi memiliki  batasan yang jelas yang biasanya didefinisikan menurut daerah  pengamanan (posisi CT), peralatan hanya beroperasi untuk unit yang diproteksi. Keuntungan:

-

Sensitifitas tinggi

-

Kecepatan operasional tinggi

-

Prinsip operasi sederhana

-

Tidak dipengaruhi power swing dan arus pembebanan

Kekurangan:

-

Membutuhkan komunikasi antara batasan unit yang diproteksi

-

Tidak memiliki skema proteksi backup

2)

Proteksi Non Unit Pada skema proteksi ini tidak ada batasan operasi yang didefinisikan secara jelas,peralatan proteksi pada zona lain dapat  beroperasi untuk memberikan proteksi cadangan bagi zona utama. Agar peralatan proteksi bekerja sebagaimana mestinya, diterapkan diskriminasi gangguan untuk menentukan urutan peralatan proteksi yang harus bekerja terlebih dahulu. Diskriminasi gangguan dicapai melalui pembedaan waktu operasi (time grading ) dan pengukuran arus serta impedansi. Keuntungan:

-

Tidak membutuhkan jalur komunikasi khusus

-

Menyediakan backup  proteksi pada sisi system yang  berdekatan

-

Lebih sederhana terutama untuk proteksi arus lebih

Kerugian:

-

Sensistivitas dipengaruhi arus beban

-

Terpengaruh oleh power swing 

-

Waktu operasi bertambah untuk mencapai koordinasi

-

Relatif rumit untuk proteksi jarak

-

Memerlukan komponen tambahan untuk kondisi tertentu (VT untuk relay jarak dan direksional)

2.5 Peralatan Sistem Proteksi

1.

Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada jaringan distribusi didukung oleh beberapa  peralatan utama. Peralatan utama inilah yang berfungsi langsung mengatasi gangguan dan mengisolasi bagian jaringan yang terganggu dari  bagian lain yang masih dapat beroperasi dengan baik.

Peralatan utama sistem proteksi ini terdiri atas: a.

Instrumen Pengukuran Instrumen pengukuran adalah peralatan proteksi yang berfungsi melakukan pembacaan besaran arus dan tegangan dan meneruskan informasi ini ke relay proteksi. Jika besaran arus dan tegangan pada  jaringan melewati setelan yang telah dipasang pada relay  dimana menandakan terjadinya gangguan, maka relay  atau circuit breaker akan segera memutus dan mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan tersebut. Instrumen pengukuran ini dapat berupa trafo arus (current transformer / CT) dan trafo tegangan (voltage transformer / VT). 1.) Trafo arus (CT) Trafo arus merupakan trafo yang dipergunakan untuk mentransformasikan arus atau menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan pengamanan. Kumparan  primernya dihubungkan secara seri dengan bebannya akan diukur atau dikendalikan. Beban inilah yang menentukan  besarnya arus yang mengalir ke trafo tersebut. Kumparan sekundernya dibebani impedansi konstan dengan syarat tertentu. Fluks inti dan arus yang mengalir pada rangkaian sekunder akan tergantung pada arus primer. Trafo ini disebut  juga dengan trafo seri. Fungsi CT, antara lain: 

Memberikan sinyal ke relay yang proporsional dengan  besar arus yang



mengalir pada peralatan yang dilindungi.



Mengurangi besar arus terukur ke level yang dapat ditangani peralatan proteksi dan meter.



Mengisolasi sisi tegangan rendah peralatan proteksi dari sisi tegangan tinggi.

Trafo arus terdiri atas 2 tipe, yaitu: o

Tipe wound primary

o

Tipe bar primary

Gambar 2. Tipe Wound Primary

Gambar 3. Tipe Bar Primary

Gambar 4. Rangkaian CT

Gambar 5. Simbol CT

2.) Trafo tegangangan (VT) Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur tegangan antara dua konduktor atau tegangan antara satu konduktor dengan tanah. Menurut standar, trafo tegangan mensuplai tegangan 100 V, atau juga 100 V/ V3 pada sisi sekunder dalam kondisi operasi teraan (rating operation). Rasio transformasi teraan K = U/ U diberikan dalam bentuk fraksi (misalnya N, 1N, 2N, 20.000 V/ 100 V), seperti pada trafo arus. Trafo tegangan didesain untuk pemakaian pada beban resistansi tinggi karena itu tidak pernah dihubung singkat  pada sisi sekundernya. Tidak seperti pada trafo arus, sisi sekunder trafo tegangan dapat diproteksi dengan fuse. Trafo tegangan terdiri dari dua type yaitu magnetik dan kapasitor yang masing-masingnya punya karakteristik yang berbeda. Fungsi dari VT, yaitu:

-

Mentransformasikan tegangan tinggi ke rendah yang sesuai kebutuhan relay dan meter.

-

Mengisolasi peralatan proteksi dari system tegangan tinggi.

-

Menetukan rating tegangan untuk relay.

Prinsip Kerja transformator tegangan digunakan untuk merubah besar tegangan primer menjadi tegangan sekunder yang lebih kecil sesuai dengan perbandingan lilitannya. Dengan mengetahui N1 banding N2.

Gambar 6. Magnetik PT

Gambar 7. Kapasitor PT

 b.

Peralatan Pemutus Rangkaian Peralatan pemutus rangkaian adalah peralatan proteksi yang  berfungsi

mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan.  Relay

 proteksi, circuit breaker  dan fuse termasuk dalam kategori ini. 1.)  Relay  Relay  adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik dengan cara mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran,  jika terjadi gangguan maka relay akan memberikan perintah circuit breaker membuka rangkaian untuk memutuskan arus yang menyebabkan gangguan tersebut. Klasifikasi relay berdasarkan besaran input: 

Arus [I] kurang [UCR]

: relay  arus lebih [OCR], relay  arus



Tegangan [V] : relay  tegangan lebih [OVR], relay tegangan kurang [UVR]



Frekuensi [F] : relay  frekuensi lebih [OFR], relay frekuensi kurang [UFR]



Daya [P;Q]

: relay daya max/ min, relay  arah/

directional , relay daya balik 

Impedansi [Z] : relay jarak [ Distance]



Beda arus

: relay diferensial

Klasifikasi relay berdasarkan karakteristik waktu kerja: 

Seketika [relay instant  / moment / high speed ]



Penundaan waktu [time delay]



-

 Definite time relay

-

 Inverse time relay

Kombinasi instant dengan tundaan waktu

Klasifikasi relay berdasarkan jenis kontak:   Relay dengan kontak dalam keadaan normal terbuka

[normally open contact ]   Relay dengan kontak dalam keadaan normal tertutup

[normally close contact ] Klasifikasi relay berdasarkan berdasarkan fungsi:   Relay proteksi   Relay monitor   Relay  programming ; reclosing relay,  synchro check

relay   Relay pengaturan {regulating relay}   Relay  bantu:  sealing unit , lock out  relay, closing

relay dan tripping relay Klasifikasi relay berdasarkan prinsip kerja:



Tipe elektromekanis

-

Tarikan magnit : tipe  plunger , tipe hinged armature, tipe tuas seimbang

-

Induksi

: tipe shaded pole, tipe KWH,

tipe mangkok {cup} 

Tipe thermis



Tipe gas; relay buccholz



Tipe tekanan; pressure relay



Tipe statik (elektronik)

Fungsi Relay, yaitu: 

Secara umum relay berfungsi memberikan instruksi kepada rangkaian pemutus (circuit breaker / CB) untuk mengisolasi sistem yang mengalami gangguan.



Secara

khusus,

fungsi

masing – masing

relay

tergantung kepada karakteristik dan besaran input yang mempengaruhi kerja relay misalnya: o

 Relay arus lebih (Over Current  Relay/OCR)  berfungsi melindungi system dari gangguan arus lebih.

o

 Relay  impedansi

berfungsi

melindungi

sistem dari gangguan yang terkait dengan  perubahan impedansi saluran. o

 Relay  jarak berfungsi melindungi sistem dari gangguan berdasarkan besaran jarak tertentu yang disetting pada relay.

2.) Circuit Breaker  (CB) Circuit breaker   merupakan perangkat pengaman arus lebih yang bekerja membuka dan memutus rangkaian secara nonotomatis dan memutus rangkaian secara otomatis ketika arus yang mengalir dirangkaian melebihi rating   arus yang telah ditentukan tanpa menimbulkan kerusakan pada peralatan

(CB dan rangkaian) pada saat terjadi gangguan. Klasifikasi circuit breaker  berdasarkan pemakaian: 

LVCB ( Low Voltage Circuit Breaker , < 600 V)



MVCB ( Medium Voltage Circuit Breaker , 600 V  –  1000 V)



HVCB ( High Voltage Circuit Breaker , > 1000 V )

Klasifikasi circuit breaker berdasarkan Konstruksi: 

MCCB ( Molded Case Circuit Breaker )



ICCB ( Insulated Case Circuit Breaker )

Klasifikasi circuit breaker Berdasarkan Medium:  Air : Medium pemutus udara.  Oil : Medium pemutus minyak  Gas : Medium pemutus gas (SF6)  Vacuum : Medium pemutus hampa udara.

Fungsi dari CB antara lain:  Memutus rangkaian jika terjadi gangguan pada

saluran yang diproteksi  Mencegah terjadinya busur api atau flashover pada

saat pemutusan rangkaian  Dapat berfungsi sebagai sakelar sekaligus pengaman

arus lebih dan overload 3.) Fuse ( Pelebur ) Fuse adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik dengan cara mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran  berdasarkan seting nilai tertentu, jika terjadi gangguan yang melewati batas seting yang ditentukan maka fuse akan secara langsung memutuskan arus yang menyebabkan

gangguan tersebut dengan mekanisme meleburnya elemen fuse yang menghubungkan sistem tersebut. Fungsi dari fuse adalah: 

Memutus rangkaian jika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran yang diproteksi.



Mengisolasi saluran yang mengalami gangguan dari saluran yang beroperasi normal.



Tidak dapat berfungsi sebagai sakelar maupun  pengaman overload kecuali didesain khusus (tipe dual element).

Klasifikasi Fuse:  Tipe E : merupakan fuse dengan rating tegangan 2.4

kV  –  161 kV, biasanya digunakan sebagai pengaman  pada trafo maupun pengaman back up CB.  Tipe K : merupakan fuse dengan kecepatan lebur

tinggi dengan rating   arus 6  –   200 A, biasanya digunakan pada percabangan sistem distribusi.  Tipe T : merupakan fuse dengan kecepatan lebur

rendah dengan rating arus 6  –  200 A, digunakan pada  percabangan

yang

mensuplai

motor

yang

membutuhkan waktu tunda untuk arus starting . 2.

Peralatan Penunjang Sistem Proteksi Peralatan penunjang merupakan komponen tambahan yang tidak terkait langsung dengan pemutusan (perlindungan) terhadap sistem yang diproteksi. Namun demikian, peralatan penunjang ini berperanan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi terpasang dapat beroperasi dengan baik dalam kondisi gangguan seperti apapun. Peralatan penunjang pada sistem  proteksi dapat berupa: suplay DC, AC, saluran telekomunikasi, dan arrester.

a.

Suplay DC Suplay DC merupakan peralatan penunjang yang memberikan suplay daya ke sistem relay  yang pada umumnya memerlukan input  daya DC. Penggunaan system suplay daya DC ini bertujuan untuk menjaga kontinuitas perlindungan dari peralatan proteksi terhadap sistem meskipun suplay utama terputus. Suplay DC ini biasanya  berupa baterai yang terhubung ke perangkat relay melalui rangkaian suplay daya. Jenis baterai yang biasa digunakan ada 2 tipe: 

 Lead acid type. Tipe ini berupa baterai elemen basah, dimana zat elektrolit baterainya merupakan cairan. Baterai ini membutuhkan perawatan lebih intensif.



 Nickel cadmium type, berupa baterai elemen kering, dimana zat elektrolitnya berupa pasta kering sehingga tidak dibutuhkan perawatan intensif.

 b.

Saluran Telekomunikasi Saluran telekomunikasi merupakan peralatan penunjang yang menyediakan fasilitas telekomunikasi pada sistem proteksi. Saluran ini dapat dipergunakan untuk monitoring keadaan sistem dan dapat dikembangkan untuk pengendalian jarak jauh. Komponen utamanya terdiri atas:

c.

-

RTU ( Remote Terminal Unit )

-

 Interfacing card

-

Modem

-

CPU

-

Perangkat lunak sistem

Arester Arester petir disingkat arester, atau sering juga disebut  penangkap petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga

listrik terhadap, surja petir. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada  peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu aliran arus daya sistem 50 Hz. Klasifikasi Arester:  Arrester dengan celah udara (Gapped Type Surge Arrester )

merupakan tipe konvensional dimana arrester memiliki celah untuk mencegah terbentuknya busur api pada saat operasi normal, terdiri atas beberapa tipe: tipe expulsion, tipe spark  gap dan tipe katup.  Arrester tanpa celah (Gappless Type Surge Arrester )

merupakan tipe yang banyak digunakan sampai sekarang, dikembangkan dari material semikonduktor seperti ZnO yang berfungsi sebagai pengganti celah.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat. Sehingga peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini. Fungsi proteksi adalah untuk meminimalkan resiko kerusakan peralatan listrik yang ditimbulkan oleh arus gangguan yang besar melebihi level aman, dengan menghilangkan gangguan atau abnormalitas pada system sesegera mungkin dan meminimalkan terjadinya pemutusan operasi system tenaga listrik secara total. Sistem Proteksi distribusi mempunyai karakteristik, yaitu: kepekaan, keandalan, selektifitas, dan kecepatan. Pada sistem proteksi dibentuk daerahdaerah yang dinamakan zona proteksi. Skema proteksi sistem tenaga dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: proteksi unit dan proteksi non unit. Peralatan pada sistem proteksi ada 2 jenis, yaitu: 1)

2)

Peralatan utama sistem a.

Instrumen pengukuran: CT dan VT

 b.

Peralatan pemutus rangkaian: relay, CB, dan fuse

Peralatan penunjang sistem a.

Suplay DC

 b.

Saluran telekomunikasi

c.

Arrester

DAFTAR RUJUKAN

 _____. 1982. Pengoperasian dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi. Jakarta: PLN. Ezkhel. ____. Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik , (Online), (http://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/11/gangguan-pada-sistem-tenagalistrik.html), diakses tanggal 21 November 2013.  _____. ____. Proteksi Sistem Tenaga Listrik dan Peralatannya (Part 1), (Online), (http://kuliahelektro.blogspot.com/2011/03/proteksi-sistem-tenaga-listrikdan.html), diakses tanggal 21 November 2013.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF